Laman

Senin, 17 Agustus 2015

Kehidupan Alam Barzah, Setiap Hari Alam Barzah Rindu Orang Mati

Kisah tentang sifat kehidupan alam barzah, bermula ketika Rasulullah SAW berangkat ke Masjid. Beliau hendak melaksanakan Shalat berjamaah. Saat Beliau tiba di Masjid mendapati pemuda dan para sahabat sedang tertawa riuh rendah, hingga tertawa itu sambung menyambung. Menyaksikan hal itu, Baginda Rasulullah SAW bersabda; "Wahai sahabat sahabatku, seandainya engkau sempat mengingat mati, pastilah engkau tidak akan sempat tertawa tertawa seperti hari ini. Sepanjang hidupmu akan terkesan oleh proses mati itu (karena sangat memprihatinkan), setiap hari pekuburan menanti kedatangan orang orang yang akan dikuburkan - Aku merupakan semak semak atau debu yang angker, penuh dengan serangga (maksudnya, menunggu  orang mati).

Saat, alam barzah melihat orang orang yang beriman meninggal dunia,  maka alam barzah bergembira sambil mengucapkan; "Aku sampaikan selamat datang wahai orang mukmin, diantara manusia yang ada di bumi, hanya engkaulah manusia yang aku senangi. Bagus benar hatimu, sebab engkau dikuburkan di tempatku. Kini, lihatlah bagaimana aku (barzah) menghibur dan menyenangkan hatimu. Pada saat itu, liang kubur yang sempit itu melebarkan dirinya (barzah) seluas luasnya dengan pemandangan yang sangat indah untuk orang yang beriman tersebut. Salah satu pintu pintu surga terbuka dan membawa keharuman semerbak dan wewangian menerpa si mukmin yang bahagia. 

Namun sebaliknya, jika yang mati orang orang yang tidak beriman. Maka barzah menjadi geram dan marah. Maka ia berkata; Wahai engkau, sungguh malang nasibmu, engkaulah manusia yang paling aku benci. Sekarang rasakanlah pembalasanku di kubur ini. Lantas, kubur yang sangat sempit itu makin menyempit dan menghimpit manusia yang tidak beriman tersebut. Seluruh tubuh dan tulang belulang si kafir  saling berhimpitan, jerit dan tangis si kafir tak dihiraukan oleh kubur.. (naudzubillah min dzalik). Setelah itu, datanglah 70 ekor ular naga dan binatang berbisa  menyiksa si kafir hingga hari kiamat.

Jika ular naga itu melepasakan racunnya ke bumi, maka tak selembar daunpun dari pohon dan rerumputan di bumi bisa hidup, saking dahsyatnya. Begitulah, orang orang yang tidak beriman  menangis dam menjerit melolong-lolong mendapat siksa, akibat perbuatannya sewaktu di dunia.

Alam Barzah, Pintu Awal Alam Akhirat  


Dalam sebuah Hadits, Rasulullah SAW bersabda;
"innal qabra awwalu manazilil aakhirati fain najaa minhu famaa ba'dahu aisara minhu wain lam yanzu minhu famaa ba'dahu asyhaddu minhu"
 "Sesungguhnya alam kubur itu merupakan awal dari alam akhirat. Siapa yang selamat dalam tahab pertama itu, untuk selanjutnya akan lebih ringan. Namun, siapa yang tidak selamat, maka untuk tahab tahab selanjutnya akan lebih berat." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim).

Rasul SAW juga bersabda,"kubur itu bisa menjadi surga bagi orang yang baik amalnya, dan bisa jadi neraka bagi orang orang yang dzalim".

Abu Laits menasehati kita, "Barangsiapa yang yakin adanya mati, maka seharusnya bersiap-siap membawa bekal yang banyak, beramal shaleh di dalam kehidupan ini dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Ayat Al Quran Tentang Kematian, Sebuah Renungan

Inilah beberapa ayat Al Quran tentang kematian, semoga dapat menjadi renungan bagi kita semua; 
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.  Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali 'Imran : 185)
"Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada dalam benteng  yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)", Katakanlah:"Semuanya (datang) dari sisi Allah", maka mengapa orang orang itu (orang munafik) hampir hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun." (QS. An Nisaa' : 78)

"Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun  dari makhluk  yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya." (QS. An Nahl : 61) 


"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan tertentu waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang orang yang bersyukur." (QS. Ali 'Imran : 145)  
"Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al Jumu'ah : 8)

Kematian Sebuah Proses Alami


Setiap makhluk yang berjiwa (bernyawa) pasti dan haq mengalami kematian. Dan kematian itu, sangat ditakuti setiap manusia. Sebab, mereka belum pernah mengalami kematian. Kalau kita tengok kebelakang, sebenarnya manusia pernah mengalami kematian. Ya kematian (ketiadaan manusia) di muka bumi adalah juga sebuah kematian. Kenapa, karena kematian yang akan dihadapi setiap manusia adalah kematian (ketiadaan) manusia dari muka bumi dan akan mati (berpindah) ke dalam bumi. Setiap kita, pasti! secara lahir akan membayangkan tentang bagaimana tempat baru kita di dalam kubur; sebuah tempat yang hanya seluas dua meter atau bahkan bisa kurang dan lebih. Tanpa penerangan, tanpa teman, tanpa ranjang dan tanpa tanpa yang lain. Begitu pula, bayangan kita tentang kematian, ketika kita melihat gambaran dari media tv maupun internet tentang tengkorak dan tulang belulang manusia yang telah mati.


Jika kita mau merenung sejenak, pada hakikatnya kematian yang kita takut kan itu adalah sebuah proses alami dari hukum Allah (Sunnatullah). Bukankah, kehidupan ini? diciptakan berpasang-pasang; ada laki ada perempuan, ada siang ada malam, ada langit ada bumi, ada hidup ada mati. Bukankah sudah klop? Saling berpasangan. Saya teringat sebuah motto, disebuah buku yang dicetak oleh Pondok Pesantren Gontor Ponorogo, "Berani hidup, tak takut mati; Takut hidup mati saja", Tapi jangan dibalik "Takut mati, hidup saja".

Demikian, Ayat Al Quran Tentang Kematian, Sebuah Renungan. Semoga Bermanfaat.

Referensi Ayat:  http: www.quran.com

Tasawuf, Pengertian Tasawuf dan Thoriqoh


Kita ketahui di masyarakat terdapat gerakan Tasawuf dan Thoriqoh, apa sebenarnya pengertian Tasawuf dan Thoriqoh dan apa pula tujuan daripada Thoriqoh dan Tasawuf. 

Tasawuf

Tasawuf, kata Thasawuf dapat diambil dari dua arti kata, yaitu : dari kata shofwun-shofaaun-shofwatun diartikan "kejernihan, pilihan, yang  terbaik. Shofaa-yashfuu-shofwan, artinya "jernih".

Dari kata Shofwaatun-shuufiyun-shuufun, artinya: pakaian dari wol, sufi pedagang wol."(Kamus Arab-Indonesia-Inggris. Abd. bin Nuh dan Osman Bakry, Mutiara Jakarta 1964, halam 159-162).
Dari pengertian yang kedua itu, ada gerakan tasawuf yang mengharuskan pengikutnya berpakaian wol putih bersih lambang kesucian hatinya. Dan umumnya orang-orang pengikut gerakan tasawuf menggemari pakaian putih, karena Rasulullah SAW juga menyukai pakaian putih.

Setengah ahli bahasa dan riwayat pada akhir-akhir ini, ada yang berpendapat bahwa perkataan "shufi" itu bukanlah bahasa Arab, melainkan dari bahasa Yunani lama yang telah di-Arab-kan, berasal dari kata theosofie, artinya "Ilmu Ketuhanan", kemudian di-Arab-kan, kemudian diucapkan dengan lidah orang Arab sehingga berubah menjadi Tasawuf (Tasauf Modern-Hamka-1980 Jakarta, halaman 7).

Ada lagi setengah ahli yang mengambil dari nama kaum "shuffah", ialah segolongan sahabat-sahabat Nabi yang menyisihkan diri dari satu tempat terpencil di Masjid Nabi. Ada lagi yang mengambil makna dari kata "shufanah" ialah sebangsa kayu yang mersik tumbuh di padang pasar tanah Arab.

Thoriqoh

Perkataan Thoriqoh, sering ditulis Tarekat dan akhirnya menjadi bahasa Jawa Tirakat, berasal dari kata "thoriq" (Arab) artinya "Jalan". Dalam sejarah ada seorang Panglima Perang bernama Thariq bin Ziyad yang memimpin serangan ke Spanyol melalui selat yang sampai sekarang bernama "Jibral Tar", ini adalah berasal dari pengabdian nama Panglima itu.

Di dalam Al Qur'an, kita jumpai sebuah Surat bernama "Ath-Thoriq" (Surat 86). Dalam Al Qur'an dan Terjemahnya Proyek Departemen Agama. "Ath-Thaariq" diterjemahkan "yang datang pada malam hari" (ayat 1), dan dijelaskan pada ayat 3 "(yaitu) bintang yang cahayanya menembus".
Dalam "Tafsir Al-Azhar", Buya Hamka, juz xxx 1986, dalam menafsiri Surat Ath-Thariq (S.86); At-Thariq diartikan "yang mengetok" (ayat 1). Dibuatkan misal, jalan raya yang keras (beraspal) dilalui kuda atau kaki manusia "diketok". Juga seperti suara keras orang mengetok pintu supaya yang di dalam bangun. Tetapi pada ayat 3 dijelaskan "Ath-Thariq" ialah suatu bintang yang menembus.

Dapatlah diambil kesimpulan dari deretan ketiga ayat ini, bahwa di dalam cakrawala itu ada suatu bintang yang melancar dengan keras dan cepat, laksana mengetok pintu yang terkunci sehingga orang yang enak tidur jadi terbangun. Sifatnya ialah menembus. Yang ditembus adalah kegelapan malam". (halaman 100).

Kapan dan Siapa Yang Memulai Thoriqoh dan Tasawuf?

Siapa yang mula-mula mengambil inisiatif untuk mengadakan gerakan Thoriqoh, masih perlu penelitian lebih lanjut. Tetapi kalau menurut Buya Hamka dalam bukunya "Mengembalikan Tasawuf ke Pangkalnya" Tahun 1973 antara lain diterangkan : "Bahwa tumbuhnya gerakan tasawuf di Indonesia bersamaan dengan masuknya Madzab (sekte-sekte dalam Islam). Tahun berapa? Dalam sejarah Islam adanya madzab-madzab, dapat diteliti menurut catatan berdirinya madzhab. Seperti Hanafi (699-767 M), Maliki (714-798 M), Syafi'i (767-854 M) dan Hambali (780-885 M).

Thoriqoh adalah bagian dari Tasawuf. Thoriqoh merupakan jalan atau cara untuk menuju pada kesucian atau keheningan hati dalam usaha makrifatullah (mengenal Allah)

Pertanyaannya, Apakah kalau orang tidak masuk Thoriqoh, ibadahnya dianggap belum sempurna?
Untuk menentukan suatu ibadah itu sempurna atau tidak, diterima atau tidak diterima oleh Allah SWT, itu sepenuhnya menjadi wewenang Allah SWT sendiri. Berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah, dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada dua syarat yang harus terpenuhi bagi ibadah yang diterima oleh Allah, dua syarat tersebut yaitu :
Pertama, Ikhlas. Maksudnya bahwa ibadah itu harus dilakukan dengan penuh ketulusan, semata-mata mengharap dan mendambakan keridhaan Allah saja. Tidak boleh dicampuri dengan noda syirik sedikitpun. Sebagai dasar antara lain firman Allah : 
"Dan tidaklah mereka diperintah melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dengan mengamalkan agama yang lurus". (QS. 98:5)
"Maka barangsiapa yakin akan perjumpaan (dengan) Tuhan-nya, hendaklah ia kerjakan amal shaleh dan janganlah ia menyekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhan-nya". (QS. 18:110).
Kedua, sesuai dengan syariat. Maksudnya dalam mengamalkan ibadah harus sesuai dengan tuntunan dan aturan syariat, tidak boleh menyebal dari padanya. Sebagai landasan atau dalil antara lain firman Allah : 
"Dan barangsiapa menghendaki selain Islam sebagai agama (aturan), maka tidak akan diterima (amal ibadah) dari padanya, dan di akhirat (kelak) termasuk orang-orang yang merugi".(QS, 3:85)
Nabi SAW sendiri bersabda :
"Barangsiapa mengamalkan suatu amalan (ibadah) yang tidak didasarkan atas perintah Kami, maka amalan itu akan tertolak". (HR. Muslim)

Kesimpulan

Dalam situasi makin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, memang tidak dapat dihindari percampuran pengertian dari suatu istilah, dengan pengertian atau paham lain, karena dunia ilmu pengetahuan makin terbuka, juga tidak terkecuali dalam tasawuf atau thoriqoh.

Oleh karena itu, supaya tidak kehilangan tongkat, sebaiknya kita kembali berpangkal pada sumber aslinya, bahwa seluruh ibadah dalam Islam dasarnya bersumber dari Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW, bisa saja kita mempelajari dari ajaran-ajaran lain sebagai perbandingan untuk memperluas wawasan dan pandangan hidup kita.
Yang terang, Tasawuf itu mengarah kepada kesucian dan keheningan batin atau hati. Sedangkan Thoriqoh adalah jalan atau sistem menuju ke sana, dalam rangkaian makrifatullah, untuk mengkhususkan diri dalam beribadah kepada Allah, sehingga menemukan hakikat yang kita sembah. Wallahu 'alam
Demikian,  Tasawuf, Pengertian Tasawuf dan Thoriqoh. Baca juga "Pengertian Tasawuf, Oleh Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj ". Semoga Bermanfaat
Sumber : Asah Asuh MPA