Laman

Selasa, 06 Agustus 2013

KISAH DUKA ABDURRAHMAN BIN AUF SAAT BERBUKA PUASA



بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Di kalangan sahabat, Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu dikenal sebagai seorang yang sangat dermawan. Ia gemar menyumbangkan hartanya dalam jumlah yang sangat besar untuk membantu fakir miskin, janda, anak yatim dan jihad di jalan Allah Ta’ala.

Ia termasuk sahabat yang masuk Islam di awal dakwah (as-sabiqun al-awwalun), ikut berhijrah ke Madinah, turut serta dalam perang Badar dan perang-perang setelahnya dan salah satu dari sepuluh sahabat muhajirin yang diberi kabar gembira dengan surga (al-mubasyarun bil-jannah). Ia seorang sahabat mulia yang memiliki banyak keutamaan dan keistimewaan.

Pada suatu hari saat Abdurrahman bin Auf sedang berpuasa, pembantunya menghidangkan makanan lezat untuk berbuka puasa. Memandang makanan dan minuman lezat di atas meja makan tersebut, sahabat Abdurrahman bin Auf justru termenung dalam kesedihan. Lalu terdengarlah desahan nafasnya. Katanya:

“Mush’ab bin Umair telah terbunuh, sedangkan ia lebih baik dariku. Ia hanya dikafani dengan sebuah kain pendek dari bulu domba. Jika kepalanya ditutupi dengan kain itu, maka kedua kakinya nampak terlihat dan jika kedua kakinya ditutup maka kepalanya nampak terlihat. Hamzah bin Abdul Muthalib juga telah terbunuh dan ia lebih baik dariku.

" Lalu kenikmatan dunia dibukakan lebar-lebar kepada kita. Kami khawatir pahala amal-amal kebaikan kami telah disegerakan kepada kami di dunia.” Abdurrahman bin Auf kemudian menangis tersedu-sedu dan meninggalkan makanan buka puasa tersebut. " (HR. Bukhari no. 4045)

Dikisahkan bahwa hal serupa juga dialami oleh Khabbab bin Art, seorang sahabat muhajirin yang dahulu pernah dipanggang di atas api oleh tuannya agar ia mau kembali kepada agama berhala. Sahabat mulia yang ikut berhijrah dan berjihad bersama Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa salam itu bercerita:

“Kami telah berhijrah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam semata-mata karena ingin mencari wajah Allah, maka pahala kami pun telah tetap di sisi Allah. Di antara kami ada yang telah wafat tanpa mengambil pahalanya. Di antaranya adalah Mush’ab bin Umair. Ia terbunuh pada perang Uhud dan hanya meninggalkan sebuah kain pendek. Jika kami menutupi kepalanya dengan kain itu, maka kedua kakinya nampak terlihat dan jika kami menutupi kedua kakinya dengan kain itu maka kepalanya nampak terlihat.

Maka Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa salam memerintahkan kepada kami untuk menutupi kepalanya dengan kain itu dan menutupi kedua kakinya dengan rumput Idzkhir. Dan di antara kami ada orang yang buah perjuangannya telah matang dan kini ia memetik hasilnya.”(HR. Bukhari no. 6448 dan Muslim no. 940)

Subhanallah ,

Semoga kisah ini bermanfaat , mengajarkan kepada kita
sebuah hikmah kesederhanaan dan berbagi dengan mereka yang membutuhkan.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar