Laman

Rabu, 23 November 2016

TATAPLAH MASA DEPAN


Ini bukan sebuah cerita belaka, namun sebagain dari kita memang mengalami hal seperti ini di dalam kehidupan ini. Kita seolah tidak memiliki gairah yang besar untuk sebuah keberhasilan, dan seakan-akan hanya menjadi seorang penggembira saja di berbagai kesempatan baik yang kita temukan di dalam kehidupan kita.
Di saat sebagian orang berpacu untuk meraih dan mengejar mimpi-mimpi mereka akan masa depan yang cerah, beberapa yang lainnya justru hanya berada di titik yang sama untuk beberapa waktu yang cukup panjang. Mereka tetap hidup dan menjalani hidup sebagaimana yang lainnya, namun mereka tidak pernah beranjak dan selalu berada pada titik yang sama, meskipun mereka memiliki kesempatan yang luas untuk melakukannya. Lalu, apa yang sebenarnya sedang kita lakukan?
Tidak menerima kenyataan dengan hati lapang
Ada banyak orang yang mengalami kegagalan, bahkan meski pada akhirnya mereka berhasil dalam sebuah bidang, namun mungkin saja mereka telah mengalami berbagai kegagalan sebelum meraih keberhasilan tersebut di dalam genggaman. Hal ini bisa dialami siapa saja, bahkan oleh kita juga. Namun yang kemudian menjadi pembeda adalah bagaimana kita menyikapi dan menerima kegagalan tersebut sebagai sebuah hal yang positif untuk kehidupan kita saat ini, atau bahkan untuk kehidupan kita di masa yang akan datang.
Baca juga : Kita Akan Menjadi Apa Yang Kita Percayai
Meski menyadari kegagalan yang telah terjadi, sebagian dari kita memilih untuk tetap berada di sana dan tidak beranjak ke mana-mana. Membiarkan diri selalu terpuruk dan seolah berupaya untuk mengingkari kegagalan yang telah terjadi, itulah hal yang sering kita lakukan. Bersikap seolah semuanya baik-baik saja, dan menyamankan diri pada kegagalan-kegagalan yang sama. Kita tidak pernah benar-benar bangkit dan memberi kesempatan diri kita sendiri untuk menjadi lebih baik lagi. Ini tentu sebuah tindakan yang salah, bahkan sangat fatal.
Belajarlah untuk menerima kenyataan dan kegagalan yang mungkin saja pernah kita alami di masa lalu. Jangan selalu menyalahkan diri atas hal tersebut, sebab ini akan selalu membuat kita marah dan tidak pernah tenang dalam menjalani kehidupan. Cobalah untuk memaafkan diri sendiri dan berdamai dengan semua masa lalu yang telah terjadi, bahkan berbagai hal terburuk sekalipun yang pernah kita alami.
Tataplah masa depan dengan berani dan rasa percaya diri yang tinggi
Jangan menghukum diri sendiri atas berbagai masalah yang pernah terjadi, sebab hal ini akan membuat kita selalu hidup di bawah bayang-bayang masa lalu yang kelam. Hidup hanya sekali maka tataplah masa depan, karena sangat mubazir jika dilewatkan dengan meratapi masa lalu, bukan?
Nikmati saja apa yanga ada sekarang dan milikilah sebuah harapan untuk masa yang akan datang. Beranjak dan meninggalkan masa lalu adalah sebuah pilihan yang tepat, jika kita memiliki keinginan untuk berubah dan menjadi seseorang yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Mulailah untuk memberikan diri sendiri sebuah kesempatan yang lain, agar kita bisa memulai sebuah lembaran baru di dalam hidup kita. Rasa percaya diri yang kita miliki akan sangat membantu untuk bisa bangkit dan memperbaiki berbagai hal buruk dan juga kegagalan yang kita alami di masa silam. Hiduplah di masa sekarang dan bukan di masa lalu yang gagal dan selalu penuh dengan berbagai hambatan. Bahkan meski di masa lalu kita teramat sangat gagal, namun akan tetap selalu ada kesempatan di masa sekarang dan masa yang akan datang.
Baca juga : Jadilah Pemenang, Jangan Menyerah dan Berjuanglah Hingga Akhir
Baca juga : Putus Asa atau Berusaha, Mana Pilihan Kamu?
Artikel berjudul tataplah masa depan, hiduplah sekarang dan bukan di masa lalu ini mengajarkan kita untuk tidak terpaku di masa lalu karena yang terpenting adalah masa depan. Jangan pikirkan masa lalu yang penuh kegagalan, llihat masa lalu hanya untuk belajar agar di masa depan tidak terulang kesalahan yang pernah terjadi. Tataplah masa depanmu dengan penuh keyakinan dan hal hal yang positif.

Ma’rifatullah [Mengenal Allah]


ﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻻ ﺍﻟﻪ ﺍﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻭ ﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻣﺤﻤﺪﺍ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ
Segala puji bagi Allah Subh anahu wa Ta’âla yang telah mengajarkan hamba-hamba-Nya apa-apa yang tidak dia ketahui,kemudian shalawat beserta salam tercurahkan kehadirat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya y dan orang-orang yang mengikutinya sampai akhir zaman. Ma’rifatullah atau mengenal Allah ‘ Azza wa Jalla merupakan satu perkara wajib yang mesti diketahui oleh seorang muslim karena tanpa mengenal Allah Subh anahu wa Ta’âla tidak akan mungkin bisa diraih kebahagian hidup, surga Allah
Subh anahu wa Ta’âla . Seseorang yang tidak mengenal Allah Subh anahu wa Ta’âla dengan benar tidak akan mengerti hakekat hidup yang sesungguhnya, dalam artian siapakah dia, untuk apa ia diciptakan oleh Allah Subh anahu wa Ta’âla .
Mengenal Allah Subh anahu wa Ta’âla merupakan salah satu dari tiga pertanyaan yang akan ditanyakan oleh malaikat kepada manusia tatkala mereka masih berada di alam Barzakh (alam kubur). Adapun tiga pertanyaan itu adalah sebagai berikut:
1. Pertanyaan tentang siapa Robbmu
2. Apa agamamu
3. Siapa Nabimu
Ketiga pertanyaan di atas merupakan tiga landasan pokok yang wajib diketahui oleh setiap muslim. Ketidaktahuan seseorang kepada tiga hal tersebut akan menyebabkan ia mendapat azab dari Allah Subh anahu wa Ta’âla
Apa tujuan yang hendak dicapai ketika seseorang mengenal Allah I ?
Seseorang yang tidak mengerti tujuannya, maka ia akan berada dalam kebingungan dan terombang-ambing sehingga ia akhirnya terjatuh kedalam lembah kesesatan dan kebathilan. Oleh karena itu Syaikh utsaimin rah imahullah mengatakan bahwa; ketika seseorang telah mengenal Allah Subh anahu wa Ta’âla dengan benar, maka secara pasti mereka akan mempunyai beberapa sikap yang akan tampak pada dirinya, diantara sifat tersebut adalah:
1. Menerima syariat yang ditetapkan Allah ‘ Azza wa Jalla .
2. Tunduk dan patuh kepada Allah
Subh anahu wa Ta’âla
3. Menjadikan Syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah r sebagai penentu hukum.
Tentunya semua ini akan menjadi pertanyaan bagi kita, kenapa banyak orang tidak mau menerima Syariat Islam yang Allah Subh anahu wa Ta’âla tetapkan, kenapa banyak kaum muslimin tidak mau patuh dan tunduk kepada Allah Subh anahu wa Ta’âla ? Bahkan mereka lebih mendahulukan hawa nafsunya ketimbang mentaati perintah Allah Subh anahu wa Ta’âla , bahkan mereka masih berhukum dengan hukum jahiliyah yang mereka buat sendiri.
Tentu semua jawabannya kembali kepada satu titik terang, yaitu mereka tidak mengenal Allah Subh anahu wa Ta’âla dengan benar. Mengenal Allah I dengan benar akan membuahkan ketaatan dan kecintaan kepada Allah ‘ Azza wa Jalla.
Siapakah Robb-mu (Tuhanmu)
Agar seorang muslim bisa mengenal Robbnya dan bisa patuh serta mencintai Allah ‘ Azza wa Jalla, maka mereka wajib mengenal Allah Subh anahu wa Ta’âla dengan benar dan menurut pandangan Syariat.
Robb kita adalah Allah Subh anahu wa Ta’âla, Dialah yang menciptakan kita, Yang memberi rezeki, Yang menghidupkan dan mematikan, Dia-lah Allah Subh anahu wa Ta’âla Robbul ‘alamin, Dialah Allah ‘ Azza wa Jalla Dzat yang wajib kita sembah. Hanya Dia yang kita sembah dan tidak boleh mempersekutukan-Nya dalam bentuk apapun. Dialah Allah Subh anahu wa Ta’âla yang telah menurunkan kepada makhluknya semua nikmat. Nikmat-nimat Allah ‘ Azza wa Jalla tidak terhitung banyaknya: “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan bisa menghitung-Nya.” (QS. an-Nahl: 18)
Untuk lebih meyakinkan kita tentang siapakah Allah I, maka mari kita lihat ayat-ayat al-Qur’an:
1. Allah Subhanahu wa Ta’ala
menciptakan manusia dari tanah
:
Allah Subh anahu wa Ta’âla berfirman:
“Dia-lah (Allah) yang telah menciptakan kamu dari tanah, kemudian menetapkan ajal, dan ajal yang telah ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang hanya Dia mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu (tentang hari berbangkit itu)” (QS. al-An’am :2)
2. Allah
Subhanahu wa Ta’ala
Maha pemberi rezki Sebagaimana firman-Nya : “Sesungguhnya Dia-Nya Allah Maha Pemberi rezeki dan Yang Maha Kuat lagi Kokoh” (QS. adz-Dzaariyat: 58)
“Katakanlah siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan ? Maka mereka akan menjawab: “Allah” (Q.S Yunus: 31)
3. Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan manusia untuk mentauhidkan-Nya dan beribadah kepada-Nya saja. Dalam hal ini Allah Subh anahu wa Ta’âla berfirman:
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku” . (QS. adz-Dzaariyat: 59)
4. Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan Robb sekalian alam. Sebagaimana dalam firman-Nya : “Segala puji bagi Allah Robb sekalian alam”. (QS. al-Fatihah: 2)
Robb artinya: Dialah Allah Subh anahu wa Ta’âla yang membimbing, memberikan nikmat, pencipta manusia, penguasa dan Maha mengatur terhadap manusia, sebagaimana yang Dia kehendaki, sedangkan kata-kata -‘alam- adalah setiap apapun selain Allah Subh anahu wa Ta’âla .
Apa metode (manhaj) dalam mengenal Allah I ?
Hal ini sangat perlu dan wajib kita ketahui, karena tatkala seseorang tidak mengenal cara yang benar dalam mengenal Allah Subh anahu wa Ta’âla , maka ia akan mengenal Allah Subh anahu wa Ta’âla dengan cara-cara keliru. Contoh kekeliruan dalam mengenal Allah
Subh anahu wa Ta’âla adalah dengan anggapan bahwa mengenal Allah seperti mengenal diri sendiri, mereka berdalil: “Siapa yang mengenal dirinya maka mereka akan kenal dengan Tuhannya” ungkapan tersebut adalah hadist maudhu (palsu).
Adapun Manhaj (metode) dalam mengenal Allah Subh anahu wa Ta’âla adalah:
1. Mentadabburi dan tafakkur terhadap kebesaran ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan keagungan-Nya, karena dengan melakukan hal seperti itu akan mengantarkan seseorang kepada mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengenal kekuasaan-Nya, dan keagungan-Nya serta rahmat-Nya. Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah”. (QS. al-A’raf: 185) “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pada pertukaran malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir.” (QS. Ali Imran: 190)
Tatkala seseorang mau mengkaji dan mentadabburi ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang agung ini, maka dengan sendirinya mereka akan semakin yakin dan kagum kepada Penciptanya, Dzat yang maha segala-galanya dan tidak bisa disaingi oleh siapapun. Lihatlah langit, bulan, matahari, siang, malam bahkan manusia sendiri yang diciptakan dalam sebaik-baik bentuk. Semua ini menunjukkan kehebatan Sang Pencipta.
2. Mengkaji ayat-ayat Syar’i (al-Qur’an)
Seseorang yang ingin kenal dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka wajib baginya untuk memandang ayat-ayat Syar’i, yaitu alqur’anul karim. Karena tidak cukup hanya dengan melihat keagungan ciptaan-Nya saja. Al-Qur’an akan memberikan keyakinan dan akan memperkenalkan kepada tentang Allah ‘Azza wa Jalla, ia merupakan wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala, di dalamnya terdapat kemaslahatan-kemaslahatan yang besar, karena tidak akan tegak kehidupan makhluk, baik di dunia maupun di akhirat kecuali dengan mengenalnya. Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Maka apakah mereka tidak mentadabburi al-Qur’an. Kalau sekiranya al-Qur’an itu bukan dari Allah, maka sungguh mereka akan mendapati perselisihan yang sangat banyak di dalamnya”. (QS. an-Nisaa’: 82)
Tentu semua ini harus dikaji dengan ilmu, sedangkan untuk mendapatkan ilmu seseorang tidak boleh berpangku tangan, atau menunggu datangnya ilmu tersebut. Hendaklah seseorang yang akan mengenal Allah I mau belajar, hadir di majelis-majelis ilmu, mempunyai perhatian tentang Aqidah yang Shohih.
Semakin tinggi ilmu seseorang tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka ia akan semakin mengetahui nikmat dan manfaat yang dapat ia rasakan, bahkan ia akan semakin takut untuk melakukan perbuatan dosa dan maksiyat, dan juga ia akan merasakan semakin kuat dorongan di dalam beramal sholeh dan melaksanakan syari’at agama ini. Hal ini disebabkan karena perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang lain adalah realisasi dari mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala. Untuk menambah bahan bacaan dalam hal ini kami anjurkan para pembaca untuk membaca buku-buku aqidah seperti:
Syarah Tsalatsatul Ushul oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin, kitab Tauhid oleh Syaikh Sholeh al-Fauzan dari jilid 1 – 3.
4 hal pokok yang wajib diperhatikan dalam mengenal Allah ‘Azza wa Jalla
dan beriman dengan-Nya.
1. Beriman dengan adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala
Seorang yang mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala wajib baginya meyakini adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik dengan dalil akal maupun dalil naqli (al-Quran dan Sunnah)
2. Beriman dengan Rububiyah Allah ‘Azza wa Jalla
Meyakini bahwa Dialah satu-satunya Robb, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah Allah yang menghidupkan, mematikan, memberi rezki, serta mengatur alam semesta ini.
3 Beriman dengan Uluhiyah-Nya Allah Subhanahu wa Ta’ala
Meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah satu-satunya zat yang harus disembah dan diibadati.
4. Beriman dengan asma’ dan sifat-Nya.
Meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang husna sesuai dengan kemuliaan-Nya, dan wajib menetapkan nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya yang telah Dia tetapkan bagi diri-Nya di dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
Buah dari mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala (Ma’rifatullah)
Ketika seorang muslim telah kenal dengan Robbnya dengan benar, maka dengan sendirinya ia akan merasakan kenikmatan, ketenangan dan kebahagian hidup serta mampu menghadapi kehidupan dengan baik. Ibarat pepatah mengatakan tak kenal, maka tak sayang, dan tak sayang maka tak cinta.
Syaikh Utsaimin rah imahullah mengatakan dalam kitab beliau Syarah Tsalasatul Ushul, bahwa buah yang didapatkan bagi orang yang beriman dengan Allah Subhanahu wa ta’ala (ma’rifatullah) adalah sebagai berikut :
1. Terwujudnya tauhid yang sesungguhnya, karena ia tidak lagi mempunyai ketergantungan, pengharapan dan rasa takut kecuali hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja, dan ia tidak menyembah kecuali kepada-Nya.
2. Sempurnanya cintanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengagungkan-Nya, disebabkan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai nama-nama yang husna dan sifat-sifat yang tinggi yang tidak sama dengan makhluk. Dengan mengetahui hal tersebut, akan bertambah yakin dengan kesempurnaan Allah ‘Azza wa Jalla.
3. Dengan mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala dan beriman kepada-Nya, maka seseorang bisa mewujudkan ibadah yang sesungguhnya kepada Allah
Ta’ala
dengan melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
Demikianlah pembahasan ini semoga ini menjadi pintu gerbang bagi kita untuk mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih dalam lagi, sehingga kita akan merasakan kelezatan beriman dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu a’lam .

RAHSIA BISMILLAH DAN ROH IDHAFI

AL-RUH AL-IDHAFI
Kata Al-Marhum Syeikh Naem As-Saufi dalam kitab Mengenal Ruh : Bermula ada pun Ruh Idhafi itu maka daripadanya asalnya Jawahir.
Ada pun Ruh Idhafi itu ialah Nuktah. Yang mengadakan Nuktah itu Zat Allah yang Maha Suci. Maka Nuktah itu adalah Titik. Maka Titik itu didalam BA, maka bernamalah ia Bismillah.
Maka dari huruf Bismillah itulah asalnya kejadian alam semesta dan segala isi–isinya. Apabila BA itu terbalik ianya dinamakan NUN. Maka Roh Idafi itulah izin Allah di dalam diri kita.
Maka Ruh Idhafi itulah dinamakan Ujud Idhafi. Maka Ruh Idhafi itulah dinamakan Nyawa Muhammad, Nyawa Adam, Nyawa orang-orang Mukmin dan Nyawa kepada Ruhani.
Maka kenyataan Ruh Idhafi itu lah Ruhul Quddus. Maka kenyataan Ruhul Quddus itu ialah Ruhani. Kenyataan Ruhani itu ialah Nafas kita. Maka ada pun Ruh Idhafi itu didalam diri. Maka Hakeqat itu diri, dan diri itu didalam Idhafi.
Pasal Nabi Musa AS tidak kenal apa itu Idhafi, maka sebab itu Nabi Musa AS tidak kenal siapa itu Nabi Khidir AS. Maka sebab itu Nabi Musa tidak sanggup mengikuti perjalanan Nabi Khidir AS sampai pada edahnya…
Wallahu’alam…
[ Qarin jin pendamping manusia ]
Qarin adalah jin yang dicipta oleh Allah sebagai pendamping atau kembar kepada setiap insan yang dilahirkan (manusia). Dia dikatakan sebagai “syaitan” kepada manusia itu. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini pasti ada qarin nya sendiri. Rasulullah s.a.w. tidak terkecuali. Cuma bezanya, qarin Rasulullah adalah muslim. Manakala yang lain-lainnya adalah kafir. Pada umumnya qarin kafir ini mendorong “dampingan”nya membuat kejahatan. Dia membisikkan was-was, melalaikan ibadah seperti solat, membaca al-Quran dan sebagainya. Malah ia bekerja sekuat tenaga untuk menghalang manusia dampingannya melakukan ibadah dan kebaikan.
Untuk mengimbangi usaha qarin ini Allah utuskan malaikat (Maha Adil Allah). Malaikat ini akan membisikkan hal-hal kebenaran dan mengajak membuat kebaikan. Maka terpulanglah kepada setiap manusia membuat pilihan.
Walau bagaimanapun orang2 Islam mampu menguasai dan menjadikan pengaruh qarinnya lemah tidak berdaya.
Caranya ialah dengan membaca “Bismillahir Rahmanir Rahim” (basmalah) sebelum melakukan sebarang pekerjaan, banyak berzikir, membaca al-Quran, melakukan kebaikan dan taat melaksanakan perintah Allah. Secara tidak langsung manusia itu akan meninggalkan nafsu syahwat dan sifat-sifat tercela. Membersihkan dirinya bersesuaian dengan martabat malaikat tersebut.
Pernah satu ketika dulu para ‘ustaz” pendakwah menceritakan bahawa apabila kita makan berserta Bismillah…. syaitan akan kelaparan dan kurus tetapi jika sebaliknya ia semakin gemuk. Pada awalnya memang mengelirukan dan sukar difahami bagaimana syaitan itu boleh kurus kerana bukan kita seorang sahaja manusia di muka bumi ini. Bukan semuanya baca basmalah bila hendak makan dan minum. Setelah dibangkitkan soal qarin ini baharulah kita faham kedudukan sebenarnya. Syaitan yang dimaksudkan ialah jin qarin ini (sifatnya berlawanan dengan sifat malaikat – sebab itu disebut syaitan) dan ia khusus untuk setiap individu.
Sabda Rasulullah s.a.w. daripada Abdullah Mas’ud r.a. maksudnya: “Setiap kamu ada Qarin daripada bangsa jin, dan juga Qarin daripada bangsa malaikat. Mereka bertanya: “Engkau juga ya Rasulullah.” Sabdanya: “Ya aku juga ada, tetapi Allah telah membantu aku sehingga Qarin itu dapat kuislamkan dan hanya menyuruh aku dalam hal kebajikan sahaja.” (Riwayat Ahmad dan Muslim)
Kewujudan qarin ialah untuk menggoda manusia, menampakkan hal-hal yang buruk dan hal-hal yang jahat-jahat seolah-olah baik pada anggapan manusia, lalu akhirnya manusia terpengaruh atau terpesong.
Dalam surah al-An’am: 112 terdapat firman Allah: “Dan demikianlah kami jadikan bagi setiap nabi itu musuh dari jenis manusia dan jin, sebahagian daripada mereka membisikkan kepada yang lain perkataan yang indah-indah untuk menipu”.
Ath-Thabarani mengisahkan riwayat dari Syuraik bin Thariq. Ia berkata, Rasululloh Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, yang artinya: “Tidak ada seseorang di antara kalian melainkan ada baginya seorang syaitan.” Mereka bertanya, “Juga bagimu, ya Rasulullah?” “Ya, juga bagiku, tetapi Allah melindungiku sehingga aku selamat .”(HR. Ibnu Hibban)
Jin ini, menurut para alim ulama’, bukanlah dari kalangan jin yang biasa. Jin ini tugasnya hanya untuk menyesatkan ‘tuan’nya, yang didampingi dari awal kelahiran hingga kematian manusia tersebut. Ada juga qaul yang menyatakan bahawa jin ini dilahirkan bersama-sama kita, akan tetapi ianya tidak mati apabila kita meninggal dunia kerana hayat mereka dipanjangkan Allah, dan mereka hanya dimatikan menjelang hari Qiamat.
Ketika manusia mati sama ada dalam keadaan beriman kepada Allah atau mati dalam keadaan murtad, syirik atau kufur hasil daripada tipu helah iblis dan syaitan yang sentiasa berada di samping manusia, menemani manusia ke mana dia pergi, ataupun mati dalam Islam tetapi bergelumang dalam maksiat.
Qarin akan berpisah dengan “kembar”nya apabila manusia meninggal dunia. Roh manusia akan ditempatkan di alam barzakh, sedangkan qarin terus hidup kerana lazimnya umur jin adalah panjang. Walau bagaimanapun, apabila tiba hari akhirat nanti maka kedua-duanya akan dihadapkan ke hadapan Allah untuk diadili.
Tetapi qarin akan berlepas tangan dan tidak bertanggungjawab atas kesesatan atau kederhakaan manusia.
[ HAKIKAT MUHAMMAD ]
Dalam bahasa tasawuf/sufi hakikat muhammad berhubungan dengan roh al quddus dengan roh al-muhammadiyah. dibawah ini penulis kemukakan analis hal tsb dalam perspektif wali agung Syeikh Abdul Qodir al-Jaelani dan juga dalam perspektif wali di tanah jawa , yang sebagian perjalanan pemahaman tentang tasawufnya banyak di pengaruhi oleh wali agung Syeikh al-Jaelani.
Anda mungkin pernah bertanya-tanya mengapa wajah rasulullah tidak bisa atau tidak boleh di gambarkan? .. alasan yang muncul kadang karena pada saat itu belum ada fotografi sehingga gambarnya tidak mungkin tepat, kalau hanya itu alasannya, kurang tepat bagi saya, karena pasa masa nabi-nabi yang lain juga belum ada tekhnik foto, dan tidak dipermasalahkan gambar-gambar para nabi dan wali yang ada.
Kalau kita melihat banyak kitab dan buku yang ada, pengambaran Allah dan Nabi Muhammad diilustrasikan dengan dengan cahaya yang terang benderang. inspirasi dari ilustrasi cahaya tsb sebenarnya berasal dari QS:Al-Nur:35 tentang nur illahi. Sementara Muhammad adalah personalisasi di dunia nur tsb, maka dalam hal sosok Muhammad yang harus di perhatikan bukan person historisnya ,akan tetapi essensinya dalam bentuk substansi nur muhammad, cahaya pilihan dalam bentuk manusia yang terpuji (Sempurna), karena justru dengan nur muhammad itulah, maka person historis Nabi Muhammad bermakrifat secara musyahadah dan dengan mata telanjang(Ibn Arabi:26) dan dengan cahaya makrifat Nabi Muhammad maka seluruh makhluk dapat mengenali, dan melalui keutamaannya mengungguli seluruh makhluk, mereka memberi pengakuan. Jelas menurut Syeikh al-Jaelani, Nur Muhammad ciptaan pertama dan utama Allah,yang di cipta dari nur Allah (esensi) sendiri, atau memang cahaya khusus yang di karuniakan Allah sendiri, untuk merujuk pada keutamaan dan kemuliaanya sebagai prototipe al-insan al-kamil(al-jaelani:121).
Dalam kaitan bahwa Nabi Muhammad Hakikatnya bukan sosok historisnya yang harus di rujuk, maka asma’ Muhammad bukanlah nama asal dari rasulullah yang agung ini. Muhammad adalah nama dunianya, di mana nama aslinya sejak kecil adalah “Ahmad”, sosok yang penuh dengan keterpujian, sementara secara sepiritualnya, dan dalam posisinya terhadap Allah, Rasulullah mengemukakan dirinya sendiri bahwa: Ana Ahmadun bi-la mim”. Artinya pada dirinya tidak lain penyandang nama “Ahad” dia adalah pengejawentahan dari Yang Esa. Inilah yang juga di sebut Roh Al- Quds, roh suci untuk meneruskan penzahiran yang paling sempurna dalam peringkat alam lahut(Al-jaelani:27) dalam hal ini para wali kuno tanah jawa memberikan penjelasan secara tepat sbb:
‘…. Muhammad itu pada hakikatnya Nur Allah, yang dalam bentuk lahir ialah muhammad “… persis ungkapan Al Ghazali: bahwa Muhammad yang seorang nabi/rasul dengan Muhammad yang seorang arab mesti kita harus bisa membedakan walaupun memang kenyataanya Nabi Muhammad lahir di jazirah arab.
Di sinilah rahasia dari menyatunya syahadat rasul ke dalam syahadat tauhid, dan inilah jawaban mengapa sejak Nabi Adam AS menghuni surga, digerbangnya sudah terdapat tulisan syahadat rasul ini. Ya Nur Muhammada selalu menyertai roh dari semua jiwa yang akan dan pernah ada di alam semesta ini. Ini pula kunci rahasia mengapa para nabi yang pernah ada memohon kepada Allah agar di jadikan sebagai umat Nabi Muhammad saw.(Al-jaelani :121).
Nur muhammad dalam perspektih Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani di sebut dengan sebutan Roh Muhammad, yang diciptakan dari cahaya ketuhanan (nurun ala nurin) nur Muhammad merupakan realitas ghaib yang menjadi inti segala penciptaan. Oleh karenanya kadang ia disebut Nur, Roh, Qalam (tercipta dari perkataan kun). Ia merupakan realitas yang memiliki banyak nama menurut fungsi dan dari mana sudut mana kita memandang (al-jaelani:7).
Maka realitas batin seperti inilah yang diberikan kepada orang-orang sufi sebagai Hakikat Al-Muhammadiyah. Jika disebut dengan nur tau cahaya karena ia memang bebas dan bersih dari segala kegelapan, karena adanya cahaya tsb. Realitas dalam fungsinya di dunia tampak pada gelarnya sebagai ‘Aql al-kull(Akal semesta) karena pengetahuanya tentang segala sesuatu. Ia mendapat gelar Qalam, karena dari pengetahuannya dalam akal semesta ia menyebarkan ilmu dan hikmah dan menzahirkan ilmu dalam bentuk huruf dan perkataan, ia disebut roh karena menjadi esensi kehidupan, dan memunculkan yang hidup.
Maka menurut Al-Jaelani, Muhammad adalah nama insan dalam alam gaib, di mana roh berkumpul, yang menjadi sumber dan asal segala sesuatu. Di sinilah letak dari logika bahwa Allah menciptakan alam, karena akan menciptakan person dari muhammad utk keperluan alam ini. Dari kelahiran Nur Muhammad inilah diikuti oleh penciptaan makhluk-makhluk yang lain serta Arsy-nya.
Dalam pengejawentahannya, menurut al Jaelani dan para tokoh sufi lainya, Allah kemudian menurunkan nur dari tempat kejadiannya, yaitu alam lahut ke alam asma’ Allah, yaitu alam penciptaan sifat-sifat Allah dan alam akal roh semesta. Kemudian di turunkan lagi ke alam malaikat utk di pakaikan pakaian kemalaikatan. Lalu diturunkan lagi ke alam ajsam yang terjadi unsur api, udara, air dan tanah, disitulah roh diberikan jasmaniah beserta nafsu-nafsunya(al-jaelani:9).
Setelah roh mengalami badanisasi inilah ia mulai mengalami kehilangan nur, dan lupa akan asal serta perjanjian azalinya dengan Allah. Namun Allah juga tetap memberikannya bekal untuk kembali dalam bentuk mata hati atau bashirah yang menjadi gerbang bagi gerak bebas roh al -idhafi sebagai mursyid setiap jiwa. Hanya saja, basirah ini akan berfungsi optimal kalau seseorang selalu berada dalam taqarrubnya kepada Allah.
Dengan bashirahnya inilah ia akan sanggup menembus kabut alam ghaib, dan menyingkap segala hijab yang menjadi penghalangnya untuk kembali kepada Allah. Orang sudah dapat memfungsikan bashirahnya dan mendayagunakan Roh Al-Muhammad-nya sebagai pusat perjalanan sepiritualnya. maka ia akan bisa menembus semesta, karena letak nur muhammad itu sendiri berada di langit tujuh berada dalam arsy-nya yang menyatu dan menyanding dengan Allah itu sendiri. Ia akan dapat kembali terserap dalam kesatuan nur essensial, sehingga ia dapat melihat apa yang belum pernah dilihat, dan mengatasi semua penglihatan dan benda yang dapat dilihat..
Menurut Al-Jaelani, hal yang di perlukan orang awam utk membuka bashirahnya adalah dengan mencari orang yang bashirohnya sudah terbuka dan sudah di daya gunakan secara optimal. Hanya melalui orang yang sudah mata hatinya sudah di fungsikan secara semestinya, orang awam dapat memasuki dunia sufisme, serta menunggu giliranya untuk terbukanya mata bashirohnya kepada Allah, karena hanya dengan terbukanya pintu bashirohnya inilah, maka ia dapat menjalani fungsi utamanya di ciptakan di dunia, yakni untuk bermakrifatullah. Yang harus di ingat adalah bahwa bahwa posisi Roh Al-Muhammadiyah ini hanya dapat bertahan dan berfungsi pada pribadi rasul, nabi, auliya’ dan kekasih-kekasihnya. Maka tidak ada pilihan lain bagi diri kita masing-masing untuk semaksimal mungkin agar dapat menjadi hamba dan kekasih Allah.
Tentu sempat muncul pertanyaaan , mengapa roh suci ini di turunkan ke dunia yang fana’ ini ? Ia di hantarkan ketempat yang paling terendah supaya ia dapat kembali ke asalnya yaitu berpadu dan berdampingan dengan Allah saja atau “innal lillahi wa inna ilahi rajiun”. seperti ketika ia berada dalam pakaian daging, darah, dan tulang itu. melalui mata hati Yang ada di dalam wadag-nya, ia dapat selalu menanam, memelihara dan memupuk benih kesatuan dan ke-esaan, serta berusaha menyuburkan rasa “berpadu” dan berdampingan” dengan Allah. Demikian menurut Syaikh Abdul QodirAl-Jaelani (al-jaelani:28). Inilah hakikat roh suci.
Adapun ganjaran bagi roh suci, menurut al-jaelani, adalah melihat makhluk yang pertama dilahirkan. Ketika itu, ia akan dapat melihat keindahan Allah. Kepadanya di perlihatkan rahasia illahiah. penglihatan dan pendengaranya menjadi satu. tidak ada perbandingan, tidak ada persamaan, dengan sesuatu apapun. Dilihatnya kesatuan Jalal (kegagahan, kemurkaan)dengan sifat Jamal (keindahan, kecantikan) Allah. Sifat Jalal dan Jamal menjadi satu dalam pandanganya (al-jaelani:27). Inilah kunci kearifan dirinya sebagai buah makrifat dan hakikat yang telah disaksikan dan dialami oleh roh suci. Ia mendapat karunia kebeningan dan kesucian batinya berupa shafa’ al-asror (rahasia-rahasia suci). Dan pengalaman parawali inilah yang menjadikan benar-benar hidup di sisi tuhannya, walaupun jasad kita kembali kepada zatnya masing. Inilah kehidupan sejati yang perlu kita capai hidup penuh dengan kesempurnaan di sisi illahi rabbi………………….
[ 9 JENIS ROH ]
Menurut ilmu batin pada diri manusia terdapat sembilan jenis Roh. Masing-masing roh mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Ke sembilan macam roh yang ada pada manusia itu adalah sebagai berikut :
1. Roh Idofi (Roh Ilofi) : Adalah roh yang sangat utama bagi manusia. Roh Idofi juga disebut "JOHAR AWAL SUCI", karena roh inilah maka manusia dapat hidup. Bila roh tersebut keluar dari raga, maka manusia yang bersangkutan akan mati. Roh ini sering disebut "NYAWA". Roh Idofi merupakan sumber dari roh-roh lainnyapun akan turut serta. Tetapi sebaliknya kalau salah satu roh yang keluar dari raga, maka roh Idofi tetap akan tinggal di dalam jasad. Dan manusia itu tetap hidup. Bagi mereka yang sudah sampai pada irodat Allah atau kebatinan tinggi, tentu akan bisa menjumpai roh ini dengan penglihatannya. Dan ujudnya mirip diri sendiri, baik rupa maupun suara serta segala sesuatunya. Bagai berdiri di depan cermin. Meskipun roh-roh yang lain juga demikian, tetapi kita dapat membedakannya dengan roh yang satu ini. Alamnya roh idofi berupa nur terang benderang dan rasanya sejuk tenteram (bukan dingin). Tentu saja kita dapat menjumpainya bila sudah mencapai tingkat "INSAN KAMIL".
2. Roh Rabani : Roh yang dikuasai dan diperintah oleh roh idofi. Alamnya roh ini ada dalam cahaya kuning diam tak bergerak. Bila kita berhasil menjumpainya maka kita tak mempunyai kehendak apa-apa. Hatipun terasa tenteram. Tubuh tak merasakan apa-apa.
3. Roh Rohani : Roh inipun juga dikuasai oleh roh idofi. Karena adanya roh Rohani ini, maka manusia memiliki kehendak dua rupa. Kadang-kadang suka sesuatu, tetapi di lain waktu ia tak menyukainya. Roh ini mempengaruhi perbuatan baik dan perbuatan buruk. Roh inilah yang menepati pada 4 jenis nafsu, yaitu :
· Nafsu Luwamah (aluamah)
· Nafsu Amarah
· Nafsu Supiyah
· Nafsu Mulhamah (Mutmainah)
Kalau manusia ditinggalkan oleh roh rohani ini, maka manusia itu tidak mempunyai nafsu lagi, sebab semua nafsu manusia itu roh rohani yang mengendalikannya. Maka, kalau manusia sudah bisa mengendalikan roh rohani ini dengan baik, ia akan hidup dalam kemuliaan. Roh rohani ini sifatnya selalu mengikuti penglihatan yang melihat. Di mana pandangan kita tempatkan, di situ roh rohani berada. Sebelum kita dapat menjumpainya, terlebih dulu kita akan melihat bermacam-macam cahaya bagai kunang-kunang. Setelah cahaya-cahaya ini menghilang, barulah muncul roh rohani itu.
4. Roh Nurani : Roh ini di bawah pengaruh roh-roh Idofi. Roh Nurani ini mempunyai pembawa sifat terang. Karena adanya roh ini menjadikan manusia yang bersangkutan jadi terang hatinya. Kalau Roh Nurani meninggalkan tubuh maka orang tersebut hatinya menjadi gelap dan gelap fikirannya.
Roh Nurani ini hanya menguasai nafsu Mutmainah saja. Maka bila manusia ditunggui Roh Nurani maka nafsu Mutmainahnya akan menonjol, mengalahkan nafsu-nafsu lainnya.
Hati orang itu jadi tenteram, perilakunyapun baik dan terpuji. Air mukanya bercahaya, tidak banyak bicara, tidak ragu-ragu dalam menghadapi segala sesuatu, tidak protes bila ditimpa kesusahan. Suka, sedih, bahagia dan menderita dipandang sama.
5. Roh Kudus (Roh Suci): Roh yang di bawah kekuasaan Roh Idofi juga. Roh ini mempengaruhi orang yang bersangkutan mau memberi pertolongan kepada sesama manusia, mempengaruhi berbuat kebajikan dan mempengaruhi berbuat ibadah sesuai dengan kepercayaan yang dianutnya.
6. Roh Rahmani : Roh di bawah kekuasaan roh idofi pula. Roh ini juga disebut Roh Pemurah. Karena diambil dari kata "Rahman" yang artinya pemurah. Roh ini mempengaruhi manusia bersifat sosial, suka memberi.
7. Roh Jasmani : Roh yang juga di bawah kekuasaan Roh Idofi. Roh ini menguasai seluruh darah dan urat syaraf manusia. Karena adanya roh jasmani ini maka manusia dapat merasakan adanya rasa sakit, lesu, lelah, segar dan lain-lainnya. Bila Roh ini keluar dari tubuh, maka ditusuk jarumpun tubuh tidak terasa sakit. Kalau kita berhasil menjumpainya, maka ujudnya akan sama dengan kita, hanya berwarna merah.
Roh jasmani ini menguasai nafsu amarah dan nafsu hewani. Nafsu hewani ini memiliki sifat dan kegemaran seperti binatang, misalnya: malas, suka setubuh, serakah, mau menang sendiri dan lain sebagainya.
8. Roh Nabati : Ialah roh yang mengendalikan perkembangan dan pertumbuhan badan. Roh ini juga di bawah kekuasaan Roh Idofi.
9. Roh Rewani : Ialah roh yang menjaga raga kita. Bila Roh Rewani keluar dari tubuh maka orang yang bersangkutan akan tidur. Bila masuk ke tubuh orang akan terjaga. Bila orang tidur bermimpi dengan arwah seseorang, maka roh rewani dari orang bermimpi itulah yang menjumpainya. Jadi mimpi itu hasil kerja roh rewani yang mengendalikan otak manusia. Roh Rewani ini juga di bawah kekuasaan Roh Idofi. Jadi kepergian Roh Rewani dan kehadirannya kembali diatur oleh Roh Idofi. Demikian juga roh-roh lainnya dalam tubuh, sangat dekat hubungannya dengan Roh Idofi.