Laman

Jumat, 01 Mei 2020

SIRRUL ASRAR, BAB 24: DO’A DAN DZIKIR DI JALAN SULUK

Siapapun yang memilih untuk memisahkan dirinya dari dunia agar supaya dapat menghampiri Allah, hendaklah mengetahui ibadat-ibadat, seperti do’a dan dzikir yang sesuai untuk tujuan tersebut. Melakukan ibadat tersebut memerlukan suasana yang suci dan sebaik-baiknya berada di dalam keadaan berpuasa. Usahakan agar ruang khalwat berdekatan dengan masjid, karena syarat bagi salik agar dapat meninggalkan ruang khalwatnya lima kali sehari untuk melaksanakan shalat fardhu berjama’ah dan pada ketika tersebut hendaklah menjaga dirinya agar tidak menonjol, menyembunyikan diri dan tidak berkata-kata walau sepatah kata pun. Siapapun yang sedang dalam suluk hendaklah mengambil langkah tegas untuk lebih menghayati dan mematuhi prinsip-prinsip, dasar-dasar dan syarat-syarat shalat fardhu berjamaah.

Setiap malam, ketika tengah malam, salik harus bangun untuk mengerjakan shalat tahajjud, yang artinya tetap dalam suasana terjaga sepenuhnya di sa’at-sa’at tidur. Shalat tahajjud membawa symbol kebangkitan setelah mati. Apabila seseorang berhasil bangun untuk melakukan shalat tahajjud, maka dia adalah Pemilik hatinya dan pemikirannya akan jernih. Agar “suasana jaga” ini tidak rusak, janganlah melibatkan diri dengan kegiatan harian seperti makan dan minum.

Sebaiknya, sa’at bangun dari tidur dan menyadari telah dibangkitkan dari kelalaian kepada kesadaran, maka ucapkanlah:
“Alhamduli-Llahi ahyani ba’da ma amatani wa-ilaihin-nusyur- Segala puji bagi Allah yang telah membangkitkan aku setelah mengambil hidupku. Sesudah mati, semua akan dibangkitkan dan kembali kepada-Nya”.

Kemudian bacalah sepuluh ayat terakhir surah al-‘Imraan, yaitu ayat 190–200. Selepas itu ambil wudhu’ dan berdo’a:
“Kemenangan untuk Allah! Segala puji untuk-Mu. Tidak ada yang lain daripada-Mu yang layak menerima ibadat. Aku bertaubat dari dosaku. Ampuni dosaku, maafkan kehadiranku, terimalah taubatku. Engkau Maha Pengampun, Engkau suka memaafkan. Wahai Tuhanku! Masukkan aku ke dalam golongan mereka yang menyadari kesalahan mereka  dan masukkan aku ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih yang memiliki kesabaran, yang bersyukur, yang selalu mengingat Engkau dan yang memuji Engkau malam dan siang hari”.

Kemudian dongakkan pandangan ke langit dan buat pengakuan:
“Aku bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah, Esa, tiada sekutu, dan aku bersaksi Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku berlindung dengan keampunan-Mu daripada azab-Mu. Aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari murka-Mu. Aku berlindung dengan-Mu dari-Mu. Aku tidak mampu mengenali-Mu sebagaimana Engkau kenali Diri-Mu. Aku tidak mampu memuji-Mu selayaknya. Aku adalah hamba-Mu, aku adalah anak dari hamba-Mu. Dahiku yang di atasnya Engkau tuliskan takdir adalah dalam tangan-Mu. Perintah-Mu berlaku atas aku. Apa yang Engkau tentukan untukku adalah baik bagiku. Aku serahkan kepada-Mu tanganku dan kekuatan yang Engkau letakkan padanya. Aku buka diriku di hadapan-Mu, mengakui semua dosaku. Tiada Tuhan kecuali Engkau, dan Engkau Maha Pengampun, aku yang zhalim, aku yang berbuat kejahatan, aku menzhalimi diriku. Untukku karena aku adalah hamba-Mu ampunkan dosa-dosaku. Engkau jualah Tuhan, hanya Engkau yang dapat mengampunkan”.

Kemudian menghadap ke arah kiblat dan ucapkan:
“Allah Maha Besar! Segala puji untuk-Nya. Aku ingat dan membesarkan-Nya”.

Kemudian ucapkan sepuluh kali:
“Segala kemenangan buat Allah”.

Kemudian ucapkan sepuluh kali:
“Segala puji dan syukur untuk Allah”.

Kemudian ucapkan sepuluh kali:
“Tiada Tuhan melainkan Allah”.

Kemudian lakukan shalat sepuluh rakaat, dua rakaat satu salam. Nabi saw bersabda, “Shalat malam dua, dua”. Allah memuji orang yang melaksanakan shalat malam.

“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”. (QS. Al Isra: 79).

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan”. (QS. As-Sajadah: 16).

Kemudian pada akhir malam bangkit kembali untuk melaksanakan shalat witir tiga rakaat, shalat yang menutup semua shalat pada hari itu. Pada rakaat ketiga selepas al-Fatihah bacakan satu surah dari al Quran, kemudian angkatkan tangan seperti pada permulaan shalat sambil ucapkan “Allahu Akbar!” dan bacalah do’a qunut. Kemudian selesaikan shalat seperti biasa.

Setelah matahari terbit orang yang di dalam suluk perlu melaksanakan shalat isyraq, shalat yang menerangi, dua rakaat. Selepas itu melakukan shalat istiazhah dua rakaat, mencari perlindungan dan keselamatan dari gangguan syaitan. Pada rakaat pertama selepas al-Fatihah bacalah surah al-Falaq. Dalam rakaat kedua selepas al-Fatihah bacalah surah an-Nas.

Untuk mempersiapkan diri pada hari itu, lakukan shalat sunat istikharah, shalat meminta petunjuk Allah untuk keputusan yang benar pada hari itu. Pada tiap rakaat selepas al-Fatihah bacalah ayat al-Kursi. Kemudian tujuh kali surah al-Ikhlas.

Kemudian pagi itu lakukan shalat dhuha, shalat keshalihan dan kedamaian hati. Lakukan enam rakaat. Bacalah surah asy-Syams dan surah ad-Dhuha.

Shalat dhuha diikuti oleh dua rakaat kaffarat, shalat penebusan terhadap kekotoran yang mengenai seseorang yang tidak disadari. Tersentuh dengan kotoran walaupun secara tidak di sengaja masih berdosa, dapat dihukum. Ini bias terjadi walaupun di dalam suluk, misalnya melalui keperluan tubuh badan. Nabi saw bersabda, “Jaga dari najis – walaupun ketika kamu buang air kecil satu titik tidak mengenai kamu – karena sesungguhnya dapat mendatangkan siksaan di alam kubur”. Setiap rakaat, selepas membaca al-Fatihah, bacalah surah al-Kautsar tujuh kali.

Satu lagi shalat sunnah – panjang, walaupun hanya empat rakaat – harus dilakukan dalam satu hari sewaktu berkhalwat atau suluk. Ini adalah shalat tasbih – shalat penyucian atau pemujaan. Jika seseorang itu mengikuti mazhab Hanafi dia melakukannya empat rakaat satu salam. Jika dia berfaham Syafi’e dilakukannya dua rakaat satu salam, dua kali. Ini jika dilakukan di siang hari. Jika dilakukan malam hari Hanafi dan Syafi’e sependapat, dua rakaat satu salam, dua kali.

Nabi saw memberitahu mengenai shalat ini kepada saudara baginda, Ibnu Abbas, “Wahai  saudaraku yang ku kasihi. Ingatlah, akan aku berikan kepadamu satu pemberian. Perhatikanlah, aku akan sampaikan kepadamu satu yang sangat baik. Ingatlah, aku akan memberikan kepadamu kehidupan dan harapan baru. Ingatlah, aku akan berikan kepada kamu sesuatu yang bernilai sepuluh kali perbuatan-perbuatan yang baik. Jika kamu kerjakan apa yang aku beritahu dan ajarkan kepada kamu ini, Allah akan ampunkan dosa-dosamu yang lalu dan yang akan datang, yang lama dan yang baru, yang kecil dan yang besar. Lakukan secara tersembunyi atau terbuka”.

“Engkau kerjakan shalat empat rakaat. Pada tiap-tiap rakaat selepas al-Fatihah, bacalah satu surah dari al Quran. Ketika kamu berdiri, bacalah lima belas kali:
Subhana Llahi il-hamdu li-Llahi la ilaha illa Llahu wa-Llahu akbar, wa-la hawla wa-la quwwata illa billahil l-‘Ali I-‘Azim.
Bila kamu ruku’, tangan di atas lutut, bacalah sepuluh kali. Ketika berdiri ulangilah sepuluh kali lagi. Ketika kamu sujud bacalah sepuluh kali. Bila kamu bangun dari sujud bacalah sepuluh kali. Ketika duduk bacalah sepuluh kali. Kemudian sujud lagi, bacalah sepuluh kali. Duduk lagi sebelum bangkit, bacalah sepuluh kali. Kemudian bangun untuk rakaat kedua. Lakukan serupa untuk rakaat yang lain sehingga empat rakaat”.
“Jika kamu mampu lakukan shalat ini setiap hari. Jika tidak lakukan sekali sebulan. Jika tidak mampu juga lakukanlah sekali setahun. Jika masih tidak mampu juga lakukanlah sekali seumur hidup”.

Jadi, empat rakaat itu tasbih diucapkan sebanyak tiga ratus kali. Sebagaimana Nabi saw ajarkan kepada saudara baginda Ibnu Abbas, dianjurkan juga kepada orang yang bersuluk melakukan shalat tersebut.

Selain dari tugas tersebut, orang yang di dalam suluk juga dianjurkan membaca al Quran sekurang-kurangnya sebanyak 200 ayat sehari. Dia juga hendaknya mengingat Allah secara terus menerus dan menurut suasana ruhani, baik dengan menyebut nama-nama-Nya yang indah secara kuat atau senyap di dalam hati. Ingatan di dalam hati secara senyap hanya terjadi bila hati selalu terjaga dan hidup. Dzikir ini adalah ucapan rahasia yang tersembunyi.

Setiap orang (salik) mengingat Allah menurut keupayaan masing-masing. Allah berfirman:
“Hendaklah kamu sebut Dia sebagaimana Dia pimpin kamu”. (Surah al-Baqarah, ayat 198).

Ingatlah kepada-Nya menurut kemampuan kamu. Pada setiap tahap keruhanian ingatan itu berbeda-beda. Dia memiliki satu nama lagi, Dia memiliki satu sifat lagi, satu cara lagi. Hanya salik yang ditahap itu lah yang tahu dzikir yang sesuai.

Orang yang di dalam suluk juga dianjurkan membaca surah al-Ikhlas seratus kali sehari. Perlu juga membaca Shalawat seratus kali sehari. Dia juga perlu membaca doa ini sebanyak seratus kali:
“Astaghfiru Llah al-‘Azim, la ilaha illa Huwa l-Hayy ul-Qayyum – mimma qaddamtu wa-ma akhkhartu wa-ma ‘alantu wa-ma asrartu wa-ma anta a’lamu bihi minni. Anta l-Muqaddimu wa-antal Muakhkhiru wa-anta ‘ala kulli syai in Qadir”.

Masa yang selebihnya, setelah melakukan ibadat-ibadat yang telah dinyatakan diatas, gunakan untuk membaca Quran dan lain-lain pekerjaan ibadat.