Laman

Sabtu, 13 November 2021

MENCARI KETENANGAN

Assalamualaikum
Apabila Fikiran dan hati didalam kebingungan,
Tambahan lagi, didalam kehidupan hari ini yang sering kali bertemu dengan persimpangan yang sukar untuk diambil pilihan.
Sudah pastilah KETENANGAN yang dicari-cari. Panduan dan Bimbingan-Nya yang didamba-dambakan.
 
KETENANGAN pada Hakikatnya adalah Kurniaan Allah Ta’ala yang hanya diberikan kepada "ORANG-ORANG YANG BERIMAN".
Tentang KETENANGAN ini Allah Ta’ala telah berfirman;
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَّعَ إِيمَانِهِمْ ۗ وَلِلَّـهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَكَانَ اللَّـهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
 
“Dia-lah yang telah menurunkan KETENANGAN ke dalam Hati orang-orang Mukmin supaya Keimanan mereka bertambah di samping Keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Fath : 4)
As Syeikh Abdurrahman As-Sa’dy Rahimahullah berkata;
يخبر تعالى عن منته على المؤمنين بإنزال السكينة في قلوبهم، وهي السكون والطمأنينة، والثبات عند نزول المحن المقلقة، والأمور الصعبة، التي تشوش القلوب، وتزعج الألباب، وتضعف النفوس، فمن نعمة الله على عبده في هذه الحال أن يثبته ويربط على قلبه، وينزل عليه السكينة، ليتلقى هذه المشقات بقلب ثابت ونفس مطمئنة، فيستعد بذلك لإقامة أمر الله في هذه الحال، فيزداد بذلك إيمانه، ويتم إيقانه
“Allah mengkhabarkan tentang Kurniaan-Nya ke atas orang-orang yang Beriman dengan diturunkan kepada Hati mereka SAKINAH iaitu KETENANGAN. Ia adalah KETENANGAN dan Keteguhan dalam keadaan terhimpit dengan Ujian dan kesulitan yang menggugat Hati, mengganggu Fikiran dan melemahkan Jiwa. Maka di antara Nikmat Allah atas orang-orang yang Beriman dalam keadaan ini adalah, Allah meneguhkan dan menguatkan hati mereka, agar mereka sentiasa dapat menghadapi keadaan ini dengan Jiwa yang TENANG dan Hati yang Teguh, sehingga mereka tetap mampu menunaikan Perintah Allah dalam keadaan sukar seperti ini sekali pun. Maka bertambahlah Keimanan mereka, semakin sempurnalah Keteguhan Keyakinan mereka.”
(Kitab Tafsir : Taisir Al-Karim)
Arahan-arahan yang terdapat didalam Al-Qur'an dan Sunnah untuk meraih KETENANGAN tersebut, iaitu;
BERKUMPUL DALAM RANGKA MENCARI ILMU AKHIRAT.
مَا اجتمعَ قَوم في بيت من بُيُوتِ الله تباركَ وتعالى يَتْلُونَ كتابَ الله عزَّ وجلَّ ، ويَتَدَارَسُونَهُ بينهم ، إِلا نزلت عليهم السكينةُ ، وَغَشِيَتْهم الرحمةُ ، وحَفَّتْهم الملائكة ، وذكرهم الله فيمن عنده
“Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam sebuah rumah Allah Tabaraka Wa Ta’ala, mereka membaca Kitabullah Azza Wa Jalla, mempelajarinya sesama mereka, melainkan akan turun kepada mereka SAKINAH (KETENANGAN) , Rahmat akan meliputi mereka, Para Malaikat akan mengelilingi mereka dan Allah sentiasa menyebut-nyebut mereka di hadapan Malaikat yang berada di Sisi-Nya.”
(Hadith Riwayat Muslim)
KETENANGAN akan hadir berserta dengan Ilmu dan Panduan bimbingan Allah SWT...
MEMPERBANYAKKAN DZIKRULLAH.
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(iaitu) orang-orang yang Beriman dan Hati mereka manjadi Tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah Hati menjadi Tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d : 28)
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠﴾
Hai Jiwa yang TENANG, kembalilah kepada Tuhanmu dengan Hati yang puas lagi Diredhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jema'ah hamba-hamba-Ku,
masuklah ke dalam Syurga-Ku.
(QS. Al Fajr : 27-30)

 

SEPULUH WIRID ANJURAN IMAM AL-GHAZALI

Mengamalkan wirid merupakan bagian terpenting bagi umat Muslim. Tanpa wiridan dan berzikir, seseorang akan merasakan kehampaan dan kekosongan dalam hidupnya. Wiridan pun bervariasi, begitu pun dengan orang yang mengamalkannya.
Ada yang mengamalkan zikir seadanya, setelah shalat saja, hingga ada yang di setiap embusan nafasnya dihiasi dengan asma` Allah SWT.
 
Imam Al-Ghazali, dalam karyanya, Bidâyatul Hidâyah merekomendasikan kita beberapa wiridan yang dapat kita amalkan. Ia menyebutkan:
وَلْيَكُنْ مِنْ تَسَابِيْحِكَ، وَأَذْكَارِكَ عَشْرُ كَلِمَاتٍ
Artinya, “Hendaknya tasbih-tasbihmu dan zikir-zikirmu terdapat sepuluh kalimat,” yaitu:
Pertama:
لَا إِلهَ إِلَّا الله، وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ، لَهُ الْحَمْدُ، يُحْيِى وَيُمِيْتُ، وَهُوَ حَيٌّ لَا يَمُوْتُ، بِيَدِهِ الْخَيْر، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ
Lâ ilâha illallah, wahdahu lâ syarîka lah, lahul mulku, lahul hamdu, yuhyî wa yumîtu, wa huwa ‘alâ kulli syay`in qadîr.
Artinya, “Tiada tuhan selain Allah, Yang Maha Esa tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segala kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian. Dia yang menghidupkan dan mematikan, Dia maha hidup tidak mati, kebaikan ada di kekuasaan-Nya. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Kedua:
لا إله إلا الله الملك الحق المبين
Lâ ilâha illallahul malikul haqqul mubîn
Artinya, “Tiada tuhan selain Allah yang maha menjadi raja, maha benar, maha menjelaskan.”
Ketiga:
لَا إِلَهَ إِلَّا الله الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ، رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا الْعَزِيْزُ الْغَفَّارُ
Lâ ilâha illallahul wâhidul qahhâr, rabbus samawâti wal ardhi wa mâ bainahumal ‘azîzul ghaffar
Artinya, “Tiada tuhan selain Allah yang esa dan maha perkasa, Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya yang maha perkasa lagi maha pengampun.”
Keempat:
سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلهِ، وَلَا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Subhânallah, wal hamdu lillah, wa lâ ilâha illallah, wallahu akbar, wa lâ haula wa lâ quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azhîm.
Artinya, “Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, tiada daya dan upaya melainkan atas pertolongan Allah.”
Kelima:
سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوْحِ
Subbûhun quddûsur rabbul malâikati war rûh
Artinya, “Maha suci, maha qudus, tuhan sekalian malaikat dan ruh (Jibril).”
Keenam:
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ
Subhânallah wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhîm
Artinya, “Maha suci Allah dengan memuji-Nya, dan maha suci Allah yang maha agung.”
Ketujuh:
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَا اللهُ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ، وَأَسْأَلُهُ التَّوْبَةَ وَالْمَغْفِرَةَ
Astaghfirullahal ‘azhîm al-ladzi lâ ilâha illallah huwal hayyul qayyum, wa as’aluhut taubah wal maghfirah
Artinya, “Aku memohon ampun kepada Allah yang maha agung, yang tiada tuhan selain Allah, Dia yang maha hidup dan yang berdiri sendiri, aku memohon tobat dan ampunan.”
Kedelapan:
اَللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا رَادَّ لِمَا قَضَيْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
Artinya, “Ya Allah, tidak ada yang bisa mecegah apa yang Engkau berikan, tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau cegah, tidak ada yang dapat menolak apa yang Engkau tetapkan, dan tidak bermanfaat kekayaan/kemuliaan (bagi orang yang memilikinya), hanya dari-Mu kekayaan/kemuliaan itu.”
Kesembilan:
اَللَّهُمَّ صَلَّى عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Artinya, “Ya Allah curahkanlah rahmat atas Nabi Muhammad SAW dan kepada keluarga serta sahabatnya, juga curahkanlah keselamatan.”
Kesepuluh:
بِسْمِ اللهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ، وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
BismillahilLadzi laa yadhurru ma’asmihi syai`un fil ardhi wa lâ fis samâ`i wa huwas samI’ul ‘alîm
Artinya, “Dengan menyebut nama Allah, yang dengan nama-Nya tidak ada yang dapat mencelakai segala sesuatu di bumi dan langit, Dia-lah yang maha mendengar lagi maha mengetahui.”
Wirid-wirid di atas sebagiannya sering kita baca, dan kebanyakan sudah tidak asing lagi. Jika memang tidak dapat mengamalkan semuanya, mungkin kita dapat mengamalkannya sebagian terlebih dahulu. Sebagaimana dalam kaidah fiqih, “Sesuatu yang tidak dapat dikerjakan semuanya, jangan ditinggalkan semuanya.”
Imam Al-Ghazali menuntun kita untuk mengamalkan wirid ini sesuai penjelasannya, yaitu:
تُكَرِّرُ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْ هذِهِ الْكَلِمَاتِ إِمَّا مِائَةَ مَرَّةٍ أَوْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً، أَوْ عَشْرَ مَرَّاتٍ، وَهُوَ أَقَلُّهُ، لِيَكُوْنَ الْمَجْمُوْعُ مِائَةً. وَلَازِمْ هذِهِ الْأَوْرَادَ، وَلاَ تَتَكَلَّمْ قَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ؛ فَفِي الْخَبَرِ أَنَّ ذَلِكَ أَفْضَلُ مِنْ إِعْتَاقِ ثَمَانِ رِقَابِ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ عَلَى نَبِيِّنَا وَعَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ أَعْنِي الإِشْتِغَالَ بِالذِّكْرِ إِلَى طُلُوْعِ الشَّمْسِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَتَخَلَّلَهُ كَلَامٌ
Artinya, “Engkau ulang-ulang setiap wirid dari wirid-wirid itu, entah seratus kali atau tujuh puluh kali, atau sepuluh kali dan ini paling sedikitnya agar menjadi seratus. Dawamkan wirid-wirid ini, jangan berbicara sebelum terbitnya matahari; terdapat dalam hadits, bahwasannya tidak berbicara sebelum terbitnya matahari lebih utama dari memerdekakan delapan budak dari anak turunan Nabi Ismail salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita, yang aku maksud yaitu menyibukkan dengan zikir sampai terbitnya matahari tanpa menyelanginya dengan pembicaraan.”
Syekh Nawawi Al-Bantani menjelaskan maksud dari keutamaan dalam hadits itu. Yang dimaksud dalam hadits ini adalah bertambahnya keutamaan orang yang mengamalkan amalan yang telah disebutkan di atas.
Semoga kita dapat mengamalkan wiridan yang dianjurkan oleh Imam Al-Ghazali agar hari-hari kita dihiasi oleh asma` Allah SWT yang menyebabkan hati kita tidak gersang, dan dibukakan jalan menuju Tuhan semesta alam. Amiin.
Uraian ini disarikan dari Kitab Marâqiyul ‘Ubudiyyah Syarah Bidâyah Al-Hidayah, Syekh Nawawi Al-Bantani, Thoha Putra, Semarang, halaman 30-31

 

Hakekat Diri M A N U S I A

 “Hakekat Diri M A N U S I A"
 
(ﻡ) = Syariat = Tanah = Tubuh = Jasmani = Diri Terdiri = Nafas = Kaki
(ﺡ) = Tarekat = Angin = Nafas = Hati = Diri Terperi = Tanafas = Tangan
(ﻡ) = Hakekat = Api = Darah = Nyawa = Diri Sebenar diri = Amfas = Badan
(ﺪ) = Makrifat = Air = Rasa = Rahasia = Diri Tajjali = Nufus = Kepala
 
Yang sebenarnya DIRI itu NYAWA,
Yang sebenarnya NYAWA itu MUHAMMAD,

Yang sebenarnya MUHAMMAD itu ALLAH,
Yang sebenarnya bernama ALLAH itu SIFAT-SIFAT ALLAH,
maka SIFAT-SIFAT ALLAH itu berasal dari DZATULLAH TA’ALA.
Maksudnya :
MANUSIA = MUHAMMAD = ALLAH = DZAT

Waspadai 
hal ini :
Kapan kita mengatakan ALLAH itu adalah MUHAMMAD..?
Kapan MUHAMMAD mengatakan ALLAH itu adalah TUHAN…?
Keterangan / Ayat :
“AWWALU TAJLI DZATTULLAH TA’ALA BI SIFATIHI”

“Mula-mula timbul DZat ALLAH Ta’ala kepada Sifatnya.”

“AWWALU TAJLI SIFATULLAH TA’ALA BI ASMA IHI”K

“Mula-mula timbul Sifat ALLAH Ta’ala kepada namanya. “

“AWWALU TAJLI ASMADULLAHI TA’ALA BI AF‘ALIHI”
“Mula-mula timbul nama ALLAH Ta’ala kepada perbuatannya.”

“AWWALU TAJLI AF ALULLAHI TA’ALA BI INSAN KAMILUM BI ASMAI.”

“Mula-mula timbul perbuatan ALLAH Ta’ala kepada Insan yang Kamil yakni MUHAMMAD RasulNya.”
“QOLAN NABIYI SAW AWWALUMAA KHALAKALLAHU TA’ALA NURI”
“Berkata Nabi SAW yang mula-mula dijadikan ALLAH Ta’ala Cahayaku baru Cahaya sekalian Alam.”

“QOLAN NABIYI SAW AWWALU MAA KHALAKALLAHU TA’ALA RUHI”
“Yang mula-mula dijadikan ALLAH Ta’ala Rohku, baru Roh sekalian alam.”


“QOLAN NABIYI SAW AWWALU MAA KHALAKALAHU TA’ALA QOBLI”
“Yang mula-mula dijadikan ALLAH Ta’ala Hatiku, baru Hati sekalian alam.”
“QOLAN NABIYI SAW AWWALU MAA KHALAKALLAHU TA’ALA AKLI”
“Yang mula-mula dijadikan ALLAH Ta’ala Akalku, baru akal sekalian alam”
“QOLAN NABIYI SAW ANA MINNURILAHI WA ANA MINNURIL ALAM”
“Aku cahaya ALLAH dan Aku juga menerangi Alam”
MANUSIA mempunyai 2 unsur yaitu
- Unsur BATIN (ROHANI) itu adalah ALLAH
- Unsur ZAHIR (JASMANI) itu adalah MUHAMMAD.
Oleh karena itu, DIRI manusia adalah gabungan antara ALLAH dengan MUHAMMAD ( ALLAH + MUHAMMAD ).
Lebih jelas-nya dapat di-lihat pada DIRI manusia pertama yaitu ADAM.
TANAH yang akan dijadikan “tubuh ADAM” adalah tanah pilihan.
TANAH itu dicampurkan dengan rempah-rempah, wangi-wangian dari Sifat NUR Sifat ALLAH, dan disirami dengan air hujan “Barul Uluhiyah”.
TANAH itu dipilih untuk mengejawantahkan Sifat "dua tangan-KU". Karena masing-masing sifat tercela ini hanyalah sekedar kulit luarnya saja, di dalam setiap sifat itu ada mutiara dan permata berupa Sifat ILLAHI.

Ketika ALLAH menciptakan manusia dg mengaduk dan mengolah TANAH, maka semua sifat hewan dan binatang buas, semua sifat setan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati diaktualisasikan di dalamnya.
Kemudian TUBUH itu dibenamkan di dalam air “Kudral-Izzah-NYA” yaitu sifat “Jalan dan Jammal”. Lalu diciptakan menjadi tubuh ADAM yang sempurna.
Manusia sebagai makhluk yang sangat lemah dan hina disisi lain dinobatkan sebagai "KHALIFAH" (wakil ALLAH). Bertugas mengatur alam semesta dan merupakan wakil ALLAH untuk menjadi saksi-NYA serta mengungkapkan rahasia-rahasia firman-NYA.

Para mahkluk yang lain tidak melihat ada dimensi yang tidak bisa dijangkau olehnya, ia hanya mampu melihat pada tingkat yang paling rendah dalam diri manusia. Sementara makhluk yg lain terhijab oleh ketinggian derajat manusia yang berasal dari tiupan Illahi (QS Al Hijir 28-29).
ADAM terdiri dari (ALIF, DAL, MIM)
- ALIF sebagai ALLAH,
- DAL ~ dalam
-MIM ~ MUHAMMAD ,
yang berarti : ALLAH DALAM MUHAMMAD

MUHAMMAD yang dimaksudkan di sini bukannya Nabi Muhammad s.a.w. (yang lahir di Makkah dan wafat di Madina) tetapi adalah “NUR MUHAMMAD”.

🎐Mohon diperhatikan agar tidak salah tafsir
Bahwa :
“Nama ALLAH itu baru, sebelum itu belum ada Tuhan bernama ALLAH.
Zat tersebut mentajalli (me-nampak-kan) dirinya serta di-tajalli-nya NUR ALLAH, kemudian ditajalli pula NUR MUHAMMAD ( INSAN KAMIL ), pada peringkat ini disebut

“ ENGKAU AKU – AKU ENGKAU = ANTA ANA – ANA ANTA “
🎐lihat uraian tentang Usul Diri “hubungan MANUSIA dgn ALLAH"
MANUSIA keseluruhannya adalah seperti huruf MUHAMMAD,
Huruf MIM adalah KEPALA manusia,
Huruf HA adalah BADAN manusia,
Huruf MIM adalah PINGGUL manusia
Huruf DAL adalah KAKI manusia.
Oleh sebab ALLAH dan MUHAMMAD pada hakekatnya adalah 1 pada DIRI MANUSIA, yaitu ZAHIR dan BATIN maka tidak ada lagi PENYEMBAH dan yang DISEMBAH.
SEMBAHYANG itu tidak lain adalah penyaksian diri kita sendiri sebagai pembawa dan penanggung Rahasia ALLAH.


Pengertian Dua Kalimah SYAHADAH :
" ASYHADU ALLA ILLAHA ILLALLAH "
Artinya “kita bersaksi dengan diri kita sendiri tidak ada yang nyata pada diri kita hanya Allah semata.”
Ini berarti kita menafikan tubuh kita dan kita ithbatkan kewujudan Allah semata-mata.

“ WA ASYHADU ANNA MUHAMMADARRASULULLAH “
Artinya “dan bersaksilah aku bahwa diriku yang zahir ini adalah menanggung diri rahasia Allah semata-mata”