Laman

Sabtu, 15 Februari 2014

CINTA DALAM KETIADAAN Betapa tak 'kan sedih aku, bagai malam, tanpa hari-Nya serta keindahan wajah hari terang-Nya? Rasa pahit-Nya terasa manis bagi jiwaku: semoga hatiku menjadi korban bagi Kekasih yang membuat pilu hatiku! Aku sedih dan tersiksa karena Cinta demi kebahagiaan Rajaku yang tiada bandingnya. Titik air mata demi Dia adalah mutiara, meski orang menyangka sekadar air mata. Kukeluhkan jiwa dari jiwaku, namun sebenarnya aku tidak mengeluh: aku cuma berkisah. Hatiku bilang tersiksa oleh-Nya, dan kutertawakan seluruh dalihnya. Perlakukanlah aku dengan benar, O Yang Maha Benar, O Engkaulah Mimbar Agung, dan akulah ambang pintu-Mu! Di manakah sebenarnya ambang pintu dan mimbar itu? Di manakah sang Kekasih, di manakah "kita" dan "aku"? O Engaku, Jiwa yang bebas dari "kita" dan "aku", O Engkaulah hakikat ruh lelaki dan wanita. Ketika lelaki dan wanita menjadi satu, Engkaulah Yang Satu itu; ketika bagian-bagian musnah, lihatlah, Engkaulah Kesatuan itu Engkau ciptakan "aku" dan "kita" supaya memainkan puji-pujian bersama diri-Mu, Hingga seluruh "aku" dan "engkau" dapat menjadi satu jiwa serta akhirnya lebur dalam sang Kekasih.



Betapa tak 'kan sedih aku, bagai malam, tanpa hari-Nya serta keindahan wajah hari terang-Nya?
Rasa pahit-Nya terasa manis bagi jiwaku:
semoga hatiku menjadi korban bagi Kekasih yang membuat pilu hatiku!
Aku sedih dan tersiksa karena Cinta demi kebahagiaan Rajaku yang tiada bandingnya.
Titik air mata demi Dia adalah mutiara, meski orang menyangka sekadar air mata.
Kukeluhkan jiwa dari jiwaku, namun sebenarnya aku tidak mengeluh: aku cuma berkisah.
Hatiku bilang tersiksa oleh-Nya, dan kutertawakan seluruh dalihnya.
Perlakukanlah aku dengan benar, O Yang Maha Benar, O Engkaulah Mimbar Agung,
dan akulah ambang pintu-Mu!
Di manakah sebenarnya ambang pintu dan mimbar itu? Di manakah sang Kekasih,
di manakah "kita" dan "aku"?
O Engaku, Jiwa yang bebas dari "kita" dan "aku", O Engkaulah hakikat ruh lelaki dan wanita.
Ketika lelaki dan wanita menjadi satu, Engkaulah Yang Satu itu; ketika bagian-bagian musnah,
lihatlah, Engkaulah Kesatuan itu
Engkau ciptakan "aku" dan "kita" supaya memainkan puji-pujian bersama diri-Mu,
Hingga seluruh "aku" dan "engkau" dapat menjadi satu jiwa serta akhirnya lebur dalam sang Kekasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar