Laman

Minggu, 12 Januari 2014

[HARGA NAFAS KITA]

-sebuah renungan agar kita bersyukur-

Bernafas, mungkin sudah dianggap biasa dan tak lagi menarik dibahas oleh sebagian orang. Pasalnya, sejak bangun tidur sampai terlelap, manusia tak lepas dari kegiatan mengambil udara di alam bebas ini. Namun, pernahkah Anda memperhatikan bagaimana nikmat Allah ini sebenarnya bernilai miliaran rupiah ? Tak perlu menghitung kegiatan bernafas secara keseluruhan yang melibatkan berbagai organ tubuh, cukup kiranya menjumlah rupiah dari setiap udara yang dihirup.

Sekali bernafas, umumnya manusia memerlukan 0,5 liter udara. Bila perorang bernafas 20 kali setiap menitnya, berarti udara yang dibutuhkan sebanyak 10 liter. Dalam sehari, setiap orang memerlukan 14.400 liter udara.

Lalu, berapa nilai tersebut bila dirupiahkan ? Sebagaimana diketahui, udara yang dihirup manusia terdiri dari beragam gas semisal oksigen dan nitrogen. Keduanya, berturut-turut 20% dan 79% mengisi udara yang ada di sekitar manusia. Bila perbandingan oksigen dan nitrogen dalam udara yang manusia hirup sama, maka setiap kali bernafas manusia membutuhkan oksigen sebanyak 100 ml dan 395 ml lainnya berupa nitrogen. Artinya, dalam sehari manusia menghirup 2880 liter oksigen dan 11.376 liter nitrogen.

Jika harga oksigen yang dijual saat ini adalah Rp 25.000 per liter dan biaya nitrogen per liternya Rp 9.950 (harga nitrogen $ 2.75 per 2,83 liter), maka setiap harinya manusia menghirup udara yang sekurang-kurangnya setara dengan Rp 176.652.165. Dengan kata lain, bila manusia diminta membayar sejumlah udara yang dihirup berarti setiap bulannya harus menyediakan uang sebesar 5,3 Miliar rupiah. Dalam setahun, manusia dapat menghabiskan dana 63,6 Miliar.

Dalam sehari manusia menghirup 2.880 liter Oksigen dan 11.376 liter Nitrogen

2.880 x Rp.25.000,- = Rp. 72.000.000,-

11.376 x Rp. 9.950,- = Rp.113.191.200,-

Total biaya sehari = Rp.185.191.200,-

Biaya bernafas 1 bulan = 30 x 185.191.200,- = Rp.5.555.736.000,-

Untuk 1 tahun 365 hari, maka biaya untuk bernafas selama 1 tahun : 365 x 185.191.200 = Rp.67.594.788.000,-

Jika harus dihargai dengan Rupiah maka Oksigen & Nitrogen yang kita hirup, akan mencapai Rp.185 Juta lebih/ hari/ manusia.

Itu hanya jumlah uang yang diperlukan dalam setahun. Bila dihitung seluruh kebutuhan seumur hidup, pastilah nilainya lebih mencengangkan lagi. Sungguh, Allah maha pemurah atas segala karunia-Nya. Tak terkecuali nikmat Allah dari udara yang digunakan manusia sebagai bahan bernafas setiap saatnya.

Udara yang melimpah ruah di alam adalah bukti kasih sayang Allah yang luar biasa. Sekumpulan gas tersebut diberikan Allah kepada manusia dengan cuma-cuma. Tak sepeser pun dipungut dari manusia atas nikmat yang amat penting tersebut. Oleh karenanya, sudah sepantasnyalah manusia bersyukur kepada Sang Pencipta. Dia-lah Rabb yang mengurus kita di siang dan di malam hari sebagaimana firman Allah, “Katakanlah: ‘Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan siang hari selain (Allah) Yang Maha Pemurah?’…”(QS Al Anbiyaa’ 21: 42)

Masihkah kita belum mau BERSYUKUR ? ? !

TATA KRAMA MURID TERHADAP MURSYID


1. Memuliakan gurunya dhohir batin.

2. Yakin bahwa tujuan murid tidak tercapai jika tidak melalui wasilah guru

3. Pasrah, taat, dan rela (ridho) atas perintah guru, dengan mengerahkan kemampuannya baik harta maupun raga.

4. Tidak menentang apa yang dilakukan guru, meskipun secara dzahir tampak haram, namun hendaknya harus dita’wil.

5. Memilih apa yang telah dipilihkan oleh sang guru,baik segi ibadah atau kebiasaan juz-iyyah atau kulliyah.

6. Tidak membuka aib atau cacat guru, meskipun itu sudah tampak di antara masyarakat.

7. Tidak menikahi wanita yang sudah pernah dicintai guru, meskipun sudah tidak menjadi istrinya baik karena thalaq maupun thalaq mati.

8. Tidak meyakini terhadap kekurangan maqam guru.

9. Meninggalkan apa yang dibenci guru, dan melakukan hal yang disukainya.

10. Cepat melaksanakan perintah guru tanpa menunda-nunda, tidak berhenti sebelum terlaksana perintahnya.

11. Murid tidak berkumpul dengan guru kecuali untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

12. Tidak boleh menyembunyikan ahwal, getaran hati, masalah yang terjadi, terbukanya hati terhadap alam-alam ghaib, karomah di hadapan guru.

13. Tidak boleh mengambil perkataan guru dihadapan manusia kecuali menurut kadar pemahaman dan akal mereka.

14. Menjaga rabithah guru dalam keadaan ada dan tiadanya. (Tanwir al-Qulub, hlm. 528-531)

Berlari Menuju Allah Azza wa-Jalla


Wahai kaumku, larilah kalian menuju Allah Azza wa-Jalla, larilah dari makhluk, dunia, dan segala selain Dia, secara total jadikan hatimu bagiNya. Tidakkah kalian dengar firman Allah Azza wa-Jalla:

“Ingatlah, segala perkara kembali kepada Allah.” (Asy-Syuro 53)

Anak-anak sekalian, janganlah anda memandang makhluk dengan mata keabadian, tapi pandanglah dengan mata kefanaan. Janganlah anda memandang mereka dengan pandangan derita dan manfaat. Lihatlah mereka dengan pandangan lemah dan hina. Satukan hatimu pada Allah Azza wa-Jalla dan berserahlah padaNya.

Janganlah anda mengigau terhadap sesuatu yang kosong. Dunia dan segala yang muncul di dalamnya adalah kosong. Makhluk dengan segala masalahnya adalah kosong. Hati orang beriman kosong dari segala hal selain Allah Azza wa-Jalla, apalagi bila ia tidak terlibat dalam aktivitas dunia. Bila aktivitas dunia dan keluarganya muncul, ia menolong mereka dan memberikan konsumsi menurut kadar keperluannya, maka hatinya dalam segala situasi dan kondisi tetap kosong dari segalanya selain Allah Azza wa-Jalla.

Ia sama sekali tak terpengaruh oleh apa pun. Tidak pula menuntut perubahan dan pergantian. Karena ia tahu apa yang sudah ditentukan oleh Allah Azza wa-Jalla, tak akan berubah. Bagian baginya sudah selesai, tidak lebih juga tidak kurang, tidak pula minta lebih dan minta kurang, tidak pula minta disegerakan bagiannya atau ditunda bagiannya, tidak pula ingin cepat-cepat datangnya. Sebab ia tahu bahwa waktu sudah ditentukan. Ia dan hamba sepadannya adalah orang-orang yang sehat akalnya.

Sedangkan mereka yang mencari tambah dan minta dikurang, minta dipercepat maupun minta ditunda adalah orang-orang gila. Padahal siapa yang ridho terhadap yang datang dari Allah Azza wa-Jalla, ia mendapatkan pertolongan dalam segala perilaku, stiuasi maupun kondisi, senantiasa ia dicintaiNya dan dikenalNya, lalu sepanjang sisa usianya Allah Azza wa-Jalla menyertainya, dalam menempuh hasrat untuk berserasi denganNya, lalu Dia memberikan pertolongan dan mendekatkan padaNya, dan Dia berfirman: “Akulah Tuhanmu.” (Qs. Thoha 12) di saat ia bimbang dan terputus, sebagaimana firmanNya pada Nabi Musa as, “Akulah Tuhanmu.”

Allah Azza wa-Jalla berfirman kepada Nabi Musa as, secara dzahir, dan berfirman kepada sang arif ini melalui qalbunya secara batin yang bisa didengar sebagai bentuk rahmat dan kasih sayang, serta bentuk kemuliaan bagi NabiNya as.

Mu’jizat para Nabi as, itu nyata secara dzahir, sedangkan karomah para wali itu tersembunyi dalam batin. Merekalah pewaris para Nabi yang terus menerus menegakkan agama Allah Azza wa-Jalla, menjaganya dari syetan manusia dan jin.

Betapa bodohnya kamu terhadap Allah Azza wa-Jalla, lewat para RasulNya anda pun masih tidak mengerti. Hati orang munafik, para Sufi tidak seperti itu. Anda membaca Al-Qur’an tapi tidak mengerti. Apa yang anda baca, amalkan, apa yang anda mengerti amalkan. Jangan sampai di dunia ini anda tanpa akhirat. Apalagi setelah itu anda kontra dengan mereka.

Pakailah akal sehat, beradablah, bertobatlah dan bertanamlah. Anda saat ini tidak punya apa-apa di sisi Allah Azza wa-Jalla, begitu pula di hadapan para RasulNya dan para WaliNya, di hadapan ilmu anda sendiri dan di hadapan makhlukNya.

Disiplinlah dalam bertaubat, diam, tafakkur tentang kematianmu dan situasimu dalam kubur, sampai anda benar-benar mengenal pengetahuan. Amalkan ilmu itu bersama Allah Azza wa-Jalla hingga cahayaNya menerangimu dunia dan akhirat. Terimalah apa yang kukatakan dan seriuslah menjalaninya. Tinggalkan bergantung pada hal-hal yang sudah ditentukan, karena bisa membuatmu bingung. Tinggalkan argumen para pemalas.

Kita tak berdaya dengan ketentuan yang sudah ada. Namun kita tidak lebih dari sekadarnya, berusaha dan beramal, kita tidak mengatakan, Dia berkata dan kami mengatakan, kenapa dan bagaimana. Sungguh kita tidak memasuki pengetahuan Allah Azza wa-Jalla, kita berusaha dan Allah bertindak terhadap apa yang dikehendakiNya. Allah Azza wa-Jalla berfirman:

“Dia tidak ditanya atas apa yang dilakukan, (namun) merekalah yang ditanya (apa yang mereka lakukan)” (Al-Ambiya’ 23)

Bila perkaramu sudah tuntas, dan Allah Azza wa-Jalla mendekatkan hatimu padaNya, zuhudmu di dunia ini dan kecintaanmu pada akhirat benar, maka anda akan menemukan namamu akan tertulis di pintu kedekatanmu pada Tuhanmu Azza wa-Jalla, bahwa si Fulan bin Fulan adalah tergolong hamba Allah yang dimerdekakan. Itu tidak akan berubah, berkurang dan bertambah, hingga syukurmu semakin tambah pada Tuhanmu Azza wa-Jalla, bertambah tindakanmu untuk kebajikan dan kepatuhan di hadapanNya, dan pada saat yang sama anda tidak meninggalkan rasa takut dari hatimu dan tidak pula melemahkan KuasaNya, dan bacalah firmanNya Azza wa-Jalla:

"Allah menghapus apa yang dikehendaki dan menetapkan. Dan di sisiNya adalah Ummul Kitab” (Q.s. Ar-Ra’d: 39) dan “Dia tidak ditanya atas apa yang dikakukan (namun) merekalah yang ditanya (apa yang mereka lakukan )” (Al-Ambiya’: 23)

Janganlah anda terpaku pada yang termaktub, karena Sang Maha Kuasa bisa menghapusnya, Dia juga Kuasa merusaknya. Jadilah orang terus taat, takut, malu, waspada, sampai mati, dan anda tergolong orang yang selamat dari dunia menuju akhirat. Maka disinilah anda aman dari perubahan dan pergantian hai orang yang dipenuhi oleh kebodohan, kemunjafikan, dan ambisi duniawi.

Hai pemakan barang haram bagaimana anda ingin meraih cahaya qalbu dan kebeningan rahasia qalbu, bicara dengan penuh hikmah? Kaum sufi itu berbicara karena harus bicara, tidurnya karena ketiduran, makannya seperti makannya orang sakit, hingga maut menjemputnya. Mereka ini menyerupai malaikat, seperti yang difirmankan oleh Allah Azza wa-Jalla:

“Mereka tidak pernah maksiat kepada Allah atas apa yang diperintahkan pada mereka, dan mereka menjalankan apa yang diperintahkan itu.“ (Qs. At-Tahrim 6).

Hijrah Dari Ke-AKU-an



Orang beriman adalah orang yang hijrah dari dirinya, belajar kepada seorang guru yang mendidik dan mengajarinya mulai dari kecil hingga mati. Sang qari’ adalah orang yang menghafal Al-Qur’an, dan pada pertengahannya ia mengenal pengetahuan tentang tradisi atau Sunnah Rasulullah Saw, maka saat itulah ia pasti dapat pertolongan. Ia mengamalkan ilmunya dan kokoh dengan amaliahnya hanya bagi Allah Azza wa-Jalla. Setiap ia mengamalkan ilmunya, Allah Azza wa-Jalla mewariskan pengetahuan yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya.

Jangan hanya duduk-duduk di atas tempat tidurmu, dengan selimutmu, dan dibalik pintumu yang tertutup, lalu anda mencari amal dan yang anda amalkan? Perhatikan hatimu dengan dzikir, dan mengingatNya di hari ketika dibangkitkan. Tafakkurlah untuk merenungi pelajaran di balik alam kubur. Renungkanlah bagaimana Allah Azza wa-Jalla menggelar semua makhlukNya dan membangkitkan mereka di hadapanNya.

Hatinya teguh pada pijakannya, keikhlasannya mendekatkan langkahnya menuju Allah Azza wa-Jalla. Bila anda mengamalkan ilmu itu, sementara anda tidak melihat hatimu mendekat kepada Allah Azza wa-Jalla, anda pun tidak merasakan indahnya ibadah, kebahagiaan dibalik ibadah, ketahuilah bahwa anda sebenarnya belum beramal ibadah. Anda terhalang karena adanya celah dibalik amal anda. Apakah celah itu? Adalah riya’, kemunafikan dan takjub pada diri sendiri.

Wahai orang yang beramal, ikhlaslah. Jika tidak, anda jangan bersusah payah. Hendaknya anda melakukan muroqobah pada Allah Azza wa-Jalla baik dalam sunyi maupun ramai. Muroqobah dalam keramaian saja itu bagi orang munafik. Namun bagi orang yang ikhlas, muroqobah baik dalam sunyi maupun ramai sama saja.

Hati-hati, jika anda melihat orang yang bersolek, lelaki maupun wanita, maka pejamkan matamu, pejamkan mata nafsumu, watak dirimu, ingatlah pandangan Allah Azza wa-Jalla kepadamu, dan bacalah: ”Kamu tidak berada dalam suatu keadaan...” (QS Yunus: 61)

Waspadalah pada Allah azza wa-Jalla, dan pejamkan matamu untuk memandang hal yang diharamnkan, ingatlah pada Dzat Yang transparan pandanganNya dan pengetahuanNya. Bila anda tidak mewaspadai pandanganNya Azza wa-Jalla dan tidak kontra padaNya, maka sempurnalah ubudiyahmu padaNya, dan kelak anda tergolong hamba yang benar, masuk dalam kelompok yang difirmankanNya:
”Sesungguhnya hamba-hambaKu, tak ada bagimu (Iblis) kemampuan menguasai mereka.” (QS Al-Hijr: 42)

Bila syukurmu benar hanya bagi Allah Azza wa-Jalla, maka Dia mengilhami hati para makhluk dan lisannya untuk terimakasih padamu, cinta padamu. Maka disinilah syetan dan pasukannya tidak punya jalan masuk padamu. Hendaknya anda meninggalkan doa sebagai prinsip, kalau toh sibuk berdoa itu hanyalah toleransi saja untukmu. Doa itu bagi orang yang sedang tenggelam dan yang terpenjara, tertahan, sampai ia dapat jalan keluar dan masuk ke hadapan raja.

Jadilah dirimu orang yang berakal sehat, apa yang baik bagimu dan apa yang tidak baik, ketika anda meninggalkan doa. Tak satu pun kecuali butuh niat yang benar, akal yang sehat dan mengikuti jejak yang mengerti.

Kalian tidak menggunakan akal sehat apa yang ada disisi Allah Azza wa-Jalla dan apa yang ada di sisi hambaNya yang shaleh. Itulah yang menyebabkan kalian su’udzon (buruk sangka) pada mereka. Jangan sampai anda khawatir terhadap pangkal agamamu dan kondisimu bersama mereka. Jangan sampai kalian menentang aktivitas mereka sepanjang tidak bertentangan dengan syariat, jangan kontra dengan mereka karena mereka ada di hadapanNya Azza wa-Jalla, lahir dan batin.

Di hatinya tidak pernah tenang dari rasa takut hingga ketenangan dan jaminan keselamatan ada padanya.

Kemarilah wahai hamba Allah Azza wa-Jalla di muka bumi, kemarilah wahai kaum zuhud, belajarlah, anda akan mengerti pengetahuan yang baik dariNya. Masuklah dalam kitabku sampai aku memberi pelajaran padamu yang tidak pernah kalian dapatkan.

Hati kita punya kitab, dan rahasia batin juga ada kitabnya. Nafsu juga ada kitabnya, anggota badan juga ada kitabnya. Semua ada derajat-derajat, maqom-maqom, pijakan-pijakan yang beragam.

Allah mencintaimu, bukan untuk DiriNya


MEREKA menyerupai para malaikat, dan para malaikat itu adalah ulama-ulama mereka, melayani mereka dalam menjalankan tugas-tugas dunia akhirat.

Wahai kaumku, bila ucapanku tidak sampai merubah perilakumu, maka dengarkanlah dengan penuh pembenaran dan keimanan dalam hatimu dan batinmu, maka perilaku lahiriyahmu dan batinmu akan terhembusi olehnya, dan duri dalam nafsumu akan hancur karenanya, neraka syahwatmu akan padam karenanya. Kesenangan terburukmu adalah rangsangan duniawimu, dan matamu yang terpejam dari kefakiran, lalu semua itu menghancurkanmu.

Seorang Sufi mengatakan — semoga rahmat Allah Ta’ala melimpah padanya —, “Hakikat taqwa manakala apa yang ada dihatimu engkau kumpulkan, lalu engkau biarkan di tempat terbuka, dan anda membawanya keliling pasar, maka anda pun tidak sama sekali malu dengan kondisi hatimu itu.”

Hai orang bodoh, bagaimana cukup taqwa anda, bahkan ketika dikatakan pada diri anda, “Hai takwalah…!”, malah anda marah. Ketika dikatakan pada anda bahwa anda benar, maka anda baru mendengarkan dan anda merasa lebih mulia. Namun jika dikatakan anda salah, anda berkeras kepala kepadanya, anda memaksa orang itu menghilangkan marah anda.

Amirul Mu’minin Umar bin Khaththab ra, “Orang yang bertaqwa kepada Allah Swt tidak akan hilang marahnya.” Allah Swt, berfirman dalam hadits Qudsi, “Aku mencintai kalian ketika kalian taat kepadaKu, maka ketika kalian maksiat kepadaKu, Aku marah pada kalian.”

Allah Azza wa-Jalla mencintai kalian, bukan karena butuh kalian, tetapi karena kasih sayangNya pada kalian. Dia mencintai kalian, bukan untuk DiriNya. Dia mencintai ketaatanmu padaNya, karena manfaatnya kembali padamu sendiri. Anda harus aktif dan menghadap Dzat Yang mencintaimu, demi untukmu, dan berpaling dari orang yang mencintaimu demi kepentingan orang itu.

Orang beriman itu lupa segalanya dan mengingat Tuhannya Azza wa-Jalla, sehingga berhasillah taqarrub kepadaNya, dan hidup denganNya, besertaNya, lalu tawakkalnya benar.

Cukuplah di dunia dan akhirat bila tawakkalnya orang beriman, tauhidnya benar, Allah Azza wa-Jalla memberikan amal kepadanya sebagaimana dianugerahkan kepada Nabi Ibrahim as, memberinya makna dan hakikatnya, bukan panggilan namanya. Allah memberikan makanan dan memberinya minuman dan menempatkan di bilik RumahNya, bukan berarti Allah Azza wa-Jalla memberinya pada wujud tempatnya.

Bila dalam posisi ini, benarlah mengaitkan dengan Nabi Ibrahim as, dari segi maknawinya, bukan dari segi rupa bentuk.

Apa anda tidak malu, ketika anda berhasrat demikian, namun anda mengabdi kegelapan dan memakan makanan haram. Sampai kapan anda makan seperti itu, dan mengabdi pada penguasa? Padahal dalam waktu dekat mereka lengser. Karena itu hendaknya anda mengabdi kepada Allah Azza wa-Jalla yang tidak pernah lengser. Gunakan akal sehatmu, terimalah kehidupan duniamu yang sedikit, hingga anda meraih akhirat lebih banyak.

Raihlah bagianmu dari zuhudmu, hingga upayamu justru menuju di hadapan pintu Tuhanmu Azza wa-Jalla, ada di genggaman KuasaNya, bersamaNya, bukan bersama dunia, bukan bersama tangan-tangan dunia, bukan pula berada di tangan-tangan penguasanya melalui pergaulan naluri nafsu, syetan dan publik.

Bila anda berusaha untuk kehidupan dunia, sedangkan hati anda bersama Tuhan Azza wa-Jalla, maka para malaikat dan ruh-ruh para Nabi ada di sekitar anda. Sungguh jauh berbeda orang yang menyerah pada dunia dan orang yang menyerah kepada Allah Azza wa-Jalla.

Orang sufi yang berakal sehat mengatakan, “Kami tidak makan bagian dunia kami, baik di jalan mauipun di rumah kami. Kami tidak makan kecuali di sisiNya.”

Orang-orang zuhud makan di syurga. Orang arif makan disisiNya, sedang mereka ada di dunia. Para pecintaNya tidak makan di dunia maupun di akhirat. Makan dan minum mereka adalah kemesraan, kedekatannya pada Tuhan mereka, memdang Allah Azza wa-Jalla, Tuhannya dunia maupun Tuhannya akhirat.

Orang yang benar dalam cintanya, menjual dunia dengan akhirat, lalu menjual akhirat dengan hanya demi WajahNya dan hasrat kepadaNya bukan lainNya. Dan ketika jual beli sempurna, kemuliaan menjadi dominan, maka dunia dan akhirat dikembalikan padanya sebagai anugerah, dan perintah untuk meraih keduanya, lalu mereka meraihnya hanya semata memenuhi perintahNya, baik dengan kenyang maupun lapar, tetapi tidak butuh pada keduanya. Mereka ini meraih itu semua sebagai bentuk keselarasan dengan takdir, beradab yang bagus dengan takdir, dan mereka menerima dan meraih, serta menyebutkan:



“Dan sesungguhnya kamu niscaya tahu apa yang Kami kehendaki.” (Huud: 79)



Maksudnya, “kamu tahu, bahwa kami telah ridho padaMu bukan selain Engkau, kami pun ridho dengan lapar, dahaga, compang camping, hina dan dina. Dan agar kami bersimpuh di pintuMu.”

Mereka menegaskan jiwa mereka untuk tenteram padaNya. Allah Azza wa-Jalla memandang mereka dengan pandangan penuh kasih saying, lalu Allah Azza wa-Jalla memuliakan mereka setelah hinhanya, mengkayakan mereka setelah miskinnya, dan menyiapkan taqarrub mereka dunia hingga akhirat.

Orang beriman itu zuhud di dunia, lalu zuhudnya membersihkan kotoran batinnya, lalu ia datangi akhirat, dan hatinya tinggal di sana, lalu yang lain pun dihilangkan dari hatinya, karena yang lain (selain Allah Azza wa-Jalla) itu hijab di hadapanNya Azza wa-Jalla.

Disitulah ia tinggalkan aktivitas dengan makhluk secara total, menjalankan perintah syara’ dan menjaga aturannya ketika bergaul dengan sesama, hingga terbuka matahatinya, lalu melihat cacat-cacat dirinya dan makhluk. Kemudian tidak ada tempat hunian kecuali pada Tuhannya Azza wa-Jalla, tidak pula mendengar dari lainNya, tidak berakal sehat kecuali dariNya, tidak merasa tenteram kecuali pada selain janjiNya, tidak takut selain ancamanNya. Ia tinggalkan aktivitas lain, dan lebih aktif padaNya.

Jika ia telah memenuhinya, maka ia berada dalam “Segala yang tak terbayang mata, takrdengar telinga dan tak pernah terlintas di hati manusia.”

Anak-anak sekalian, aktiflah dengan dirimu, maka akan berguna bagimu baru berguna pada yang lain. Jangan sampai anda masuk pada suatu hal, bersama dirimu hawa nafsumu, karena Allah Azza wa-Jalla apabila berkehendak padamu, Dia menyiapkanmu untukNya. Apabila Dia menghendakimu untuk memberikan manfaat pada sesame, Allah mengembalikanmu pada mereka, dan Dia memberimu keteguhan dan kekuatan bagi mereka, kekuatan untuk menghadapi mereka dengan keleluasaan hatimu untuk sesame, dan luasnya dadamu bagi mereka. Allah Azza wa-Jalla juga memberikan hikmah dalam batin dan rahasia batinmu, sehingga yang ada adalah Dia, bukan anda. Dengarkan firmanNya:

“Wahai Dawud, sesungguhnya Kami jadikan dirimu sebagai khalifah di muka bumi. (Shaad: 26)



“Sesungguhnya Kami jadikan dirimu sebagai khalifah.”



Tapi kamu mengklaim apa yang engkau katakan itu dari dirimu. Kaum sufi tidak punya kehendak, tidak punya pilihan, semata mereka hanya menjalankan perintahNya Azza wa-Jalla, tindakanNya, kehendakNya dan aturanNya.

Hai orang yang terlempar dari Jalan yang Lurus. Janganlah anda berargumentasi dengan sesuatu, karena anda sama sekali tidak memiliki argumen di hadapanmu sendiri. Halal itu jelas, dan haram juga jelas. Apa yang membuatmu menghindar dari Allah Azza wa-Jalla, betapa kecilnya rasa takutmu padaNya, betapa banyak anggapan rendahmu dalam memandangNya. Nabi Saw, bersabda: “Takutlah pada Allah Azza wa-Jalla seakan engkau melihatNya, bila engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Allah Azza wa-Jalla melihatmu.” (Hr. Bukhari).



Orang yang sadar adalah orang senantiasa memandang Allah Azza wa-Jalla melalui hatinya, lalu mengumpulkan yang bercerai berai dalam kesatupaduan, hingga hijab runtuh satu persatu antara dirinya dengan Allah Azza wa-Jalla, bangunan-bangunan ambruk dan yang ada hanya maknawinya, hubungan-hubungan terputus, dan milik menjadi terlepas, tidak ada yang tersisa melainkan hanyalah Allah Azza wa-Jalla, mereka tak bisa bicara, tak bisa gerak, tak ada kesenangan pada sesuatu, hingga benar apa yang dilakukannya. Jika telah benar, sempurnalah kewajibannya. Pertama-tama mereka keluar dari perbudakan dunia, lalu keluar dari segala hal selain Allah Azza wa-Jalla secara total, dan mereka senantiasa dalam amaliyah jiwanya dengan Allah Swt, juga menangani berbagai masalah di rumahnya.

“Dia melihat bagaimana mereka bekerja (beramal).” (Al-A’raaf: 129)



Rahasia batin adalah raja, dan qalbu adalah menteri, nafsu dan lisan sertaanggota badan adalah aparat birokrasinya. Rahasia batin (sir) minum dari lautan Ilahi Azza wa-Jalla. Qalbu minum dari sir. Nafsu yang tenteram minum dari qalbu. Lisan minum dari nafsu yang tenteram. Seluruh badan minum dari lisan. Jika ucapannya benar, hatinya benar. Jika lisannya buruk maka hatinya buruk. Lisanmu butuh kendali taqwa dan taubat dari ucapan yang kotor dan munafik.

Bila lisan bisa langgeng demikian, maka kefasihan lisan akan menjadi kefasihan qalbu. Apabila kefasihan qalbu langgeng akan memancarkan cahaya menuju lisan dan anggota badan. Maka ucapannya adalah ucapan taqarrub, dan bila itu terjadi dalam kedekatan padaNya, ia justru tidak punya ucapan, tidak punya doa dan dzikir. Doa, dzikir dan ucapan menjauh. Dalam kedekatan padaNya hanya diam, tercekam, dan menerima dengan memandang dan menikmati bersamaNya.

Ya Allah jadikan kami termasuk orang yang memandangMu di dunia dengan mata hatinya dan di akhirat dengan mata kepalanya.

Ya Tuhan kami berikanlah kami kebajikan di dunia, dan kebajikan di akhirat dan lindungi kami dari azab neraka.