Laman

Senin, 13 Januari 2014

Lanjutan bab 2.. Permulaan Hidayah



Nabi saw. berdoa:
Allahumma innii a'udzubika min 'ilmi
laa yanfa'u wa qalbin laa yakhsya'
wa 'amalin laa yurfa'u wa du'ain laa
yusma'u

"Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari ilmu
yang tak bermanfaat, dari hati yang tidak
khusyuk, dari amal yang tak diterima, dan dari
doa yang tak didengar."

Sabda Nabi saw., "Di malam aku melakukan
Israk, aku melewati sekelompok kaum yang bibir
mereka digunting dengan gunting api neraka.
Lalu aku bertanya, 'Siapa kalian?' Mereka
menjawab, 'Kami adalah orang-orang yang
memerintahkan kebaikan tapi tidak melakukan­
nya, dan mencegah keburukan tapi kami sendiri
mengerjakannya!"
Oleh karena itu, jangan engkau serahkan dirimu
untuk diperdaya oleh jerat tipuannya.

Celaka
sekali bagi orang bodoh, karena ia tidak belajar.
Tapi celaka seribu bagi orang alim yang tak
mengamalkan ilmunya!
Ketahuilah bahwa dalam menuntut ilmu, manusia
terbagi atas tiga jenis:

(1) Seseorang yang menuntut ilmu guna dijadikan
bekal untuk akhirat dimana ia hanya ingin
mengharap rida Allah dan negeri akhirat. Ini
termasuk kelompok yang beruntung;

(2) Seseorang yang menuntut ilmu guna
dimanfaatkan dalam kehidupannya di dunia
sehingga ia bisa memperoleh kemuliaan,
kedudukan, dan harta. Ia tahu dan sadar bahwa
keadaannya lemah dan niatnya hina. Orang ini
termasuk ke dalam kelompok yang berisiko. Jika
ajalnya tiba sebelum sempat bertobat, yang
dikhawatirkan adalah penghabisan yang buruk
( su' al-khatimah ) dan keadaannya menjadi
berbahaya. Tapi jika ia sempat bertobat sebelum
ajal tiba, lalu berilmu dan beramal serta
menutupi kekurangan yang ada, maka ia
termasuk orang yang beruntung pula. Sebab,
orang yang bertobat dari dosanya seperti orang
yang tak berdosa;

(3) Seseorang yang terperdaya oleh setan. Ia
pergunakan ilmunya sebagai sarana untuk
memperbanyak harta, serta untuk berbangga
dengan kedudukannya dan menyombongkan diri
dengan besarnya jumlah pengikut.

Ilmunya
menjadi turmpuan untuk meraih sasaran duniawi.
Bersamaan dengan itu, ia masih mengira bahwa
dirinya mempunyai posisi khusus di sisi Allah
karena ciri-ciri, pakaian, dan kepandaian
berbicaranya yang seperti ulama, padahal ia
begitu tamak kepada dunia lahir dan batin.

Orang dari kelompok ketiga di atas termasuk
golongan yang binasa, dungu, dan tertipu. Ia tak
bisa diharapkan bertobat karena ia tetap
beranggapan dirinya termasuk orang baik.

Ia lalai
dari firman Allah Swt. yang berbunyi,
"Wahai
orang-orang yang beriman. Mengapa kalian
mengatakan apa-apa yang tak kalian
lakukan?!" (Q.S. ash-Shaff: 2).
Ia termasuk
mereka yang disebutkan Rasul saw., "Ada yang
paling aku khawatirkan dari kalian ketimbang
Dajjal." Beliau kemudian ditanya, "Apa itu wahai
Rasulullah?" Beliau menjawab, "Ulama su' (bu­
ruk)."

Sebab, Dajal memang bertujuan
menyesatkan, sedangkan ulama ini, walaupun
lidah dan ucapannya memalingkan manusia dari
dunia, tapi amal perbuatan dan keadaannya
mengajak manusia ke sana.

Padahal, realita lebih berbekas dibandingkan
ucapan. Tabiat manusia lebih terpengaruh oleh
apa yang dilihat ketimbang mengikuti apa yang
diucap.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh
perbuatannya lebih banyak daripada perbaikan
yang disebabkan oleh ucapannya. Karena,
biasanya orang bodoh mencintai dunia setelah
melihat si alim cinta pada dunia.
Ilmu
pengetahuan yang dimilikinya, menjadi faktor
yang menyebabkan para hamba Allah berani ber­
maksiat pada-Nya. Nafsunya yang bodoh tertipu,
tapi masih memberi angan-angan dan harapan
padanya.
Bahka, ia mengajaknya untuk
mempersembahkan sesuatu untuk Allah dengan
ilmunya.

Nafsu tersebut membuatnya
beranggapan bahwa ia lebih baik dibandingkan
hamba Allah yang lain.
Maka dari itu, jadilah engkau termasuk golongan
yang pertama.
Waspadalah agar tidak menjadi
golongan kedua karena betapa banyak orang
yang menunda-nunda, ternyata ajalnya tiba
sebelum bertaubat sehingga akhirnya rugi dan
kecewa.

Lebih dari itu, waspadalah! Jangan
sampai engkau menjadi golongan ketiga karena
engkau betul-betul akan binasa, tak mungkin
selamat dan bahagia.

Apabila engkau bertanya, "Apa permulaan dari
hidayah tersebut sehingga aku bisa menguji
diriku dengannya?" Maka ketahuilah bahwa
hidayah bermula dari ketakwaan lahiriah dan
berakhir dengan ketakwaan batiniah. Tak ada
balasan kecuali dengan takwa dan tak ada
hidayah kecuali bagi orang-orang bertakwa.

Takwa adalah ungkapan yang mengandung
makna melaksanakan perintah Allah Swt. dan
menghindarkan larangan-larangan-Nya. Masing-
masing ada dua bagian. Di sini aku akan
menunjukkan kepadamu secara ringkas aspek
lahiriah dari takwa dalam dua bagian tersebut
secara bersamaan. Aku masukkan bagian ketiga
agar tulisan menjadi lengkap dan cukup.
Allah
tempat meminta pertolongan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar