Ketika
Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, dia memerintahkan Umar untuk
mengurusi urusan haji kaum muslimin. Barulah pada tahun berikutnya Abu
Bakar menunaikan haji. Sedangkan untuk ibadah umrah, beliau lakukan
pada bulan Rajab tahun 12 H. Dia memasuki kota Makkah sekitar waktu
dhuha dan langsung menuju rumahnya. Pada waktu itu, Abu Quhafah -ayah
beliau- sedang duduk di depan pintu rumahnya. Dia ditemani oleh
beberapa orang pemuda yang sedang berbincang-bincang dengannya. Lalu
dikatakan kepada Abu Quhafah, “Ini putramu (telah datang)!”
Maka,
Abu Quhafah berdiri dari tempatnya. Abu Bakar bergegas menyuruh
untanya untuk bersimpuh. Dia turun dari untanya ketika unta itu belum
sempat bersimpuh dengan sempurna sambil berkata, “Wahai ayahku,
janganlah Anda berdiri!” Lalu Abu Bakar memeluk Abu Quhafah dan
mengecup keningnya. Tentu saja Abu Quhafah menangis sebagai luapan rasa
bahagia dengan kedatangan putranya tersebut.
Setelah
itu, datanglah beberapa tokoh kota Makkah seperti Attab bin Usaid,
Suhail bin Amru, Ikrimah bin Abi Jahal, dan Al Harits bin Hisyam.
Mereka semua mengucapkan salam kepada Abu Bakar, “Assalaamu'alaika,
wahai khalifah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam!” Mereka semua
menjabat tangan Abu Bakar. Lalu Abu Quhafah berkata, “Wahai Atiq
(julukan untuk Abu Bakar), mereka itu adalah orang-orang (yang baik).
Oleh karena itu, jalinlah persahabatan yang baik dengan mereka!” Abu
Bakar berkata, “Wahai ayahku, tidak ada daya dan kekuatan kecuali
hanya dengan pertolongan Allah. Aku telah diberi beban yang sangat
berat, tentu saja aku tidak akan memiliki kekuatan untuk menanggungnya
kecuali hanya dengan pertolongan Allah.” Lalu Abu Bakar berkata,
“Apakah ada orang yang akan mengadukan sebuah perbuatan zhalim?”
Ternyata tidak ada seorang pun yang datang kepada Abu Bakar untuk
melaporkan sebuah kezhaliman. Semua orang malah menyanjung pemimpin
mereka tersebut.
Beberapa Khutbah dan Petuah Abu Bakar
Dari
Hisyam bin Urwah, 23) dari ayahnya, dia berkata: Ketika Abu Bakar
diangkat sebagai khalifah, dia berkhutbah di hadapan khalayak. Dia
mengucapkan kalimat pujian dan sanjungan kepada Allah sebagai Dzat yang
memang layak untuk menerimanya. Setelah itu dia berkata, “Amma ba'du,
wahai sekalian manusia, aku telah (dipilih) untuk menangani urusan
kalian semua. Namun bukan berarti aku adalah orang yang paling baik di
antara kalian. Akan tetapi Allah telah menurunkan Al Qur'an dan Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberikan beberapa ajaran Sunnah.
Dialah yang mengajarkan hal itu kepada kita. Ketahuilah, sesungguhnya
kepandaian yang paling tinggi tingkatannya adalah dengan bertakwa, dan
kedunguan yang paling tinggi tingkatannya adalah dengan melakukan
hal-hal yang aniaya! Sesungguhnya orang yang paling kuat di antara
kalian adalah orang yang lemah di mataku, sehingga aku akan mengambil
haknya untuk (kebahagian hidup)nya. Sebaliknya, orang yang paling lemah
di antara kalian adalah orang yang kuat di mataku, sehingga aku akan
memberikan hak untuknya. Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku
hanyalah seorang yang diikuti dan bukan orang yang akan membuat bid'ah.
Jika aku memang berbuat baik, maka tolonglah aku! Jika aku menyimpang,
maka luruskanlah aku!”
Dari Abdullah bin 'Akim, dia
berkata: Abu Bakar telah berkhutbah di hadapan kita semua sebagai
berikut, 'amma ba'du, sesungguhnya aku berwasiat kepada kalian agar
bertakwa kepada Allah dan menuji-Nya sebagai Dzat yang memang layak
mendapatkan pujian. Hendaklah kalian memadukan antara perasaan harap
dan cemas. Hendaklah kalian juga memohon kepada Allah dengan sangat
serius. Sesungguhnya Allah telah memuji Zakaria dan keluarganya
melalui firman-Nya, 'Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu
bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan
mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah
orang-orang yang khusyu' kepada Kami'. (QS.Al Anbiyaa'(21):90)
Ketahuilah
wahai hamba-hamba Allah, sesungguhnya Allah telah menggadaikan jiwa
kalian dengan hak-Nya. Dia akan menagih hal itu dengan janji kalian.
Ternyata di antara kalian ada yang lebih memilih untuk membeli sesuatu
yang sedikit lagi fana dengan sesuatu yang banyak lagi kekal. Ini
adalah kitab Allah yang ada di tengah-tengah kalian. Keajaibannya tidak
akan pernahpadam. Oleh karena itu, percayailah firman-Nya, berikanlah
nasehat dengan kandungan kitab itu, serta carilah pelita penerang
dengannya pada hari kiamat nanti! Sesungguhnya kalian diciptakan hanya
untuk beribadah kepada Allah. Dia telah mewakilkan kalian pada
malaikat yang bertugas mencatat amal perbuatan. Mereka akan mengetahui
semua tindak tanduk kalian.
Masa Sakit dan Wafatnya Abu Bakar
Dari
Ibnu Hisyam,bahwa Abu Bakar dan Al Harits bin Kaladah pernah memakan
makanan yang bernama harirah, yang dihadiahkan kepada Abu Bakar. Lalu
Al Harits berkata kepada Abu Bakar, “Angkatlah (tanganmu), wahai
khalifah Rasulullah! Demi Allah, sesungguhnya dalam makanan itu
terdapat racun. Aku dan dirimu akan mati pada hari yang sama.” Lalu Abu
Bakar mengangkat tangannya (untuk menyudahi makannya). Ternyata,
keduanya sama-sama jatuh sakit sampai akhirnya meninggal dunia (pada
hari yang sama pula), tepatnya di penghujung tahun.” 24)
Dari
Abdurrahman bin Abdillah bin Sabith, dia berkata: Ketika Abu Bakar
Ash-Shiddiq mengalami sakaratul maut,maka dia memanggil Umar. Lalu Abu
Bakar berkata, “Bertakwalah kamu kepada Allah, wahai Umar! Ketahuilah,
sesungguhnya Allah memiliki sebuah amalan yang dikerjakan pada siang
hari sehingga tidak akan diterima apabila dikerjakan pada malam hari.
Begitu juga sebaliknya, Allah memiliki amalan yang dikerjakan pada
malam hari sehingga tidak akan diterima apabila dikerjakan pada siang
hari. Allah tidak akan menerima amalan sunah sampai kefardhuan-Nya
ditunaikan terlebih dahulu. Bobot neraca seseorang akan berat pada hari
kiamat hanya dengan cara mengikuti hal-hal yang benar ketika di
dunia. Sesuatu yang benar akan menjadi berat apabila diletakkan di
atas neraca timbangan amal. Namun bobot neraca akan ringan apabila
ditumpuki kabatilan.
Sesungguhnya Allah Ta'ala
mengingat para penghuni surga melalui amal baik mereka dan upaya mereka
menjauhi keburukan. Jika aku mengingat para ahli surga, maka aku
sangat khawatir kalau tidak termasuk dalam golongan mereka.
Sesungguhnya Allah juga akan mengingat penduduk neraka melalui amal
perbuatan buruk mereka. Jika aku telah mengingat para penghuni neraka,
maka sesungguhnya aku berharap tidak termasuk golongan mereka.
Hendaklah seorang senantiasa merasa harap cemas. Janganlah dia hanya
berangan-angan mengenai Allah (tanpa beramal apapun). Hendakalah dia
juga tidak putus asa terhadap rahmat Allah. Jika kamu memelihara
wasiatku ini, maka tidak ada sebuah perkara gaib yang paling kamu sukai
melebihi kematian. Sebab, dia pasti akan mendatangimu. Jika kamu
sampai menyia-nyiakan wasiatku, maka tidak ada perkara gaib yang paling
kamu benci melebihi kematian, dan kamu tidak akan bisa mengelak
darinya.” 25)
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, dia
berkata: Ketika Abu Bakar jatuh sakit yang akhirnya menyebabkannya
meninggal dunia, maka dia berkata, “Periksalah harta milikku, apa yang
masih lebih semenjak aku menjabat sebagai khalifah! Kalau memang ada
hartaku yang lebih, maka kirimkanlah kepada khalifah yang akan menjabat
setelah aku!” Maka kami memeriksa harta miliknya. Ternyata kami
menemukan seorang hamba yang biasa mengasuh anaknya dan seekor hewan
tunggangan yang dipergunakan untuk menyiram kebunnya. Maka kami
menyerahkan kedua harta itu kepada Umar.
Aisyah berkata,
“Aku diberi kabar oleh kakekku bahwa Umar menangis (ketika menerima
harta tersebut). Lalu Umar berkata, 'Semoga Allah melimpahkan rahmat
kepada Abu Bakar. Dia telah memberikan contoh yang sangat sulit bagi
para penggantinya'.”
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, dia
berkata: Ketika sedang mengalami sakaratul maut, Abu Bakar duduk
sambil mengucapkan kalimat syahadat. Kemudian dia berkata, “amma
ba'du, wahai putriku, sesungguhnya orang yang paling aku sukai
kekayaannya sepeninggalku adalah dirimu. Sesungguhnya orang yag paling
mulia kefakirannya sepeninggalku adalah dirimu. Aku telah
meninggalkan untukmu buah kurma sebanyak dua puluh wasaq. Demi Allah,
aku ingin kamu mengumpulkannya! Sesungguhnya harta itu juga menjadi
milik dua saudara laki-laki dan dua orang saudara perempuanmu.”
Aisyah
berkata, “Aku berkata, 'Ini memang dua saudara laki-lakiku. Lalu,
siapakah saudara perempuanku (selain Asma')?' Abu Bakar menjawab, 'Anak
yang ada di dalam kandungan Kharijah, karena aku menduganya akan
terlahir sebagai anak perempuan'.”
Di dalam sebuah
riwayat disebutkan dengan menggunakan redaksi, “Telah terlintas dalam
hatiku bahwa anak itu akan terlahir sebagai anak perempuan.” Lalu
terbukti lahirlah anak perempuan, yakni Ummu Kultsum. 26) Dari Aisyah
radhiyallahu 'anha, dia berkata: Ketika sakit Abu Bakar semakin parah,
maka dia berkata, “Ini hari apa?” Kami menjawab, “Hari Senin.” Abu
Bakar berkata lagi, “Sesungguhnya aku berharap aku meninggal dunia
maksimal pada malam ini.”
Aisyah radhiyallahu 'anha
berkata, “Di atas tubuh Abu Bakar ada pakaian yang terdapat bekas
parfum dari bahan misik. Maka Abu Bakar berkata, 'Jika aku meninggal
dunia nanti, basuhlah pakaianku ini kemudian gabung dengan dua kain
baru yang lain. Kafanilah tubuhku dengan ketiga kain tersebut!' Maka
kami berkata, 'Apakah tidak lebih baik kita menyediakan tiga lembar
kain yang baru semua?' Abu Bakar menjawab, 'Tidak, karena pakaian yang
lama akan terkena nanah yang mengalir di badan (kalau jenazahku sudah
dimakamkan nanti)'. Ternyata Abu Bakar meninggal pada mala Selasa.”
(HR. Bukhari) 27)
Menurut para ulama ahli sejarah, Abu
Bakar radhiyallahu 'anhu meninggal dunia pada malam Selasa, tepatnya
antara waktu maghrib dan isya pada tanggal 8 Jumadil Awal 13 H. Usia
beliau ketika meninggal dunia adalah 63 tahun. Beliau berwasiat agar
jenazahnya dimandikan oleh Asma' binti Umais, istri beliau. Maka,
Asma' memandikan jenazahnya kemudian dikebumikan di samping makam
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Umar menshalati jenazahnya di
antara makam Nabi dan mimbar. Sedangkan yang turun langsung ke dalam
liang lahat adalah putranya yang bernama Abdurrahman, Umar, Utsman,
dan Thalhah bin Ubaidillah. 28)
1) Dari Urwah bin
Az-Zubair,dia berkata, “Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah Abdullah bin
Utsman bin Amir bin Ka'ab A. Riwayat yang berasal dari Aisyah bahwa
dia pernah ditanya,”Mengapa Abu Bakar diberi nama Atiq (orang yang
dibebaskan)?” Dia menjawab, “Karena Rasulullah Shallallohu 'alaihi wa
sa sallam telah melihatnya, “Lalu beliau (bersabda,”Haadza
'atiiqullaahi minan-nar (artinya: ini adalah orang yang dibebaskan
Allah dari Neraka).”
B. Nama Atiq adalah nama yang diberikan oleh ibu beliau. Pendapat ini dikemukakan oleh Musa bin Thalhah
C.
Atiq (artinya:sesuatu yang sangat menakjubkan). Dinamakan seperti itu
karena wajah beliau sangat tampan. Pendapat ini dikemukakan oleh
Al-Laitsi bin Sa'ad. Ibnu Qutaibah berkata, Nabi Shallallohu 'alaihi wa
sa sallam memberi julukan kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq dengannama Atiq
dilatarbelakangi ketampanan wajahnya. Bahkan Nabi Shallallohu 'alaihi
wa sa sallam juga memberinya gelar Ash-Shiddiq. Rasulullah sendiri
pernah bersabda,' sepeninggalku nanti akan ada 12 kekhilafahan. Abu
Bakar Ash-Shiddiq akan memerintah dalam waktu yang tidak begitu lama.'
((Hadits ini berkualitas hasan dan diriwayatkan oleh Abul Qasim Al
baghawi. Hadits ini juga telah dianggap hasan oleh Al Hafizh As-Suyuthi.
Diriwayatkan pula oleh Ath-Thabrani(I/12,142) dalam kitab Al Ausath.
Al Haitsami berkata, “Di dalam rangkaian sanad hadits ini terdapat
perawi yang bernama Mathlab bin Syu'aib.” Ibnu Adi berkata, “Aku tidak
pernah melihatnya meriwayatkan hadits mungkar kecuali hanya pada
hadits ini.” Sedang-kan perawi yang lainnya termasuk orang-orang yang
tsiqah. Lihat kitab Al Majma'(V/178), juga kitab Al Kamil karya Ibnu
Adi (IV/1542)
2) Keterangan ini berasal dari hakim bin Sa'ad,
dia berkata, “Aku telah mendengar Ali bersumpah dengan nama Allah bahwa
Dia menurunkan dari langit nama Ash-Shiddiq untuk Abu Bakar.” Al
Haitsami berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dengan
para perawi yang tsiqah.” Lihat kitab Al Majma'(IX/41).
3)
Diriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, dia berkata, “Aku bertanya
kepada Anas mengenai daun pacar yang dikenakan Rasulullah Shallallohu
'alaihi wa sa sallam. Maka dia berkata, “sesungguhnya Rasulullah
Shallallohu 'alaihi wa sa sallam tidak memiliki uban dikepalanya
kecuali hanya sedikit. Berbeda dengan Abu Bakar dan Umar yang memiliki
banyak uban sehingga keduanya mewarnai rambutnya dengan daun pacar
atau daun katam. Setelah Fathu makkah, Abu Bakar pernah datang dengan
ayahnya, yakni Abu Quhafah, untuk menghadap Rasulullah Shallallohu
'alaihi wa sa sallam. Dia mempersilakan ayahnya untuk duduk dihadapan
beliau. Maka, Rasulullah Shallallohu 'alaihi wa sa sallam bersabda
kepada Abu bakar, 'Andai kamu mempersilakan orangtuamu untuk duduk
dirumahnya, pasti aku akan datang kepadanya sebagai bentuk
penghormatanku kepada Abu Bakar'. Akhirnya Abu Quhafah memeluk agama
Islam, sedangkan rambut kepala dang jenggotnya sudah putih semua seperti
bunga tsaghamah yang berwarna putih. Rasulullah Shallallohu 'alaihi
wa sa sallam bersabda,'Ubahlah warna rambut itu dan hindarilah pewarna
hitam!' Al Haitsami berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Abu
Ya'la dan Al Bazzar. Ujung hadits ini juga disebutkan dalam kitab
As-shahih. Sedangkan para perawi Ahmad merupakan orang-orang yang telah
meriwayatkan hadits shahih.” Lihat kitab Al Majma'(V/159-160).
4)
Diriwayatkan dari Muawiyah, dia berkata, “Aku bersama ayahku
berkunjung kerumah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Lalu aku melihat Asma'
berdiri dihadapan beliau, sedangkan rambut Abu Bakar sudah putih semua.
Aku benar-benar melihat Abu Bakar sebagai seorang yang telah beruban
dan berperawakan kurus. Dia menaikanku dan ayahku keatas dua ekor
kuda. Kemudian kami pamit kepadanya, dan diapun mempersilakan kami
untuk pergi.” Al Haitsami berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh
Ath-Thabrani dengan para perawi yang biasa meriwayatkan didalam kitab
Ash-Shahih.”Lihat Al majma'(IX/4shallallahu 'alaihi wa sallam2
5)
Al Hafizh berkata, “Jumhur ulama sepakat bahwa Abu Bakar adalah orang
yang pertama kali memeluk agama Islam dari kalangan laki-laki
dewasa.” Lihat Fathul Bari (VII/207) Ibnu Asakir meriwayatkan hadits
ini dengan sanad yang baik dari Muhammad bin Sa'ad bin Abi Waqash,
bahwa dia berkata kepada ayahnya,”Apakah Abu Bakar Ash-Shiddiq
merupakan orang yang pertama kali masuk Islam diantara kalian?” Sa'ad
menjawab, “Tidak, akan tetapi ada sekitar lima orang yang memeluk
Islam lebih dahulu dibandingkan dia. Hanya saja dia memang orang yang
kualitas Islamnya paling bagus diantara kita.” Ibnu Katsir berkata,
“Yang jelas, anggota keluarga Rasulullah adalah orang-orang yang
memeluk Islam lebih awal dibandingkan orang lain. Mereka itu adalah
istri beliau Khadijah, hamba sahaya beliau yang bernama Zaid, istri
Zaid yang bernama Ummu Aiman, kemudian Ali dan Waraqah.
6)
Menurutku, hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Khaitasamah dengan
kualitas sanad yang shahih dari Zaid bin Arqam, dia berkata, “Orang
yang pertamakali mengerjakan shalat bersama Nabi Shallallohu 'alaihi
wa sa sallam adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq.” Ath-Thabrani juga
menyebutkan riwayat yang telah disebutkan oleh penulis diatas. Hanya
saja kualitas hadits tersebut tergolong sangat dha'if. Di dalam
rangkaian sanad-nya terdapat Al Haitsam binAdi. Dia adalah perawi yang
matruk, shallallahu 'alaihi wa sallamsebagaimana disebutkan oleh Al
Haitsami dalam kitab Al Majma'(IX/43).
7) Menurutku (muhaqiq),
kisah ini sebetulnya berasal dari Imam Bukhari yang disebutkan di dalam
kitab Shahihnya (3856). Sedangkan redaksi cerita yang disebutkan oleh
Imam Ibnu Jauzi diatas bersumber dari riwayat Abu Ya'la dengan
kualitas sanad yang hasan. Hal ini sebagaimana di katakan oleh Al
Hafizh di dalam kitab Al Fath (VII/207). Al Hafizh telah memberitakan
komentar tentang kisah ini di dalam kitab Fathul Bari sebagai berikut:
Abu Ya'la dan Al Bazzar meriwayatkan dengan kualitas sanad yang
shahih dari sahabat Anas radhiyallahu 'anhu, dia berkata, “Orang-orang
Quraisy sempat memukul Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
sekali sehingga beliau sampai tidak sadarkan diri.” Lalu Abu Bakar
berdiri sembari menyeru, “Sungguh celaka kalian semua. Apakah kalian
akan membunuh seoraung laki-laki yang telah mengatakan 'Tuhanku adalah
Allah'?” Lalu orang-orang meninggalkan Rasulullah dan ganti
menghampiri Abu Bakar. Riwayat ini tergolong riwayat
marasilush-shahabah (riwayat mursal yang dikemukakan oleh sahabat).
8)
Hadits ini berkualitas shahih dan diriwayatkan oleh Abu Daud (1678)
dari riwayat Ahmad bin Shalih dan Utsman bin Abi Syaibah. Tirmidzi
juga menyebutkan hadits ini di dalam kitab Al Manaqib (3675) dari
Harun bin Abdillah. Ketiga perawi hadits ini mendapatkan riwayat
hadits ini dari Abu Nu'aim Al Fadhl bin Dakin, dari Hisyam bin Sa'ad.
Sedangkan Tirmidzi sendiri telah berkata, “Hadits ini berkualitas hasan
shahih.”
9) Diriwayatkan dari Urwah, dia berkata, “Abu Bakar
telah memerdekakan tujuh orang yang disiksa karena telah beriman
kepada Allah. Di antaranya adalah Bilal dan Amir bin Fuhairah.” Al
Haitsami berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani.
Sedangkan para perawi hadits ini sampai dengan mata rantai. Urwah
adalah orang-orang yang meriwayatkan di dalam kitab Ash-Shahih.” Lihat
kitab Al Majma' (IX/50). Menurutku, hadits ini juga diriwayatkan oleh
Ibnu Abi Hatim.
10) Imam As-Suyuthi berkata di dalam kitab Al
Awwaliyat: Di antara keutamaan yang dimiliki Abu Bakar adalah ia orang
yang pertama kali memeluk agama Islam, orang yang pertama kali
mengkodifikasikan Al Qur'an, orang yang pertama kali menamakan
lembaran Al Qur'an dengan istilah mushaf dengan disertai dalil atas
hal tersebut, dan sebagai orang yang pertama kali disebut dengan
khalifah. Ahmad meriwayatkan dari Abu Bakar bin Abi Mulaikah, dia
berkata, “Abu Bakar pernah ditanya, 'Wahai khalifatullah (wakil
Allah)!' Maka Abu Bakar radhiyallahu 'anhu berkata, 'Aku adalah
khalifatun-Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (wakil Nabi), dan aku
ridha terhadap beliau'.”
11) Lihat dalam kitab Sirah Ibnu Hisyam (I/250
12)
Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari (466, 3654) dan Muslim
(Fadha'ilush-Shahabah/2) pada bab “Min Fadha'ili Abi Bakrinish-Shiddiq
radhiyallahu 'anhu (keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq)”.
13) Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari (3142, 4321).
14)
Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari (684) dan Muslim
(Ash-Shalah/shalat, 102) pada bab “Taqdimul Jama'ah Man Yushalli Bihim
Idza Ta'akhkhar al Imamu wa lam Yakhaafu Mafsadatan bit-Taqdim”.
15)
Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari (713) dan Muslim (Ash-Shalah/95)
pada bab “Istikhlaful Imaami Innamaa 'Uridha Lahu 'Udzrun min
Maradhin wa Safarin wa Ghairihimaa Man Yushallii bin-Naas wa Anna Man
Shallaa Khalfa Imaamin Jaalisin Li'aj-zihi 'Anil Qiyaam Lazimahul
Qiyaami Idzaa Qadara 'Alaihi wa Naskhul Qu'uudi Khalfal Qaa'id fi
Haqqi Man Qadara 'Alal Qiyaam”.
16) Hadits ini diriwayatkan oleh
Ahmad (II/253), Tirmidzi (3661), Ibnu Majah (94), Ibnu Hibban (2161),
Ath-Thahawi di dalam Musykilul Atsar (II/230-231), Ibnu Abi Ashim
dalam kitab As-Sunnah (II/577), dan Ath-Thahawi dalam kitab Syarhu
Ma'a-nil Atsar (IV/158). Hadits ini juga dianggap shahih oleh Syaikh
Al Albani. Lihat kitab Musykila-tul Faqr (13).
17) Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari (3659).
18) Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari (3671).
19) menurutku, ini merupakan ungkapan yang mencerminkan sikap tawadhu yang sangat tinggi.
20)
Menurutku, hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad, dari Ibnu Sirin.
Dia berkata, “Tidak ada seseorang yang lebih tahu tentang sesuatu yang
tidak dia ketahui (status kehalalannya) melebihi Abu Bakar. Tidak ada
seorang pun setelah Abu Bakar yang lebih takut terhadap sesuatu yang
tidak dia ketahui (status kehalalannya) melebihi Umar. Sesungguhnya
apabila terjadi suatu permasalahan yang menimpa Abu Bakar, lalu dia
tidak menjumpai dalilnya di dalam Al Qur'an maupun Sunnah, maka dia akan
berkata,'Aku akan berijtihad melalui rasioku. Jika memang hasilnya
benar, maka hal itu berasal dari Allah. Namun jika ternyata salah, maka
hal itu berasal dari pribadiku, dan aku pun memohon ampun kepada
Allah'.”
21) Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad. Kisah dalam
hadits ini sebenarnya telah disebutkan oleh Imam Bukhari di dalam
kitab Ash-Shahih (3667) dari riwayat Aisyah radhiyallahu 'anha -istri
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam- bahwa nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam telah meninggal dunia sedangkan Abu Bakar berada di daerah Sunh.
(Menurut Ismail, Sunh adalah kawasan dataran tinggi) Lalu Umar
berdiri sambil berkata, “Demi Allah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam tidak meninggal dunia.” Umar juga berkata, “Demi Allah, yang
terlintas dalam benakku pada waktu itu bahwa Rasulullah diutus oleh
Allah untuk memotong tangan dan kaki orang-orang (kafir sampai
habis).”
22) Menurutku, Ibnu Asakir meriwayatkan keterangan ini
dari Aniah. Dia berkata, “Abu Bakar berada di tengah-tengah kita
selama setahun sebelum diangkat sebagai khalifah, dan setahun setelah
beliau menjabat sebagai khalifah. Ketika itu kaunm perempuan desa itu
datang dengan membawa kambing mereka kepada Abu Bakar, sebab Abu Bakar
menerima jasa memerahkan susu kambing.”
23) Menurutku, ucapan
Abu Bakar ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Sa'ad dan Al Khathib pada
riwayat milik Malik yang berasal dari Urwah. Malik berkata, “Tidak ada
seorang pun yang diangkat jadi imam, kecuali dia harus memenuhi
persyaratan ini. Maksudnya, persyaratan yang telah disebutkan oleh Abu
Bakar radhiyallahu 'anhu di dalam pidato pengukuhannya.”
24)
kualitas sanad hadits ini shahih. Hadits ini diriwayatkan oleh Al
Hakim (III/64) dari Ibnu syihab, juga dengan kualitas sanad yang
shahih. Bahkan, Al Hafizh As-Suyuthi juga mengakui keshahihannya.
Diriwayatkan juga oleh Ibnu Sa'ad di dalam kitab Thabaqatnya dengan
kualitas sanad yang shahih.
25) Menurutku, Abdurrahman bin
Abdillah bin Sabith adalah seorang perawi yang tsiqah. Dia menilai
hadits tersebut mursal dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Al Hafizh di dalam kitab
At-Tahdzib (III/364).
26) Hadits diriwayatkan oleh Imam Malik.
27) Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
28)
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata, “Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam dan Abu Bakar berdiskusi mengenai hari kelahiran
keduanya di sampingku. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ternyata
lebih tua dibanding Abu Bakar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam meninggal dunia dalam usia 63 tahun. Abu Bakar masih hidup dua
tahun setengah sepeninggal Rasulullah.” Al Haitsami berkata, “di dalam
kitab shahihnya disebutkan bahwa beliau meninggal pada usia 63 tahun.”
Keterangan seperti ini juga disebutkan oleh Ath-Thabari dengan sanad
yang berkualitas hasan. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abbas bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meninggal dunia dalam usia 65
tahun, sedangkan Abu Bakar tidak jauh berbeda dengan usia Rasulullah.
Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar