Laman

Minggu, 05 Desember 2021

MUSYAHADAH AF’AL [HU]

 Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum wr wb..

Adalah Ke-Esa-an Allah pada segala perbuatan. Ketahuilah oleh engkau wahai salik bahwa segala perbuatan apapun yang terjadi dan berlaku di dalam alam ini pada hakikatnya adalah Af’al (Perbuatan) Allah ta’ala, sama saja perbuatan itu baik maupun jahat adalah perbuatan Allah jua.

– Perbuatan baik, yaitu perbuatan yang baik pada rupa dan pada hakikatnya, seperti iman dan takwa.

– Perbuatan Jahat, yaitu perbuatan yang jahat pada rupa tapi tidak pada hakikatnya, seperti kafir dan maksiat. Kafir dan maksiat pada hakikatnya baik juga karena terbit dari yang baik yaitu dari Allah. Dan tiap-tiap yang terbit dari Allah itu baik.

Ingatlah bahwa segala yang terjadi di alam semesta ini pasti ada manfaatnya, karena Allah tidak menjadikan sesuatu dengan sia-sia. Salah satu contoh adalah Allah menciptakan nyamuk, dan nyamuk diciptakan hanya untuk berbuat jahat yaitu menghisap darah. Tapi walaupun hanya menghisap darah, nyamuk tetap mempunyai manfaat.

Qs. 2 : 26 ;
“Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini? Dengan itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan itu selain orang-orang fasik.”

Qs. 3 : 191 ;
“Tidaklah Engkau jadikan semua ini dengan sia-sia, maha suci Engkau.”

Cara Musyahadah (menyaksikan) Tauhid Af’al adalah : Engkau syuhud (pandang/saksikan) dan di yakinkan di dalam hati bahwa segala perbuatan yang menurut kita baik dan jahat itu semua terbit dari Allah. Jadi kenalilah dan saksikanlah bahwa Allah ta’ala itulah pelaku dibalik segala af’al (perbuatan) yang terjadi di alam semesta ini.

Dalil yang menunjukkan bahwa segala perbuatan itu terbit dari Allah dan tidak dari selain-Nya, yaitu ;

Qs.Ash shoffat : 96 ;
“Allah yang menjadikan kamu dan apa yang kamu perbuat.”

Syekh sulaiman Al Jazuli rohimahullah menjelaskan dalam kitab dalailul khoirot, bahwa “Tidak ada dari seseorang dan dari seluruh hamba-Nya suatu perkataan, perbuatan, gerak dan diam melainkan sudah lebih dahulu pada ilmu (pengetahuan) Allah ta’ala, Qodho dan Qodrat (ketentuan dan kehendak) Nya.”

Qs. 9 : 51 :
“Katakanlah, tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman.”

Qs. 57 : 22-23 ;
“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (laughul mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.”

Dan dalil-dalil lainnya;
Qs. 4 : 108, 8 : 41, 11 : 92 ;
“Allah ta’ala berfirman dengan perkataan yang sama, yaitu; Dan Allah meliputi apa yang kamu kerjakan.”

Qs. 8 : 17 ;
“Tidaklah kamu yang melempar tetapi Allah-lah yang melempar ketika engkau melempar.”

Qs. 10 : 22 ;
“Dialah Allah yang menjadikan kamu dapat berjalan didaratan.”

Qs. 26 : 78-81 ;
“Yang telah mejadikan aku, maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku, dan yang memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku, dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku.”

Qs. 53 : 43 ;
“Dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis.”

Dan sabda nabi Muhammad saw;
“Laahaula wala quwwata illa billahil Aliyyil Adziim / Tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan Allah yang maha tinggi, maha agung.”

Dan lagi sabda nabi saw;
“Laa tataharroka dzarrotun illaa bi iznillah / Tiada bergerak suatu zarroh pun melainkan dengan izin Allah.”

Dan sabda nabi saw;
“Sesungguhnya Allah yang menjadikan semua pekerja dan pekerjaannya.” (HR. Al Hakim).

Dan suatu isyarat dari nabi kita Muhammad saw, yaitu tidak pernah mendo’akan kehancuran kaum Quraisy yang telah menyakiti dirinya. Hal ini karena beliau musyahadah (memandang) bahwa perbuatan itu dari Allah. Dan Allah berfirman kepada nabi Muhammad saw di Qs.10:65; “Dan janganlah engkau sedih oleh perkataan meraka. Sungguh, kekuasaan (akan perkataan mereka) itu seluruhnya milik Allah. Dia maha mendengar, maha mengetahui.”

Apabila engkau senantiasa musyahadah (menyaksikan) yang seperti yang demikian ini dengan penuh keyakinan, niscaya engkau terlepas dari bahaya syirik khofi dan mendapat maqom wihdatul af’al yang artinya meng-Esa-kan Allah ta’ala pada segala perbuatan sehingga fana’ (lenyap) segala perbuatan makhluk termasuk perbuatan dirinya, karena nyatanya perbuatan Allah yang Maha Nyata. Jadi, engkau saksikan dengan jelas bahwa segala wujud majazi ini hilang sirna dan lenyap tiada arti dibawah Nur Wujud Allah yang sebenarnya. Seperti tiada arti cahaya lilin yang dinyalakan dibawah Cahaya Wujud Matahari.

Dari berbagai uraian ini, maka kita ketahui bahwa sama saja perbuatan itu baik ataupun jahat pada hakikatnya dari Allah ta’ala jua.
Dalil yang menunjukkan akan hal ini didasarkan atas hadits nabi saw, di dalam do’a beliau;
“Allahumma innii ‘audzu bika minka / yaa Allah, Aku berlindung dengan Engkau dari Engkau.” (HR. Abu Daud dari Ali bin Abi tholib)
Dan dalam riwayat lain nabi bersabda;
“Allahumma inni ‘audzu bika min syarri maa kholaq / Yaa Allah, aku berlindung kepada-Mu dari segala kejahatan yang engkau jadikan.”

Dan hal ini juga sesuai firman Allah Qs.113:1-2; “Qul a’udzu bi robbil falaq, min syarri ma kholaq / Katakanlah: aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh dari kejahatan yang Dia jadikan.”

Maka kalau sekiranya kejahatan itu bukan dijadikan Allah, maka tidak mungkin nabi mengucapkan do’a demikian. Jadi, jelaslah bahwa perbuatan baik dan jahat pada hakikatnya dari Allah.

Dan Dalil-dalil lainnya;
Qs. Annisa’ 4: 78; “Dimanapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada dalam benteng yang tinggi dan kokoh. JIKA MEREKA MEMPEROLEH KEBAIKAN, MEREKA MENGATAKAN “INI DARI ALLAH”, DAN JIKA MEREKA MENDAPAT KEBURUKAN MEREKA MENGATAKAN, “INI DARI ENGKAU”. KATAKANLAH SEMUANYA DARI ALLAH. MAKA MENGAPA ORANG-ORANG ITU (ORANG-ORANG MUNAFIK) HAMPIR-HAMPIR TIDAK MEMAHAMI PEMBICARAAN (INI SEDIKITPUN)?”

Qs. Al-A’rof 7:131; “Kemudian apabila KEBAIKAN datang kepada mereka, mereka berkata, “ini adalah karena (usaha) kami”. Dan jika mereka mendapat KESUSAHAN, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan pengikutnya. KETAHUILAH, SESUNGGUHNYA NASIB MEREKA DITANGAN ALLAH, namun kebanyakan mereka tidak mengetahui.”

Qs.10:107; “Dan jika Allah menimpakan suatu Bencana (keburukan/kejahatan) kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki Kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan Kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba Nya. Dia maha pengampun, maha penyayang.”

Qs.27:47; “Mereka menjawab, kami mendapat nasib yang Buruk disebabkan oleh kamu dan orang-orang yang bersamamu. Dia berkata, “Nasibmu ada pada Allah, tetapi kamu adalah kaum yang sedang diuji”.

Qs.28:68; “Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia) TIDAK ADA PILIHAN. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.”

Qs.33:17; “Katakanlah, siapakah yang dapat melindungi kamu dari Allah jika Dia menghendaki Bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu? Mereka itu tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah.”

Qs.43:32; “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? KAMILAH YANG MENENTUKAN KEHIDUPAN MEREKA DALAM KEHIDUPAN DUNIA, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".

Qs.48:14; “Dan hanya milik Allah kerajaan langit dan bumi. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki, dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah maha pengampun, maha penyayang.”

Qs.64:11; “Tidak ada suatu Musibah yang menimpa kecuali dengan izin Allah.”

Sebagian Arifbillah membuat perumpamaan untuk memahami hal ini, yaitu seperti; Wayang yang dimainkan oleh dalang dengan berbagai macam gerak. Jadi wayang itu tidak mempunyai perbuatan sendiri, dan berbagai macam gerak wayang itu adalah mazhar (kenyataan) dari dalang itu sendiri. Maka seperti itulah antara hamba dengan Tuhannya.

Walaupun segala perbuatan, gerak dan kejadian pada hakikatnya adalah dari Allah jua, maka janganlah engkau melanggar syariat nabi kita Muhammad saw dan tetap teguhlah dalam Takwa (mengerjakan segala yang diperintahkan Allah dan Rosul-Nya serta menjauhi segala yang dilarang-Nya).

Jadi janganlah sekali-kali menafsirkan bahwa gugur taklif syara’ (tidak ada kewajiban hukum syariat). Apabila engkau beiktiqod (berkeyakinan) demikian, jadilah engkau kafir zindik. Na udzubillahi min dzalik.

Oleh karena itu, istiqomahlah dalam melaksanakan syariat nabi Muhammad saw dan juga tetaplah engkau Musyahadah dengan mata hatimu secara terus menerus berkekalan bahwa segala Kebaikan dan Keburukan adalah dari Allah jua. Sehingga lepaslah engkau dari syirik khofi (syirik yg halus tidak kelihatan). Apabila engkau memandang dirimu masih merasa ada suatu perbuatan pun, maka itulah syirik khofi walaupun engkau tidak berbuat syirik jalli (syiri yang nyata).

Allah ta’ala berfirman;
Qs.yusuf:106; “Sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan (masih) dalam keadaan menyekutukan-Nya (dengan memandang Wujud dan perbuatan selain Allah).”

Karena itulah sayyid umar bin Al Farid rohimahullah berkata ; “Andaikata terlintas didalam fikiranku suatu kehendak yang lain dari Mu karena lalai (lupa), maka aku sebut diriku ini dengan murtad”.

Dan syekh Abu Abbas Al Mursi rohimahullah berkata ; “Andaikata aku terhijab (terlupa) dari Tuhanku meskipun sekejap mata, maka tidaklah lagi aku termasuk manusia”.

Jadi, engkau disebut musyrik apabila engkau tidak mengikuti jalan mukmin yang sebenarnya. Dan jalan mukmin itu adalah memandang bahwa Tiada yang berbuat, yang hidup, dan yang Maujud dalam wujud ini hanya Allah ta’ala sendiri. Maka apabila engkau mengikuti jalan mukmin yang sebenarnya barulah engkau disebut mukmin yang benar dan lepaslah engkau dari syirik khofi, serta keluarlah engkau dari yang disebut Allah dengan musyrik. Dan jadilah engkau Ahli Tauhid yang benar yang disegerakan surga di dalam dunia ini. Serta patutlah atas engkau dimuliakan oleh Allah dalam akhirat.

Allah ta’ala berfirman;
Qs. Arrohman:46; “Dan dua surga bagi siapa saja yang takut saat menghadap Tuhannya.”
Surga pertama adalah surga Musyahadah (menyaksian) Allah yang di dapat dari Ma’rifatullah di dunia ini. Surga kedua adalah surga Akhirat yang disebutkan oleh Allah ta’ala di dalam alqur’anul karim.

Syekh Al ‘alimul Allamah Al Bahrur Ghoriq Marlan Abdullah ibnu Hijazi As Syarqowi Al Mishri rohimahullah, berkata; “Barang siapa yang telah memasuki surga ma’rifatullah di dunia ini, niscaya tiada berhasrat lagi kepada surga akhirat yang berupa bidadari, istana, dan segala sesuatu yang disana. Hasratnya hanya ingin sedekat-dekatnya pada hadirat Allah dan Rukyatullah (melihat Allah). Maka nikmat yang paling tinggi di akhira adalah Rukyatullah, sebagaimana firman Allah ; Qs.75;22-23; “Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu berseri-seri, melihat Tuhannya.”

Jadi jauh sekali perbedaannya antara nikmat Rukyatullah (melihat Allah) dibandingkan nikmat seperti bidadari, istana, dan segala sesuatu yang ada disana.

Begitu pula tentang Musyahadah (menyaksikan) Allah di dunia ini dalam arti ma’rifatullah yang telah terbuka pada hati orang-orang yang Arifbillah, itu hanya sebagian kecil saja dibandingkan dengan Rukyatullah di akhirat kelak.

Walaupun demikian, niscaya mereka akan mendapatkannya karena mereka telah menyaksikan Allah di dunia ini.

Seperti firman Allah:
Qs.17:72; “Barang siapa buta didunia ini, maka di akherat lebih buta dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.”

Dari ayat ini, dapat kita ketahui bahwa mereka para Arifbillah telah mendapat jaminan dari Allah karena mereka tidak buta terhadap-Nya di dunia ini.

Suatu perkataan dari Arifbillah Maulana syekh Abdul Wahab Sya’roni qoddasallahu sirrahu dalam kitab jawahirul wad daruri, ia menukil dari perkataan syekh Al Akbar Muhyiddin Ibnu Arabi rohimahullah, yaitu bahwa;
Segala Akwan (keadaan/kejadian) ini adalah dinding yang mendidingi kita dari HAQ ta’ala. Padahal hanya HAQ ta’ala inilah yang berbuat dibalik hijab semua akwan ini.

Seperti; bayang-bayang kayu di dalam air sungai yang seakan-akan merintangi jalannya perahu. Adapun perahu yang tidak mau melewatinya, karena menyangka itu kayu yang sebenarnya, maka ia telah terhijab. Jadi barang siapa terbuka hijab niscaya dilihatnya bahwa yang berbuat pada segala perbuatan itu adalah Allah ta’ala sendiri. Dan barang siapa tidak terbuka hijab, maka ia terdinding dari akwan ini, sehingga ia tidak mampu memandang Fa’il (pelaku) yang sebenarnya yaitu Allah.

Berikut ini adalah masalah pengertian Af’al Hamba, yang terbagi menjadi 4 mazhab:

1. Mazhab Mu’tazilah
Golongan ini ber iktiqod bahwa makhluklah yang berbuat pada setiap perbuatan yang terjadi. Dan qodrat (kemampuan) perbuatan makhluklah yang menentukan akibat dari perbuatan itu. Dan golongan ini tidak mau tahu bahwa sesungguhnya Allah itulah yang memperbuat pada segala perbuatan. Jadi, dari dalil-dalil yang sudah dijelaskan sebelumnya, jelas bahwa golongan ini fasiq.
Golongan ini seperti firman Allah;
Qs.39:49; …..kemudian apabila Kami berikan nikmat Kami kepadanya dia berkata, Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku (usahaku). Sebenarnya, itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

2. Mazhab Jabariyah
Golongan ini beriktiqod bahwa segala perbuatan adalah perbuatan Allah sendiri, tetapi dalam hal ini mereka tidak memandang kenyataan perbuatan Tuhan pada makhluknya, sehingga mereka tidak mau tahu bahwa setiap perbuatan Allah itu disandarkan pada hamba. Jadi mereka cenderung pasrah dan berpangku tangan saja, tidak mau berusaha. Dengan demikian, maka mereka tidak dapat mencapai derajat kamal (sempurna) dan bertentangan dengan jalan syariat.
Jabariyah artinya paksaan, maksudnya manusia ini dipaksa oleh Tuhan untuk berbuat. Jadi apabila mengerjakan maksiat, tidak perlu minta ampun, karena itu adalah terpaksa. Jadi jelas golongan ini munafik dan zindik.
Golongan ini seperti dalam firman Allah:
Qs.16:35; Dan orang musyrik berkata, jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apa pun selain Dia, baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak kami mengharamkan sesuatu pun tanpa -Nya. Demikianlah yang diperbuat oleh orang sebelum mereka. Bukankah kewajiban para rosul hanya menyampaikan dengan jelas.

3. Mazhab Asy ‘Ariyah
Golongan ini beriktiqod bahwa segala perbuatan itu dari Allah, tetapi bagi makhluk masih ada usaha ikhtiar. Dengan usaha ikhtiar, makhluk itu berbuat dan berlaku hukum syara’ sebagai sunatullah (hukum alam). Bagi mereka, usaha ikhtiar makhluk tidak menentukan tetapi Allah ta’ala itulah yang menentukan hasil (akibat) dari usaha ikhtiar makhluk.
Maka Mazhab ini adalah iktiqod yang dapat dipegang. Hanya saja golongan ini masih belum dapat mencapai martabat kasyaf. Hal ini karena mereka masih terhijab (terdinding) dengan sebab masih memandang bahwa usaha ikhtiar itu dari hamba itu sendiri, sehingga tidak ada pandangan bahwa usaha ikhtiar itu adalah perbuatan Allah yang disandarkan pada makhluknya.
Jadi 3 golongan yang telah dijelaskan sebelumnya itu masih dalam keadaan tertutup dari musyahadah Wihdatul Af’al, hal ini dikarenakan belum mendapat kasyaf (terbuka hijab/dinding).

4. Mazhab Ahlul Kasyaf
Golongan ini adalah golongan orang-orang yang sudah terbuka dari hijab (tabir) Ketuhanan sehingga dapat Musyahadah (Menyaksikan) dengan sebenar-benarnya bahwa segala perbuatan itu dari Allah yang disandarkan kepada hamba. Seperti; Pena ditangan seorang penulis, yang menulis huruf-huruf dengan goresan pena tersebut. Pena itu pada hakikatnya tidak mempunyai kemampuan berbuat untuk huruf-huruf, dan huruf-huruf itu adalah dari Si Penulis pemegang Pena. Maka demikianlah yang berlaku dan terjadi di dalam alam ini, Allah ta’ala itulah yang memperbuat pada setiap perbuatan.

Arifbillah syekh Abdul Wahab Sya’roni q.s berkata; bahwa Syekh Muhyidin Al Akbar Ibnu Arabi rohimahullah mengatakan dalam bukunya Futuhatul Makiyah bab ke 422 yaitu;
“Sesungguhnya segala perbuatan itu dari Allah ta’ala dan makhluk adalah sebagai sandaran perbuatan-Nya. Hal ini karena keadaan kita sebagai hamba tempat menanggung siksa dan pahala.”

Arifbillah maulana Syekh Mahyudin Al Akbar Ibnu Arabi rohimahullah juga berkata;
“Tentang masalah tanggung jawab terhadap setiap perbuatan yang dilakukan oleh makhluk, itu adalah tanggung jawab makhluk itu sendiri bukan Robb (Tuhan). Walaupun pada hakikatnya Tuhan adalah pelaku sebenarnya, tetapi karena makhluk sebagai hamba tempat untuk patuh pada Robb yang menyuruhnya. Maka Robb tidak ditanya tetang apa yang diperbuat-Nya.”

Dalil yang menyatakan bahwa hamba yang bertanggung jawab pada segala perbuatan, bukan Robb yaitu firman-Nya ;

Qs. Ambiya’ 21:23; “Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya tetapi merekalah yang ditanya.”

Dan karena itulah Allah ta’ala juga berfirman;
Qs.91:15; “Dan Allah tidak takut terhadap akibat tindakan (perbuatan)-Nya.”

Dan perhatikanlah firman Allah ini;
Qs.3:129; “Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki, dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah maha pengampun, maha penyayang.”

Qs.48:14; “Dan hanya milik Allah kerajaan langit dan bumi. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki, dan akan Mengazab siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah maha pengampun, maha penyayang.”

Qs.3:26; “Katakanlah, Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Ditangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau maha kuasa atas segala sesuatu.”

Qs.5:118; “Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah yang maha perkasa, maha bijaksana.”

Qs.6:17-18; “Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia maha kuasa atas segala sesuatu. Dan Dialah yang berkuasa atas hamba-hamba Nya. Dan Dia maha bijaksana, maha mengetahui.”
Qs.6:39; “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah tuli, bisu dan berada dalam gelap. Barang siapa dikehendaki Allah (dalam kesesatan), niscaya disesatkan-Nya. Dan barang siapa dikehendaki Allah (di jalan lurus), niscaya Dia menjadikannya berada diatas jalan yang lurus.”

Qs.16:93; “Dan jika Allah menghendaki niscaya Dia menjadikan kamu satu umat, tetapi Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Tetapi kamu pasti yang akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.”

Qs.19:93; “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, melainkan akan datang kepada Yang Maha Pengasih sebagai Hamba.”

Jadi walaupun pada hakikatnya Allah yang menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki tetap saja kita sebagai hamba yang ditanya tentang apa yang telah dikerjakan jadi bukan Tuhan yang ditanya.

Qs.16:93; “Dan jika Allah menghendaki niscaya Dia menjadikan kamu satu umat, tetapi Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. TETAPI KAMU PASTI AKAN DITANYA TENTANG APA YANG TELAH KAMU KERJAKAN.

Wahai para salik, karena manusia selalu mempunyai rasa ingin tahu dan ingin bertanya bahwa kenapa Allah menciptakan orang yang berbuat jahat dan membuat kerusakan serta menumpahkan darah di muka bumi?
Maka ketahuilah para malaikat pun pernah juga bertanya kepada Allah tentang hal ini, dan Allah menjawab; bahwa sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.

Hal ini sebagaimana firman Allah;
Qs.2:30; “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat; Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang kholifah di muka bumi. Mereka (para malaikat) berkata; MENGAPA ENGKAU HENDAK MENJADIKAN DI BUMI ITU ORANG YANG AKAN MEMBUAT KERUSAKAN PADANYA DAN MENUMPAHKAN DARAH, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau? Tuhan berfirman; SESUNGGUHNYA AKU MENGETAHUI APA YANG TIDAK KAMU KETAHUI.”

Wahai para salik, kita tidak mengetahui apa yang Allah ketahui, tapi yang pasti Allah tidak menjadikan sesuatu dengan sia-sia tanpa ada manfaatnya.

Qs.3:191; “….Tidaklah Engkau menjadikan semua ini dengan sia-sia, maha suci Engkau.”

Dan perhatikanlah hadits nabi Muhammad saw : “Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, seandainya kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan menghilangkan kalian dari muka bumi dan akan mendatangkan kaum lain yang berbuat dosa yang ber istighafar memohon ampun pada Allah dan Allah mengampuni mereka.” (HR. Muslim).

Jadi seandainya jika tidak ada orang yang berbuat dosa dan memohon ampun kepada Allah maka Allah akan mengampuni siapa?
Makhluk Tuhan di dunia ini merupakan perwujudan kasih sayang-Nya, dan bukan kemarahan-Nya. Karenanya dunia tidak dilumuri dosa sebelumnya. Di dalam neraka-Nya, kenikmatan juga akan dirasakan oleh makhluk-Nya. Syekh Al Akbar Ibnu Arabi menerangkan bahwa kata Azab (siksa) berasal dari kata Adzb (lezat), artinya bahwa dari siksa akan lahir kenikmatan. Ikan memang harus di air, sedang salamander harus berada dalam api, keduanya tidak mungkin bertukar tempat. Mereka bagaikan penderita penyakit kudis yang dikupas bagian terluar lukanya, di dalamnya masih akan ditemukan kenikmatan, dan mereka bagaikan seorang sakit yang memang harus minum obat pahit, untuk menghilangkan rasa sakit.

Renungkanlah karena masalah ini indah sekali.
Berkaitan dengan Tauhidul Af’al, Arifbillah maulana Quthubul syekh muhyidin Al Akbar Ibnu Arabi rohimahullah, menjelaskan tentang firman Allah ta’ala Qs.55:29; “Allah setiap saat dalam kesibukan.”

Hal ini berarti bahwa setiap saat alam semesta dan diri kita ini selalu mengalami perubahan, karena Allah setiap saat terus menerus sibuk dalam menciptakan sampai saat ini pun.

“Akan tetapi kebanyakan manusia ragu terhadap ciptaan baru (Qs.50:15).

Pada saat kita terhijab (belum mengetahui bahwa segala perbuatan itu dari Allah), kita menyangka bahwa setiap perbuatan itu dari kita dan untuk kita sendiri. Maka itu berarti, Allah memberi suatu cobaan dengan menyandarkan perbuatan itu kepada kita, sehingga kita menyangka bahwa kita yang berbuat.

Dan apabila kita telah masuk kehadirat ihsan (beribadah seakan-akan melihat Allah) dan terbuka dinding hijab antara kita dengan Allah, niscaya kita lihat bahwa segala perbuatan itu sebenarnya terbit bersumber dari Allah ta’ala sendiri dan kita sebenarnya tidak melakukan suatu perbuatan pun.

Hal ini seperti sabda nabi Muhammad saw;
“Laa haula walaa quwwata illa billahil aliyyil azhiim / Tidak ada daya upaya (usaha) dan kekuatan untuk berbuat kecuali dengan Allah yang maha tinggi, maha agung.”

Kemudian apabila kita sampai kepada Musyahadah ini, maka takwa lah kita dengan tetap istiqomah dalam pegangan (pendirian) syara’ yaitu Adab (akhlak) kita kepada Allah. Maka untuk itu kita harus mengamalkan firman Allah ta’ala ini ;

Qs. annisa’:78; “Apa saja yang menimpa engkau dari yang baik adalah dari Allah, dan apa saja yang menimpa engkau dari kejelekan, maka hal itu dari dirimu sendiri.”

Ketika memberikan pelajaran di masjidil Haram, Arifbillah Al Allamah maulana syekh Yusuf Abu zarroh Al Mishri q.s. Berkata; “Tidak seharusnya mengatakan bahwa kejahatan itu dari Allah ta’ala kecuali pada saat belajar-mengajar (membahas) dalam jurusan ilmu ini.”

Syekh Ibnu Hajar rohimahullah dalam syarah Arba’in menjelaskan perkataan nabi yang tercantum pada sebagian do’a iftitah yang berbunyi ; “Was syarri laisa ilaik / Dan kejelekan (kejahatan) bukan untuk Mu.” (HR. muslim, Abu Awarah, Abu Daud, An nasa’i, Ibnu Hibban, Ahmad, Asy Syafi’i, dan Tabbarani dari Ali bin Abi Tholib K.W).

Hal ini adalah untuk mengajari (mendidik) kita tentang Adab (Akhlak) kepada Allah ta’ala, karena tidak seharusnya kita berkata dalam arti untuk menghina Allah ta’ala. Seperti perkataan; Allah yang menjadikan Anjing dan babi, serta Allah yang menjadikan syetan dan maksiat. Meskipun sebenarnya di akui bahwa Anjing, babi, syetan dan maksiat itu dijadikan Allah. Dan juga perlu diketahui bahwa Allah ta’ala tidak menjadikan sesuatu pun tanpa ada manfaatnya.

Jadi, tetaplah Musyahadah pada maqom Tauhidul Af’al / perbuatan ini, niscaya akan sampai pada keridhoan-Nya. Memang diakui bahwa maqom musyahadah Af'al ini bagi orang-orang yang Arif billah adalah tingkatan musyahadah yang terbawah dari empat tingkatan maqom musyahadah.

Jangan putus di tengah jalan apabila sudah terbiasa dengan musyahadah Af'al ini, maka teruskanlah dengan musyahadah Asma' dan musyahadah sifat dan jangan pernah merasa leleh untuk mensucikan Cipta, Rasa dan Karsa, ingsya Allahu ta'ala akan sampailah pada satu titik dimana musyahadah Dzat adalah maqom tertinggi bagi kalangan Ma'rifat Billah.


A N A S I R - A N A S I R

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum wr wb..

Anasir ALLAH : Dzat, Sifat, Asma, Af’’al
Anasir MUHAMMAD : Awal, Akhir, Dzahir, Batin
Anasir HAMBA : Rasa, Nyawa, Hati, Tubuh
Anasir ADAM : Api, Angin, Air, Tanah
Anasir BAPAK : Urat, Tulang, Otak, Sumsum
Anasir IBU : Bulu, Kulit, Darah, Daging

MENG-ESA-KAN ALLAH DALAM RAGAM DIRI

Awal Muhammad itu Nurnya
Akhir Muhammad itu Ruhaninya
Dzahir Muhammad itu Rupanya
Batin Muhammad itu Dzatnya

SEKILAS TENTANG NUR MUHAMMAD

Bahwasanya kejadian Alam ini pada mulanya ialah dari pada “HAKEKATUL MUHAMMADIYAH” atau Nur Muhammad.
Nur Muhammad itulah asal segala kejadian.
Bahwa, Nabi Muhammad itu terjadi atas dua rupa.

Rupa yang Qadim dan Rupa yang Azali.

Pertama, Dialah yang telah terjadi sebelum terjadinya seluruh yang ada,
Dari padanya diserahi Ilmu dan irfan.

Kedua Dialah rupa sebagai manusia, sebagai seorang Rasul dan Nabi yang diutus Tuhan.
Rupa sebagai manusia itu menempuh Maut, tetapi rupanya yang Qadim tetap ada meliputi Alam.

Maka dari Nur rupanya yang Qadim itulah diambil segala Nur buat menciptakan segala Nabi nabi dan Rasul rasul dan Aulia-aulia..

Cahaya segala Kenabian dari pada Nur akan menyata dan Cahaya mereka dari pada Cahayanya, Tidaklah ada suatu cahaya yang bercahaya, dan lebihnya yang lebih Qadim dari cahaya yang Qadim itu yang mendahului Cahaya Beliau yang mulia.

Kehendaknya mendahului segala kehendak,
Ujudnya mendahului segala yang Adam.
Namanya mendahului akan Kalam-nya sendiri.
Karena dia telah terjadi sebelum terjadi apa yang terjadi.

Lautan Ilmunya diatas megah mengguruh, dibawah kilat menyinar dan memancar, menurunkan hujan dan memberikan subur,
Segala Ilmu adalah setetes dari air lautan.
Segala Hikmat hanyalah satu piala dari Sungainya,
Seluruh Zaman hanyalah satu sa’at kecil dari masanya yang jauh.
Dalam hal kejadian Dialah yang Awal,
Dalam Kenabian Dialah yang Akhir
“AL-HAQ” adalah dengan Dia, dan dengan Dia jualah HAKEKAT,
Dia yang pertama dalam hubungan,
Dia yang Akhir dalam Kenabian,
Dia yang Bathin dalam HAKEKAT, dan
Dialah yang dzahir dalam MAKRIFAT.

U R A I A N

Rasa hamba itu Batin Muhammad
Batin Muhammad itu Dzat Allah
Dzat Allah itu Rasa hamba

Nyawa hamba itu Awal Muhammad
Awal Muhammad itu Sifat Allah
Sifat Allah itu Nyawa hamba

Hati hamba itu Akhir Muhammad
Akhir Muhammad itu Asma Allah
Asma Allah itu Hati hamba

Tubuh hamba itu Dzahir Muhammad
Dzahir Muhammad itu Af’’al Allah
Af’’al Allah itu Tubuh hamba



PERLU DIINGAT :

Bila takut gelombang, mengapa berlayar …..? bila takut berkata cinta mengapa berikrar..

Yakin, sebelum datang ragu, sebagaimana engkau berikrar padaNya,

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah milik Allah..

Inilah cinta yang sesungguhnya, yang sanggup arungi gelombang kehidupan menuju pantai kedamaian.

Yang tiada panas tiada pula dingin..

Perahu adalah jasadmu, layar adalah iktiarmu, kuatkan tiang layarmu. mohon padaNya kekuatan, tuk arungi lautan kehidupan ini.

Jangan… perahumu tenggelam, menabrak karang nafsumu, berupa angan-angan dalam akal khayalmu, penyesalanpun tiada arti.

Yakinlah padaNya, sesungguhnya hidup dan mati ada dalam genggamannya, bersujud kening cium bumi ketulusan, senantiasa bumi memberi meski dihina dan dicaci, ibu bagi ragaku karena tanah asal daripadaNya.

MENGALIRLAH

Pandanglah jiwa sebagai pancuran, aliran kehidupanmu mengucur dari situ, semua bentuk yang engkau lihat, memiliki “mata air tetap” di alam tak bertempat. Tidak mengapa ketika bentuk musnah, karena aslinya selalu abadi.

Semua wajah cantik yang pernah kau lihat, semua kata penuh makna yang pernah kau dengar, janganlah berduka ketika semua itu hilang, karena sesungguhnya tidaklah demikian adanya

Ketika mata air menjadi sumber tak-terhenti, cabangnya terus mengalirkan air kemana-mana, lalu.., apa yang engkau keluhkan..? apa juga yang engkau risaukan…?

Pandanglah jiwa sebagai pancuran, dan semua ciptaan ini sebagai sungai, ketika pancuran mengucur, sungai pun mengalir dari situ.

Taruhlah kesedihanmu, dan teruslah minum air sungai ini, jangan pernah pikirkan kapan surutnya, aliran ini tiada hentinya.

Dari saat pertama engkau memasuki alam wujud ini, sebuah tangga sudah ada di hadapanmu, sehingga engkau dapat menapaki tangga ini untuk naik keatasnya.

Pertama engkau adalah mineral, lalu engkau berubah menjadi tetumbuhan, kemudian engkau menjadi hewan, hal ini semua telah kau lewati dan menjadi Rasa bagimu?

Kemudian engkau menjadi insan, dengan pengetahuan, akal dan keyakinan.

Pandanglah raga ini, yang tersusun dari tanah liat kering, pandanglah bagaimana dia telah tumbuh dengan sempurna. Ketika engkau berjalan terus dari insane, tiada diragukan lagi engkau akan menjadi malaikat.

Ketika engkau telah meninggalkan bumi ini, maka kedudukanmu adalah di langit, lewatilah kemalaikatanmu, masukilah samudra itu.sehingga tetesanmu menjadi lautan yang tak terhingga luasnya. tinggalkanlah kata “manusia” katakanlah “Yang Maha Esa” dengan seluruh jiwamu.

Tidak menjadi soal bila raga menjadi tua, lemah dan lusuh; ketika jiwa senantiasa muda.

Surah An-Nisa, (4 : 79)

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah (faminallah),, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari kesalahan dirimu sendiri (faminnafsika) . Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.”

Innalillahi wainnaillaihi rojiun
DariMu aku berasal , dariMu aku kembali
.
by : Hamin Tehupelasury

MENGENALI BEBERAPA SIFAT DAN ASAL USUL DIDALAM DIRI.

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wr wb..

A : SIFAT 20
1). WUJUD - Badan Insan SIFATKU mula jadi menanggung didalam dunia-KU.
2). KIDAM - RUH JASMANI kulitku mula jadi meliputi sekalian alam-KU.
3). BAQA’ - RUHANI dagingku mula jadi menanggung RASA didalam diri-KU.
4). MUKHALAFATUHU LIL HAWADITH - RUH NIBATI darahku mula menjadi meliputi Alam-KU.
5). QIAMUHUBINAFSIHI - RUH INSAN nafasku mula jadi berjalan ucapan didalam diri-KU.
6). WAHDANIAT - RUH RABBANI hatiku asal mula jadi TAHU didalam diri-KU.
7). KUDRAT - RUH QUDUS urat putihku yang tidak berdarah berjalan didalam diri-KU.
8. IRADAT - RUH KAHFI tulangku asal mula jadi menguatkan Alam diri-KU.
9). ILMU - RUH IDHAFI benihku asal mula jadi YANG NYATA didalam CERMIN HAQ.
10). HAYAT - RUH NURANI uratku yang meliputi didalam tubuh yang hidup alam diri-KU.
11). SAMA’ - BESI KURSANI pendengaran-KU asal semula jadi didalam diri-KU.
12). BASAR - PANCARAN MANIKAM kalam berkata-kata dengan sendirinya.
13). KALAM - RUH MANIKAM menzahirkan perkataan didalam dunia.
14). QAUNUHU QADIRUN - WUJUD MANIKAM tali Ruhku KUNHI ZAT dengan Sifat-KU.
15). QAUNUHU MURIDUN - ILMU ALLAH badanku asal mula jadi KALIMAH didalam diri-KU.
16). QAUNUHU ALIMUN - DARAJAT ALLAH kebesaran-KU asal mula jadi duduk didalam otak yang putih.
17). QAUNUHU HAIYUN - Amalan terlebih suci ialah amalan Kalimah AKU asal mula jadi alam diri-KU.
18). QAUNUHU SAMIUN - Bersama ZAT & SIFAT WAHDAH didalam Kalimah iman diri-KU.
19). QAUNUHU BASIRUN - RAHSIA NYAWA dengan BADAN WAHIDAH bersamalah Zat dengan badan tidak bercerai dunia akhirat.
20). QAUNUHU MUTAKALLIMUN - Ghaib didalam Ka’bah Ghaib aku didalam Ka’bah Kaca Arasy yang putih titik didalam Kalimah.
 
B. ASAL RUKUN 13 DIDALAM SHOLAT.
Inilah asal Rukun 13 yang wajib diketahui oleh penuntut ma'rifat dalam melakukan Solat. Adapun Rukun Sholat itu datangnya daripada ALLAH - BAPA dan IBU.
DATANG DARI ALLAH - 5 PERKARA :
1 Niat.
2 Nyawa.
3 Wujud.
4 Nafas, dan
5 Af’al.
Yaitu didalam bentuk Merasa - Mencium - Menjamah - Melihat & Mendengar :
DATANG DARIPADA BAPA - 4 PERKARA :
1 Tulang.
2 Kuku.
3 Rambut, dan
4 Rupa.
DATANG DARIPADA IBU - 4 PERKARA :
1 Darah.
2 Daging.
3 Otak, dan
4 Lendir.
Terhimpun menjadi 13 maka jadilah Rukun 13 perkara melakukan SHOLAT setiap hari memulangkan sekalian HAQNYA sebagai ISI AMANAH yang dipertaruhkan kepada kita :
 
C. YANG MATI - YANG HILANG - YANG TINGGAL - YANG PULANG
YANG MATI itu ada 6 perkara yakni :
1 Wujud.
2 Anggota.
3 Hawa.
4 Nafsu.
5 Gerak,dan
6 Diam.
YANG HILANG itu ada 4 perkara yakni :
1 Darah.
2 Daging.
3 Tulang, dan
4 Kulit.
YANG TINGGAL itu ada 2 perkara yakni :
1 Iman, dan
2 Taat.
YANG PULANG itu ada 1 saja yakni :
1 NYAWA.
Pulang keempunya diri yaitu keasalnya.
inilah yang disebut : INNAA LILLAHI WA INNAA ILAIHI ROOHI'UUN.
 
D. PENGERTIAN ALLAH DAN NABI MUHAMMAD MUSTAFFA RASULLULLAH.
NABI :
Adapun Tubuh Nabi Muhammad itu yang zahir ialah AF’AL daripada DZAT. Adapun nyawa Nabi Muhammad itu SIFAT daripada DZAT ALLAH.
SIFAT :
Adapun SIFAT itu NYAWA kepada Muhammad. MUSTAFFA - Adapun hati Mustaffa itu ASMA’ daripada DZAT ALLAH.
ASMA’ :
Adapun ASMA’ itu adalah yang terurai dalam 99 Asma'-Nya.
AF’AL :
Adapun AF’AL itu Tubuh Nabi namanya AF’AL.
RASULLULLAH :
Adapun Rasullullah itulah SIRR/RASA daripada DZAT ALLAH SWT.
DZAT :
Adapun DZAT itu TUHAN, Rasa pada Nabi = Cahaya Ilmu Kalam = SIRRULLAH namanya.
Itulah sebabnya kita bertuhan kepada Allah dengan 4 syarat yakni :
Pertama :
DZAT ALLAH itu Tuhan pada diri kita.
Kedua :
SIFAT ALLAH itu NYAWA pada diri kita.
Ketiga :
ASMA’ ALLAH itu HATI pada diri kita.
Keempat :
AF’AL ALLAH itu TUBUH pada diri kita.
~ TAJALLI Af’al Allah pada Tubuh.
~ Tajalli Asma’ Allah pada Hati.
~ Tajalli Sifat Allah pada Nyawa.
~ Tajalli Dzat Allah pada Sirr/Rasa yakni sebenar-benarnya RASA didalam diri.
 
E. PERINGATAN TENTANG SOLAT.
Barangsiapa menyembah NAMA TANPA MA'ANA bahawasanya ia KUFUR.
Barangsiapa menyembah MA'ANA TANPA NAMA bahawasanya ia MUNAFIK.
Barangsiapa menyembah NAMA dan MA'ANA dengan HAKIKAT dan MA'RIFAT mereka itulah MUKMIN sejati.
Barangsiapa meninggalkan NAMA DAN MA'ANA bahawasanya mereka itulah ARIFBILLAH.
Sholat Da-im itu ialah sholah tanpa huruf tanpa suara tanpa perbuatan. Ialah kerja HAYAT atau kerja HIDUP. Yang Hidup itu ialah NURULLAH atau Nur Muhammad yakni Nyawa.
WUJUD :
Adapun WUJUD itu AIN DZAT artinya kenyataan kerana lafaznya dibaca itu wujud maknanya DZAT. Ini adalah kerana Wujud itu ADA. Maka yang ADA itu DZAT. Maka tiada diperoleh dengan lafaz yang lain daripada Wujud itu kerana wujudanya itu menyatakan DZAT-nya. Maka sebab itu dikatakan AIN DZAT namanya.
Adapun Wujud itu artinya ADA. Apa yang dikatakan itu ada. Yang dikatakan itu ialah DZAT. Adapun Wujud ini ditilikkan pihak lafaznya SIFAT dan jika ditilik pada ma'ananya DZAT dan apa yang dikatakan lafaz itu kerana bacaan itu Wujud ada DZAT Inilah ma'ananya.
Adapun WUJUD DIRI SENDIRI berdiri dengan DZAT. Apa sebab dikatakan Wujud itu berdiri dengan dzat? Sebab lafaz wujud itu ada manakala yang ADA itu ialah DZAT.
 
F. RASA DIDALAM DIRI :
Ini menyatakan bahawa didalam badan manusia itu ada 4 bagian yaitu : NAFAS - ANPAS - TANAPAS dan NUPUS.
Sesungguhnya bagaimana rupa jasmani begitu jugalah rupa NYAWA. Manakala Nyawa itu adalah NAFAS dan TANAPAS itu saperti ANPAS. Maka keempat itu berperingkat sampai kepada NUPUS dan Nupus itu saperti rupa DZAT manakala DZat itu saperti rupa SIFAT dan Sifat itu saperti rupa ASMA’ dan Asma’ itu saperti rupa AF’AL.
Dan perkara diatas diakui oleh Allah saperti FirmanNya melalui Hadith Qudsi :
"Insan itu RASA-KU dan AKU RASA-nya".
Barangsiapa mengenal BADAN-nya
Maka ia akan mengenal NYAWA-nya.
Barangsiapa mengenal NYAWA-nya
Maka ia akan mengenal SIRR-nya.
Barangsiapa mengenal akan SIRR-nya
Maka ia akan mengenal TUHAN-nya yang qadim adanya.
Ketahuilah olehmu wahai talib :
YANG KELUAR itu bernama NAFAS
Yang dinamai ANPAS itu gerak dari hidung sampai kebawah leher.
Dan yang dinamai TANAPAS itu gerak dari bawah leher sampai ke hati.
Yang dinamai NUPUS itu didalam Hati.
Itulah HAKIKAT NYAWA.
AWALUDDIN MAKRIFATULLAH :
Permulaan agama mestilah MENGENAL ALLAH. Firman allah: Ya Muhammad kenalkanlah DIRI kamu sebelum kamu Mengenal Aku dan sebenar-benar kenal Diri kamu ialah Engakau Kenal Aku. Allah juga Berfirman: Ya Muhammad Aku jadikan baharu alam ini kerana Engkau dan Aku jadikan engkau kerana Aku. Maka engkau inilah sebenar-benarnya RAHSIA AKU. Dengan ini bererti kita mesti berpegang kepada pokok kesimpulan RAHSIANYA itu yakni kita mesti betul betul kepada pengertian dan pemahaman RahsiaNya itu dengan terang dan jelas. Marilah kita renungi Firman Firman Allah saperti berikut: Aku tidak memandang kepada rupamu yang cantik.pengetahuanmu yang banyak jika kamu tidak Mengenal Aku maka sia sia sajalah amal kebajikan serta solat kamu yakni umpama debu yang berterbangan diudara ditiup angin.
ENGKAU ITU AKU DAN AKU ITU ENGKAU :
Oleh itu saudaraku sekalian kamu tuntutlah betul betul dan pelajarilah dengan sungguh sungguh serta kajilah dengan mendalam agar kamu DAPAT MENGENAL ALLAH dengan sebanar-benarnya. Mudah-mudahan Allah akan mengangkat Darjat kamu menjadi WALINYA. Sebanyak manapun kitab kita baca, kaji dan pelajari INTIPATI yang perlu kita dapat dan perolehi hanya EMPAT (4) PERKARA saja yaitu perkara yang membolehkan amal ibadah kita diterima dan diakui oleh Allah SWT.
Perkara itu ialah:-
Pertama : Mengenal Allah dengan sebenar-benar pengenalan dengan bukti yang terang dan jelas.
Kedua : senantiasa dalam TUBUH ALLAH dengan bukti yang terang dan jelas juga.
Ketiga : sentiasa mendengar SERUAN ALLAH juga dengan bukti yang jelas dan terang.
Keempat : Datang dari Allah kembali kepada Allah dengan pedoman yang sebenar-benarnya terang dengan bukti yang jelas.
Sesungguhnya keputusan perkara perkara diatas, nampaknya senang dibaca tetapi tiap tiap satu perkara diatas bukanlah hal yang mudah diperoleh pemahaman dan pegangan keimanannya walaupun kita telah membaca mengkaji banyak buku, berguru dengan berbagai guru, jika kita tidak menemui / ditemukan dengan buku buku dan guru guru yang benar benar dapat memberi petunjuk untuk pemahaman kita secra terang dan jelas.
 
G. HENING - QASAD - TA'RIDH & TA’YUN.
HENING itu apa?
Adapun HENING itu tiada dapat menyerupai dengan CAHAYA yang lain. Adapun JERNIH itu apakala tertenung lantas 7 petala langit dan 7 petala bumi. Maka dalam cahaya yang HENING JERNIH itu yang terang benderang itulah CAHAYA PUTIH SIFAT saperti terlebih putih daripada kapas bersifat saperti SIFAT KITA. Ada tanda pada DAHI kita tersurat NAMA ALLAH. Inilah RUH NABI kita. Maka dalam ZIKIR ALLAH syaratnya terhapus sekalian diri dengan keadaan diri kita yang kehambaan bagi RUH NABI saw yang dikatakan sebenar-benar SIFAT ALLAH NUR MUHAMMAD namanya. Dan cahaya terang benderang hening jernih itulah CAHAYA DZAT ALLAH adanya. Wallah Hu Alam.
QASAD :
Adapun QASAD itu MENYATAKAN NIAT tiada huruf dan tiada suara. Yang ada huruf dan suara BUKAN NIAT tetapi ADOM (ADAM). Adapun yang sebenar-benarnya NIAT yang tiada huruf dan tiada suara itu ialah DZAT ALLAH. Inilah NIAT yang sebanar-benarnya. Asal Niat dan tempat niat pada zahirnya ialah kita yang berniat tetapi sebenarnya ialah TUHAN YANG MUTLAK yang bersifat WAJIBUL WUJUD KHALIQUL ALAM lagi ber-Sifat KAMIL MUKAMIL.
TA’RIDH :
Adapun TAQ’RID itu MENYATAKAN FARDHU. Yang sebenar-benarnya Fardhu itu ialah TAJALLI SIFAT ALLAH artinya NYATA SIFAT ALLAH itu NUR MUHAMMAD AIN SABITAH pun ia juga namanya, UJUD IDHAFI dan INSAN pun ia juga. Inilah sebenar-benarnya FARDHU itu. Asal Fardhu ialah RUH NABI MUHAMMAD saw tempat Tajalli sekalian Ruh Adam itu. Sebab dikatakan ASAL FARDHU yang sebenarnya kerana sekalian nyawa itu tajalli daripada NUR MUHAMMAD saperti kata HADITH QUDSI: ANA MINALLAHU KULI SYAIMINAN NUR yang bermaksud. Daku daripada Allah manakala segala sesuatu atau cahaya alam ini daripada cahayaku.
ANA MINALLAHU WAL ANBIYA.
Yang bermaksud Aku daripada Allah sekalian anbia’ daripada aku. ANA MINALLAHU WAL MUKMININAA MINNI. Aku daripada Allah dan segala / semua mukminin daripada aku. Inilah sebabnya dikatakan MUHAMMAD itu BAPA SEKALIAN RUH dan ADAM itu BAPA SEKALIAN TUBUH / JASAD. Inilah juga sebab kenapa dikatakan yang Fardhu PADA KITA ITU NYAWA. Nyawa itu PEMERENTAH BADAN. Jika tidak digerakan oleh Nyawa tidak bergeraklah badan.
TA’YUN :
Adapun TA’YUN itu menyatakan WAKTU Zuhur, Asar dan lain lain lima waktu itu. Adapun yang sebenarnya NYATA AF’AL ALLAH SWT pada Jasad Adam yaitu Tubuh kita ialah ALAM RUH YANG KASAR. Itulah sebenarnya TA’YUN yakni sebenar benar NYATA.
 
H. ALLAH - NIAT - AHDAH - WAHDAH - WAHIDIAH.
ALLAH - Alif - Lam -Lam- Ha. ALIF itu AHDIAH DZAT. LA TAAYUN pun ia SIRRULLAH pun ia juga. Inilah ASAL NIAT yang tiada huruf dan tiada suara. Inilah USALLI SOLAT artinya Aku Sholat Sifatnya NAFSI WUJUD. Adapun ALIF itu dalil menyatakan FARDHU . Inilah maknanya DZAT mertabat INSAN dan AHADIAH. Dengan kebesaran ALIF ini maka jadilah LAM yakni dengan kebesaran dan kekayaan SIFAT DZAT artinya ESA pada pihak LAM AWAL = ALIF DIATAS. Adapun ALIF DI-ATAS itu dalil menyatakan SIFAT huruf ALIF diatas. Maka jadilah LAM AWAL maknanya SIFAT SEMATA-MATA mertabatnya WAHDAH yakni TA’AYUN AWAL artinya NYATA YANG PERTAMA yakni TAJALLI SIFAT ALLAH menjadi NUR MUHAMMAD - AIN SABITAH - WUJUD IDHAFI - INSAN KAMIL pun ia juaga menanggung namaNya ALLAH. Inilah asal FARDHU yang sebenarnya yakni SIFAT MA'ANI. LAM AKHIR = ALIF DIBAWAH.
Adapun Alif Di-bawah itu dalil menyatakan ASMA’NYA. Huruf Alif dibawah menjadi LAM AKHIR maknanya ASMA’ mertabat WAHIDIAH yang bernama ALLAH yakni TA’AYUn THANI artinya NYATA YANG KEDUA maka Tajallilah RUH ADAM dengan kebesaran, kelimpahan Ruh inilah menjadi Tubuh Adam daripada huruf Alif diatas. Maka huruf ini maknanya Dzat Alif Di-Atas maka jadilah LAM AWAL maknanya Sifat Alif dibawah. Maka jadilah LAM AKHIR maknanya ASMA’ ALIF didepan. Maka jadilah maknanya AFAL . Maka 4 huruf itu empat Sifat Alif Lam Lam Ha. ALLAH HU AKBAR. ALLAH - (Alif - Lam - Lam - Ha) - Empat Sifat. ALIF = ZAT. LAM AWAL = SIFAT. LAM AKHIR = ASMA’. HA = AF’AL.
AKBAR - (Alif - Kaf - Ba - Ra). ALIF = KAHAR. KAF = JAMAL. BA = JALAL. RA = KAMAL. ALLAH = GHAIBUL GHUYUB. ALIF = LA TA’AYUN = MERTABAT DZAT. LAM AWAL = TA’AYUN AWAL = NUR MUHAMMAD = RUH. LAM AKHIR = TA’AYUN THANI = MERTABAT ADAM = NYAWA. HA = MERTABAT TUBUH = JASAD. DZAT DIRI YSNG BERDIRI SENDIRI .Wujudanya di Alam LAHUT. Zikirnya AH (Alif Ha) AH . Ilmunya KAMAL YAKIN. SIFAT DIRI DENGAN DZAT. Wujudanya Alam JABARUT. Zikirnya HU HU. Ilmunya HAQ QUL YAKIN
 
I. ASMA’ DIRI YANG TERPERI.
Wujudanya di Alam MALAKUT.
Zikirnya ALLAH 3 x.
Ilmunya - ILMU YAKIN
AF’AL DIRI YANG TAJALLI. Wujudanya dialam SAHADAH. Zikirnya LA ILA HA ILLALLAH. Ilmunya - ILMU YAKIN. Jelaslah perwujudan itu sebagai PENZAHIRAN KEBESARAN diriNya. Dengan wujud itu terzahir pula segala KEINDAHAN JAMAL Allah namanya. Lantas terzahir pulalah CAHAYANYA yang menerangi segala Keindahan itu JALAL ALLAH namanya dengan KEAGUNGAN itu sempurnalah sudah sebagai Kenyataan ALLAAHU AKBAR.
HAKIKAT FATIHAH. Ia Menyatakan DIRI
BISMILLAH :
Menjadi diri-Nya AR-RAHMAN itu Ya Muhammad, engkau jua keadaan YA RAHIM itu. Ya Muhammad engkaulah kekasihKu. Tiada yang lain.
ALHAMDULULLAH :
Ya Muhammad yang membaca Fatihah itu Aku. Yang memuji itu pun Aku. Alhamdulillah itu Ya Muhammad Sholatmu ganti SholatKu tempat memuji DiriKu sendiri.
RABBIL'AALAMIIN :
Rabbil 'Aalamin itu Aku Tuhan Sekalian Alam.
AR RAHMAN - AR - RAHIM :
Ya Muhammad yang membaca Ftihah itu Aku yang Memuji itu pun Aku juga.
MALIKI YAUMIDDIIN :
Ya Muhammad Aku Raja Yang Maha Besar.engkaulah kerajaannya.
IYYA KANA’ BUDU :
Ya Muhammad yang sholat itu Aku. Aku memuji DiriKu Sendiri..
WA IYYAKA NAS TAA IIN :
Ya Muhammad tiada kenyataanKu jika engkau tiada.
IH DI NAS SII RATAL MUSTAAQIM :
Ya Muhmammad Awal dan Akhir itu Aku.
SIRAATAL LAZIINA AN'AMTA 'ALAIHIM :
Ya Muhammad sebab Aku sukakan engkau, maka engkau adalah kekasihKu.
GHAIRIL MAGHDUBI 'ALAIHIM :
Ya Muhammad Aku jadi Pemurah padamu kerana engkau itu kekasihKu.
WALADHDHAALLIIN :
Ya Muhammad jika tiada Aku maka tiadalah engkau. Aamiin
Ya Muhammad Rasamu itu Rasa Aku. Yakni yang disembah itu tiada suatu juapun didalamnya melainkan Tuhan-KU. Maka apabila Sholat, ghaiblah didalamnya. Apabila ghaib ESA-lah ia dengan Tuhannya. Yang Solat itu tiada dengan lafaz dan maknanya dengan citarasa, yang sholat amat rapat kepada Zat Yang Esa dengan kata ALLA HU AKBAR. Maka barangsiapa masuk didalam Sholat, lalu berserah diri, Tubuh dan Nyawa-nya, maka kekallah Sifat dengan Tuhannya.
Sabda Nabi saw :
Tatkala kamu Takbiratul Ihram membuangkan lafaz dan makna melainkan Wujud Mutlak semata-mata.
 
J. SIFAT MA'ANI & SIFAT MA'NAWIYAH :
A. DAERAH KITA MENGENAL DIRI YANG KASAR.
ADAM = JASAD YANG KASAR:
1. HIDUP Jasad dengan hidup Nyawa.
2. TAHU Jasad dengan tahu Nyawa.
3. BERKUASA Jasad dengan berkuasa Nyawa.
4. BERKEHENDAK Jasad dengan kehendak Nyawa.
5. MENDENGAR Jasad dengan mendengar Nyawa.
6. MELIHAT Jasad dengan melihat Nyawa.
7. BERKATA Jasad dengan berkata Nyawa
B. DAERAH KITA MENGENAL DIRI KITA YANG BATIN.
MUHAMMAD = NYAWA INSAN
1. HIDUP Nyawa dengan HAYAT Tuhan.
2. TAHU Nyawa dengan ILMU Tuhan.
3. BERKUASA Nyawa dengan KUDRAT Tuhan.
4. MENDENGAR Nyawa dengan SAMA’ Tuhan.
5. MELIHAT Nyawa dengan BASAR Tuhan.
6. BERKEHENDAK Nyawa dengan IRADAT Tuhan.
7. BERKATA Nyawa dengan KALAM Tuhan.
 
K. PANDANG WUJUD YANG ESA PADA WUJUD YANG BANYAK. ZIKIRNYA HU ALLAH.
Adapun Allah itu banyak namaNya kerana Nama Allah yang menjadikan Alam dengan limpah Sifat Sifat diatas. Oleh karena itu Alam ini ialah Hakikat DZAT YANG ESA.
DALIL DALIL AL-QURAN :
WALLAH HU MUHITHU LIL ALAMIN.
Adapun Allah itu MELIPUTI sekalian Alam.
LA TATA HAR RAKU ZAR RATUN ILLA BI IDZ NILLAH. Tiada bergerak satu zarah sekalipun melainkan dengan IzIn Allah.
WA LA HAU LA WALA QUWWA TA ILLA BILLAH. Tiada DAYA UPAYA melainkan dengan KUDRAT Allah.
FA IN NA MA TAL WAL LAU AF SII HIM WAJ JAHULLAH. Dimana kamu hadapkan wajahmu disitu Wajah Allah.
Engkau pandang hal ini hingga sampai ke yang menjadikan, janganlah terhenti pandanganmu pada sekalian itu hingga sampai kepada yang Menjadikannya yaitu DZAT WAJIBUL WUJUD. Jika engkau pandang keadaan dirimu hendaklah engkau pandang dengan HAYAT Tuhanmu. Jika engkau pandang pengetahuanmu hendaklah engkau pandang ILMU Allah. Apabila engkau pandang kuasamu hendaklah engkau pandang KUDRAT Allah. Begitulah seterusnya dengan pancainderamu dan Sifat Sifat MA'ANI Allah yang lain. Jika tidak demikian halnya sia-sialah pandanganmu itu dan DURHAKAlah engkau terhadap Tuhanmu yang telah menciptakanmu.
 
L. TAUHID TAKBIRATUL IHRAM (TI).
Adapun syarat TI itu hendaklah HADIR MATA HATI SYAHADAT KE DZAT ALLAH SWT. Sebelum takbir kita NIATKAN didalam Hati yang kita MEMULANGKAN SEKALIAN PANCAINDERA yang dikaruniakan kepada kita (kepada Allah = fakir) Niatnya ialah Tiada pendengaranku hanya ia (pendengaran Dzat Allah) tiada penglihatanku hanya ia, tiada huruf tiada suara hanya ia, tiada 
pencuimanku hanya ia, tiada gerak dan diamku hanya ia.
 
M. HAKIKAT DZAT AF’AL - HAKIKAT SOLAT.
Adapun arti SHOLAT sebenarnya ialah YANG MENYEMBAH ITU HAMBA, YANG DISEMBAH ITU TUHAN. Yang menyembah itu FANA’ - yang disembah itu BAQA’. Maka sihamba PULANG KEPADA ADOMNYA. Maka KEKALLAH TUHAN semata-mata pada SUHUD kita. Yang Menyembah dan Yang Disembah pun ia juga. Yang memuji = DIA Yang Dipuji pun DIA juga kerana Allah SWT Memuji DiriNya sendiri melalui lidah makhlukNya (Insan). Maka hamba itu tetaplah FANA’ sebab ditilik sekalian keadaan dirinya habis terpulang kepada Allah - Ilmu, hayat, Kudrat, Iradat, Sam’, Basar, Kalam . Yang ada pada dirinya adalah SIFAT DZAT ALLAH semata-mata. Adapun Tuhan itu tiada diatas, tiada dibawah, tiada dihadapan, tiada dibelakang tiada dikanan maupun dikiri. TIADA HAMBA TIADA TUHAN YANG WUJUD HANYA DZAT ALLAH WAJIBUL WUJUD.
 
N. MEMULANGKAN AMANAH.
Hadith Qudsi yang bermaksud:
1. TUKARKAN CAHAYA DIRIMU KEPADA CAHAYA TUHANMU
2 MATIKAN DIRI KAMU SEBELUM KAMU MATI
Adapun maksud MATIKAN itu ialah MEMULANGKAN AMANAH ALLAH yang ditanggungkan kepada kita. Amanah Allah itu ialah WUJUD KITA YANG KASAR (Jasad) dan Yang Menanggung Amanah itu ialah WUJUD KITA YANG BATIN yakni Nyawa dan YANG MENGAMANAHKAN itu ialah DZAT ALLAH. Adapun SYARAT Memulangkan Amanah Allah itu ialah tatkala kita mengatakan ALLAH itu tarik nafas kita dari dalam FUAD hingga sampai kealam QUDDUS. Alam itu UBUn UBUN dan maqom KAB FUSAIN yaitu antara dua bulu kening. Maka kita tahankan hingga kuat sekalian alam kita merasa hapus wujud kita yang kasar kepada wujud kita yang batin - hapus wujud yang batin kepada DZAT SEMATA-MATA kepada suhud kita.
Maka hapus dan karamlah sekalian SIFAT BASARIAH dalam lautan BAHRUL QADIM hingga nyata Sifat laut semata, yaitu Lautan Alam AHADIYATULLAH. Maka katakanlah ALLAH HU AKBAR . telah fana’ sekalian kelakuan dan diri kita maka nyatalah BAQA’ keadaan DZAT Tuhan semata. Inilah dikatakan SUHUD sehingga sampai kepada SALAM. Adapun SUHUD itu artinya PANDANG MATA HATI arti Mata Hati ialah pengetahuan Nyawa. Alam Nyawa itulah sebenar-benarnya IMAN. Inilah SIRRULLAH yaitu cahaya Alam Ilmu DZAT ALLAH yang tiada huruf tiada suara Wujud Mutlak yakni Wujud Dzat Wajibul Wujud.
 
Sampai disini paham ya?
Jika ada sesuatu yang belum dipahami silahkan ketik dikolom komentar, saran dan kritik kalian sangat berguna bagi kami, dan akan kami bahas pada bab-bab selanjutnya.
Dan jika kalian suka dengan halam ini silahkan klik "IKUTI" dibagian kanan halaman ini untuk mendapatkan updatenya.