Laman

Sabtu, 28 September 2019

KONDISI UMAT ISLAM DI AKHIR ZAMAN SUNGGUH AMAT SANGAT MEMPERIHATINKAN.

Saling Menuduh, Menghujat, Memfitnah, Ghibah (membuka aib) Dan Namimah (adu domba).
Yang berakibat perpecahan, permusuhan bahkan tidak segan-segan saling bunuh membunuh sesama saudara Muslim.
Benar apa yang di sabdakan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam :
Hancurnya Islam Oleh Umat Islam sendiri, demi kepentingan individual, kelompok, politik guna mewujudkan ambisi dan keserakahan duniawi sehingga lupa Mati.
Sadarkah Wahai Orang-orang Yang Mengaku Umat Baginda Nabi dan Rasul Muhammad Yang engkau hujat, maki, fitnah itu saudaramu sendiri.....
Sadarkah Wahai Orang-orang yang mengaku Ummat Baginda Nabi Dan Rasul Muhammad
Kegaduhan yang di buat mencederai saudaramu sendiri...
Mereka yang membenci Islam bersorak sorai tertawa terbahak-bahak....mereka menunggu kerusakan dan kehancuran Ummat Islami di hancurkan Ummatnya sendiri.
Rapakan Barisan Galang Ukhuwah Islamiyah Sebagaimana Yang di Kehendaki Allah Dan Rasul-Nya.
Kembali kepada Tuntunan Allah Dan Rasul-Nya Sebagai Diinul Islam " Rahmatan Lil 'Alamiin
MENJAGA UKHUWAH ISLAMIYAH BAHWASANYA MUSLIM ITU BERSAUDARA.
Rasulullah ﷺ pernah membuat gambaran indah tentang persaudaraan antar pemeluk agama Islam. Beliau melukiskan bahwa persaudaraan dalam ikatan keislaman itu seperti satu tubuh. Beliau bersabda:
مثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وتَرَاحُمِهِمْ وتَعاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَداعَى لهُ سائِرُ الْجسدِ بالسهَرِ والْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang yang beriman, dalam saling mencintai, saling menyantuni sesama mereka, adalah laksana kesatuan tubuh. Apabila satu bagian dari tubuh itu menderita sakit, maka seluruh badan turut merasakannya.”
(HR. Muslim)
Sungguh indah apa yang disampaikan oleh Nabi ﷺ. Betapa erat, dekat, dan akrab hubungan sesama muslim.
Meski pun ada perbedaan: perbedaan mazhab, politik, warna kulit, suku dan bangsa, namun kita tetap satu tubuh, kita tetap harus saling bersaudara dalam ikatan keislaman.
Inilah yang disebut 👉 Ukhuwah Islamiyah.
Ukhuwah Islamiyah mudah diucapkan, tapi yang sulit adalah praktik dan aplikasinya dalam berbagai situasi serta kondisi kehidupan sehari-hari.
Namun, perlu disadari bahwa mewujudkan persaudaraan Islam dalam arti yang sebenarnya merupakan kewajiban setiap 👉 Muslim.
Meski tak ada fakta perjanjian tertulis, namun umat Islam karena ikatan keislamannya haruslah memandang sesama Muslim sebagai saudaranya atas dasar kesamaan pandangan hidup.
Segala yang merusak ukhuwah Islamiyah harus dijauhi.
Setidaknya ada lima hal yang harus kita lakukan untuk membentengi persatuan kita sesama umat Islam.
Kelima hal ini termasuk dalam hak dan kewajiban ukhuwah yang ditetapkan dalam Islam.
Pertama, :
Menutup aib saudara seiman.
Rasa-rasanya tidak ada manusia yang terbebas dan bersih dari aib, cacat dan kekurangan diri. Setiap orang pasti punya kelemahan. Karenanya, tidak selayaknya kita menjadi bak bunyi pepatah, “Gajah di pelupuk mata tak tampak, namun kuman di seberang lautan tampak.”
Kita harus mampu menahan diri untuk tidak membuka aib saudara kita. Kita jaga kehormatan mereka. Kita tutupi kekurangan dengan saling melengkapi dan menyempurnakan. Tidak dengan mengumbar aib mereka yang dapat menimbulkan ketersinggungan hingga berujung pada permusuhan.
Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ رد عن عرض أخيه كان له حجابا من النار
“Barangsiapa membela kehormatan saudaranya (sesama Muslim), maka hal itu menjadi penghalang untuknya dari api neraka.” (HR Tirmidzi). Sabda Nabi ﷺ berikutnya: “Adalah kejahatan bagi seorang Muslim mempermalukan saudara Muslim lainnya.” (HR Muslim).
Kedua, memaafkan saudara seiman. Langkah kedua ini diperlukan dalam hubungan kita sebagai makhluk sosial. Di sela interaksi sosial yang kita lakukan mungkin ada friksi dan hal-hal lain yang mengakibatkan kesalah-pahaman.
Tak ada gading yang tak retak. Tak ada manusia yang lepas dari kesalahan. Karena pada dasarnya manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Namun, sebaik-baik manusia yang berbuat salah adalah yang segera menyadari, meminta maaf, menerima maaf, dan bertaubat.
Rasulullah ﷺ bersabda,
تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْإِثْنَيْنِ، وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا
“Pintu-pintu Surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Ampunan Ilahi dilimpahkan kepada setiap hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, kecuali yang menyimpan dendam kepada saudaranya. Tentang mereka dikatakan: Tunggu, tunggu, tunggu, sampai mereka berbaikan.” (HR Muslim)
Ketiga, :
Melepaskan kesulitan sesama Muslim.
Jika kita diminta untuk memilih antara kemudahan dan kesulitan, nyaris setiap kita lebih suka kemudahan dan tidak menginginkan kesulitan. Namun, hidup tidak selalu berjalan mulus. Ada rintangan dan hambatan yang membuat perjalanan hidup tidak seperti yang diharapkan.
Kewajiban kita sebagai sesama muslim yang saling bersaudara, adalah membantu mereka.
Kita sisingkan lengan. Kita kenyangkan perut mereka yang lapar.
Kita obati yang sakit. Kita kasihi mereka yang berduka.
Kita hapus air mata kesedihan mereka.
Kita bahagiakan dengan apa yang mampu kita berikan.
Duka mereka adalah duka kita.
Kebahagiaan mereka juga kebahagiaan kita. Rasa sakit yang tengah mereka rasakan juga rasa sakit bagi kita.
Kita seharusnya tidak merasa nyaman dengan apa yang menimpa dan menindih mereka. Oleh karena itu, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ فَرَّجَ عَنْ أَخِيهِ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الْآخِرَةِ، وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيه، وَمَنْ سَتَرَ عَلَى أَخِيهِ الْمُسْلِمِ سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَة
“Siapa yang melapangkan kesulitan saudaranya dari kesulitan hidup di dunia ini, Allah akan melapangkan pula orang itu dari malapetaka hari kiamat. Allah tetap akan menolong seorang hamba, selama hamba itu sudi menolong saudaranya. Siapa yang menutup aib (malu) orang Islam, Allah akan menutupi aib orang itu di dunia dan akhirat.”
(HR Muslim, Abu Daud, Turmidzi).
Keempat, :
Berbaik sangka kepada sesama Muslim.
Sikap baik sangka tidak berarti kita kehilangan kewaspadaan terhadap potensi kejahatan seseorang.
Baik sangka adalah akhlak yang diajarkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada para hamba-Nya.
Kita dianjurkan untuk berbaik sangka kepada saudara kita.
Tidak mudah terjebak dalam buruk sangka yang bisa mengakibatkan gangguan dalam hubungan antara sesama kita.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.”
(Q.S. Al-Hujurat: 12).
Kelima, :
Berdoa untuk sesama Muslim, baik semasa hidupnya maupun setelah wafat.
Doa yang baik akan kembali kepada kita yang mendoakannya. Demikian pula sebaliknya.
Kita doakan saudara-saudara kita yang dekat atau jauh.
Kita kirimkan doa terbaik kita untuk seluruh umat Islam khususnya mereka yang sakit, terkena musibah, tertimpa kesulitan, maka kita pun akan mendapatkan kebaikan dan pahala dari doa kita sendiri.
Sebagaimana doa yang diabadikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala, di dalam Al-Qur'an :
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْأِيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيم
“Ya Rabbana !
Beri ampun kepada kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami; janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman.
Ya Rabbana !
Engkau Maha Penyantun lagi Maha Pengasih.”
(Q.S Al-Hasyr: 10).
Inilah lima langkah untuk membentengi dan memperkuat tali persaudaraan sesama pemeluk Islam. Persatuan tidak sebatas teori di atas kertas yang disampaikan dalam bentuk ceramah dan tulisan.
Persatuan itu harus kita hadirkan dan kita wujudkan dalam bentuk membela serta kehormatan saudara-saudara kita.
Kita realisasikan dengan saling memaafkan, saling tolong menolong, berbaik sangka, dan saling mendoakan.
Wallaahu a’lam bis shawaab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar