Laman

Rabu, 17 Juli 2013

PERJALANAN HAMBA ALLAH Abu Bakar Ash-Shiddiq II

Ketika Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, dia memerintahkan Umar untuk mengurusi urusan haji kaum muslimin. Barulah pada tahun berikutnya Abu Bakar menunaikan haji. Sedangkan untuk ibadah umrah, beliau lakukan pada bulan Rajab tahun 12 H. Dia memasuki kota Makkah sekitar waktu dhuha dan langsung menuju rumahnya. Pada waktu itu, Abu Quhafah -ayah beliau- sedang duduk di depan pintu rumahnya. Dia ditemani oleh beberapa orang pemuda yang sedang berbincang-bincang dengannya. Lalu dikatakan kepada Abu Quhafah, “Ini putramu (telah datang)!”

Maka, Abu Quhafah berdiri dari tempatnya. Abu Bakar bergegas menyuruh untanya untuk bersimpuh. Dia turun dari untanya ketika unta itu belum sempat bersimpuh dengan sempurna sambil berkata, “Wahai ayahku, janganlah Anda berdiri!” Lalu Abu Bakar memeluk Abu Quhafah dan mengecup keningnya. Tentu saja Abu Quhafah menangis sebagai luapan rasa bahagia dengan kedatangan putranya tersebut.

Setelah itu, datanglah beberapa tokoh kota Makkah seperti Attab bin Usaid, Suhail bin Amru, Ikrimah bin Abi Jahal, dan Al Harits bin Hisyam. Mereka semua mengucapkan salam kepada Abu Bakar, “Assalaamu'alaika, wahai khalifah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam!” Mereka semua menjabat tangan Abu Bakar. Lalu Abu Quhafah berkata, “Wahai Atiq (julukan untuk Abu Bakar), mereka itu adalah orang-orang (yang baik). Oleh karena itu, jalinlah persahabatan yang baik dengan mereka!” Abu Bakar berkata, “Wahai ayahku, tidak ada daya dan kekuatan kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Aku telah diberi beban yang sangat berat, tentu saja aku tidak akan memiliki kekuatan untuk menanggungnya kecuali hanya dengan pertolongan Allah.” Lalu Abu Bakar berkata, “Apakah ada orang yang akan mengadukan sebuah perbuatan zhalim?” Ternyata tidak ada seorang pun yang datang kepada Abu Bakar untuk melaporkan sebuah kezhaliman. Semua orang malah menyanjung pemimpin mereka tersebut.

Beberapa Khutbah dan Petuah Abu Bakar
Dari Hisyam bin Urwah, 23) dari ayahnya, dia berkata: Ketika Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, dia berkhutbah di hadapan khalayak. Dia mengucapkan kalimat pujian dan sanjungan kepada Allah sebagai Dzat yang memang layak untuk menerimanya. Setelah itu dia berkata, “Amma ba'du, wahai sekalian manusia, aku telah (dipilih) untuk menangani urusan kalian semua. Namun bukan berarti aku adalah orang yang paling baik di antara kalian. Akan tetapi Allah telah menurunkan Al Qur'an dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberikan beberapa ajaran Sunnah. Dialah yang mengajarkan hal itu kepada kita. Ketahuilah, sesungguhnya kepandaian yang paling tinggi tingkatannya adalah dengan bertakwa, dan kedunguan yang paling tinggi tingkatannya adalah dengan melakukan hal-hal yang aniaya! Sesungguhnya orang yang paling kuat di antara kalian adalah orang yang lemah di mataku, sehingga aku akan mengambil haknya untuk (kebahagian hidup)nya. Sebaliknya, orang yang paling lemah di antara kalian adalah orang yang kuat di mataku, sehingga aku akan memberikan hak untuknya. Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku hanyalah seorang yang diikuti dan bukan orang yang akan membuat bid'ah. Jika aku memang berbuat baik, maka tolonglah aku! Jika aku menyimpang, maka luruskanlah aku!”

Dari Abdullah bin 'Akim, dia berkata: Abu Bakar telah berkhutbah di hadapan kita semua sebagai berikut, 'amma ba'du, sesungguhnya aku berwasiat kepada kalian agar bertakwa kepada Allah dan menuji-Nya sebagai Dzat yang memang layak mendapatkan pujian. Hendaklah kalian memadukan antara perasaan harap dan cemas. Hendaklah kalian juga memohon kepada Allah dengan sangat serius. Sesungguhnya Allah telah memuji Zakaria dan keluarganya melalui firman-Nya, 'Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami'. (QS.Al Anbiyaa'(21):90)

Ketahuilah wahai hamba-hamba Allah, sesungguhnya Allah telah menggadaikan jiwa kalian dengan hak-Nya. Dia akan menagih hal itu dengan janji kalian. Ternyata di antara kalian ada yang lebih memilih untuk membeli sesuatu yang sedikit lagi fana dengan sesuatu yang banyak lagi kekal. Ini adalah kitab Allah yang ada di tengah-tengah kalian. Keajaibannya tidak akan pernahpadam. Oleh karena itu, percayailah firman-Nya, berikanlah nasehat dengan kandungan kitab itu, serta carilah pelita penerang dengannya pada hari kiamat nanti! Sesungguhnya kalian diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah. Dia telah mewakilkan kalian pada malaikat yang bertugas mencatat amal perbuatan. Mereka akan mengetahui semua tindak tanduk kalian.

Masa Sakit dan Wafatnya Abu Bakar
Dari Ibnu Hisyam,bahwa Abu Bakar dan Al Harits bin Kaladah pernah memakan makanan yang bernama harirah, yang dihadiahkan kepada Abu Bakar. Lalu Al Harits berkata kepada Abu Bakar, “Angkatlah (tanganmu), wahai khalifah Rasulullah! Demi Allah, sesungguhnya dalam makanan itu terdapat racun. Aku dan dirimu akan mati pada hari yang sama.” Lalu Abu Bakar mengangkat tangannya (untuk menyudahi makannya). Ternyata, keduanya sama-sama jatuh sakit sampai akhirnya meninggal dunia (pada hari yang sama pula), tepatnya di penghujung tahun.” 24)

Dari Abdurrahman bin Abdillah bin Sabith, dia berkata: Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq mengalami sakaratul maut,maka dia memanggil Umar. Lalu Abu Bakar berkata, “Bertakwalah kamu kepada Allah, wahai Umar! Ketahuilah, sesungguhnya Allah memiliki sebuah amalan yang dikerjakan pada siang hari sehingga tidak akan diterima apabila dikerjakan pada malam hari. Begitu juga sebaliknya, Allah memiliki amalan yang dikerjakan pada malam hari sehingga tidak akan diterima apabila dikerjakan pada siang hari. Allah tidak akan menerima amalan sunah sampai kefardhuan-Nya ditunaikan terlebih dahulu. Bobot neraca seseorang akan berat pada hari kiamat hanya dengan cara mengikuti hal-hal yang benar ketika di dunia. Sesuatu yang benar akan menjadi berat apabila diletakkan di atas neraca timbangan amal. Namun bobot neraca akan ringan apabila ditumpuki kabatilan.

Sesungguhnya Allah Ta'ala mengingat para penghuni surga melalui amal baik mereka dan upaya mereka menjauhi keburukan. Jika aku mengingat para ahli surga, maka aku sangat khawatir kalau tidak termasuk dalam golongan mereka. Sesungguhnya Allah juga akan mengingat penduduk neraka melalui amal perbuatan buruk mereka. Jika aku telah mengingat para penghuni neraka, maka sesungguhnya aku berharap tidak termasuk golongan mereka. Hendaklah seorang senantiasa merasa harap cemas. Janganlah dia hanya berangan-angan mengenai Allah (tanpa beramal apapun). Hendakalah dia juga tidak putus asa terhadap rahmat Allah. Jika kamu memelihara wasiatku ini, maka tidak ada sebuah perkara gaib yang paling kamu sukai melebihi kematian. Sebab, dia pasti akan mendatangimu. Jika kamu sampai menyia-nyiakan wasiatku, maka tidak ada perkara gaib yang paling kamu benci melebihi kematian, dan kamu tidak akan bisa mengelak darinya.” 25)

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata: Ketika Abu Bakar jatuh sakit yang akhirnya menyebabkannya meninggal dunia, maka dia berkata, “Periksalah harta milikku, apa yang masih lebih semenjak aku menjabat sebagai khalifah! Kalau memang ada hartaku yang lebih, maka kirimkanlah kepada khalifah yang akan menjabat setelah aku!” Maka kami memeriksa harta miliknya. Ternyata kami menemukan seorang hamba yang biasa mengasuh anaknya dan seekor hewan tunggangan yang dipergunakan untuk menyiram kebunnya. Maka kami menyerahkan kedua harta itu kepada Umar.

Aisyah berkata, “Aku diberi kabar oleh kakekku bahwa Umar menangis (ketika menerima harta tersebut). Lalu Umar berkata, 'Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Abu Bakar. Dia telah memberikan contoh yang sangat sulit bagi para penggantinya'.”

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata: Ketika sedang mengalami sakaratul maut, Abu Bakar duduk sambil mengucapkan kalimat syahadat. Kemudian dia berkata, “amma ba'du, wahai putriku, sesungguhnya orang yang paling aku sukai kekayaannya sepeninggalku adalah dirimu. Sesungguhnya orang yag paling mulia kefakirannya sepeninggalku adalah dirimu. Aku telah meninggalkan untukmu buah kurma sebanyak dua puluh wasaq. Demi Allah, aku ingin kamu mengumpulkannya! Sesungguhnya harta itu juga menjadi milik dua saudara laki-laki dan dua orang saudara perempuanmu.”

Aisyah berkata, “Aku berkata, 'Ini memang dua saudara laki-lakiku. Lalu, siapakah saudara perempuanku (selain Asma')?' Abu Bakar menjawab, 'Anak yang ada di dalam kandungan Kharijah, karena aku menduganya akan terlahir sebagai anak perempuan'.”

Di dalam sebuah riwayat disebutkan dengan menggunakan redaksi, “Telah terlintas dalam hatiku bahwa anak itu akan terlahir sebagai anak perempuan.” Lalu terbukti lahirlah anak perempuan, yakni Ummu Kultsum. 26) Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata: Ketika sakit Abu Bakar semakin parah, maka dia berkata, “Ini hari apa?” Kami menjawab, “Hari Senin.” Abu Bakar berkata lagi, “Sesungguhnya aku berharap aku meninggal dunia maksimal pada malam ini.”

Aisyah radhiyallahu 'anha berkata, “Di atas tubuh Abu Bakar ada pakaian yang terdapat bekas parfum dari bahan misik. Maka Abu Bakar berkata, 'Jika aku meninggal dunia nanti, basuhlah pakaianku ini kemudian gabung dengan dua kain baru yang lain. Kafanilah tubuhku dengan ketiga kain tersebut!' Maka kami berkata, 'Apakah tidak lebih baik kita menyediakan tiga lembar kain yang baru semua?' Abu Bakar menjawab, 'Tidak, karena pakaian yang lama akan terkena nanah yang mengalir di badan (kalau jenazahku sudah dimakamkan nanti)'. Ternyata Abu Bakar meninggal pada mala Selasa.” (HR. Bukhari) 27)

Menurut para ulama ahli sejarah, Abu Bakar radhiyallahu 'anhu meninggal dunia pada malam Selasa, tepatnya antara waktu maghrib dan isya pada tanggal 8 Jumadil Awal 13 H. Usia beliau ketika meninggal dunia adalah 63 tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh Asma' binti Umais, istri beliau. Maka, Asma' memandikan jenazahnya kemudian dikebumikan di samping makam Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Umar menshalati jenazahnya di antara makam Nabi dan mimbar. Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah putranya yang bernama Abdurrahman, Umar, Utsman, dan Thalhah bin Ubaidillah. 28)

1) Dari Urwah bin Az-Zubair,dia berkata, “Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Ka'ab A. Riwayat yang berasal dari Aisyah bahwa dia pernah ditanya,”Mengapa Abu Bakar diberi nama Atiq (orang yang dibebaskan)?” Dia menjawab, “Karena Rasulullah Shallallohu 'alaihi wa sa sallam telah melihatnya, “Lalu beliau (bersabda,”Haadza 'atiiqullaahi minan-nar (artinya: ini adalah orang yang dibebaskan Allah dari Neraka).”
B. Nama Atiq adalah nama yang diberikan oleh ibu beliau. Pendapat ini dikemukakan oleh Musa bin Thalhah
C. Atiq (artinya:sesuatu yang sangat menakjubkan). Dinamakan seperti itu karena wajah beliau sangat tampan. Pendapat ini dikemukakan oleh Al-Laitsi bin Sa'ad. Ibnu Qutaibah berkata, Nabi Shallallohu 'alaihi wa sa sallam memberi julukan kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq dengannama Atiq dilatarbelakangi ketampanan wajahnya. Bahkan Nabi Shallallohu 'alaihi wa sa sallam juga memberinya gelar Ash-Shiddiq. Rasulullah sendiri pernah bersabda,' sepeninggalku nanti akan ada 12 kekhilafahan. Abu Bakar Ash-Shiddiq akan memerintah dalam waktu yang tidak begitu lama.' ((Hadits ini berkualitas hasan dan diriwayatkan oleh Abul Qasim Al baghawi. Hadits ini juga telah dianggap hasan oleh Al Hafizh As-Suyuthi. Diriwayatkan pula oleh Ath-Thabrani(I/12,142) dalam kitab Al Ausath. Al Haitsami berkata, “Di dalam rangkaian sanad hadits ini terdapat perawi yang bernama Mathlab bin Syu'aib.” Ibnu Adi berkata, “Aku tidak pernah melihatnya meriwayatkan hadits mungkar kecuali hanya pada hadits ini.” Sedang-kan perawi yang lainnya termasuk orang-orang yang tsiqah. Lihat kitab Al Majma'(V/178), juga kitab Al Kamil karya Ibnu Adi (IV/1542)
2) Keterangan ini berasal dari hakim bin Sa'ad, dia berkata, “Aku telah mendengar Ali bersumpah dengan nama Allah bahwa Dia menurunkan dari langit nama Ash-Shiddiq untuk Abu Bakar.” Al Haitsami berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dengan para perawi yang tsiqah.” Lihat kitab Al Majma'(IX/41).
3) Diriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, dia berkata, “Aku bertanya kepada Anas mengenai daun pacar yang dikenakan Rasulullah Shallallohu 'alaihi wa sa sallam. Maka dia berkata, “sesungguhnya Rasulullah Shallallohu 'alaihi wa sa sallam tidak memiliki uban dikepalanya kecuali hanya sedikit. Berbeda dengan Abu Bakar dan Umar yang memiliki banyak uban sehingga keduanya mewarnai rambutnya dengan daun pacar atau daun katam. Setelah Fathu makkah, Abu Bakar pernah datang dengan ayahnya, yakni Abu Quhafah, untuk menghadap Rasulullah Shallallohu 'alaihi wa sa sallam. Dia mempersilakan ayahnya untuk duduk dihadapan beliau. Maka, Rasulullah Shallallohu 'alaihi wa sa sallam bersabda kepada Abu bakar, 'Andai kamu mempersilakan orangtuamu untuk duduk dirumahnya, pasti aku akan datang kepadanya sebagai bentuk penghormatanku kepada Abu Bakar'. Akhirnya Abu Quhafah memeluk agama Islam, sedangkan rambut kepala dang jenggotnya sudah putih semua seperti bunga tsaghamah yang berwarna putih. Rasulullah Shallallohu 'alaihi wa sa sallam bersabda,'Ubahlah warna rambut itu dan hindarilah pewarna hitam!' Al Haitsami berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Ya'la dan Al Bazzar. Ujung hadits ini juga disebutkan dalam kitab As-shahih. Sedangkan para perawi Ahmad merupakan orang-orang yang telah meriwayatkan hadits shahih.” Lihat kitab Al Majma'(V/159-160).
4) Diriwayatkan dari Muawiyah, dia berkata, “Aku bersama ayahku berkunjung kerumah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Lalu aku melihat Asma' berdiri dihadapan beliau, sedangkan rambut Abu Bakar sudah putih semua. Aku benar-benar melihat Abu Bakar sebagai seorang yang telah beruban dan berperawakan kurus. Dia menaikanku dan ayahku keatas dua ekor kuda. Kemudian kami pamit kepadanya, dan diapun mempersilakan kami untuk pergi.” Al Haitsami berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dengan para perawi yang biasa meriwayatkan didalam kitab Ash-Shahih.”Lihat Al majma'(IX/4shallallahu 'alaihi wa sallam2
5) Al Hafizh berkata, “Jumhur ulama sepakat bahwa Abu Bakar adalah orang yang pertama kali memeluk agama Islam dari kalangan laki-laki dewasa.” Lihat Fathul Bari (VII/207) Ibnu Asakir meriwayatkan hadits ini dengan sanad yang baik dari Muhammad bin Sa'ad bin Abi Waqash, bahwa dia berkata kepada ayahnya,”Apakah Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan orang yang pertama kali masuk Islam diantara kalian?” Sa'ad menjawab, “Tidak, akan tetapi ada sekitar lima orang yang memeluk Islam lebih dahulu dibandingkan dia. Hanya saja dia memang orang yang kualitas Islamnya paling bagus diantara kita.” Ibnu Katsir berkata, “Yang jelas, anggota keluarga Rasulullah adalah orang-orang yang memeluk Islam lebih awal dibandingkan orang lain. Mereka itu adalah istri beliau Khadijah, hamba sahaya beliau yang bernama Zaid, istri Zaid yang bernama Ummu Aiman, kemudian Ali dan Waraqah.
6) Menurutku, hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Khaitasamah dengan kualitas sanad yang shahih dari Zaid bin Arqam, dia berkata, “Orang yang pertamakali mengerjakan shalat bersama Nabi Shallallohu 'alaihi wa sa sallam adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq.” Ath-Thabrani juga menyebutkan riwayat yang telah disebutkan oleh penulis diatas. Hanya saja kualitas hadits tersebut tergolong sangat dha'if. Di dalam rangkaian sanad-nya terdapat Al Haitsam binAdi. Dia adalah perawi yang matruk, shallallahu 'alaihi wa sallamsebagaimana disebutkan oleh Al Haitsami dalam kitab Al Majma'(IX/43).
7) Menurutku (muhaqiq), kisah ini sebetulnya berasal dari Imam Bukhari yang disebutkan di dalam kitab Shahihnya (3856). Sedangkan redaksi cerita yang disebutkan oleh Imam Ibnu Jauzi diatas bersumber dari riwayat Abu Ya'la dengan kualitas sanad yang hasan. Hal ini sebagaimana di katakan oleh Al Hafizh di dalam kitab Al Fath (VII/207). Al Hafizh telah memberitakan komentar tentang kisah ini di dalam kitab Fathul Bari sebagai berikut: Abu Ya'la dan Al Bazzar meriwayatkan dengan kualitas sanad yang shahih dari sahabat Anas radhiyallahu 'anhu, dia berkata, “Orang-orang Quraisy sempat memukul Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sekali sehingga beliau sampai tidak sadarkan diri.” Lalu Abu Bakar berdiri sembari menyeru, “Sungguh celaka kalian semua. Apakah kalian akan membunuh seoraung laki-laki yang telah mengatakan 'Tuhanku adalah Allah'?” Lalu orang-orang meninggalkan Rasulullah dan ganti menghampiri Abu Bakar. Riwayat ini tergolong riwayat marasilush-shahabah (riwayat mursal yang dikemukakan oleh sahabat).
8) Hadits ini berkualitas shahih dan diriwayatkan oleh Abu Daud (1678) dari riwayat Ahmad bin Shalih dan Utsman bin Abi Syaibah. Tirmidzi juga menyebutkan hadits ini di dalam kitab Al Manaqib (3675) dari Harun bin Abdillah. Ketiga perawi hadits ini mendapatkan riwayat hadits ini dari Abu Nu'aim Al Fadhl bin Dakin, dari Hisyam bin Sa'ad. Sedangkan Tirmidzi sendiri telah berkata, “Hadits ini berkualitas hasan shahih.”
9) Diriwayatkan dari Urwah, dia berkata, “Abu Bakar telah memerdekakan tujuh orang yang disiksa karena telah beriman kepada Allah. Di antaranya adalah Bilal dan Amir bin Fuhairah.” Al Haitsami berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani. Sedangkan para perawi hadits ini sampai dengan mata rantai. Urwah adalah orang-orang yang meriwayatkan di dalam kitab Ash-Shahih.” Lihat kitab Al Majma' (IX/50). Menurutku, hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim.
10) Imam As-Suyuthi berkata di dalam kitab Al Awwaliyat: Di antara keutamaan yang dimiliki Abu Bakar adalah ia orang yang pertama kali memeluk agama Islam, orang yang pertama kali mengkodifikasikan Al Qur'an, orang yang pertama kali menamakan lembaran Al Qur'an dengan istilah mushaf dengan disertai dalil atas hal tersebut, dan sebagai orang yang pertama kali disebut dengan khalifah. Ahmad meriwayatkan dari Abu Bakar bin Abi Mulaikah, dia berkata, “Abu Bakar pernah ditanya, 'Wahai khalifatullah (wakil Allah)!' Maka Abu Bakar radhiyallahu 'anhu berkata, 'Aku adalah khalifatun-Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (wakil Nabi), dan aku ridha terhadap beliau'.”
11) Lihat dalam kitab Sirah Ibnu Hisyam (I/250
12) Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari (466, 3654) dan Muslim (Fadha'ilush-Shahabah/2) pada bab “Min Fadha'ili Abi Bakrinish-Shiddiq radhiyallahu 'anhu (keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq)”.
13) Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari (3142, 4321).
14) Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari (684) dan Muslim (Ash-Shalah/shalat, 102) pada bab “Taqdimul Jama'ah Man Yushalli Bihim Idza Ta'akhkhar al Imamu wa lam Yakhaafu Mafsadatan bit-Taqdim”.
15) Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari (713) dan Muslim (Ash-Shalah/95) pada bab “Istikhlaful Imaami Innamaa 'Uridha Lahu 'Udzrun min Maradhin wa Safarin wa Ghairihimaa Man Yushallii bin-Naas wa Anna Man Shallaa Khalfa Imaamin Jaalisin Li'aj-zihi 'Anil Qiyaam Lazimahul Qiyaami Idzaa Qadara 'Alaihi wa Naskhul Qu'uudi Khalfal Qaa'id fi Haqqi Man Qadara 'Alal Qiyaam”.
16) Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad (II/253), Tirmidzi (3661), Ibnu Majah (94), Ibnu Hibban (2161), Ath-Thahawi di dalam Musykilul Atsar (II/230-231), Ibnu Abi Ashim dalam kitab As-Sunnah (II/577), dan Ath-Thahawi dalam kitab Syarhu Ma'a-nil Atsar (IV/158). Hadits ini juga dianggap shahih oleh Syaikh Al Albani. Lihat kitab Musykila-tul Faqr (13).
17) Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari (3659).
18) Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari (3671).
19) menurutku, ini merupakan ungkapan yang mencerminkan sikap tawadhu yang sangat tinggi.
20) Menurutku, hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad, dari Ibnu Sirin. Dia berkata, “Tidak ada seseorang yang lebih tahu tentang sesuatu yang tidak dia ketahui (status kehalalannya) melebihi Abu Bakar. Tidak ada seorang pun setelah Abu Bakar yang lebih takut terhadap sesuatu yang tidak dia ketahui (status kehalalannya) melebihi Umar. Sesungguhnya apabila terjadi suatu permasalahan yang menimpa Abu Bakar, lalu dia tidak menjumpai dalilnya di dalam Al Qur'an maupun Sunnah, maka dia akan berkata,'Aku akan berijtihad melalui rasioku. Jika memang hasilnya benar, maka hal itu berasal dari Allah. Namun jika ternyata salah, maka hal itu berasal dari pribadiku, dan aku pun memohon ampun kepada Allah'.”
21) Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad. Kisah dalam hadits ini sebenarnya telah disebutkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab Ash-Shahih (3667) dari riwayat Aisyah radhiyallahu 'anha -istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam- bahwa nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah meninggal dunia sedangkan Abu Bakar berada di daerah Sunh. (Menurut Ismail, Sunh adalah kawasan dataran tinggi) Lalu Umar berdiri sambil berkata, “Demi Allah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak meninggal dunia.” Umar juga berkata, “Demi Allah, yang terlintas dalam benakku pada waktu itu bahwa Rasulullah diutus oleh Allah untuk memotong tangan dan kaki orang-orang (kafir sampai habis).”
22) Menurutku, Ibnu Asakir meriwayatkan keterangan ini dari Aniah. Dia berkata, “Abu Bakar berada di tengah-tengah kita selama setahun sebelum diangkat sebagai khalifah, dan setahun setelah beliau menjabat sebagai khalifah. Ketika itu kaunm perempuan desa itu datang dengan membawa kambing mereka kepada Abu Bakar, sebab Abu Bakar menerima jasa memerahkan susu kambing.”
23) Menurutku, ucapan Abu Bakar ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Sa'ad dan Al Khathib pada riwayat milik Malik yang berasal dari Urwah. Malik berkata, “Tidak ada seorang pun yang diangkat jadi imam, kecuali dia harus memenuhi persyaratan ini. Maksudnya, persyaratan yang telah disebutkan oleh Abu Bakar radhiyallahu 'anhu di dalam pidato pengukuhannya.”
24) kualitas sanad hadits ini shahih. Hadits ini diriwayatkan oleh Al Hakim (III/64) dari Ibnu syihab, juga dengan kualitas sanad yang shahih. Bahkan, Al Hafizh As-Suyuthi juga mengakui keshahihannya. Diriwayatkan juga oleh Ibnu Sa'ad di dalam kitab Thabaqatnya dengan kualitas sanad yang shahih.
25) Menurutku, Abdurrahman bin Abdillah bin Sabith adalah seorang perawi yang tsiqah. Dia menilai hadits tersebut mursal dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Al Hafizh di dalam kitab At-Tahdzib (III/364).
26) Hadits diriwayatkan oleh Imam Malik.
27) Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
28) Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar berdiskusi mengenai hari kelahiran keduanya di sampingku. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ternyata lebih tua dibanding Abu Bakar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meninggal dunia dalam usia 63 tahun. Abu Bakar masih hidup dua tahun setengah sepeninggal Rasulullah.” Al Haitsami berkata, “di dalam kitab shahihnya disebutkan bahwa beliau meninggal pada usia 63 tahun.” Keterangan seperti ini juga disebutkan oleh Ath-Thabari dengan sanad yang berkualitas hasan. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abbas bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meninggal dunia dalam usia 65 tahun, sedangkan Abu Bakar tidak jauh berbeda dengan usia Rasulullah.

Wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar