Laman

Sabtu, 28 September 2013

Biarkan Hatimu Berbicara


Wahai kekasihku. Jauh di dalam dirimu ada sebuah sumber pengetahuan yang murni. Kearifannya akan senantiasa menghantarkan diri pada kebenaran yang hakiki. Kebijaksanaannya akan menjelmakan diri sebagai pribadi yang cerdas dan berkualitas dalam keimanan. Itulah kata hati, yang bersuara keras dan berulang kali mengingatkan setiap pribadi. Tapi sayang tidak seberapa banyak yang teguh menjadikannya sebagai guru dalam kehidupan.
Ya kekasihku. Jika dirimu menyimak kandungan ayat di dalam Al-Qur`an, maka kau akan sering menemukan kata “Hati” disana. Bertaburan di berbagai suratnya, yang menunjukkan betapa pentingnya hakekat ini. Karena “Hati” jika diikuti apa yang dikatakannya, maka akan benar-benar menjadikan seorang manusia sebagai manusia yang sebenarnya. Berperilaku sebagai manusia dan memiliki sifat manusiawi kepada semua makhluk yang numpang hidup di bumi Allah SWT ini.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra`d [13] ayat 28)
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada” (QS. Al-Hajj [22] ayat 46)

Ya. Hati bukan semata sebagai tumpuan dari pandangan Tuhan. Bukan saja cermin yang dapat memantulkan Cahaya Ilahi. Tetapi juga sebagai wadah dan perantara dimana Sang Kekasih mengungkapkan diri-Nya Yang Sejati kepada setiap insan. Sehingga bagi siapa saja yang kerap membersihkan hatinya dari debu-debu duniawi dan kesenangan badani, maka disanalah pusat dari pandangan, pemahaman dan kecintaan kepada-Nya (mahabbah). Dan ketika Sang Kekasih telah melihat ruang di dalam hatimu adalah bersih sehingga Ia pun merasa nyaman, maka selamanya Dia akan tinggal disana menemanimu.
Namun, meskipun kau telah mengetahui bahwa hati adalah stasiun Cahaya Mandiri, maka praktik hidup keseharianmu tidak bersedia mampir meski cuma sejenak. Kau terus saja larut dalam kesibukkan ragawi, sampai-sampai lupa akan kepentingan ruhani. Kau pun terus merasa bahwa ketika menunaikan sembahyang di lima waktu adalah sebuah kesempurnaan ibadah. Atau ketika kau melihat bahwa jumlah amal kebaikan yang dilakukan telah banyak dalam hitunganmu, sebagai puncak keshalihan. Sehingga, hati yang sejatinya adalah wadah makrifat, takkan mampu menampung Cahaya Keindahan itu, sebab hanya sekedar mampu menciptakan nilai keimanan yang sejatinya pamrih dan tanpa cinta.

O.. Jika terus demikian, maka bagaimana kau akan bisa menangkap kekuasan Sang Pencipta dan Yang Maha Berbuat? Jika kau masih tidak bisa menangkap banyak hal yang ada di dalam dirimu sendiri dan terus saja tidak mengetahui hakekatnya kecuali sebatas prasangka dan fantasi. Atau bisakah kau mengetahui ilmu dan luasnya pelajaran dari Yang Maha Kuasa dan Mengetahui? Jika kau terus memutuskan komunikasimu dengan-Nya lewat perangkat makhluk yang bersifat keduniawian. Sehingga kau tidak akan pernah bisa tahu bahwa sejatinya Tuhan tidak pernah berubah dari kondisi-Nya.
Untuk itu kekasihku. Biarkan hatimu berbicara dengan lancar. Mintalah fatwa darinya (istafti qalbak). Dengarkan saja apa yang dikatakannya dengan ketenangan dan penuh semangat kecintaan. Karena darinya kau pun akan tetap mendapatkan anugerah dan bimbingan-Nya yang benar, meski di tengah beban dan kesengsaraan hidup.

Lalu, bersihkanlah cermin kotor yang ada di dalam hatimu dari debu-debu duniawi dan kesenangan badani yang keliru. Berlarilah mendekat pada kebenaran dan jauhi segala macam kejatahan. Pertahankan keindahan haq dan buang jauh-jauh tipu daya kebathilan. Pisahkan di antara keduanya, agar engkau bisa menetap dalam anugerah dan rahmat-Nya. Kemudian, tebarkan wewangiyan yang menyumbul sukma dalam cinta yang berkilauan. Sebab, hanya dengan itulah kau akan menggapai indahnya Cahaya. Yang dengannya akan terang benderanglah jalan hidup dan benarlah akhir dari perjalanan kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar