Laman

Rabu, 15 Januari 2014

Rahasia Dzikir

Ibnu Athaillah As Sakandary
Dzikir itu bermacam-macam. Sedangkan Yang Didzikir hanyalah Satu, dan tidak terbatas. Ahli dzikir adalah kekasih-kekasih Allah. Maka dari segi kedisiplinan terbagi menjadi tiga:
Dzikir Jaly
Dzikir Khafy
Dzikir HaqiqiDzikir Jaly (bersuara), dilakukan oleh para pemula, yaitu Dzikir Lisan yang mengapresiasikan syukur, puhjian, pebngagungan nikmat serta menjaga janji dan kebajikannya, dengan lipatan sepuluh kali hingga tujuh puluh.Dzikir Batin Khafy (tersembunyi) bagi kaum wali, yaitu dzikir dengan rahasia qalbu tanpa sedikit pun berhenti. Disamping terus menerus baqa' dalam musyahadah melalui musyahadah kehadiran jiwa dan kebajikannya, dengan lipatan tujuh puluh hingga tujuh ratus kali.
Dzikir Haqiqi yang kamil (sempurna) bagi Ahlun-Nihayah (mereka yang sudah sampai di hadapan Allah swt,) yaitu Dzikirnya Ruh melalui Penyaksian Allah swt, terhadap si hamba. Ia terbebaskan dari penyaksian atas dzikirnya melalui baqa'nya Allah swt, dengan symbol, hikmah dan kebajikannya mulai dari tujuh ratus kali lipat sampai tiada hingga. Karena dalam musyahadah itu terjadi fana', tiada kelezatan di sana.

Ruh di sini merupakan wilayah Dzikir Dzat, dan Qalbu adalah wilayah Dzikir Sifat, sedangkan Lisan adalah wilayah Dzikir kebiasaan umum. Mananakala Dzikir Ruh benar, akan menyemai Qalbu, dan Qalbu hanya mengingat Kharisma Dzat, di dalamnya ada isyarat perwujudan hakikat melalui fana'. Di dalamnya ada rasa memancar melalui rasa dekatNya.

Begitu juga, bila Dzikir Qalbu benar, lisan terdiam, hilang dari ucapannya, dan itul;ah Dzikir terhadap panji-panji dan kenikmatan sebagai pengaruh dari Sifat. Di dalamnya ada isyarat tarikanpada sesuatu tersisa di bawah fana' dan rasa pelipatgandaan qabul dan pengungkapan-pengungkapan.

Manakala qalbu alpa dari dzikir lisan baru menerima dzikir sebagaimana biasa.

Masing-masing setiap ragam dzikir ini ada ancamannya.
Ancaman bagi Dzikir Ruh adalah melihat rahasia qalbunya. Dan ancaman Dzikir Qalbu adalah melihat adanya nafsu dibaliknya. Sedangkan ancaman Dzikir Nafsu adalah mengungkapkan sebab akibat. Ancaman bagi Dzikir Lisan adalah alpa dan senjang, maka sang penyair mengatakan :

Dialah Allah maka ingatlah Dia
Bertasbihlah dengan memujiNya
Tak layaklah tasbih melainkan karena keagunganNya
Keagungan bagiNya sebenar-benar total para pemuji
Kenapa masih ada
Pengandaian bila dzikir-dzikir hambaNya diterima?
Manakala lautan memancar, dan samudera melimpah
Berlipat-lipat jumlahnya
Maka penakar lautan akan kembali pada ketakhinggaan
Jika semua pohon-pohon jadi pena menulis pujian padaNya
Akan habislah pohon-pohon itu, bahkan jika dilipatkan
Takkan mampu menghitungnya.
Dia ternama dengan Sang Maha Puji
Sedang makhlukNya menyucikan sepanjang hidup
Bagi kebesaranNya.

Perilaku manusia dalam berdzikir terbagi tiga:

* Khalayak umum yang mengambil faedah dzikir.
* Khalayak khusus yang bermujahadah
* Khalayak lebih khusus yang mendapat limpahan hidayah.
* Dzikir untuk khalayak umum, adalah bagi pemula demi penyucian. Dzikir untuk khalayak khusus sebagai pertengahan, untuk menuai takdir. Dan dzikir untuk kalangan lebih khusus sebagai pangkalnya, untuk waspada memandangNya.
* Dzikir khalayak umum antara penafian dan penetapan (Nafi dan Itsbat)
* Dzikir khalayak khusus adalah penetapan dalam penetapan (Itsbat fi Itsbat)
* Dzikir kalangan lebih khusus Allah bersama Allah, sebagai penetapan Istbat (Itsbatul Istbat), tanpa memandang hamparan luas dan tanpa menoleh selain Allah Ta'ala.
* Dzikir bagi orang yang takut karena takut atas ancamanNya.
* Dzikir bagi orang yang berharap, karena inginkan janjiNya.
* Dzikir bagi penunggal padaNya dengan Tauhidnya
* Dzikir bagi pecinta, karena musyahadah padaNya.
* Dzikir kaum 'arifin, adalah DzikirNya pada mereka, bukan dzikir mereka dan bukan bagi mereka.
* Kaum airifin berdzikir kepada Allah swt, sebagai pemuliaan dan pengagungan.
* Ulama berdzikir kepada Allah swt, sebagai penyucian dan pengagungan.
* Ahli ibadah berdzikir kepada Allah swt, sebagai rasa takut dan berharap pencinta berdzikir penuh remuk redam.
* Penunggal berdzikir pada Allah swt dengan penuh penghormatan dan pengagungan.
* Khalayak umum berdzikir kepada Allah swt, karena kebiasaan belaka.

[pagebreak] Hamba senantiasa patuh, dan setiap dzikir ada yang Diingat, sedangkan orang yang dipaksa tidak ada toleransi.

Tata cara Dzikir ada tiga perilaku :
1. Dzikir Bidayah (permulaan) untuk kehidupan dan kesadaran jiwa.
2. Dzikir Sedang untuk penyucian dan pembersihan.
3. Dzikir Nihayah (pangkal akhir) untuk wushul dan ma'rifat.
Dzikir bagi upaya menghidupkan dan menyadarkan jiwa, setelah seseorang terlibat dosa, dzikir dilakukan dengan syarat-syaratnya, hendaknya memperbanyak dzikir :
"Wahai Yang Maha Hidup dan Memelihara Kehidupan, tiada Tuhan selain Engkau."

Dzikir bagi pembersihan dan penyucian jiwa, setelah mengamai pengotoran dosa, disertai syarat-syarat dzikir, hendaknya memperbanyak :
"Cukuplah bagiku Allah Yang Maha Hidup nan Maha Mememlihara Kehidupan."

Ada tiga martabat dzikir :
Pertama, dzikir alpa dan balasannya adalah terlempar, tertolak dan terlaknat.
Kedua, dzikir hadirnya hati, balasannya adalah kedekatan, tambahnya anugerah dan keutamaan anugerah.
Ketiga, dzikir tenggelam dalam cinta dan musyahadah serta wushul. Sebagaimana dikatakan dalam syair :

Kapan pun aku mengingatMu, melainkan risau dan gelisahku
Pikiranku, dzikirku, batinku ketika mengingatMu,
Seakan Malaikat Raqib Kau utus membisik padaku
Waspadalah, celaka kamu, dzikirlah!
Jadikan pandanganmu pada pertemuanmu denganNya
Sebagai pengingat bagimu.

Ingatlah, Allah telah memberi panji-panji kesaksianNya padamu
Sambunglah semua dari maknaNya bagi maknamu
Berharaplah dengan dengan menyebut kebeningan dari segala yang rumit
Kasihanilah kehambaanmu yang hina dengan hatimu
Siapa tahu hati menjagamu

Dzikir itu sendiri senantiasa dipenuhi oleh tiga hal :

* Dzikir Lisan dengan mengetuk Pintu Allah swt, merupakan pengapus dosa dan peningkatan derajat.
* Dzikir Qalbu, melalui izin Allah swt untuk berdialog dengan Allah swt, merupakan kebajikan luhur dan taqarrub.
* Dzikir Ruh, adalah dialog dengan Allah swt, Sang Maha Diraja, merupakan manifestasi kehadiran jiwa dan musyahadah.

Dzikir Lisan dan Qalbu yang disertai kealpaan adalah kebiasaan dzikir yang kosong dari tambahan anugerah.
Dzikir Lisan dan Qalbu yang disertai kesadaran hadir, adalah dzikir ibadah yang dikhususkan untuk mencerap sariguna.
Dzikir dengan Lisan yang kelu dan qalbu yang penuh adalah ketersingkapan Ilahi dan musyahadah, dan tak ada yang tahu kadar ukurannya kecuali Allah swt.
Diriwayatkan dalam hadits : "Siapa yang pada wal penempuhannya memperbanyak membaca "Qul Huwallaahu Ahad" Allah memancarkan NurNya pada qalbunya dan menguatkan tauhidnya.

Dalam riwayat al-Bazzar dari Anas bin Malik, dari Nabi saw. Beliau bersabda :
"Siapa yang membaca surat "Qul Huwallahu Ahad" seratus kali maka ia telah membeli dirinya dengan surat tersebut dari Allah Ta'ala, dan ada suara berkumandang dari sisi Allah Ta'ala di langit-langitNya dan di bumiNya, "Wahai, ingatlah, sesungguhnya si Fulan adalah orang yang dimerdekakan Allah, maka barang siapa yang sebelumnya merasa punya pelayan hendaknya ia mengambil dari Allah swt .

Diriwayatkan pula: "Siapa yang memperbanyak Istighfar, Allah meramaikan hatinya, dan memperbanyak rizkinya, serta mengampuni dosanya, dan memberi rizki tiada terhitung. Allah memberikan jalan keluar di setiap kesulitannya, diberi fasilitas dunia sedangkan ia lagi bangkrut. Segala sesuatu mengandung siksaan, adapun siksaan bagi orang arif adalah alpa dari hadirnya hati dalam dzikir."[pagebreak]

Dalam hadits sahih disebutkan:
"Segala sesuatu ada alat pengkilap. Sedangkan yang mengkilapkan hati adalah dzikir. Dzikir paling utama adalah Laa Ilaaha Illalloh".
Unsur yang bisa mencemerlangkan qalbu, memutihkan dan menerangkan adalah dzikir itu sendiri, sekaligus gerbang bagi fikiran.
Majlis tertinggi dan paling mulia adalah duduk disertai kontemplasi (renungan, tafakkur) di medan Tauhid. Tawakkal sebagai aktifitas qalbu dan tauhid adalah wacananya.

Pintu dzikir itu tafakkur,
Pintu pemikiran adalah kesadaran.
Sedang pintu kesadaran zuhud.
Pintu zuhud adalah menerima pemberian Allah Ta'ala (qona'ah)
Pintu Qonaah adalah mencari akhirat.
Pintu akhirat itu adalah taqwa.
Pintu Taqwa ada di dunia.
Pintu dunia adalah hawa nafsu,.
Pintu hawa nafsu adalah ambisi.
Pintu ambisi adalah berangan-angan.
Angan-angan merupakan penyakit yang akut tak bias disembuhkan.
Asal angan-angan adalah cinta dunia.
Pintu cinta dunia adalah kealpaan.
Kealpaan adalah bungkus bagi batin qalbu yang beranak pinak di sana.

Tauhid merupakan pembelah, di mana tak satu pun bisa mengancam dan membahayakannya. Sebagaimana dinkatakan :
"Dengan Nama Allah, tak ada satu pun di bumi dan juga tidak di langit yang membahayakan, bersama NamaNya. Dan Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Tauhid paling agung, esensi, qalbu dan mutiaranya adalah Tauhidnya Ismul Mufrad (Allah) ini, menunggalkan dan mengenalNya.
Sebagian kaum 'arifin ditanya mengenai Ismul A'dzom, lalu menjawab, "Hendaknya anda mengucapkan: Allah!", dan anda tidak ada di sana.
Sesungguhnya orang yang berkata "Allah", masih ada sisa makhluk di hatinya, sungguh tak akan menemukan hakikat, karena adanya hasrat kemakhlukan.

Siapa pun yang mengucapkan "Allah" secara tekstual (huruf) belaka, sesungguhnya secara hakikat dzikir dan ucapannya tidak diterima. Karena ia telah keluar (mengekspresikan) dari unsur, huruf, pemahaman, yang dirasakan, simbol, khayalan dan imajinasi. Namun Allah swt, ridlo kepada kita dengan hal demikian, bahkan memberi pahala, karena memang tidak ada jalan lain dalam berdzikir, mentauhidkan, dari segi ucapan maupun perilaku ruhani kecuali dengan menyebut Ismul Mufrad tersebut menurut kapasitas manusia dari ucapan dan pengertiannya.

Sedangkan dasar bagi kalangan khusus yang beri keistemewaan dan inayah Allah swt dari kaum 'arifin maupun Ulama ahli tamkin (Ulama Billah) Allah tidak meridloi berdzikir dengan model di atas. Sebagaimana firmanNya :
"Dan tak ada yang dari Kami melainkan baginya adalah maqom yang dimaklumi."

Sungguh indah apa yang difirmankan. Dan mengingatkan melalui taufiqNya pada si hamba, memberikan keistemewaan pada hambaNya. Maka nyatalah Asmaul Husna melalui ucapannya dan dzikir pada Allah melalui dzikir menyebut salah satu AsmaNya.
Maka, seperti firmanNya "Kun", jadilah seluruh ciptaan semesta, dan meliputi seluruh maujud.

Siapa yang mengucapkan "Allah" dengan benar bersama Allah, bukan disebabkan oleh suatu faktor tertentu, namun muncul dari pengetahuan yang tegak bersamaNya, penuh dengan ma'rifat dan pengagungan padaNya, disertai penghormatan yang sempurna dan penyucian sejati, memandang anugerah, maka ia benar-benar mengagungkan Allah Ta'ala, benar-benar berdzikir dan mengagungkanNya dan mengenal kekuasaanNya.

Sebab, mengingat Allah dan mentauhidkanNya adalah RidloNya terhadap mereka bersamaNya, sebagaimana layakNya Dia Yang Maha Suci.

Ma'rifat itu melihat, bukan mengetahui. Melihat nyata, bukan informasi. Menyaksikan, bukan mensifati. Terbuka, bukan hijab. Mereka bukan mereka dan mereka tidak bersama mereka dan tidak bagi mereka. Sebagaimana firmanNya :
"Nabi Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan nikmat kepadanya." (Az-Zukhruf: 59)
"Dan jika Aku mencintainya, maka Akulah Pendengaran baginya, Mata dan tangan dan Kaki baginya."

Bagiamana jalan menuju padaNya, sedang ia disucikan
Dari aktivitas keseluruhan dan bagi-bagi tugas?
Demi fana wujud mereka, karena WujudNya
Disucikan dari inti dan pecahan-pecahannya?
Tak satu pun menyerupaiNya, bahkan mana dan bagaimana
Setiap pertanyaan tentang batas akan lewat
Dan diantara keajaiban-keajaiban bahwa
WujudNya di atas segalanya dan sirnanya pangkal penghabisan.

Hikmah berteman dengan Al Quran

bismillaahirrahmaanirrahiim...

man sagholahulqur'an 'an mas'alati u'tiya afdholama u'tiyalissailiin...

Orang yang setiap harinya disibukkan dg al qur"an sampai lupa meminta kepadaKu maka orang itu di beri rizqi yg lebih utama dr rizqi2 orang orang yg meminta kepadaKu(Allah)

(kama qola filkitab tibyan fiadabi hamalatil qur'an)

ainna kitaballahi autsaqu syaafi'in#
wa aghnaa ghonaain waahibaan mutafadhila..

Sesungguhnya al qur'an adlh yg paling bisa diharapkan syafa'atnya atau pertolngan dan yg paling sempurna di dalam menjamin kekurangan..

waghoiru jaliisiin laayamullu khaditsuhu#
watardaaduhu yazdaaduhu yazdadu fiihii tajammulaa..

MEMBACA dan MENGAMALKAN al qur'an adalah pekerjaan yg TIDAK MEMBOSANKAN semakn SERING dibACA semakin indah pula kedngranya ,
karena itu tdk ada bertmn yg lbh menyenangkan kecuali bertmn dg alqur'an..

Mereka yg sering membaca al qur'an adl keluarga Allah dan pilihan dr orang orang mulia.

Tangisku dan senyumku kala melihat "mereka"

O Allah
Ijinkan ku mencoretkan ini..
Oh Allah... Oh Allah..
Terimalah rasa cintaku pada kalam kalam Mu..
Hudal Lil muttaqiin...
Sang pemberi peringatan..
Pemberi kabar gembira dan kesedihan..
Teman setia kala suka dan dukaku..
Media 'tuk menghubungiMu..
Tempat curhat keluh kesah hati seorang hamba
yang mencoba taat pada Tuan nya...

Ku alunkan beberapa ayat itu tanpa kemerduan...
Ku membisu melihat rangkaian rangkaian kejahatan
dan kekejian mereka kaum musrikin kepada utusan
utusanMu terdahulu.. Lalu dadaku pun sesak
melihat balasan penderitaan kaum musyrikiin
kelak...

Resah dan gelisah ku saat terbesit sindiran hati ..
Ku akui.. ku masih banyak berdusta padaMu
Ku bertanya keikhlasan ibadah ibadahku padaMu..
Sudah kah ku mencintaiMu sesusah hatiku..??
Dan adakah aku dalam perhatianMu... ?

Bait demi bait ku buka luasnya makna ..
Ku lihat secercah harapan dalam ayat ayat
syurgaMu...
Ku ukirkan satu senyum indah...
Hatiku tersipu malu karena ulah rasa indah..
Akankah ku berjumpa dengan ciptaanMu??
syurga..???
Dan Engkau di hari jum'at ..??

Allah ku..Allah ku..
Ku rayu Engkau tuk bersemayam dalam hatiku..
Selamanya..
Bersenandung dalam kerinduan dan kefana-an..
O Allahu Allahu Allahu..

DENGAN SIAPA KELAK WANITA AHLI SURGA BERSANDING .


Bismillahirahmannirahim,

Keadaan wanita shalihah di dunia adalah sebagai berikut :
1. Meninggal sebelum menikah.
2. Ditalak suami pertama, dan tidak menikah lagi sampai meninggal.
3. Menikah dengan lelaki yang bukan ahli surga (ahli neraka). Misalnya, suaminya fasik, munafik , murtad atau melakukan kesyirikan
4. Meninggal lebih dahulu sebelum suaminya.
5. Ditinggal mati suaminya, dan tidak menikah lagi sampai meninggal.
6. Ditalak atau ditinggal mati suaminya, kemudian menikah dengan lelaki lain.

Maka di surga,

Untuk wanita jenis pertama, kedua, dan ketiga, dia akan dinikahkan dengan seorang lelaki yang menjadi penghuni surga. Dia memiliki sifat yang sempurna, sebagaimana penghuni surga lainnya. Ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ما في الجنة أعزب

“Di surga, tidak ada orang yang tidak menikah.” (H.R. Ahmad dan Muslim)

Untuk wanita jenis keempat dan kelima, dia akan dinikahkan dengan suaminya di dunia.

Adapun wanita yang keenam [kedua suami si wanita masuk surga], ada 2 pendapat di kalangan Ulama.
Pendapat Pertama: Wanita Tersebut Memilih Suami yang Dikehendakinya

Syaikh Muhammad al-’Utsaymīn pernah ditanya, “Jika seorang wanita pernah memiliki dua orang suami di dunia (suami pertama meninggal dunia lalu wanita tersebut menikah lagi, kemudian kedua suami dan wanita tersebut masuk surga), maka siapakah yang akan bersama wanita tadi?”

Beliau menjawab, “Jika seorang wanita memiliki dua orang suami di dunia, maka pada hari kiamat ia akan diperintahkan untuk memilih (salah satu) di antara keduanya di surga. Dan apabila wanita itu belum menikah di dunia, maka Allah akan menikahkannya dengan orang yang akan menjadi penyejuk mata baginya di surga. Kenikmatan surga tidaklah terbatas untuk pria, akan tetapi mencakup pria dan wanita, dan di antara kenikmatan tersebut adalah pernikahan.” [Fatāwa al-'Aqīdah, hal. 313]

Pendapat Kedua: Wanita Tersebut Bersama Suaminya yang Terakhir

Pendapat yang paling kuat dalam hal ini—insya Allah—dan didukung oleh hadits serta atsar adalah, ketika di surga, wanita mukminah akan bersama dengan suami terakhirnya di dunia. [Lihat al-Jannah wan Nār, Dr. 'Umar Sulaimān al-Asyqar, hal. 245-246]

Nabi ` bersabda,

الْمَرْأَةُ لِآخِرِ أَزْوَاجِهَا

“Seorang wanita adalah untuk suaminya yang terakhir.”

[Lihat Shahīh al-Jāmi', no. 6691; dan ash-Shahīhah, no. 1281]

Imam ath-Thabrāni meriwayatkan, bahwa Mu’āwiyah pernah meminang Ummu ad-Dardā` setelah Abū ad-Dardā` meninggal dunia. Maka Ummu ad-Dardā` berkata, “Sesungguhnya aku pernah mendengar Abū ad-Dardā` menyebutkan bahwa Rasulullah ` bersabda, ‘Siapa saja wanita yang ditinggal mati oleh suaminya, lalu ia menikah lagi, maka ia diperuntukkan bagi suaminya yang terakhir.’ [Hadits ini dinyatakan valid oleh Syaikh al-Albāni dalam Shahīh al-Jāmi', no. 2704] Dan tidaklah aku lebih memilihmu dibandingkan Abū ad-Dardā`.”

[Al-Mu'jam al-Ausath (III/275) no. 3130]

Imam al-Baihaqi meriwayatkan, bahwa Hudzaifah berkata kepada istrinya, “Jika engkau ingin untuk menjadi istriku di surga maka janganlah engkau menikah lagi sepeninggalku. Sebab wanita di surga itu diperuntukkan bagi suaminya yang terakhir di dunia. Karena itulah Allah mengharamkan istri-istri Nabi ` untuk menikah lagi sepeninggal beliau, sebab mereka adalah istri-istri beliau di surga.”

[Sunan al-Baihaqi al-Kubrā (VII/69) no. 13199]

Imam Ibn Sa’d meriwayatkan, bahwa Asmā` pernah mengadukan sikap keras suaminya, az-Zubair Ibn al-’Awwām, kepada ayahnya, Abū Bakr. Maka Abū Bakr berkata, “Wahai puteriku, bersabarlah. Sebab apabila seorang wanita memiliki suami yang shalih lalu si suami meninggal dunia dan ia tidak menikah lagi, niscaya Allah akan mengumpulkan keduanya di surga.”

[Ath-Thabaqāt al-Kubrā (VIII/251). Lihat pula ash-Shahīhah, penjelasan hadits no. 1281]

Penting untuk diingat kembali, bahwa di surga tidak ada kesedihan dan kegundahan, hanya ada suka cita dan kegembiraan. Karena itu, meskipun seorang wanita di surga akan bersanding suaminya yang terakhir—padahal bisa jadi ketika di dunia ia lebih mencintai suaminya yang lain—namun ia tetap akan bahagia dan bersuka cita.

Begitu pula bila seorang suami berhak atas surga Allah, ia dapat menarik istri, orangtua dan anaknya , selama mereka dalam keimanan yang sama (muslim) dan "tidak menyekutukan Allah",

Dari hadist Ath Tabrani, Rasulullah SAW bersabda :
Ketika seseorang masuk ke surga, ia menanyakan orang tua, istri dan anaknya. Lalu dikatakan kepadanya : Mereka tidak mampu mencapai derajat amalmu. Kemudian ia berkata : Ya Tuhanku , aku beramal bagiku dan bagi mereka. Lalu Allah memerintahkan untuk menyusulkan mereka ke surganya. Setelah itu Ibnu Abbas membaca surah Ath Thur (52) ayat 21 :

Dan orang-orang yang beriman , lalu anak cucu mereka mengikuti dengan iman, Kami susulkan keturunan mereka pada mereka, dan Kami tidak mengurangi amal mereka sedikit pun. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.

Masuklah ke surga besama istrimu untuk digembirakan. (QS surat Az Zukruf 43, : 70)

Sahabat fillah,

Uraian diatas sekedar untuk pengetahuan bersama bahwa suami / istri / anak , Allah karuniakan adalah sebagai amanah dan teman seperjalanan di dunia, dalam rangka meraih Cinta Allah subhana wa Ta'ala.

Dan Intinya adalah bagaimana setiap jiwa harus benar-benar mempersiapkan sendiri seberapa jauh Allah kelak ridha kepada Nya, dan tak jemu mendidik seluruh keluarganya . Agar kelak Allah berkenan mengumpulkan mereka bersama dalam kemuliaan surga Nya.

Semoga Allah menjadikan kita semua dalam golongan hamba-hamba Nya yang beruntung , dimuliakan dan di Cintai Nya . Aamiin.

Cinta itu mahal,

Hakikat Cinta

Jangan beri cinta pada sebarangan,
Memberi cinta atau meletakkan cinta kepada sebarangan adalah sia-sia
dan akan menyesal,
Kerana cinta itu mahal biarlah pulangannya sepadan dengan mahalnya,
Kalau kita cinta kepada sesuatu kita pula yang memberi sesuatu
kepadanya
adalah orang yang bodoh macam baghal,
Kita beri cinta pada perempuan terutama yang bukan isteri kita,
berbagai-bagai perkara dan benda dia minta kita berikan kepadanya,
Bukan dia yang memberi sesuatu kepada kita bukankah kita dibodohinya?,
Adakalanya setelah dia kikis harta dan kekayaan kita, dia pun tarik
diri dari kita
apakah untungnya?,
Begitu juga kita berikan cinta kepada isteri kita, berbagai-bagai
perkara yang dia minta kita kena beri juga,
Dia tidak fikir lagi apakah kita ada atau tidak ada,
Sudahlah cinta kita beri kepadanya, kita diminta pula apa sahaja!,
Sepatutnya dialah yang memberi kita apa sahaja,
Kerana kita telah bayar dengan kecintaan kepadanya, cinta itu bukankah
mahal?

Kita cinta harta, kita cari untuk kita milikinya,
Siang malam kita tidak rehat dibuatnya kerana cintakan harta,
Setelah dapat apa yang kita mahu,
Banyaklah harta yang ada pada kita, hingga kita jadi orang kaya,
Aduh! Sedihnya kita pula kena jaga harta,
Kalau tidak jaga orang curi pula atau dia binasa,
Sepatutnya kecintaan telah kita beri kepadanya, dialah jaga kita,
mengapa pula kita jaga dia,
Kita pula telah diperbodoh oleh harta,
Kita diperhambanya hingga menyusahkan kita,
Kita letak dia di tempat yang mulia dan terpelihara,
Hartalah yang mulia bukan kita yang mulia, kita tidak dipedulikannya,
Sekali lagi harta boleh memperbodoh kita.

Mengapa manusia tidak pandai meletakkan cinta,
kepada Zat Dialah yang akan menjaga kita,
Dia akan urus kita, bertanggungjawab kepada kita, memelihara kita,
Siang malam Dia akan jaga kita,
Di waktu susah disenangkan-Nya kita!,
Ketika sakit disembuh-Nya kita!,
Di kala kita miskin dikayakan-Nya kita!,
Di waktu kita lapar dikenyangkan-Nya kita!,
Di waktu kita takut, dihiburkan-Nya kita!,
Bahkan Dia memberi segala-galanya kepada kita selama mana kita masih
hidup di dunia.

Yang saya maksudkan ialah Tuhan kita yang menghidup dan mematikan kita,
Bukankah baik kita cintakan Dia, kita beri kasih sayang kepada-Nya,
Alangkah patutnya bahkan indahnya kita mencintai satu Zat yang belum
kita kenal Dia jauh sekali mencintai-Nya,
Dia telah beri kita hidup, rezeki, kesihatan, hiburan dan lain-lainnya,
Kita belum beri kasih sayang kepada-Nya Dia telah pemurah dengan kita,
terutama udara,
Tanpa kita bayar apa-apa kepada-Nya,
Kalaulah kita kenal Dia dan cinta pula dengan-Nya Dia akan beri kita
sesuatu yang bersifat rohani dan maknawi pula,
Yang bersifat maknawi dan rohani itu lebih mahal daripada kehidupan
yang lahir di dunia,
Untungnya kekal abadi, kita terima di Akhirat sana di dalam Syurga.

Apakah dia?,
Iaitu rahmat-Nya,
Dia akan anugerah yang lebih besar lagi yang kita akan terima dari-Nya,
Hidayah-Nya taufiq-Nya, iman dan taqwa, cinta-Nya, redha-Nya,
keampunan-Nya akhirnya adalah Syurga-Nya,
Mengapa kita tidak jatuh hati dengan Zat yang kita tidak cinta pun
pemurah-Nya sudah diberi-Nya kepada kita?,
Kalau kita cintai Dia lebih besar lagi kita terima redha dan
keampunan-Nya,
Kita tidak payah jaga Dia, Dialah yang jaga kita,
Kita tidak payah tadbir Dia, Dialah yang mentadbir kita,
Kita tidak payah menjaga keselamatan-Nya, Dialah yang menjaga
keselamatan kita,
Bahkan di waktu kita tidur pun Dia jaga kita begitu setia.

Mengapa kita beri cinta murahan, yang menyusahkan kita,
Kitalah yang memberinya bukan dia memberi kita,
Macam-macam kita memberinya itu pun dia tidak setia,a
Alangkah bodohnya kita bahkan malang sekalilah kita kerana ditipunya
kita,
Di mana akal kita hingga tidak mampu berfikir secara rasional,
Marilah kita merubah sikap untuk menyelamatkan diri kita,
Kita cintailah Tuhan, yang Dia memberi kita segala-galanya hidup dan
mati kita,
Cintakan Tuhan selamat kita ke Syurga.

Wajah Yang Bercahaya


Bagaimanakah ciri-ciri orang yang bakal masuk Surga atau masuk Neraka? Salah satunya digambarkan Allah lewat idiom cahaya. Orang-orang yang beriman dan banyak amal salehnya, kata Allah, akan memancarkan cahaya di wajahnya. Sebaliknya, orang-orang yang kafir dan banyak dosanya akan 'memancarkan' kegelapan. Hal itu dikemukakan olehNya di ayat-ayat berikut ini:

QS Al Hadiid (57) : 12
"Pada hari dimana kalian melihat orang-orang beriman laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanannya."

QS. Yunus (10) : 27
“… seakan-akan wajah mereka ditutupi oleh kepingan-kepingan malam yang gelap gulita, mereka itulah penghuni Neraka, mereka kekal di dalamnya.”

Kenapakah orang-orang yang beriman dan banyak pahalanya memancarkan cahaya, sedangkan yang banyak dosa 'memancarkan' kegelapan alias kehilangan cahaya?

Ini memang rahasia yang sangat menarik. Allah sangat sering menggunakan istilah cahaya di dalam Al Qur’an. Dia mengatakan bahwa Allah adalah cahaya langit dan Bumi (QS. 24:35). Firman firmanNya juga berupa cahaya (Qur’an QS. 4:174; Taurat QS. 5:44; Injil QS. 5:46). Malaikat sebagai hamba-hamba utusanNya juga terbuat dari badan cahaya. Dan pahala adalah juga cahaya (QS. 57:19). Karena itu orang-orang yang banyak pahalanya memancarkan cahaya di wajahnya (QS. 57:12).

Kunci pemahamannya adalah di Al Qur’an Surat An Nuur: 35. Di ayat itu Allah membuat perumpamaan bahwa DzaNya bagaikan sebuah pelita besar yang menerangi alam semesta. Pelita itu berada di dalam sebuah lubang yang tidak tembus. Tetap di salah satu bagian yang terbuka, ditutupi oleh tabir kaca

Dari tabir kaca itulah memancar cahaya ke seluruh penjuru dunia, bagaikan sebuah mutiara. Pelita itu dinyalakan dengan menggunakan minyak Zaitun yang banyak berkahnya, yang sinarnya memancar dengan sendirinya tanpa disentuh api. Cahaya yang dipancarkan pelita itu berlapis-lapis, mulai dari yang paling rendah frekuensinya sampai yang tertinggi menuju cahaya Allah.

Ayat tersebut memberikan perumpamaan yang sangat misterius tetapi sangat menarik. Dia mengatakan bahwa hubungan antara Allah dengan makhlukNya adalah seperti hubungan antara Pelita (sumber cahaya) dengan cahayanya. Artinya makhluk Allah ini sebenarnya semu saja. Yang sesungguhnya ADA adalah DIA. Kita hanya 'pancaran atau pantulan' saja dari eksistensiNya.

Nah, cahaya yang dipancarkan oleh Allah itu berlapis-lapis mulai dari yang paling jelek (Kegelapan) sampai yang paling baik (Cahaya Putih Terang). Allah telah menetapkan dalam seluruh ciptaanNya itu bahwa Kegelapan mewakili Kejahatan dan Keburukan. Sedangkan Cahaya Terang mewakili Kebaikan.

Maka, kalau kita ingin memperoleh kebaikan dan keberuntungan, kita harus memperoleh cahaya terang. Dan sebaliknya kalau kita mempoleh kegelapan berarti kita masuk ke dalam lingkaran kejahatan dan kerugian.

Yang menarik, ternyata 'cahaya' dan 'kegelapan' itu digunakan oleh Allah di dalam firmannya sebagai ungkapan yang sesungguhnya. Misalnya ayat-ayat yang saya kutipkan di atas. Bahwa orang-orang yang beriman, kelak di hari kiamat, benar-benar akan memancarkan cahaya di wajahnya. Sedangkan orang-orang kafir, justru kehilangan cahaya alias wajahnya gelap gulita.

Dari manakah cahaya di wajah orang beriman itu muncul? Ternyata berasal dari berbagai ibadah yang dilakukan selama ia hidup di dunia. Setiap ibadah yang diajarkan rasulullah kepada kita selalu mengandung dua unsur, yaitu ingat kepada Allah (dzikrullah) dan membaca firmanNya yang berasal dari KitabNya. Baik ketika kita membaca syahadat, melakukan shalat, mengadakan puasa, berzakat, maupun melaksanakan ibadah haji.

Nah, dari kedua kedua unsur itulah cahaya Allah muncul. Bagaimanakah mekanismenya? Sebagaimana dikatakan di atas, bahwa Allah adalah sumber cahaya langit dan Bumi. Maka ketika kita berdzikir kepada Allah, kita sama saja dengan memproduksi getaran getaran cahaya. Asalkan berdzikirnya khusyuk dan menggetarkan hati. Kuncinya adalah pada 'hati yang bergetar.’

Hati adalah tempat terjadinya getaran yang bersumber dari kehendak jiwa. Ketika seseorang marah, maka hatinya akan berdegup keras. Semakin marah ia, semakin kencang juga getarannya. Demikian pula ketika seseorang sedang sedih, gembira, berduka, tertawa, dan lain sebagainya.

Getaran yang kasar akan dihasilkan jika kita sedang dalam keadaan emosional. Sebaliknya getaran yang lembut akan muncul ketika kita sedang sabar, tenteram dan damai.

Ketika sedang berdzikir, hati kita akan bergetar lembut. Hal ini dikemukan oleh Allah, bahwa orang yang berdzikir hatinya akan tenang dan tenteram.

QS. Ar Ra’d (13) : 28
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah lah hati menjadi tenteram.”

Ketika seseorang dalam keadaan tenteram, getaran hatinya demikian lembut. Amplitudonya kecil, tetapi frekuensinya sangat tinggi. Semakin tenteram dan damai hati seseorang maka semakin tinggi pula frekuensinya. Dan pada, suatu ketika, pada frekuensi 10 pangkat 13 sampai pangkat 15, akan menghasilkan frekuensi cahaya.

Jadi, ketika kita berdzikir menyebut nama Allah itu, tiba-tiba hati kita bisa bercahaya. Cahaya itu muncul disebabkan terkena resonansi kalimat dzikir yang kita baca. lbaratnya, hati kita adalah sebuah batang besi biasa, ketika kita gesek dengan besi magnet maka ia akan berubah menjadi besi magnetik juga. Semakin sering besi itu kita gesek maka semakin kuat kemagnetan yang muncul daripadanya.

Demikianlah dengan hati kita. Dzikrullah itu menghasilkan getaran-getaran gelombag elektromagnetik dengan frekuensi cahaya yang terus menerus menggesek hati kita. Maka, hati kita pun akan memancarkan cahaya. Kuncinya, sekali lagi, hati harus khusyuk dan tergetar oleh bacaan itu. Bahkan, kalau sampai meneteskan air mata.

Unsur yang kedua adalah ayat-ayat Qur’an. Dengan sangat gamblang Allah mengatakan bahwa Al Qur'an ada cahaya. Bahkan, bukan hanya Al Qur’an, melainkan seluruh kitab-kitab yang pernah diturunkan kepada para rasul itu mengandung cahaya.

QS. An Nisaa' (4) : 174
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur’an).”

QS. Al Maa’idah (5 ) : 44
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat, di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya …”

QS Al Maa’idah (5 ) : 46
"Dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil, sedang di dalamnya ada petunjuk dan cahaya . . . "

Artinya, ketika kita membaca kalimat-kalimat Allah itu kita juga sedang mengucapkan getaran-getaran cahaya yang meresonansi hati kita. Asalkan kita membacanya dengan pengertian dan pemahaman. Kuncinya, hati sampai bergetar. Jika tidak mengetarkan hati, maka proses dzikir atau baca Al Qur’an itu tidak memberikan efek apa-apa kepada jiwa kita. Yang demikian itu tidak akan menghasilkan cahaya di hati kita.

Apakah perlunya menghasilkan cahaya di hati kita lewat kegiatan dzikir, shalat dan ibadah-ibadah lainnya itu? Supaya, pancaran cahaya di hati kita mengimbas ke seluruh bio elektron di tubuh kita. Ketika cahaya tersebut mengimbas ke miliaran bio elektron di tubuh kita, maka tiba-tiba badan kita akan memancarkan cahaya tipis yang disebut 'Aura'. Termasuk akan terpancar di wajah kita.

Cahaya itulah yang terlihat di wajah orang-orang beriman pada hari kiamat nanti. Aura yang muncul akibat praktek peribadatan yang panjang selama hidupnya, dalam kekhusyukan yang sangat intens. Maka Allah menyejajarkan atau bahkan menyamakan antara pahala dan cahaya, sebagaimana firman berikut ini.

QS. Al Hadiid (57) : 19
“... bagi mereka pahala dan cahaya mereka…”

Dan ternyata cahaya itu dibutuhkan agar kita tidak tersesat di Akhirat nanti. Orang-orang yang memililki cahaya tersebut dapat berjalan dengan mudah, serta memperoleh petunjuk dan ampunan Allah. Akan tetapi orang-orang yang tidak memiliki cahaya, kebingungan dan berusaha mendapatkan cahaya untuk menerangi jalannya.

QS. Al Hadiid (57) : 28
“…dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu.”

QS. Al Hadiid (57) 13
"Pada hati ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman : "Tunggulah kami, supaya kami bisa mengambil cahayamu."
Dikatakan (kepada mereka): "Kembalilah kamu ke belakang, dan carilah sendiri cahaya (untukmu). "Lalu diadakanlah di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya ada siksa."

QS. Ali lmraan (3) : 106 - 107
"Pada hari yang di waktu itu ada muka yang menjadi putih berseri dan ada Pula yang menjadi hitam muram. 'Ada pun orang-orang yang hitam muram mukanya, (dikatakan kepada mereka) : kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.

"Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada di dalam rahmat Allah, mereka kekal di dalamnya.”

Jadi, selain wajah yang memancarkan cahaya, Allah juga memberikan informasi tentang orang-orang kafir yang berwajah hitam muram. Bahkan di QS. 10 : 27 dikatakan Allah, wajah mereka gelap gulita seperti tertutup oleh potongan¬-potongan malam.

Dalam konteks ini memang bisa dimengerti bahwa orang -orang kafir yang tidak pernah beribadah kepada Allah itu wajahnya tidak memancarkan aura. Sebab hatinya memang tidak pernah bergetar lembut. Yang ada ialah getaran-getaran kasar.

Semakin kasar getaran hati seseorang, maka semakin rendah pula frekuensi yang dihasilkan. Dan semakin rendah frekuensi itu, maka ia tidak bisa menghasilkan cahaya.

Bahkan kata Allah, di dalam berbagai firmanNya, hati yang semakin jelek adalah hati yang semakin keras, tidak bisa bergetar. Seperti yang pernah saya singgung sebelumnya, tingkatan hati yang jelek itu ada 5, yaitu : 1. Hati yang berpenyakit (suka bohong, menipu, marah, dendam, iri, dengki disb), 2. Hati yang mengeras. 3. hati yang membatu. 4. Hati yang tertutup. dan 5. Hati yang dikunci mati oleh Allah.

Maka, semakin kafir seseorang, ia akan semakin keras hatinya. Dan akhirnya tidak bisa bergetar lagi, dikunci mati oleh Allah. Naudzu billahi min dzalik. Hati yang:seperti itulah yang tidak bisa memancarkan aura. Wajah mereka gelap dan muram.

QS. Az Zumaar (39) : 60
"Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta kepada Allah, mukanya menjadi hitam."

QS. Al An’aam (6) : 39
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita…”

Seperti yang telah saya kemukakan di depan, bahwa ternyata kegelapan itu ada kaitannya dengan kemampuan indera seseorang ketika dibangkitkan. Di sini kelihatan bahwa orang-orang kafir itu dibangkitkan dala keaaan tuli, bisu, buta, dan sekaligus berada di dalam kegelapan. Sehingga mereka kebingungan. Dan kalau kita simpulkan semua itu disebabkan oleh hati mereka yang tertutup dari petunjuk-petunjuk Allah swt.

QS. Al Hajj (22) : 8
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab yang bercahaya."

QS. Al Maa’idah (5 ) : 16
“…dan (dengan kitab itu) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizinNya.”

QS. Al A’raaf (7) : 157
“…dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

QS. An Nuur (24) : 40
“…dan barangsiapa tidak diberi cahaya oleh Allah, tidaklah ia memiliki cahaya sedikit pun.”

QS. At Tahriim (66) : 8
"Hai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah, dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan para nabi dan orang-orang beriman yang bersama dengan dia, sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan : Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Sabda Rasulullah SAW tentang Akhlak


Untuk keamanan, kebahagiaan dan kedamaian hidup di dunia dan Akhirat, manusia perlu model atau contoh untuk diikuti. Justeru manusia, walaupun telah ALLAH bekalkan fitrah ingin mencintai dan dicintai tidak akan dapat melakukannya dengan sempurna jika tidak ada contoh. Begitulah rahmat dan kasih sayang ALLAH. Sentiasa menunjukkan jalan-jalan keselamatan buat hamba- hamba-Nya. Tinggal lagi apakah manusia itu mahu atan tidak mahu mencontohinya, itu sahaja.

Maka atas dasar itu dengan rahmat ALLAH, Dia telah mengutuskan seorang manusia bernama Muhammad bin Abdullah sebagai Rasul-Nya di atas muka bumi ini 1400 tahun yang lampau. ALLAH telah lengkapkan Rasul itu dengan sifat yang sempurna lahir dan batin. ALLAH telah memelihara peribadinya daripada sebarang kesalahan dan cacat-cela, agar dia menjadi contoh yang agung kepada manusia lain.

Dengan segala pemeliharaan itu maka jadilah Rasulullah SAW manusia yang paling tinggi akhlaknya. Sama ada akhlak dengan ALLAH mahupun akhlak sesama manusia.

Oleh itu tidak hairanlah jika ALLAH sendiri memuji Rasulullah SAW dalam Al Quran dengan firman-Nya:
"Sesungguhnya engkau (Muhammad) mempunyai akhlak yang sangat agung." (Al Qalam: 4)

Al hasil, terbentuklah Rasulullah SAW itu sebagai insan kamil yang menjadi lambang segala kebaikan. Nabi Muhammadlah manusia yang paling sempurna. Seluruh himpunan sifat baik telah dipakaikan oleh ALLAH pada diri Rasulullah SAW. Itulah gambaran betapa kasih dan sayangnya Rasulullah SAW kepada seluruh makhluk.Bukan sahaja kepada manusia bahkan juga kepada binatang. Bukan sahaja kepada orang Islam tetapi juga kepada yang bukan Islam. Maka atas dasar itulah ALLAH SWT telah menegaskan dalam Al Quran bahawa kedatangan Rasulullah SAW itu adalah sebagai pembawa rahmat.

Firman ALLAH:
" Dan tidak Kami utuskan engkau (Muhammad) melainkan untuk rahmat kepada sekalian alam." (Al Anbia: 107) .

Rasulullah SAW juga pernah bersabda:
"Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak manusia." (Riwayat Malik)

Di sini saya hanya ingin menggambarkan tentang kasih sayang, iaitu satu aspek daripada akhlak Rasulullah SAW yang sangat perlu untuk manusia. Setidak-tidaknya untuk keselamatan mereka di dunia walaupun tidak di Akhirat. Kasih sayang Rasulullah SAW terhadap manusia tidak ada tandingannya. Mari kita lihat bukti bagaimana dan betapa kasih sayang Rasulullah SAW melalui dua sudut.

Jika kita membaca Al' Quran dan meneliti Hadis Rasulullah SAW, maka kita akan dapati betapa Rasulullah SAW itu sangat pengasih sekalipun kepada anak kecil ataupun binatang. Di antara ayat Quran yang menunjukkan betapa tingginya rasa kasih Rasulullah SAW itu ialah sewaktu ALLAH SWT berfirman:

"Telah datang kepada kamu seorang Rasul dari kalangan kamu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mukmin." (At Taubah: 128)

Dalam ayat yang lain ALLAH SWT telah berfirman:
"Maka dengan rahmat ALLAH-lah kamu dapat berlaku lemah-lembut dan kasih sayang pada mereka. "(Ali Imran: 159 )

Allah berfirman lagi:
"Dan jikalau kamu berkasar dan berkeras hati nescaya mereka akan menjauhkan diri darimu. "(Ali Imran: 159)

Di antara Hadis yang menunjukkan betapa besarnya kasih sayang Rasulullah SAW ialah:
"Barang siapa yang tidak mengasihi manusia, dia tidak dikasihi ALLAH. "(Riwayat At Termizi)

"Kasihilah siapa sahaja yang ada di bumi nescaya akan mengasihi kamu siapa-siapa sahaja (malaikat) yang di langit." (Riwayat Abu Daud)

"Sebaik-baik manusia ialah orang yang memberi manfaat pada manusia (termasuk meratakan kasih sayang).
Sebaik-baik manusia ialah mereka yang paling baik akhlaknya (kasih sayang kepada orang lain)." (Riwayat At Tabrani)

"Berbaktilah kepada kedua ibu bapa kamu, maka akan. berbakti anak-anak kamu kepada kamu (termasuk memberi kasih sayang)." (Riwayat Al Hakim)

"Sesungguhnya orang yang paling hampir dengan tempatku di kalangan kamu ialah yang paling cantik akhlaknya, mereka menghormati orang lain dan mereka senang bermesra dan dimesrai.
Orang Mukmin itu ialah yang mudah mesra dan dimesrai, dan tiada kebaikan pada mereka yang tidak boleh bermesra dan dimesrai. Dan sebaik-baik manusia ialah yang banyak memberi manfaat kepada manusia." (Riwayat Al Hakim dan Al Baihaqi)

"Sesiapa yang tidak mengasihi orang kecil kami, sedangkan dia tahu kewajipan sebagai orang besar kami maka bukanlah dia dari golongan kami." (Riwayat Al Bukhari)

"Siapa yang berbuat baik (beri kasih sayang) kepada anak yatim lelaki atau perempuan, adalah aku dan dia di dalam Syurga seperti dua ini (ditunjukkan dua jarinya yang dirapatkan)." (Riwayat Al Hakim)

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya. “ (Riwayat Abu Dawud, Ahmad dan At-Tirmidzi )

“Penyebab utama masuknya manusia ke surga adalah bertakwa kepada Allah dan kebaikan akhlaknya. “ ( Riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah )

“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya dari pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.” ( Riwayat At-Tirmidzi )

“Saya menjamin sebuah rumah yang paling tinggi tingkatannya di sorga bagi orang-orang yang berbudi pekerti. “ ( Riwayat At-Tirmidzi )

“Sesungguhnya orang mukmin dengan akhlaknya yang baik akan mendapatkan kedudukan yang sama dengan orang yang (rajin) melaksanakan puasa dan shalat malam. “ (Riwayat Abu Dawud)

"Barangsiapa yang menghindari perdebatan dalam keadaan ia bersalah nescaya Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di sekitar syurga. Barangsiapa yang menghindari perdebatan dalam keadaan ia benar niscaya Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di tengah-tengah surga. Dan barangsiapa yang baik akhlaknya niscaya Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di ketinggian surga. (HR.Abu Dawud, Ath-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Baihaqi).

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:
“Manusia yang paling dikasihi Allah ialah orang yang memberi manfaat kepada orang lain dan amalan yang paling disukai oleh Allah ialah menggembirakan hati orang-orang Islam atau menghilangkan kesusahan daripadanya atau menunaikan keperluan hidupnya di dunia atau memberi makan orang yang lapar. Perjalananku bersama saudaraku yang muslim untuk menunaikan hajatnya, adalah lebih aku sukai daripada aku beriktikaf di dalam masjid ini selama sebulan, dan sesiapa yang menahan kemarahannya sekalipun ia mampu untuk membalasnya nescaya Allah akan memenuhi keredhaannya di dalam hatinya pada hari Qiamat, dan sesiapa yang berjalan bersama-sama saudaranya yang Islam untuk menunaikan hajat saudaranya itu hinggalah selesai hajatnya nescaya Allah akan tetapkan kakinya(ketika melalui pada hari Qiamat) dan sesungguhnya akhlak yang buruk akan merosakkan amalan seperti cuka merosakkan madu.” (Riwayat Ibnu Abi Dunya)

Allah SWT berfirman :“ Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari ( perbuatan-perbuatan ) keji dan mungkar. “ ( Al-Ankabut : 45 )

Subhanallah ! Jika shalat seseorang itu belum mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka shalatnya baru sebatas olah raga. Ia telah shalat, namun shalatnya belum memperbaiki akhlaknya. Dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT berfirman :“ Sesungguhnya Aku menerima shalat dari seseorang yang mengerjakannya dengan khusyuk karena kebesaran-Ku, dan ia tidak mengharapkan anugerah dari shalatnya karena sebagai hamba-Ku (makhluk-Ku), dan ia tidak menghabiskan waktu malamnya karena bermaksiat kepada-Ku, menghabiskan waktu siangnya untuk berdzikir kepada-Ku, mengasihi orang miskin, ibnu sabil, mengasihi anda dan menyantuni orang yang sedang terkena musibah.”Ingatlah, bahwa seluruh aturan syariat Islam terdapat akhlak didalamnya. Dapatkah anda menyaksikan adanya hubungan antara ibadah (shalat) dan akhlak (rendah hati dan kasih sayang)? Ingatlah, jika shalat anda belum memberikan nilai-nilai kasih sayang terhadap sesama manusia, maka anda belumlah memetik buah shalat anda secara sempurna.

"Sesungguhnya di kalangan kamu yang lebih dikasihi ALLAH ialah mereka yang senang bermesra dan dimesrai. Sebaliknya yang paling dibenci ALLAH ialah mereka yang suka menabur fitnah dan memecah belahkan persaudaraan."

Kisah Rasulullah sebagai pengajaran


1) Kalau ada pakaian yang koyak, Rasulullah menampalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memerah susu kambing untuk keperluan keluarga mahupun untuk dijual.

2) Setiap kali pulang ke rumah, bila dilihat tiada makanan yang sudah siap di masak untuk dimakan, sambil tersenyum baginda menyinsing lengan bajunya untuk membantu isterinya di dapur. Sayidatina 'Aisyah menceritakan "Kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumahtangga.

3) Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pula kembali sesudah selesai sembahyang."

4) Pernah baginda pulang pada waktu pagi. Tentulah baginda amat lapar waktu itu. Tetapi dilihatnya tiada apa pun yang ada untuk sarapan. Yang mentah pun tidak ada kerana Sayidatina 'Aisyah belum ke pasar.
Maka Nabi bertanya, "Belum ada sarapan ya Khumaira?" (Khumaira adalah panggilan mesra untuk Sayidatina 'Aisyah yang bererti 'Wahai yang kemerah-merahan')
Aisyah menjawab dengan agak serba salah, "Belum ada apa-apa wahai Rasulullah." Rasulullah lantas berkata, "Jika begitu aku puasa saja hari ini." tanpa sedikit tergambar rasa kesal di wajahnya.

5) Sebaliknya baginda sangat marah tatkala melihat seorang suami memukul isterinya. Rasulullah menegur, "Mengapa engkau memukul isterimu?"
Lantas soalan itu dijawab dengan agak gementar, "Isteriku sangat keras kepala. Sudah diberi nasihat dia tetap degil, jadi aku pukul dia."
"Aku tidak bertanya alasanmu," sahut Nabi s. a. w. "Aku menanyakan mengapa engkau memukul teman tidurmu dan ibu kepada anak-anakmu?"

6) Pernah baginda bersabda, "sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik dan lemah lembut terhadap isterinya." Prihatin, sabar dan tawadhuknya baginda dalam menjadi ketua keluarga langsung tidak sedikitpun menjejaskan kedudukannya sebagai pemimpin umat.

7) Pada suatu ketika baginda menjadi imam solat. Dilihat oleh para sahabat,pergerakan baginda antara satu rukun ke satu rukun yang lain amat sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi menggerutup seolah-olah sendi-sendi pada tubuh baginda yang mulia itu bergeser antara satu sama lain. Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu langsung bertanya setelah selesai bersembahyang,

"Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, tuan sakitkah ya Rasulullah?"
"Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sihat dan segar."

"Ya Rasulullah...mengapa setiap kali tuan menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergeselan di tubuh tuan? Kami yakin engkau sedang sakit..." desak Umar penuh cemas.

Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Perut baginda yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil, buat menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali bergeraknya tubuh baginda.

"Ya Rasulullah! Adakah bila tuan menyatakan lapar dan tidak punya makanankami tidak akan mendapatkannya buat tuan?" Lalu baginda menjawab dengan lembut, "Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di hadapan ALLAH nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?"

"Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah ALLAH buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak."

Baginda pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah seorang tua yang penuh kudis, miskin dan kotor.

9) Hanya diam dan bersabar bila kain rida'nya direntap dengan kasar oleh seorang Arab Badwi hingga berbekas merah di lehernya. Dan dengan penuh rasa kehambaan baginda membasuh tempat yang dikencing si Badwi di dalam masjid sebelum menegur dengan lembut perbuatan itu.

10) Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH swt dan rasa kehambaan yang sudah sebati dalam diri Rasulullah saw menolak sama sekali rasa ke tuanan.

11) Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH langsung tidak dijadikan sebab untuknya merasa lebih dari yang lain, ketika di depan ramai mahupun dalam keseorangan.

12) Pintu Syurga telah terbuka seluas-luasnya untuk baginda, baginda masih lagi berdiri di waktu-waktu sepi malam hari, terus-menerus beribadah hinggakan pernah baginda terjatuh lantaran kakinya sudah bengkak-bengkak.

13) Fizikalnya sudah tidak mampu menanggung kemahuan jiwanya yang tinggi.Bila ditanya oleh Sayidatina 'Aisyah, "Ya Rasulullah, bukankah engaku telah dijamin Syurga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini?"

Jawab baginda dengan lunak, "Ya 'Aisyah, bukankah aku ini hanyalah seorang hamba? Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur."

Keistimewaan Rasulullah s.a.w.


Hadis-hadis dibawah ini pula adalah tentang keistimewaan yang baginda perolehi sebagai Rasul dan kita sebagai umatnya.

1- Rasullullah s.a.w. Penghulu Manusia

Daripada Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Akulah penghulu manusia pada hari Kiamat." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Keterangan:- Nabi s.a.w. mengatakan sebegini untuk menceritakan nikmat Allah s.w.t. Ia juga merupakan nasihat supaya kita mengetahui hak terhadap baginda s.a.w. (Tuhfah al-Ahwazi)

2- Rasullullah s.a.w. Sebagai Rahmat

Daripada Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya aku diutuskan sebagai rahmat." (Riwayat Muslim)

3- Pendidik Insan Berakhlak Mulia

Daripada Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang baik." (Riwayat Ahmad)

4- Keistimewaan pada Penyampaian Rasullullah

Daripada Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Aku diutuskan denagn perkataan-perkataan yang ringkas dan padat."(Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Keterangan:- "perkataan-perkataan yang ringkas dan padat"; Al-Quran dan Hadis Nabi s.a.w. kerana ia mengandungi lafaz-lafaz yang ringkas dan makna yang banyak. (Tuhfah al-Ahwazi)

5- Nabi s.a.w Mendahului Umatnya

Daripada Jundub bin Sufyan r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Aku mendahului kamu tiba ke kolam di syurga." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Keterangan:- "aku mendahului", menyediakan dan memberikan apa yang kamu perlukan. (Syarah Sahih Muslim)

6- Jaminan Kemenangan

Daripada Thauban r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Allah telah menghimpunkan bumi untuk aku sehingga aku dapat melihat timur dan baratnya. Sesungguhnya kekuasaaan umatku akan meliputi keluasan bumi yang dihumpankan kepadaku." (Riwayat Muslim)

7- Kesedaran untuk Beramal

Daripada Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Sekiranya kamu mengetahui apa yang aku ketahui nescaya kamu kurang ketawa dan banyak menangis." (Riwayat al-Bukhari)
Keterangan:- Yakni mengetahui tentang keagungan Allah, balasan terhadap pelaku maksiat dan kegerunan yang berlaku pada saat nyawa dicabut, selepas mati, dan keadaan didalam kubur dan hari kiamat. Mengingati perkara tersebut dapat mendorong melakukan amal ibadah. (Fath al-Bari)

8- Bumi Sebagai Masjid

Daripada Jabir r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Dijadikan untukku bumi sebagai masjid (tempat sujud) yang suci." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Keterangan:- Al-Khottobi mengatakan: Umat sebelum Nabi Muhammad s.a.w. diharuskan sembahyang hanya ditempat tertentu sahaja seperti rumah ibadat dan tempat pertapaan. (Fath al-Bari)

9- Kesempurnaan Syafaat Rasullullah s.a.w.

Daripada Anas bin Malik r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Bagi setiap nabi terdapat doa (yang telah dikabulkan di dunia) untuk umatnya. Tetapi aku telah menyimpan doaku sebagai syafaat untuk umatku pada hari kiamat." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Keterangan:- Maksud hadis ini ialah setiap nabi telah mendoakan agar umatnya dibinasakan, melainkan Nabi Muhammad s.a.w. tidak mendoakan sedemikian. Ini kerana baginda akan memberikan syafaat sebagai balasan kesabaran umatnya menanggung kesusahan didunia.
Hadis ini menerangkan syafaat Nabi s.a.w. dan belas kasihan baginda terhadap umatnya. Baginda mengambil perhatian terhadap kemaslahatan umatnya yang terpenting. Maka baginda menangguhkan doa balasan azab terhadap umatnya sehingga waktu terpenting dan amat diperlukan syafaat ketika itu. (Fath al-Bari dan Syarah Sahih Muslim)

10- Pelbagai Golongan Mendapat Syafaat

Daripada Anas r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Aku boleh berikan syafaat kepada umatku yang melakukan dosa besar." (Riwayat Abu Daud dan al-Tirmizi)
Keterangan:- Syafaat Rasullullah s.a.w. untuk orang yang melakukan dosa besar ialah dengan menyelamatkan mereka daripada kebinasaan. Manakala syafaat baginda untuk orang yang melakukan ketaatan ialah dengan menaikkan darjat mereka. (Syarah Sunan Ibn Majah)

11- Kelebihan Selawat

Daripada Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Orang yang berselawat ke atas aku sekali, Allah berselawat keatas nya sepuluh kali." (Riwayat Muslim)
Keterangan:- "Allah berselawat" rahmat dan gandaan ganjaran daripada Allah s.w.t. (Syarah Sahih Muslim)

12- Orang Bakhil yang Sebenar

Daripada Ali bin Abu Talib r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Orang yang bakhil ialah orang yang mendengar namaku disebut tetapi tidak berselawat keatasku ." (Riwayat al-Tirmizi)
Keterangan:- Orang berkenaan disifatkan sebagai bakhil kerana menghalang diri sendiri daripada selawat Allah s.w.t. untuknya jika ia berselawat sekali.
Sebahagian ulama mengatakan wajib sekali selawat pada setiap kali disebut nama baginda. Menurut pandangan yang lain, wajib sekali selawat dalam satu majlis yang disebut nama baginda. Manakala ketika disebut nama baginda pada kali yang lain dalam majlis itu maka hukumnya adalah sunat. (Tuhfah al-Ahwazi)

13- Ucapan Salam Untuk Rasullullah s.a.w.

Daripada Abdullah bin Mas’ud al-Ansori r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya untuk Allah terdapat malaikat yang berlegar-legar dimuka bumi. Mereka menyampaikan kepadaku salam daripada umatku." (Riwayat al-Nasa’i dan Ibn Hibban)

Orang-orang yang Didoakan oleh Malaikat


Allah SWT berfirman, "Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba - hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang - orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati - hati karena takut kepada-Nya" (QS Al Anbiyaa' 26-28)

Inilah orang - orang yang didoakan oleh para malaikat :

1) Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'" (Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

2) Orang yang duduk menunggu shalat. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'" (Shahih Muslim no. 469)

3) Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat. Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan" (Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

4) Orang - orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf). Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf" (Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

5) Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu" (Shahih Bukhari no. 782)

6) Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'" (Al Musnad no. 8106)

7) Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'" (Al Musnad no. 9140)

Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'" (Shahih Muslim no. 2733)

9) Orang - orang yang berinfak. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang kedekut' (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

10) Orang yang makan sahur. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur" (Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

11) Orang yang menjenguk orang sakit. Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang hingga petang dan di waktu malam hingga shubuh" (Al Musnad no. 754)

12) Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain" (Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Rahasia Ubun Ubun

Diri kita ini adalah jagad cilik/jagad kecil, sbg
suatu wujud perumpamaan yang mikro bagi jagad
gede.
pusar itu umpama bumi ini, ardhi ini, yaitu tempat
"berpijak" bagi kehidupan kita. ketika engkau
terperosok, turun kebawah, dibawah pusar itulah
nerakamu, dimana engkau terjepit dan terikat
syahwatmu sendiri.
ketika engkau berhasil naik, terus naik kelangit,
engkau akan menjumpai telaga yang banyak
mengandung nikmat, itu adalah telaga al-kautsar,
umpama ludah bagimu.
Lalu ketika engkau terus naik, engkau menjumpai
mata kanan dan kirimu, itu umpama 2 buah bab,
yang tersimpan dalam lauhul mahfudz.
Lalu ketika engkau terus naik, engkau menjumpai
nirwana/surga, itu umpama otakmu, tempat segala
kenikmatan ini semua bisa dinikmati.
lalu ketika engkau terus naik sampai ubun2mu, itu
umpama sidrotul muntaha, atau puncak dari langit,
yaitu puncak dari kesadaran dan pengertian,
pengertian tentang ADA dan TIADA, pengertian
tentang wujud dan tidak wujud. pengertian tentang
muncul dan lenyap. Kebijaksanaan tertinggi,
sebagai pencerahan akhir yang hendak diserap.
Dari jagad cilik inilah engkau mengerti tentang
jagad gede....... bahwa semuanya tidak pernah
kemana-mana, dan tdklah dimana-mana,
segalanya ada disini, didalam diri pribadi.....

Di cium Rasulullah

Dicium Rasulullah?
Dalam dunia tasawuf, dikenal seorang yang
bernama Syibli. Lengkapnya: Abu Bakar Dalf bin
Jahdar as-Syibli. Orang menyebutnya majnun,
alias gila, sinting, nyeleneh. Dia pernah memakai
celak mata yang dicampur dengan garam, supaya
ia tidak tertidur di waktu malam. Dengan begitu, ia
bisa menghidupkan malam dengan shalat-shalat
sunnat. Jika datang bulan Ramadhan, maka ia
makin giat beribadah melebihi orang-orang di
masanya. Mungkin inilah sebagian dari ke-sinting-
an Syibli. Syibli lahir dan besar di Baghdad. Dia
bersahabat dengan Junayd al-Baghdadi dan para
ulama di masanya. Dia bermazhab Maliki. Wafat
pada tahun 334 H atau 946 M, dan dimakamkan di
Baghdad.
Syibli memang punya karamah. Dalam kitab Syarh
Ratib al-Haddad, diceritakan bahwa Syibli
mendatangi majlis Abu Bakar bin Mujahid. Melihat
Syibli datang, Abu Bakar bangun dari duduknya,
menyambutnya, memeluknya, dan mencium
keningnya. Setelah kejadian itu, Abu Bakar ditanya
oleh salah satu muridnya, ‘Duhai Guruku, engkau
melakukan yang demikian kepada Syibli? Padahal,
engkau dan semua penduduk Baghdad
menganggapnya sinting?’
Abu Bakar bin Mujahid menjawab, ‘Apa yang aku
lakukan kepadanya adalah karena mencontoh yang
dilakukan Rasulullah kepadanya. Aku pernah
bermimpi melihat Syibli datang kepada Rasulullah.
Lalu Rasulullah bangun dari duduknya dan
mencium kening Syibli. Lalu dengan heran aku
bertanya kepada Rasulullah, ‘Duhai Rasulullah,
engkau berbuat demikian kepada Syibli?’
Rasululullah menjawab, ‘Ya begitulah. Itu karena
orang ini (Syibli) sehabis shalat senantiasa
membaca ayat, ‘Sungguh telah datang kepadamu
seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas
kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang
mukmin (at-Taubah: 128)’, lalu ia melanjutkannya
dengan membaca shalawat kepadaku sebanyak 3
kali’.
Itulah buah dari ke-sinting-an Syibli.
Anda ingin dicium Rasulullah? Cobalah resep
Syibli itu. Sehabis shalat bacalah ayat itu dan
lanjutkan dengan membaca shalawat 3 kali.
Mudah-mudahan Rasulullah berkenan datang
dalam mimpi kita......

Perbanyaklah Doa di Hari Arafah ini

 KETUKLAH PINTU LANGIT DENGAN DOA-DOA TULUSMU DI HARI ISTIMEWA INi      
Terkadang seseorang merasa bahwa badai
kesengsaraan telah menghampirinya sehingga
diapun merasa seluruh jalan telah tertutup,
penderitaan telah menyelimutinya dan pintu-pintu
keselamatan telah terkunci baginya…Padahal dia
punya Rabb yang bersemayam di langit yang
selalu bisa menolongnya, yang selalu bisa
menghilangkan segala penderitaan dan
kesedihannya..
Ketuklah pintu langit dengan do’a-doamu yang
tulus..Adukanlah keluh kesahmu pada Rabb yang
tidak pernah tidur, sang penguasa alam
semesta..Terlebih di hari ini, hari Arofah, hari
dimana rintihan dan doa hamba-hamba Allah akan
melesat ke langit dan mudah diijabah oleh-Nya.
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺧَﻴْﺮُ ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀِ ﺩُﻋَﺎﺀُ ﻳَﻮْﻡِ ﻋَﺮَﻓَﺔَ
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.”
(HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Para ulama menjelaskan bahwa maksud sebaik-
baik doa adalah bahwa di hari inilah doa yang
paling cepat dipenuhi atau terkabulkan (Tuhfatul
Ahwadzi, 10: 33).
Karena itu perbanyaklah doa di hari yang agung
ini..
Mintalah agar Allah melimpahkan kebaikan
untukmu dan keluargamu di dunia dan akhirat...
Panjatkanlah pula doamu untuk keselamatan anak-
anak tak berdosa, para muslimah dan saudara-
saudara kita kaum muslimin yang tak berdaya di
negri syam sana dari pembantaian keji kaum kuffar
syiah...
Dan berdoalah untuk kemenangan para mujahidin
di negri yang diberkahi tersebut...
Semoga Allah mengabulkan doa-doa kita hari ini.
Aamiin..

Allah Maha Besar.Allah Maha Kaya dan Allah Maha Merajai segala sesuatu

(Hadits Qudsi)
Dari Abu Dzar Al Ghifari r.a
Dari Nabi SaW bersabda meriwayatkan Firman
Allah 'Azza wa Jalla. Bahwa Dia berfirman :
Sesungguhnya Aku mengharamkan kedzaliman
atas DiriKu,
Dan Aku mengharamkan juga atas kalian , maka
janganlah kalian saling mendzalimi.
Wahai hamba hambaKu sesungguhnya kalian
semua tersesat,kecuali orang yang Aku beri
Hidayah,maka mintalah hidayah itu kepadaKu
niscaya Ku berikan hidayah itu kepadamu.
Wahai hamba hambaKu,sesungguhnya kalian
Lapar ,kecuali orang orang yang Aku beri
makan,maka mintalah makan kepadaKu,niscaya
Ku berikan makan itu kepadamu.
Wahai hamba hambaKu sesungguhnya kalian
orang yang tidak berpakaian,kecyali orang orang
yang Ku beri pakaian,maka mintalah kepada Ku
niscaya Aku berikan pakaian itu kepadamu.
Wahai hamba hambaKu,sesunguhnya kalian
senantiasa berbuat dosa siang dan malam
hari,sedangkan Aku akan mengampuni semua
Dosa,maka mintalah Ampun kepadaKu,niscaya
Aku ampuni kalian semua
Wahai hamba hambaKu sesungguhnya kalian tidak
bisa mendatangkan kemanfaatan bagi-Ku sehingga
tidak sedikitpun kalian bermanfaat bagiKu.
Wahai hamba hambaKu sesungguhnya kalian tidak
akan bisa mendatangkan bahaya bagiKu sehingga
tidak sedikitpun kalian dapat
Membahayakan-Ku.
Wahai hamba hambaKu, andaikan kalian dari yang
awal sampai yang Akhir ,baik dari bangsa manusia
maupun jin, semuanya bertaqwa dengan
ketaqwaan yang paling taqwa di antara kalian, hal
itu tidak menambah sedikitpun dari kerajaanKu.
Wahai hamba hambaKu,
Andaikan kalian dari yang awal sampai yang
Akhir,baik dari bangsa manusia maupun bangsa
jin ,berdiri di atas dataran lalu meminta
kepadaKu , lalu Aku penuhi permintaan mereka hal
itu tidak sedikitpun mengurangi kekayaan yang
Aku Miliki.
Hanya seperti berkurangnya air di samudera yang
di celupi jarum jahit (lalu di angkat)
Wahai hamba hambaKu
Semua itu perbuatan kalian yangg Aku hitungkan
untuk kalian,kemudian Aku membalasnya untuk
kalian.
Maka barang siapa yg mndapatkan kebaikan
hendaklah dia memuji Allah,
Dan barang siapa yang mendapatkan dari selain
itu hendaklah ia tidak mencela kecuali kpada
dirinya sendiri.
HR. MUSLIM

Qasidah Huwan Nur

ﺍﻟﺤﺎﺋﺮﻳﻦ
ﺿﻴﺎﺅﻩ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺤﺸﺮﻇﻞُ
ﺍﻟﻤﺮﺳﻠﻴﻦ ﻟِﻮﺍﺅُﻩ
Dialah Nabi ﷺ Pelita Cahaya
yang memberi petunjuk orang-
orang yang bimbang di Padang
Mahsyar Panjinya sebagai
pemberi naungan ...
ﺗﻠﻘﻰ ﻣﻦ ﺍﻟﻐﻴﺐ ﺍﻟﻤﺠﺮﺩ
ﺣﻜﻤﺔ ﺑﻬﺎ ﺍﻣﻄﺮﺕ ﻓﻲ
ﺍﻟﺨﺎﻓﻘﻴﻦ ﺳﻤﺎﺅﻩ
Sampaikanlah kepadanya hikmah
tanpa perantara apapun
dengan hikmah itu hujanlah
langit (dengan Rahmat) di
segala penjuru barat dan
...timur
ﻭﻣﺸﻬﻮﺩ ﺍﻫﻞ ﺍﻟﺤﻖ ﻣﻨﻪ
ﻟﻄﺎﺋﻒ ﺗﺨﺒﺮ ﺍﻥ ﺍﻟﻤﺠﺪ
ﻭﺍﻟﺸﺄﻭ ﺷﺄﻭﻩ
Para saksi dari para Ahli
Ma`rifah yang dalam
kebenaran, menyaksikan dari
Beliau ﷺ kasih sayang dan
kelembutan-kelembutan,
dikhabarkan sungguh apa yang
terjadi adalah dengan
keinginanmu
ﻓﻠﻠﻪ ﻣﺎﻟﻠﻌﻴﻦ ﻣﻦ ﻣﺸﻬﺪ
ﺍﺟﺘﻼ ﻳﻌﺰﻋﻠﻰ ﺍﻫﻞ
ﺍﻟﺤﺠﺎﺏ ﺍﺟﺘﻼﺅﻩ
Padaku penglihatan apa-apa
yang kusaksikan sangatlah
berpijar luhur, menundukkan
para pemilik kemuliaan yang
masih tertutup penglihatannya
dari pandangan keluhuran
...ini
ﺍﻳﺎﻧﺎﺯﺣﺎ ﻋﻨﻲ ﻭﻣﺴﻜﻨﻪ
ﺍﻟﺤﺸﺎ ﺍﺟﺐ ﻣﻦ ﻣﻼ ﻛﻞ
ﺍﻟﻨﻮﺍﺣﻲ ﻧﺪﺍﺅﻩ
Wahai yang jauh dariku dan
tempatnya di lubuk hati yang
terdalam, jawablah wahai
Saudaraku seruan ﷺ yang memenuhi segala
...penjuru
ﺍﺟﺐ ﻣﻦ ﺗﻮﻻﻩ ﺍﻟﻬﻮﻯ
ﻓﻴﻚ ﻭﺍﻣﺾ ﻓﻲ ﻓﺆﺍﺩﻱ
ﻣﺎﻳﻬﻮﻯ ﻭﻳﺸﺎﺅﻩ
Jawablah wahai yang diriku
adalah terbenam dalam rindu
padamu ( ﷺ ) dan mengalir pada
sanubariku apa-apa yang
dirindukan sanubari ini dan
yang ia (diriku) dambakan ...
ﺑﻨﻰ ﺍﻟﺤﺐ ﻓﻲ ﻭﺳﻂ
ﺍﻟﻔﻮﺍﺩ ﻣﻨﺎﺯﻻ ﻓﻠﻠﻪ ﺑﺎﻥ
ﻓﺎﻕ ﺻﻨﻌﺎ ﺑﻨﺎﺅﻩ
Cinta membangun Istana
Agung di dalam hati yang
terdalam, demi ALLAH,
sungguh tempat itu paling
tinggi dan indah di antara
bangunan (tempat) yang lain ..
ﺑﺤﻜﻢ ﺍﻟﻮﻻ ﺟﺮﺩﺕ ﻗﺼﺪﻱ
ﻭﺣﺒﺬﺍ ﻣﻮﺍﻝ ﺍﺭﻭﺍﺡ
ﺍﻟﻘﻠﺐ ﻣﻨﻪ ﻭﻻﺅﻩ
Dengan keputusan pasrah
kubiarkan yang lainnya berlalu
dari semua keinginanku, dan
alangkah indahnya Sang
Baginda menenangkan hati ini
dari wewenang lembutnya ...
ﻣﺮﺿﺖ ﻓﻜﺎﻥ ﺍﻟﺬﻛﺮ ﺑﺮﺍﺀﺍ
ﻟﻌﻠﺘﻲ ﻓﻴﺎﺣﺒﺬﺍ ﺫﻛﺮﺍ
ﻟﻘﻠﺒﻲ ﺷﻔﺎﺅﻩ
( Jika) aku sakit, maka
menceritakan tentangnya
adalah obat bagi penyakitku,
sungguh indah, menyebutnya
adalah obat bagi hatiku ...
ﺍﺫﺍ ﻋﻠﻢ ﺍﻟﻌﺸﺎﻕ ﺩﺍﻱ ﻓﻘﻞ
ﻟﻬﻢ ﻓﺎﻥ ﻟﻘﺎ ﺍﺣﺒﺎﺏ
ﻗﻠﺒﻲ ﺩﻭﺍﺅﻩ
Jika para perindu mengetahui
penyakitku, maka katakan
kepada mereka, sesungguhnya
perjumpaan dengan kekasih
hati itulah obatnya ...
ﺍﻳﺎ ﺭﺍﺣﻼ ﺑﻠﻎ ﺣﺒﻴﺒﻲ
ﺭﺳﺎﻟﺔ ﺑﺤﺮﻑ ﻣﻦ
ﺍﻻﺷﻮﺍﻕ ﻳﺤﻠﻮ ﻫﺠﺎﺅﻩ
Wahai orang yang berjalan (ke
Madinah) sampaikan lembaran
cinta kepada Kekasihku
dengan indahnya ejaan huruf-
huruf kerinduan ...
ﻭﻫﻴﻬﺎﺕ ﺍﻥ ﻳﻠﻘﻰ ﺍﻟﻌﺬﻭﻝ
ﺍﻟﻰ ﺍﻟﺤﺸﺎ ﺳﺒﻴﻼ ﺳﻮﺍﺀ
ﻣﺪﺣﻪ ﻭﻫﺠﺎﺅﻩ
Maka sulitlah bagi yang
memusuhi cinta ini sampai ke
batas yang tidak mungkin,
mencapai jalan kebenaran
dengan memujinya dan
mengucapkan padanya
ﻓﻮﺍﺩﻱ ﺑﺨﻴﺮ ﺍﻟﻤﺮﺳﻠﻴﻦ
ﻣﻮﻟﻊ ﻭﺍﺷﺮﻑ ﻣﺎﻳﺤﻠﻮ
ﻟﺴﻤﻌﻲ ﺛﻨﺎﺅﻩ
Jiwaku terbakar (karena
cinta) dengan sebaik-baik
Utusan, dan yang terindah di
pendengaranku adalah
mendengar pujiannya ...
ﺭﻗﻰ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﻠﻰ ﻭﺍﻟﻤﺠﺪ
ﺍﺷﺮﻑ ﺭﺗﺒﺔ ﺑﻤﺒﺪﺍﻩ ﺣﺎﺭ
ﺍﻟﺨﻠﻖ ﻛﻴﻒ ﺍﻧﺘﻬﺎﺅﻩ
Mulia dalam tangga-tangga
keluhuran, semulia-mulia
tingkatan yang semakin luhur,
dalam awal cinta dan rindu
pada Beliau ﷺ akan muncul
hangat membara di hati
makhluk, maka bagaimana
keadaan yang telah mencapai
...puncaknya ?
ﺍﻳﺎ ﺳﻴﺪﻱ ﻗﻠﺒﻲ ﺑﺤﺒﻚ
ﺑﺎﻳﺢ ﻭﻃﺮﻓﻲ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺪﻣﻊ
ﺗﺠﺮﻱ ﺩﻣﺎﺅﻩ
Wahai Tuanku, hatiku lebur
dengan kecintaan kepadamu,
mata ini niscaya menangis
darah setelah air mata
mengering dan tidak
...mengalir
ﺍﺫﺍ ﺭﻣﺖ ﻛﺘﻢ ﺍﻟﺤﺐ ﺯﺍﺩﺕ
ﺻﺒﺎﺑﺘﻲ ﻓﺴﻴﺎﻥ ﻋﻨﺪﻱ
ﺑﺜﻪ ﻭﺧﻔﺎﺅﻩ
Jika engkau sembunyikan cinta
maka akan bertambah
kecintaanku dan airmataku,
maka sama sahja bagiku, ku
ungkapkan cinta itu atau ku
.sembunyikannya ..
ﺍﺟﺐ ﻳﺎﺣﺒﻴﺐ ﺍﻟﻘﻠﺐ
ﺩﻋﻮﺓ ﺷﻴﻖ ﺷﻜﻰ ﻟﻔﺢ
ﻧﺎﺭ ﻗﺪ ﺣﻮﺗﻬﺎ ﺣﺸﺎﺅﻩ
Jawablah seruan kerinduan ini
wahai Kekasih hati, rintihan
api kerinduan telah
menyelimuti lubuk hatiku ...
ﻭﻣﺮﻃﻴﻔﻚ ﺍﻟﻤﻴﻤﻮﻥ ﻓﻲ
ﻏﻔﻠﺔ ﺍﻟﻌﺪﺍ ﻳﻤﺮ ﺑﻄﺮﻑ
ﺯﺍﺩ ﻓﻴﻚ ﺑﻜﺎﺅﻩ
Maka lewatkanlah keindahan
dan kelembutanmu saat
hamba-hamba ummatmu
yang tenggelam dalam
kelupaan, lintasan keindahan
dan kemuliaanmu yang
membuat berlinangnya
...airmata
ﻟﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺣﺐ ﺗﻌﺴﺮ
ﻭﺻﻔﻪ ﻭﻟﻠﻪ ﺍﻣﺮﻱ
ﻭﺍﻟﻘﻀﺎﺀ ﻗﻀﺎﺅﻩ
Duhai ALLAH, sungguh sulit
cinta ini di ungkapkan, semua
ini hanya kepada ALLAH
kupasrahkan karena
ketentuan adalah
...KetentuanNYA
ﻓﻴﺎﺭﺏ ﺷﺮﻓﻨﻲ ﺑﺮﺅﻳﺔ
ﺳﻴﺪﻱ ﻭﺍﺟﻞ ﺻﺪﻯ
ﺍﻟﻘﻠﺐ ﺍﻟﻜﺜﻴﺮ ﺻﺪﺍﺅﻩ
Wahai ALLAH, Muliakanlah
aku dengan memandang
Tuanku (Sayyidina
Muhammad) dan Bersihkanlah
hati yang penuh dengan
kekeruhan ini ...
ﻭﺑﻠﻎ ﻋﻠﻴﺎ ﻣﺎﻳﺮﻭﻡ ﻣﻦ
ﺍﻟﻠﻘﺎ ﺑﺎﺷﺮﻑ ﻋﺒﺪ ﺟﻞ
ﻗﺼﺪﻱ ﻟﻘﺎﺅﻩ
Dan Sampaikanlah pada diriku
pada
puncak harapan untuk
berjumpa dengan semulia-
mulia hamba,dan perjumpaan
dengannya adalah segala
...tujuanku
ﻋﻠﻴﻪ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﺎﻫﺒﺖ
ﺍﻟﺼﺒﺎ ﻭﻣﺎ ﺍﻃﺮﺏ
ﺍﻟﺤﺎﺩﻱ ﻓﻄﺎﺏ ﺣﺪﺍﺅﻩ
Atasnya Curahan Selawat
selama angin berhembus
sebanyak asyik merdunya
Qasidah pujian yang
memadukan cinta padamu
maka semakin indahlah yang
menyatukan hati dalam cinta
padanya
ﻣﻊ ﺍﻻﻝ ﻭﺍﻟﺼﺤﺐ ﻣﺎﻗﺎﻝ
ﻣﻨﺸﺪ ﻫﻮ ﺍﻟﻨﻮﺭ ﻳﻬﺪﻱ
ﺍﻟﺤﺎﺋﺮﻳﻦ ﺿﻴﺎﺅﻩ
Beserta Keluarga, Sahabat dan
yang diucapkan oleh Munsyid dialah
Pelita Cahaya yang memberi
petunjuk orang-orang yang
bimbang...
Qasidah Huwannur karya yang
indah Al-Habib `Ali ibn
Muhammad al-Habsyi (By-Akhi Nhawan (

Tidak Boleh Fanatik !

Larangan Fanatik pada Kyai dan Habib yang
Menyimpang..!!!! (Oleh : Asy-Syaikh Shalih bin
Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan)
Soal :
Apa hukumnya seseorang yang menyukai
seorang yang berilmu atau Kyai dan Habib dan
dia mengatakan : “Aku sangat menyukainya, aku
tidak ingin mendengar ada seseorang yang
membantahnya dan aku akan mengikuti
pendapatnya walaupun dia menyelisihi dalil Al-
Qur’an atau As-Sunnah. Karena Kyai dan Habib
tersebut lebih tahu dari kita tentang dalil..
Jawaban :
TIDAK BOLEH seseorang melakukan hal tersebut
karena ini adalah sikap FANATIK yang di-BENCI
oleh ALLAH Ta’ala dan merupakan sikap yang
TERCELA.
Kita mencintai para ulama dan Alhamdulillah kita
juga mencintai para Kyai dan Habib di jalan
ALLAH, namun apabila SALAH SEORANG DARI
MEREKA MELAKUKAN KESALAHAN DALAM
SUATU PERMASALAHAN MAKA KITA
MENJELASKAN KEPADA MANUSIA TENTANG
KEBENARAN DALAM PERMASALAHAN
TERSEBUT, DAN ITU TIDAKLAH MENGURANGI
KECINTAAN TERHADAP KYAI/HABIB YANG
DIBANTAH ITU, BAHKAN TIDAK PULA
KEDUDUKANNYA.
Berkata Al-Imam Malik : ” Siapapun dari kita
bisa saja diterima atau ditolak pendapatnya
kecuali Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam”.
Apabila kita menolak pendapat seorang ulama,
bukanlah berarti kita membenci dan
menjatuhkannya, namun kita hanya ingin
menjelaskan DUDUK PERKARA YANG BENAR.
Oleh karena itu sebagian ulama mengatakan
ketika salah seorang rekan mereka melakukan
kesalahan, dia mengatakan : ” FULAN ITU
ORANG YANG KITA CINTAI, AKAN TETAPI
KEBENARAN LEBIH KITA CINTAI DARINYA.”. Ini
adalah jalan yang benar.
Jangan kalian pahami bahwa bantahan terhadap
seorang ulama dalam suatu permasalahan yang
dia terjatuh padanya adalah celaan baginya atau
rasa benci kita kepadanya, bahkan senantiasa
para ulama sebagian dari mereka membantah
sebagian yang lain dalam keadaan mereka
bersaudara dan saling mencintai.
Tidak boleh kita menerima sepenuh hati semua
pendapat seorang tokoh tertentu, benar ataupun
salah, karena ini adalah sikap fanatik.
Orang yang diambil semua pendapatnya dan
tidak ditinggalkan sedikitpun adalah Rasulullah
Shallallahu ‘alayhi wasallam karena beliau
adalah orang yang menyampaikan risalah dari
Rabb-Nya dan tidak berkata dengan hawa nafsu,
adapun yang selain beliau maka mereka
terkadang salah dan terkadang benar. Tidak ada
satupun manusia yang terjaga dari kesalahan
kecuali Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam.
Wajib bagi kita untuk mengetahui permasalahan
ini dan kita TIDAK berbicara tentang yang salah
dikarenakan kecintaan/berpihak terhadap
seseorang, bahkan wajib bagi kita untuk
menjelaskan kesalahan tersebut, Nabi
Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda :
” Agama ini adalah nasehat, kita katakan : untuk
siapa ? Maka Beliau Shallallahu ‘alayhi
wasallam bersabda : “Untuk ALLAH, Kitab-Nya,
Rosul-Nya dan para pemimpin kaum muslimin
serta kaum muslimin pada umumnya.”
Menjelaskan kesalahan seseorang termasuk
NASEHAT untuk semuanya, adapun MENUTUPI
kesalahannya maka hal itu MENYELISIHI nasehat
yang telah diperintahkan oleh ALLAH ‘Azza wa
Jalla.
Dampak Fanatik Buta
Fanatik memunculkan berbagai dampak negatif
yang sangat berbahaya bagi pribadi secara
khusus dan masyarakat secara umum. Berikut
ini kami paparkan beberapa dampak yang
terjadi karena fanatik buta.
[1] Memejamkan mata dari dalil yang kuat dan
berpegang dengan dalil yang rapuh
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
mengatakan, “Mayoritas orang-orang fanatik
madzhab tidak mendalami Al Qur’an dan As
Sunnah kecuali segilintir orang saja. Sandaran
mereka hanyalah hadit-hadits yang rapuh atau
hikayat-hikayat dari para tokoh ulama yang bisa
jadi benar dan bisa jadi bohong.”
[2] Merubah dalil untuk membela pendapatnya
Contohnya adalah atsar tentang qunut shubuh
yang diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah,
Tirmidzi, dan beliau menshohihkannya. Dari
Malik Al Asyja’i rodiyallohu ‘anhu berkata, “Saya
pernah bertanya kepada ayahku,’Wahai ayahku!
Sesungguhnya engkau pernah sholat di belakang
Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar,
Umar, Utsman, dan Ali di sini -di Kufah-.
Apakah mereka melakukan qunut shubuh?’
Jawab beliau,’Wahai anakku, itu merupakan
perkara muhdats (perkara baru yang diada-
adakan dalam agama -pen)’ “.
Tetapi seorang tokoh bermadzhab Syafi’i di
Mesir malah mengganti hadits tersebut dengan
lafadz yang artinya, ‘Wahai anakku, ceritakanlah
(kata muhdats diganti dengan fahaddits yang
berarti ceritakanlah-pen) [!]‘ Dan tokoh ini juga
mengatakan, “Sholatnya orang yang
meninggalkan qunut shubuh secara sengaja,
maka sholatnya batal yaitu tidak sah.”
Sungguh perbuatan tokoh ini dikarenakan sikap
fanatik beliau pada madzhabnya yang mengakar
kuat pada dirinya. Tetapi lihatlah perbedaan
yang sangat menonjol dengan orang yang
mengikuti kebenaran, walaupun madzhabnya
sama dengan tokoh fanatik di atas. Beliau -Abul
Hasan Al Kurjiy Asy Syafi’i- tidak pernah
melakukan qunut shubuh dan beliau pernah
berkata,”Tidak ada hadits shohih tentang hal itu
(yaitu qunut shubuh,-pen).”
[3] Sering memalsukan hadits
Di antara hadits palsu hasil rekayasa orang-
orang yang fanatik madzhab untuk membela
madzhabnya, yaitu dari Ahmad bin Abdilllah bin
Mi’dan dari Anas secara marfu’ : “Akan datang
pada umatku seorang yang bernama Muhammad
bin Idris (yakni Imam Syafi’i-pen), dia lebih
berbahaya bagi umatku daripada Iblis. Dan akan
datang pada umatku seorang bernama Abu
Hanifah, dia adalah pelita umatku”.
Hadits ini selain palsu, juga bertentangan
dengan nash yang menyatakan bahwa pelita
umat ini adalah Nabi Muhammad shollallohu
‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang terdapat
dalam surat Al Ahzab ayat 46.
[4] Menfatwakan bahwa taqlid hukumnya wajib
Para fanatisme madzhab atau kelompok akan
menyerukan kepada pengikutnya tentang
kewajiban taqlid yaitu mengambil pendapat
seseorang tanpa mengetahui dalilnya.
Hal ini sebagaimana yang diwajibkan organisasi
Islam terbesar di Indonesia. Salah seorang tokoh
organisasi tersebut mengatakan, “Sejak ratusan
tahun yang lalu sampai sekarang sebagian besar
umat Islam di seluruh dunia yang termasuk
dalam golongan Ahlus Sunnah wal Jama’ah
membenarkan adanya kewajiban taqlid bagi
orang yang tidak memenuhi syarat untuk
berijtihad …”
Ini adalah ucapan yang bathil. Tidak pernah ada
kewajiban seperti ini dari Alloh, Rosululloh,
sampai-sampai imam madzhab sekalipun.
Karena pendapat imam madzhab itu kadangkala
benar dan kadangkala juga salah.
Seringkali para imam madzhab berpegang pada
suatu pendapat dan beliau meralat pendapatnya
tersebut. Dan para imam itu sendiri melarang
untuk taqlid kepadanya, sebagaimana Imam
Syafi’i rohimahulloh (imam madzhab yang
organisasi ini ikuti) mengatakan,
“Setiap yang aku katakan, kemudian ada hadits
shohih yang menyelisihinya, maka hadits Nabi
tersebut lebih utama untuk diikuti. Janganlah
kalian taqlid kepadaku”.
Janganlah Menolak Kebenaran
Sesungguhnya Allah telah mengutus para rosul
untuk segenap manusia. Alloh mengutus para
rasul untuk mendakwahi manusia agar mereka
beribadah dan menyembah kepada Allah
semata. Akan tetapi kebanyakan mereka
mendustakan rosul-rosul utusan Alloh itu;
mereka tolak kebenaran yang dibawanya, yaitu
ketauhidan. Akhirnya mereka pun menemui
kebinasaan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di
dalam hatinya ada kesombongan meskipun
sebesar biji sawi.” Kemudian beliau melanjutkan
hadits ini dengan berkata, “Kesombongan
adalah menolak kebenaran dan merendahkan
orang lain.” (HR. Muslim)
Berdasarkan hadits di atas, tidak diperbolehkan
bagi seorang mukmin menolak kebenaran atau
nasehat yang disampaikan kepadanya. Karena
jika demikian berarti mereka telah menyerupai
orang-orang kafir dan telah menjerumuskan
dirinya ke dalam sifat sombong yang bisa
menghalanginya masuk surga.
Maka, sikap hikmah (yaitu sikap menerima
kebenaran dan tidak meremehkan siapapun
yang menyampaikannya -pen) menjadi senjata
yang ampuh bagi seorang mukmin yang selalu
siap digunakan. Maka dari itu, kita wajib
menerima kebenaran dari siapapun datangnya,
bahkan dari setan sekalipun.
Ya Alloh, tunjukilah -dengan izin-Mu- bagi kami
pada kebenaran dalam perkara yang kami
perselisihkan. Sesungguhnya Engkaulah yang
menunjuki siapa yang Engkau kehendaki ke jalan
yang lurus.

Jadilah contoh Kebaikan( by: Shalih)

Bismillaah ..
Tatkala para hamba duduk didalam naungan ilmu
menghadiri majelis dzikir (ta’lim), terdapat ajang
tanya-jawab oleh sang ustadz terhadap
jama’ahnya. Ada seorang hamba yang
kelihatannya baru berjinak-jinak dalam mengenal
dan memperdalami ilmu agama yang mulia ini.
Kemudian beliau memberanikan diri untuk
bertanya:
“Ustadz, apakah mengejek dan menghina orang tu
berdosa?”
Spontan, sebagian besar jema’ah memasang
muka sinis sembari diiringi dengan senyuman
kecut. Dan ternyata rata-rata yang berbuat
demikian adalah ikhwan yang sudah lama
mengikuti majelis ta’lim tersebut. Sementara
sebagian lainnya menggeleng-gelengkan kepala
sambil melirik kepada si penanya (tanda heran
akan pertanyaan yang konyol?!!), ada yang
berbisik-bisik antar satu dengan lainnya, dan ada
juga yang tanpa respon, alias tidak bergeming dan
terpengaruh sama sekali akan kondisi
sekelilingnya.
Subhaanallaah! Contoh apakah ini?
Inikah teladan yang dipaparkan oleh seorang
penuntut ilmu sejati?
Bukankah kita suatu waktu kemarin pernah berada
dalam kebodohan, jauh dari mengenali ilmu dien
yang mulia ini?
Lalu Allaahu Tabaaraka wa Ta’ala menganugerahi
cahaya berupa hidayah, agar kita mampu sadar
sahyugia kembali meniti jalan sunnah yang selama
ini hilang didalam gelapnya kehidupan?
Apakah kemudian kita tega berbuat demikian
kepada insan yang, sebagaimana halnya dulu kita
pernah jua rasakan, hanya saja kita telah lama
belajar dan getol mengikuti kajian selama ini?
Sungguh, janganlah kita menganggap diri ini
senantiasa selamat dari dosa dan maksiat hanya
karena kita telah mengenal da’wah sunnah,
kemudian kepada insan yang baru menginjakkan
kaki untuk membuka pintu dirinya terhadap ilmu
pengetahuan, kita berlaku sinis dan terkesan
merendahkan?
ﻓَﻠَﺎ ﺗُﺰَﻛُّﻮﺍ ﺃَﻧﻔُﺴَﻜُﻢْ ﻫُﻮَ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﻤَﻦِ ﺍﺗَّﻘَﻰ
“Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci.
Dialah yang paling mengetahui siapa orang yang
bertaqwa.”
(an Najm: 32).
Ingatlah wahai jiwa! Dengan akhlaq yang kita
contohkan, dapat pula menjadi penentu atas dekat
dan jauhnya manusia serta datang dan larinya
mereka dari agama ini ..
Dan jangan lupa pula! Kita tidak memiliki
kekuasaan untuk memberikan hidayah kepada
mereka, karena hal demikian (hidayah) hanyalah
milik Rabb Tabaaraka wa Ta’ala semata. Kendati,
melalui akhlaq mulia yang dipaparkanlah, maka
kita mampu mengumpulkan contoh yang kelak
akan menimbulkan pengaruh, sekaligus menjadi
sebuah pembuktian tentang keindahan serta
kemuliaan Islam diatas semua agama-agama
lainnya, beserta dampak-dampak positif yang
akan dihasilkan melaluinya ..
Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
ﻳَﺴِّﺮُﻭﺍ ﻭَﻟَﺎ ﺗُﻌَﺴِّﺮُﻭﺍ ﻭَﺑَﺸِّﺮُﻭﺍ ﻭَﻟَﺎ ﺗُﻨَﻔِّﺮُﻭﺍ
“Mudahkan dan jangan mempersulit, berikan
kabar gembira dan jangan membuat manusia
lari.”
(HR. Bukhari; Kitaabul ‘Ilm: 69).
Bukankah Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam telah menekankan, kemudian menekankan,
kemudian beliau menekankan lagi, bahwasanya:
ﺍﻟﺪِّﻳْﻦُ ﺍﻟﻨَّﺼِﻴْﺤَﺔُ، ﺍﻟﺪِّﻳْﻦُ ﺍﻟﻨَّﺼِﻴْﺤَﺔُ، ﺍﻟﺪِّﻳْﻦُ ﺍﻟﻨَّﺼِﻴْﺤَﺔُ ،
“Agama itu adalah nasihat, agama itu adalah
nasihat, agama itu adalah nasihat?”
(HR. Muslim: 55/ 95).
Inikah contoh nasihat yang kita berikan kepada
mereka yang haus akan tegukan dan siraman ilmu,
yang selama ini menghilang dan menghadang
dalam nafas kehidupan?
Ataukah ini bagian dari da’wah yang selama ini
dibina oleh sang perintis da’wah (shallallaahu
‘alaihi wa sallam) beserta sahabat-sahabatnya
(ridwaanullaah ajma’iin) selama hidup dizaman
mereka dulu?
Apakah dengan cara ini Islam akan tegak berdiri,
dimana umat bisa bersatu dalam shaf-shaf kokoh,
berpijak diatas naungan Qur’an dan Sunnah yang
didambakan selama ini?
Atau kemudian setelahnya kita dapati sang
penanyapun mulai mundur teratur, menghilangkan
jejak, sehingga tidak ingin menghadiri majelis
seperti itu lagi?
Kemudian, sebuah sambaran nasihat terlontar dari
sang ustadz yang mawas akan keadaan
jama’ahnya, tatkala dianggap perlu diberikan
sebuah pengertian dan pembenahan. Sejurus
beliau menjawab:
“Na’am akhy, mengejek dan menghina adalah
sebuah perbuatan dosa, dan ini terlebih menjadi
nasihat berharga bagi diri ana pribadi yang tidak
makhsum, kemudian para ikhwan semua yang
baru dan telah lama mengaji, semoga Allaahu
Ta’ala menjaga kalian semua dan juga untuk yang
bertanya tanpa terkecuali ..
Beliau juga, hafizhaahullaah, menyambung:
"Rabb Tabaaraka wa Ta’ala berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah
suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, bisa
jadi yang diolok-olok itu lebih baik dari mereka
(yang mengolok-olok).”
(al-Hujuurat: 11).
Hamba yang lebih awal mengenal Islam ini, ya’ni
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, telah
berwasiat kepada para penuntut kebenaran dan
mengajarkan bagaimana selayaknya kita sesama
saudara seiman dan seaqidah, ketika
bermuamalah. Beliau berpesan:
“Jangan kalian saling hasad, jangan saling
melakukan najaasy, jangan kalian saling
membenci, jangan kalian saling membelakangi,
jangan sebagian kalian membeli barang yang telah
dibeli orang lain dan jadilah kalian sebagai
hamba-hamba Allaah yang bersaudara.
Seorang muslim adalah saudara muslim bagi
lainnya, karenanya, jangan dia menzhaliminya,
jangan menghinanya, jangan berdusta kepadanya,
dan jangan merendahkannya.”
(HR. Muslim: 2564).
Kemudian kita juga dapati beliau shallallaahu
‘alaihi wa sallam mengajarkan bagaimana
sepatutnya kita memperlakukan saudara seagama
sendiri:
“Janganlah engkau remehkan suatu kebajikan
sedikitpun, walaupun engkau bertemu dengan
saudaramu dengan wajah yang ceria (bermanis
muka).”
(HR. Muslim: 2626)."
Setelah mendengarkan jawaban yang mencairkan
hati-hati yang beku, melenturkan qalbu-qalbu
kaku, tanya-jawab ditutup dengan penuh khidmat,
masing-masing jiwa membawa pulang
bersamanya bekal yang berharga buat
menyongsong kehidupan sehari-hari, dalam
rangka menjadi hamba-hamba yang memiliki
pribadi akhlaq nan tinggi dalam mencontohi
lagikan dicontohi ..

Jadilah Kunci Kunci Kebaikan


Oleh: Ustadz Abu Ahmad Said Yai, Lc.
LAFAZ HADÎTS:
ﻋﻦ ﺃﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﻗﺎﻝ : ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ:
ﺇِﻥَّ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻣَﻔَﺎﺗِﻴﺢَ ﻟِﻠْﺨَﻴْﺮِ ﻣَﻐَﺎﻟِﻴﻖَ ﻟِﻠﺸَّﺮِّ ﻭَﺇِﻥَّ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻣَﻔَﺎﺗِﻴﺢَ ﻟِﻠﺸَّﺮِّ
ﻣَﻐَﺎﻟِﻴﻖَ ﻟِﻠْﺨَﻴْﺮِ ﻓَﻄُﻮﺑَﻰ ﻟِﻤَﻦْ ﺟَﻌَﻞَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣَﻔَﺎﺗِﻴﺢَ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻋَﻠَﻰ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻭَﻭَﻳْﻞٌ ﻟِﻤَﻦْ
ﺟَﻌَﻞَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣَﻔَﺎﺗِﻴﺢَ ﺍﻟﺸَّﺮِّ ﻋَﻠَﻰ ﻳَﺪَﻳْﻪِ
Dari Anas bin Mâlik radhiallâhu ‘anhu, dia
berkata, “Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda, “Sesungguhnya di antara
manusia ada kunci-kunci pembuka kebaikan dan
gembok-gembok penutup keburukan. Di antara
manusia ada gembok-gembok penutup kebaikan
dan kunci-kunci pembuka keburukan.
Beruntunglah orang-orang yang Allah letakkan
kunci-kunci pembuka kebaikan di tangannya dan
celakalah orang-orang yang Allah letakkan kunci-
kunci pembuka keburukan di tangannya.”
TAKHRÎJ:
Hadîts ini diriwayatkan oleh Ibnu Mâjah di Sunan-
nya di Pembukaan Kitab Sunan Ibnu Mâjah, bab
Man Kâna miftâhan lilkhair (no. 237) dan Ibnu Abi
‘Âshim di As-Sunnah (no. 232).
Hadîts ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albâni di
Ash-Shahîhah (1332) dan Dzhilâlul-jannah
(297/299) dengan syawâhid-nya.
SYARH (PENJELASAN) HADÎTS:
Sesungguhnya di antara manusia ada (pemilik)
kunci-kunci pembuka (pintu-pintu) kebaikan dan
(pemilik) gembok-gembok penutup (pintu-pintu)
keburukan (yaitu orang-orang yang dijadikan oleh
Allah sebab, dimana orang-orang lain bisa
mengerjakan kebaikan dan meninggalkan
keburukan, seperti ulama, pemegang kekuasaan,
mujahid dll). Di antara manusia ada (pemilik)
gembok-gembok penutup (pintu-pintu) kebaikan
dan (pemilik) kunci-kunci pembuka (pintu-pintu)
keburukan (yaitu orang-orang yang dijadikan oleh
Allah sebab, dimana orang-orang tidak bisa
mengerjakan kebaikan dan tidak bisa
meninggalkan keburukan).[1]
FAIDAH-FAIDAH Yang berhubungan dengan
HADÎTS
Sesungguhnya Allâh-lah yang membuka dan
menutup segala segala sesuatu yang dikehendaki-
Nya. Allah memiliki ism (nama) Al-Fattâh. Di
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadîts Al-Fattah memiliki
tiga makna, yaitu: Al-Hâkim (Yang Maha
Memutuskan Perkara), An-Nâshir (Yang Maha
Menolong) dan Al-Fattâh (Yang Maha Membuka).
[2]
Berkata Ibnul-Qayyim rahimahullâh, “Kunci semua
kebaikan adalah keinginan bertemu dengan Allah
dan mendapatkan akhirat (surga). Kunci semua
keburukan adalah cinta dunia dan panjangnya
angan-angan. Mengetahui hal ini adalah suatu hal
yang sangat agung dan termasuk ilmu yang paling
bermanfaat di antara ilmu-ilmu yang lain, yaitu
mengetahui kunci-kunci kebaikan dan keburukan.
Tidaklah ada orang-orang yang mengenal dan
memperhatikan hal ini kecuali orang-orang yang
sangat beruntung dan mendapatkan taufik”[3]
Berkata Syaikh Abdurrazzâq Al-’Abbâd
hafidzhahullah, “Ketahuilah! Orang-orang yang
terjatuh ke dalam kemaksiatan tidak akan
membiarkan dirinya terjatuh sendirian di dalam
kemaksiatan. Dia akan mengajak orang lain
bersamanya. Oleh karena itu, berhati-hatilah!”[4]
Pintu-pintu kebaikan itu banyak sekali. Barang
siapa yang telah dibukakan salah satu pintu
kebaikan maka janganlah mengejek atau
merendahkan orang lain yang telah dibukakan
pintu kebaikan yang lain. Ada kisah yang menarik
sekali, “Abdullah Al-’Umari seorang ahli ibadah
mengirim surat ke Imam Mâlik (yang isinya)
menyarankan agar sang Imam menyendiri (dari
orang-orang) dan beramal. Maka sang Imam pun
membalas surat tersebut, “Sesungguhnya Allah
membagi amalan-amalan sebagaimana membagi
rezeki. Banyak orang yang dibukakan baginya
pintu shalat, tetapi tidak dibukakan baginya pintu
puasa. Begitu pula yang lainnya, dibukakan pintu
sedekah tidak dibukakan pintu puasa. Dan yang
lainnya lagi, dibukakan pintu jihad. Menyebarkan
ilmu termasuk diantara amalan-amalan yang
sangat afdhal. Saya telah rida dengan apa yang
telah Allah bukakan untuk saya. Saya mengangap
apa yang sekarang saya jalani tidaklah lebih
rendah dari apa yang Anda amalkan. Saya
berharap kita berdua berada dalam kebaikan dan
ketakwaan.“[5]
Miftâhul-khair (kunci kebaikan) tidak hanya para
ustadz atau para dai, tetapi juga meliputi setiap
orang yang bisa mengajak orang-orang lain untuk
taat dan menjauhi perbuatan maksiat, seperti:
pemimpin daerah atau suatu organisasi, guru,
orang tua, mujâhid (orang yang berjihad), orang
kaya yang memanfaatkan hartanya untuk kebaikan
dll.
Menjadi miftâhul-khair termasuk salah satu cara
untuk menjadi orang yang bermanfaat untuk orang
lain dan menjadi orang yang paling dicintai oleh
Allah. Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
ﺃَﺣَﺐُّ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻧْﻔَﻌُﻬُﻢْ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ
Artinya: “Orang yang paling dicintai oleh Allah
adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”[6]
Bagaimana caranya agar kita bisa menjadi
miftâhul-khair?
Orang-orang yang ingin menjadi miftâhul-khair
harus memiliki atau mengerjakan hal-hal sebagai
berikut:
- Al-’azm (tekad yang bulat) dan niat yang benar
Hendaknya kita tanamkan di dalam hati kita
keinginan yang kuat untuk mengubah dan
mengajak orang-orang di sekeliling kita kepada
kebaikan. Dengan demikian, kita akan senantiasa
berpikir bagaimana cara yang tepat untuk
mewujudkan hal tersebut. Terkadang kita agak
malu, tapi ingatlah bahwa “malu itu tidak datang
kecuali untuk kebaikan.” Jika kita malu untuk
berbuat baik, maka ketahuilah itu datangnya dari
setan.
Allah ta’âla berfirman:
Artinya: “Jika kamu telah ber-’azm maka
tawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang bertawakkal.” (QS Ali
‘Imran : 159)
- Ilmu
Dengan ilmu kita bisa mengetahui mana yang
merupakan miftâhul-khair dan mana yang
merupakan miftâhus-syarr (kunci keburukan).
Dengan ilmu kita bisa membedakaan yang mana
termasuk perbuatan taat dan yang mana termasuk
perbuatan maksiat. Dengan ilmu kita mengetahui
halal dan haram. Semakin tinggi ilmu seseorang
maka perkara-perkara yang menurutnya syubhat
akan semakin berkurang.
Di antara dalil-dalil yang menunjukkan keutamaan
ilmu adalah hadits berikut:
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﺧَﻴْﺮُ ﻣَﺎ ﻳَﺨْﻠُﻒُ ﺍﻟْﻤَﺮْﺀُ ﺑَﻌْﺪَﻩُ ﺛَﻠَﺎﺛًﺎ : ﻭَﻟَﺪًﺍ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﻳَﺪْﻋُﻮ ﻟَﻪُ ﻓَﻴَﺒْﻠُﻐُﻪُ ﺩُﻋَﺎﺅُﻩُ ، ﺃَﻭْ
ﺻَﺪَﻗَﺔً ﺗَﺠْﺮِﻱ ﻓَﻴَﺒْﻠُﻐُﻪُ ﺃَﺟْﺮُﻫَﺎ ، ﺃَﻭْ ﻋِﻠْﻤًﺎ ﻳُﻌْﻤَﻞُ ﺑِﻪِ ﺑَﻌْﺪَﻩُ
Artinya: “Sebaik-baik yang ditinggalkan oleh
seseorang setelah dia meninggal ada tiga: (1)
Anak yang soleh yang selalu berdoa kepadanya,
sehingga sampailah kepadanya apa yang di
doakan, (2) sedekah yang pahalanya mengalir
kepadanya, dan (3) ilmu yang diamalkan (oleh
orang lain) setelahnya.“[7]
Qatadah rahimahullâh berkata,
ﺑَﺎﺏٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢِ ﻳَﺤْﻔَﻈُﻪُ ﺍﻟَّﺮﺟُﻞُ ﻟِﺼَﻠَﺎﺡِ ﻧَﻔْﺴِﻪِ ﻭَﺻَﻠَﺎﺡِ ﻣَﻦْ ﺑَﻌْﺪَﻩُ ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩَﺓِ
ﺣَﻮْﻝٍ
Artinya: “Seseorang yang menghapal satu bab
ilmu (diniatkan) untuk kesolehan dirinya dan
kesolehan orang-orang setelahnya, lebih afdhal
daripada beribadah sepanjang tahun.”[8]
- Beramal dengan ilmu
Mungkin di antara kita pernah mengeluh, “Saya
sudah lama berdakwah, tetapi mengapa tidak
banyak memberikan pengaruh?” Kita harus sadar
dan muhâsabah (introspeksi) diri kita sendiri.
Bagaimana mungkin orang yang tidak memiliki
kesolehan akan “menularkan” kesolehannya
kepada orang lain? Oleh karena itu, kerjakanlah
kewajiban-kewajiban dan jauhilah larangan-
larangan Allah dan Rasul-Nya! Adapun amalan-
amalan yang sifatnya nâfilah (sunnah) maka kita
amalkan semampu kita dan kita pertimbangkan
manakah di antara amalan-amalan tersebut yang
lebih mudah dan lebih afdhal untuk diri kita dari
yang amalan-amalan lainnya.[9]
Sebagian dari kita mungkin memandang bahwa
amalan itu hanya dikhususkan pada amalan yang
dzhâhir saja. Pandangan ini salah. Amalan-amalan
itu meliputi amalan-amalan zhâhir dan juga batin.
Bahkan amalan yang paling besar menurut Allah
adalah tauhid. Sedangkan tauhid, sebagaimana
kita ketahui, termasuk amalan batin.
- Mengikuti cara yang dicontohkan oleh Nabi
shallallâhu ‘alaihi wa sallam
Syaikh Rabî’ Al-Madkhali telah menulis buku
khusus tentang ini.[10]
- Menjadi An-Nâshih (Orang yang selalu
menasihati)
Menjadi An-Nâshih (Orang yang selalu
menasehati) adalah nikmat yang sangat besar
sekali. Coba bayangkan, seandainya kita sedang
melakukan perbuatan dosa, kemudian ditegur atau
dilarang oleh seseorang, maka betapa senangnya
hati kita, karena tidak jadi melakukan maksiat
kepada Allah. Begitu pula, ketika di suatu masjid
tidak hidup amalan-amalan sunnah kemudian
datang seseorang menasihati dan menganjurkan
untuk beramal dan menghidupkan sunnah, maka
betapa senangnya hati kita. Senantiasa kita akan
mengucapkan kepada orang tersebut “terima
kasih” atau paling tidak, kita akan selalu
mendoakan kebaikan untuknya.
Selama ada orang-orang yang seperti itu, maka
Allah akan senantiasa menurunkan keberkahan-
Nya.
Allah subhânu wa ta’âla menceritakan perkataan
Nabi ‘Isa ‘alaihis-salâm,
Artinya: “Dan Dialah (Allah) yang telah menjadikan
saya mubarak (penuh dengan keberkahan) di
mana pun saya berada.” (QS Maryam : 31)
Di antara tafsiran ayat ini sebagaimana disebutkan
oleh Ibnu Katsîr rahimahullâh di dalam tafsirnya
adalah “menjadi mubârak yaitu dengan ber-amr
bil-ma’rûf wa nahi ‘anil-munkar (Menyuruh kepada
kebaikan dan melarang dari kemungkaran).”
- Berakhlak yang mulia dan menjaga murû’ah[11]
(wibawa, citra atau kehormatan diri)
Meskipun menjaga murû’ah bukanlah sesuatu
yang wajib, tetapi hal ini sangat memberikan
pengaruh terhadap orang-orang di sekeliling kita.
Imam As-Syafi’i rahimahullâh pernah berkata,
ﻟَﻮْ ﺃَﻥَّ ﺍﻟْﻤَﺎﺀَ ﺍﻟْﺒَﺎﺭِﺩَ ﻳَﺜْﻠَﻢُ ﻣِﻦْ ﻣُﺮُﻭْﺀَﺗِﻲ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻣَﺎ ﺷَﺮِﺑْﺖُ ﺍﻟْﻤَﺎﺀَ ﺇِﻟَّﺎ ﺣَﺎﺭًّﺍ
Artinya : “Seandainya air yang dingin (dapat)
merusak sesuatu dari kewibawaanku
(kehormatanku) maka saya tidak akan minum air
kecuali yang panas.”[12]
- Berteman dengan orang-orang yang telah dikenal
sebagai miftâhul-khair
Ketahuilah! Hewan-hewan saja bisa memberikan
pengaruh terhadap watak seseorang, jika dia
sering bersamanya. Padahal hewan-hewan
tersebut tidak bisa berbicara. Apalagi jika yang
sering bersamanya adalah orang-orang yang bisa
berbicara, tentu pengaruhnya akan semakin besar.
Janganlah malu mendekati miftâhul-khair meski
umur kita masih terlalu muda! Begitu pula orang
yang sudah diberi hidayah oleh Allah sebagai
miftâhul-khair, janganlah gengsi bergaul dengan
yang lebih muda. Bisa jadi kebaikan-kebaikan
“mengalir” melalui yang lebih muda.
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam pernah
berkata,
ﺍﻟْﻔَﺨْﺮُ ﻭَ ﺍﻟْﺨُﻴَﻠَﺎﺀُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻔَﺪَّﺍﺩِﻳْﻦَ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﻮَﺑَﺮِ ﻭَ ﺍﻟﺴَّﻜِﻴْﻨَﺔُ ﻓِﻲ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﻐَﻨَﻢِ
Artinya : “Kesombongan dan keangkuhan terdapat
pada pengembala-pengembala (yang meninggikan
suaranya terhadap hewan-hewan) dari kalangan
pengembala-pengembala unta. Sedangkan
ketenangan terdapat pada pengembala kambing
”[13]
- Hikmah dalam berdakwah
Allah ta’ala berfirman:
Artinya: “Berdakwahlah ke jalan Rab-mu dengan
berhikmah dan nasihat yang baik. Serta debatlah
mereka dengan yang lebih baik.” (QS An-Nahl:
125)
Al-Ustâdz Abdullah Zaen hafidzhahullâh telah
menulis buku khusus dalam permasalahan ini.
Silahkan merujuknya.[14]
- Berlemah lembut terhadap yang lain
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam pernah
berkata,
ﻣَﻦْ ﻳُﺤْﺮَﻡِ ﺍﻟﺮِّﻓْﻖَ ﻳُﺤْﺮَﻡِ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮَ
Artinya: “Barang siapa dijauhkan dari kelemah-
lembutan maka akan dijauhkan dari kebaikan.”[15]
- Sabar
Menjadi miftâhul-khair tidaklah mudah. Tentu ada
saja hambatan-hambatan dan rintangan-rintangan
baik dari dalam diri kita sendiri ataupun dari orang
lain. Perjuangan dakwah kita belumlah seberapa
bila dibanding para Nabi ‘alaihimush-shalâtu
wassalâm. Rasululullah shallallâhu ‘alaihi wa
sallam pernah ditanya oleh Saad bin Abi Waqqâsh
radhiallâhu ‘anhu
ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻯُّ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺃَﺷَﺪُّ ﺑَﻼَﺀً ﻗَﺎﻝَ ﺍﻷَﻧْﺒِﻴَﺎﺀُ ﺛُﻢَّ ﺍﻷَﻣْﺜَﻞُ ﻓَﺎﻷَﻣْﺜَﻞُ ﻓَﻴُﺒْﺘَﻠَﻰ
ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻋَﻠَﻰ ﺣَﺴَﺐِ ﺩِﻳﻨِﻪِ ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺩِﻳﻨُﻪُ ﺻُﻠْﺒًﺎ ﺍﺷْﺘَﺪَّ ﺑَﻼَﺅُﻩُ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻰ ﺩِﻳﻨِﻪِ
ﺭِﻗَّﺔٌ ﺍﺑْﺘُﻠِﻰَ ﻋَﻠَﻰ ﺣَﺴَﺐِ ﺩِﻳﻨِﻪِ
Artinya: “Ya Rasulullah! Manusia manakah yang
paling berat ujiannya? Beliau menjawab, “Para
Nabi kemudian orang-orang yang semisalnya.
Seseorang akan diuji sesuai kadar
keberagamaannya. Jika agamanya kuat maka akan
ditambahkan ujian itu. Jika agamanya lemah maka
akan diuji sesuai kadar keberagamaannya.”[16]
- Banyak berdoa
Jangan lupa banyak berdoa kepada Allah agar
dijadikan miftâhul-khair dan mendoakan kebaikan
untuk orang-orang di sekitar kita di waktu-waktu
yang mustajab. Hal ini banyak dilupakan oleh
kebanyakan orang.
Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat untuk
semua. Billâhit-taufîq walhamdulillâh.
[1] Lihat Syarh Sunan Ibn Mâjah li As-Sindi dan li
As-Suyûthi
[2] Lihat Shifâtullah ‘Azza wa jalla Al-Wâridah fil-
Kitâb was-Sunnah li As-Seggâf Hal. 270
[3] Hâdil-arwâh hal. 39. Beirut: Dârul-kutub
Al-’ilmiyah
[4]Ceramah umum beliau di Universitas Islam
Madinah yang berjudul ‘Kaifa takûnu miftâhan
lilkhair?‘. Jazâhullah khairan.
[5] Siyar A’lâm An-Nubalâ’ tentang Imam Malik
rahimahullah
[6] Diriwayatkan oleh Ath-Thabrâni dari hadis Ibnu
‘Umar dengan lafaz, “Bahwasanya seseorang
mendatangi Rasululah shallallahu ‘alahi wa sallam.
Kemudian dia bertanya, ‘Ya Rasulullah, siapakah
manusia yang paling dicintai oleh Allah? Dan
Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?’
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam pun
menjawab, ‘Manusia yang paling dicintai oleh
Allah adalah yang paling bermanfaat di antara
mereka. Amalan yang paling dicintai oleh Allah
adalah kebahagiaan yang engkau berikan kepada
seorang muslim, engkau menghilangkan kesusahan
dari dirinya, engkau membayarkan hutangnya,
atau engkau menghilangkan kelaparan darinya.
Berjalan bersama saudaraku untuk suatu
keperluan, lebih saya sukai daripada ber-i’tikaf di
masjid ini –yaitu masjid nabawi- selama sebulan.
Barang siapa yang menahan marahnya, maka
Allah akan menutupi auratnya. Barang siapa yang
mengekang marahnya, walaupun sebenarnya dia
mampu untuk melampiaskan, maka Allah ‘Azza
wa Jalla akan mengisi hatinya dengan keamanan
pada hari kiamat. Barang siapa yang berjalan
bersama saudaranya untuk suatu keperluan
sampai saudaranya mendapatkannya, maka Allah
akan menetapkan kakinya di atas Ash-Shirat
(jembatan) di hari banyak orang-orang terpeleset
di atasnya.”
Lihat Al-Mu’jam Al-Kabir no. 13646 (12/453), Al-
Mu’jam Al-Ausath no. 6026 (6/139-140), Al-
Mu’jam Ash-Shaghir no. 861 hal. 106, dan di Al-
Ausath juga diriwayatkan dari hadis Jabir no. 5787
(6/58), dangan lafaz, “Sebaik-baik manusia adalah
yang paling bermanfaat untuk manusia.”
Hadis ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di
Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 906 (2/573),
dan no. 426 (1/787), dan di Shahihul-Jami’ no.
4289 dan di Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no.
2623.
[7] HR Ibnu Mâjah No. 241 dan Ibnu Khuzaimah
No. 2495. Di-shahîh-kan oleh Syaikh Al-Albâni di
At-Ta’lîq (1/58), Ahkâmul-janâ’iz Hal. 176 dan Ar-
Raudh hal. 1013
[8] Jâmi’ bayan al-’ilmi wa fadhlihi jilid I hal 111.
Dâr Ibnil-Jauzi
[9] Syaikh Ibrâhim Ar-Ruhaili telah menulis buku
berjudul ‘Tajrîdul-ittibâ’ fi bayâni asbâb tafâdhulil-
a’mâl‘. Silakan merujuknya.
[10]Judul bukunya Manhajul-anbiyâ’ fid-da’wah
ilallâh fîhi alhikmah wal-’aql’
[11] Murû’ah adalah kehormatan atau citra diri
atau sesuatu yang sudah sepantasnya ada pada
seseorang, sebagai contoh: Di suatu daerah
sesuatu yang aib sekali jika seorang thalibul-ilmi
shalat dengan memakai celana, maka untuk
menjaga murû’ah-nya dia shalat dengan memakai
sarung. Hukumnya kembali kepada adat masing-
masing daerah.
[12] Manâqib Asy-Syafî li-Ar-Râzy hal 85 dinukil
dari Ma’âlim fî tharîq thalabil’ilm hal 166
[13] HR Al-Bukhâri No. 3499 dan Muslim No. 187.
Ahlul-wabar dapat diartikan orang-orang
pedalaman (baduwi) karena rumah-rumah mereka
dulunya terbuat dari al-wabr atau bulu. Adapun
makna hadits di atas penulis ambilkan dari Syarh
Shahih Muslim li An-Nawawi
[14] Judul bukunya ’14 CONTOH PRAKTEK
HIKMAH DALAM BERDAKWAH’
[15] HR Muslim No. 2592
[16] HR At-Tirmidzi No. 2398 dan Ibnu Mâjah No.
4523