Laman

Rabu, 15 Maret 2023

Nafi dan isbat tentang Laa ilaaha illallaah

Maka artinya adalah penafian dan penolakan terhadap dugaan orang musyrikin yang beranggapan bahwa ada tuhan lain bersama Allah swt dan menetapkan pengertian tauhid di dalam hati, dan pengertian ini makin bertambah teguh dengan diucapkannya kalimat ini bcrulang kali, seperti yang disabdakan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dikatakan:

جَدِّدُوْا إِيماَنَكُمْ بِقَوْلِ لَااِلَهَ اِلاَّاللهُ

Artinya: “Perbaharuilah selalu iman kalian dengan ucapan: “Laa ilaaha illallaah.”

Demikian pula kalimat syirik mempunyai berbagai arti tersembunyi dan sangat kecil, yang tidak dapat tersclamatkan daripadanya, kecuali para ‘arif ahli hakikat dan orang-orang yang diberi kasyaf yang dapat melihat kebenaran dengan mata telanjang. Ada kalanya seorang mukmin terkena sedikit penyakit syirik, meskipun ia tidak menyadarinya.

Contohnya jika seorang percaya bahwa ada selain Allah swt yang dapat mendatangkan kebaikan dan menolak malapetaka secara mandiri. Termasuk juga jika seorang mempunyai antusias untuk berkuasa atas orang lain, menguasai hak-hak mereka, menyukai kedudukan, penghormatan dan pujian dari manusia.

Sebagaimana sabda Baginda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam:

اَلشِّرْكُ فِي أُمَّتيْ أُخْفِىْ مِنْ دَبيْبِ النَّمْلِ

Artinya: “Kemusyrikan di tengah umatku lebih tersembunyi dari merayapnya semut hitam.”

Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sendiri menyebut riya’ dengan sebutan syirik kecil. Adakalanya seorang menyekutukan Allah swt dengan dirinya sendiri atau dengan lainnya, sedang ia tidak menyadarinya. Karena itu, seorang mukmin wajib menjaga dirinya dari syirik yang samar, sebagaimana ia wajib menjaga dirinya dari syirik yang terlihat. Kemusyrikan dalam dimensi ini tidak mempengaruhi pondasi iman yang menjadi sumber keselaniatan manusia, akan tetapi ia dapat mengurangi kesempurnaannya.

Telah kami bicarakan sebelumnya, bahwa setiap muwahhid wajib menolak ketuhanan sesuatu selain Allah swt, sekaligus merupakan sanggahan bagi kaum musyrikin dan mereka yang beranggapan demikian. Kami menyebut keyakinan mereka rapuh, karena penuh berbagai angan-angan yang timbul dari pemahaman dan pemikiran yang rapuh, yang menyebabkan rusaknya metabolisme tubuh serta hilangnya akal.

Jikalau tidak, bagaimana mungkin hal itu dapat tersembunyi dari pcrasaan seorang yang mempunyai indra penglihatan dan pendengaran, apalagi dari penglihatan dan pendengaran hati sanubari seorang tentang wujud Allah swt yang menjadi satu-satunya sumber bagi segala sesuatu. Akan tetapi, siapapun yang disesatkan oleh Allah swt, maka ia tidak akan memperoleh petunjuk, dan siapapun yang diberi petunjuk oleh Allah swt, maka ia tidak akan tersesat oleh penyesat.

Mereka ituiah orang-orang yang dihilangkan pendengaran nya dan penglihatannya oleh Allah swt. dan mereka dibiarkan dalam kesesatannya, sehingga mereka tidak dapat melihat kebenaran, mereka tuli, bisu dan buta, dan mereka tidak akan kembali kepada jalan yang benar.

Dalam sebuah sya’ir disebutkan: “Sungguh amat mengherankan, bagaimana seorang dapat menentang Allah swt atau mendurhakai-Nya? Padahal, pada setiap benda ada tanda-tanda yang menyaksikan bahwa Allah swt adalah Tuhan Tang Maha Esa. Pada setiap benda yang bergerak ataupun yang menetap ada saksi bahwa Allah swt adalah Tuhan Yang Maha Esa.”

Salah seorang ‘arifbillah berkata: “Siapapun yang minta bukti atas keesaan Allah swt, maka keledai lebih mengenal Allah swt daripadanya.” Andaikata kami tidak meringkasnya, karena berbagai alasan yang hanya diketahui oleh Allah swt, tentu kami akan menguraikan masalah ini panjang lebar, sehingga orang yang berakal akan puas karenanya, dan Allah swt Maha Mengawasi apapun yang aku ucapkan.


Sumber: Inilah Jawabku Karya Al Allamah AlHabib Abdullah bin Alawi AlHaddad

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar