Laman

Rabu, 25 Oktober 2017

marifat dengan jalan pulang Guru Fatwa Kehidupan?


makrifatullah itu maknanya kenal Allah, kenal Tuhan..... sederhananya demikian, lalu apa hubungannya dengan jalan pulang?..... Allah yang tahu jalan pulang, jadi kalau kamu tidak kenal DIA, kamu tidak mengenal jalan pulang....... Sebab DIA lah Sang Jalan itu sendiri.....
Tatkala dalam gemblengan2 spiritual dari perjalanan ini, maka kita telah melatih diri kita untuk "latihan mati, sebelum mati"..... Kita menyaksikan dengan haqqul yakin, bagaimana proses kematian terjadi, dan bagaimana alam tinggi berlangsung...... Kita menyerap dan mengenali setiap detailnya, dari waktu ke waktu......
Ya, kita telah terlatih untuk "menyebrang", dan memahami alam kematian serta realitas gaibiyah, bagaimana perhimpitan alam realitas batin yang haqiqi dengan alam realitas luar yang semu...... Kita memahami setiap hukum2nya.....
Adapun yang engkau ketahui, hanyalah dunia dan katanya bin katanya bin katanya...... yang tak engkau saksikan dalam persyahadatan, makanya hidupmu buta dan meraba-raba, tidak tahu jalan pulang dan tempatmu kelak......
Hal demikian menimbulkan rasa ketakutan dan spekulasi tentang alam kematian padamu, karena engkau masih bertanya tentang nasibmu kelak, sebab tak tahu jalan pulang dan tempat kembalimu nanti...... Lalulah isi hatimu adalah "spekulasi", mungkinkah selamat kelak, ataukah celaka kelak?...... Spekulasimu akan melahirkan ketakutan, itulah disebut sakaratul maut.....
Adapun kami, tidak lagi berspekulasi, tidak lagi memiliki keraguan dan kekhawatiran didalam hati kami, tidak pula kami sedih hati...... Telah memahami hulu dan hilirnya dari semua ini.....

Diciptakan dan ditiupkan itu memiliki kesan

Lebih tepatnya ruh itu ditiupkan, seperti yang sudah saya ulang2..... saya mengatakan ruh itu diciptakan hanya sebagai pendekatan fikir saja, namun saya katakan lebih tepatnya ditiupkan, sebab disebutkan "KU tiupkan ruhKU"....
diciptakan dan ditiupkan itu memiliki kesan yang berbeda, bilamana diciptakan itu mengesankan proses diluar diri, tetapi jika dikata ditiupkan itu mengesankan sesuatu yang berasal dari dalam diri lalu dihembuskan keluar...... kesannya bagian dari diri.....
Lalu saya akan menerangkan tentang penciptaan segala sesuatu.....
Ada 3 hal yang perlu diketahui dahulu, yaitu:
1. qodim
2. azali
3. muhadast
qodim itu saya umpamakan keadaan sebelum adanya angka (sebelum adanya sebutan "awal"), azali itu saya umpamakan angka nol (0), yakni awal dari semua angka, awal dari segala hal yang ada, sedang muhaddast itu adalah angka angka dari 1,2 dstnya......
yang disebut muhadast atau baru itu, sebenarnyalah "BUKAN" baru dalam hal dzatnya, tetapi baru dalam hal "BENTUK RUPANYA". Saya contohkan adanya manusia, itu sesuatu yang baru, sebelumnya adanya dinosaurus...... Jadi adanya manusia itu baru apanya??..... baru bentuk rupanya, sedang dzat penyusun tubuhnya, bukanlah sesuatu yang baru melainkan sesuatu yang kuno, yaitu dari dzat tanah ini, yang berasal dari bumi ini juga.....
demikian dengan alam semesta ini, yang bersifat "BARU" itu bentuk rupanya, bukan dzatnya..... alam semesta raya ini secara dzatnya, berasal dari atom, atom berasal dari sub atomik, sub atomik adalah bentukan energi yang berpola, energi itu berasal dari nur, nur dari nur yang lebih tinggi, dan semuanya dari nur Allah, lalu nur Allah itu dari sifat Allah......
Maka menilik prosesnya, segala sesuatu pada alam semesta ini adalah hasil mata rantai aksiden dan proses yang berasal dari sifat Tuhan sendiri, yang mengalami semacam proses recycle/pembentukan ulang melalui mekanisme/mata rantai proses tertentu.......
Jadi alam semesta ini hanya bersifat muhadast/baru dalam hal bentuk rupanya saja, namun dzatnya bukan baru, berasal dari sesuatu yang azali..... suatu yang kuno/ancient yang berproses/didaur ulang......
Lalu pertanyaanmu tentang ruh, peniupan ruh apakah melalui sebuah proses?.....
Iya, semuanya itu melalui proses, proses itu terdiri dari 3 tahapan proses, yaitu "KUN" ==> "FA" ==> "YAKUN"..... Kalau saya sederhanakan dalam bahasa yang lebih manusia fahami, proses itu menjadi "PENGIN" ==> "MIKIR" ==> "BERBUAT"
Jadi proses itu:
1. Tuhan pengin/berkehendak atas sesuatu hal
2. Tuhan memikirkan atau mengkreasikan atas ide ciptaNya, diangan-angankanNYA
3. Tuhan menuangkan ide itu dalam alam ciptaNYA
Setelah proses itu, maka muncullah ciptaan..... Dan kemunculan ciptaan juga tidak dimana-mana, melainkan dalam alam ciptaNYA sendiri..... Jadi kita ini semua, berada didalam Allah itu sendiri, tidak pernah keluar dan lepas dari Allah......

di maksud dgn nafs / nafsu itu, kata nya nafs lah yg akan menanggung sebab akibat dr perbuatan nya,,

Pertama kita akan jelaskan tentang ruh dahulu.....
Ketika belum bersatu/dalam keadaan terpisah dengan jasadnya ini keadaannya disebut sebagai "RUH".....
Ketika sudah bersatu dengan tubuhnya keadaannya disebut sebagai "NAFS" atau "JIWA".....

Ini penting dimengerti, sebab akan memudahkan memahami Qur'an, langsung mengerti ketika disebut ruh, ketika disebut nafs/jiwa, maksudnya apa......
Nah sampai disini sudah tahukan beda sebutan ruh dengan nafs (jiwa)?.
Saat dalam keadaan sebagai nafs/jiwa inilah, memunculkan "pertalian2 baru" atau melahirkan "efek samping" menyatunya ruh dengan tubuh......
Setelah menjadi Nafs (jiwa), lalu akan memunculkan "nafas", memunculkan "nafsu", memunculkan akal fikiran, memunculkan perasaan hati dsb..... hal2 tersebut adalah hal2 baru yang menjadi efek samping adanya nafs (jiwa).....
Adanya hal2 baru sebagai mata rantai efek adanya nafs, acapkali mengaburkan pandangan batin dari nafs (jiwa) manusia, mencemari jiwa itu sendiri, lalu melilitnya dengan keterikatan2 hawa nafsu..... disinilah jiwa itu menjadi tercemar dan kotor...... Maka ketika mati dan kembali, ia kembali dalam keadaan yang lain/tidak original yang penuh kotoran, tidak suci lagi sebagaimana asalnya...... maka nafs/jiwa kotor ini menjadi ruh kotor ketika mati, menjadi "setan" dari bangsa manusia.....
ruh kotor itu akan dibangkitkan kembali bersatu dengan tubuhnya kelak, kembali menjadi nafs/jiwa, lalu memikul segala konsekuensi atas perbuatannya yang telah lalu..

Jalan Pulang

Tuhan telah menciptakan 7 buah jalan, untukmu bisa melaluinya sebagai "jalan pulang"..... engkau bisa melalui salah satunya, atau bisa memilih jalan mana yang engkau sukai jika engkau cukup luar biasa......
Jalan yang pertama, diciptakan bagi hamba2NYA yang ikhlas.....
Jalan yang kedua, diciptakan bagi hamba2NYA yang sabar......
Jalan yang ketiga, diciptakan bagi hamba2NYA yang tawakal.....
Jalan yang keempat, diciptakan bagi hamba2NYA yang taqwa.....
Jalan yang kelima, diciptakan bagi hamba2NYA yang banyak bersyukur.....
Jalan yang keenam, diciptakan bagi hamba2NYA yang banyak berbuat kebaikan......
Jalan yang ketujuh, diciptakan bagi hamba2NYA yang berbhakti kepada orang tuanya.....

Laluilah jalan mana yang engkau diberi kekuatan atasnya..... Jika engkau sudah menemukan jalanmu, maka pintu langit pastilah akan terbuka untukmu..... Dan engkau akan mengerti, bagaimanakah caranya pulang......
Jika engkau tak juga menggapainya, berarti ada sesuatu yang salah denganmu...... yang utama bagimu, adalah banyak mengintrospeksi diri sendiri...... Untuk menemukan apa yang salah, lalu membenahinya......
Jika waktumu habis, dan jalan pulang tak juga engkau temukan, maka tempat kembalimu adalah sijjin.....

Klaim Kewalian

Saudara mungkin pernah mendengar istilah yang kurang lebih begini: "Siapa yang mengatakan dirinya sebagai wali Allah, maka dia adalah pendusta"...... Lalu hal ini menjadi patokan yang meluas dan dimaklumkan secara umum......
Namun mengertikah saudara, bahwa sebenarnya para wali2 Allah juga mengklaim kewaliannya, namun mungkin dengan "coro alus", (cara halus)......
Imam ghozali, kalau tidak salah menceritakan bahwa setiap bagian dari ihya ulumuddin itu dikonsultasikan dengan rosulullah SAW.....
Syeh Abdul Qodir jailani, kalau tidak salah mengatakan bahwa kakinya berada dipundak seluruh wali2 Allah, lalu juga menceritakan berteman dengan nabi khidir dsb.....
Syeh saman almadani kalau tidak salah mengatakan bahwa jika engkau mendapat bahaya di lautan maka sebut namanya, "ya saman, ya saman....dst" lalu syeh akan menolong orang tersebut.....
Salah satu syeh naqsabandiah, saya lupa namanya, bahkan menyebut dirinya sbg imam mahdi.....
Ibnu Arobi, kalau tidak salah menceritakan bertemu rasulullah SAW waktu haji, lalu rasulullah memberikan kitabnya, yaitu futuhul makiyyah
Itu diatas adalah contoh2, masih banyak lagi kalau mau mencari, yang sebenarnya jika saudara teliti, itu semua hanya bisa dilakukan para wali2 Allah, dan menunjukkan bahwa mereka sebenarnya juga mengklaim kewaliannya dengan cara halus......
Atau dimasyarakat mungkin engkau jumpai orang yang walau tidak pernah menyebut dirinya seorang wali Allah, namun sering cerita ketemu dan ngobrol dengan nabi khidir. Tahukah anda, dia sedang mengklaim kewaliannya dengan cara halus..... sebab semua orang juga tahu, bahwa keistimewaan2 seperti itu hanya dimiliki oleh para wali......
Jadi wali yang malu2 tidak akan menyebut dirinya wali, tapi "hanya" sering cerita ngobrol dengan nabi khidir, sering cerita bertemu rasulullah SAW.....
Itu dalam pandangan kami, sama saja dengan klaim kewalian, tapi masih malu-malu atau khawatir di cela orang..