Laman

Senin, 13 Januari 2014

NUR ADALAH TENTARA HATI


النور جند القلب كما أن الظلمة جند النفس . فإذا أراد الله أن ينصر عبده أمده بجنود الأنوار وقطع عنه مدد الظلم والأغيار

"Cahaya adalah Tentara kalbu sebagaiman kegelapan adalah tentara nafsu. Ketika Allah hendak menolong hambanya, dia membantunya dengan tentara cahaya dan memutus bantuan kegelapan dan kepalsuan"

Hati bisa sampai kepada Allah karena ada nur (cahaya) yang dibaratkan oleh Ibnu Athaillah sebagi tentara hati, sedangkan kegelapan adalah tentara nafsu. Nur di sini bukanlah sinar seperti matahari tapi nur adalah suatu perasaan dalam hati sehingga manusia bisa merasakan enak dan luasnya perasaan. Kalau nur dan nafsu berperang maka semuanya tergantung kepada Allah. Kalau Allah menghendaki kemenangan nur maka manusia akan menjadi baik dan sebaliknya jika nafsu yang menang maka dia akan menjadi jahat.

Sekarang bagaimana kita mendapatkan nur?

Kita harus menawarkan diri kita kepada Allah sehingga mendapatkan rahmat dari-Nya. Kalau kita telah diberi jalan oleh Allah maka tidak ada yang bisa menghalang-halanginya. Allah telah berfirman dalam surat Al-Ankabut : 69

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (69) [العنكبوت/69]

69. Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

Kalau kita telah diberi rahmat oleh Allah maka kita akan dekat dengan-Nya. Dan ini adalah nikmat yang paling besar. Allah tidak akan merubah nikmat yang telah dia berikan kecuali manusia sendiri yang telah merubah. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Anfal : 53

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (53) [الأنفال/53]

53. (siksaan) yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang Telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[621], dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.

[621] Allah tidak mencabut nikmat yang Telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah.

Kalau kita memperlihatkan diri kita pada Allah maka Allah akan mendekat pada kita. Tapi kalau kita memperlihatkan diri kita pada dunia maka Allah akan menjauh. Oleh karena itu kita tidak boleh meninggalkan Al-Qur'an karena itu adalah kitab Allah yang dapat mendekatkan diri kita dengan-Nya. Dalam surat Fathir ayat 29 telah dijelaskan

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29)

[فاطر/29]

29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,

Di dunia ini kalau kita berdagang maka bisa untung dan bisa rugi. Kalau ingin beruntung maka kita tidak boleh meninggalkan Al-Qur'an, harus membaca sesuai makhrajnya dan jangan lupa mengangan-angan artinya. Kita juga tidak boleh meninggalkan shalat tahajjud sebelum subuh, memperbanyak istighfar dan membaca

سبحان الله والحمد لله ولا اله الا الله هو الله اكبر

sebanyak 100 kali serta sholawat sebanyak 100 kali. Sholawat ini bukanlah untuk mendoakan nabi tapi kitalah yang membutuhkan barokah dari nabi karena kita juga telah tahu bahwa kebaikan adalah hidayah dari nabi dan kita harus membalas budinya. Dalam hadits telah disebutkan

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ عَنْ الطُّفَيْلِ بْنِ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ذَهَبَ ثُلُثَا اللَّيْلِ قَامَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا اللَّهَ اذْكُرُوا اللَّهَ جَاءَتْ الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ قَالَ أُبَيٌّ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُكْثِرُ الصَّلَاةَ عَلَيْكَ فَكَمْ أَجْعَلُ لَكَ مِنْ صَلَاتِي فَقَالَ مَا شِئْتَ قَالَ قُلْتُ الرُّبُعَ قَالَ مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قُلْتُ النِّصْفَ قَالَ مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قَالَ قُلْتُ فَالثُّلُثَيْنِ قَالَ مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قُلْتُ أَجْعَلُ لَكَ صَلَاتِي كُلَّهَا قَالَ إِذًا تُكْفَى هَمَّكَ وَيُغْفَرُ لَكَ ذَنْبُكَ

سنن الترمذى - (ج 8 / ص 497)

Dalam hadits di atas dijelaskan bahwa sahabat Ubay bertanya kepada Rasulullah : "wahai Rasulullah saya telah memperbanyak sholawat kepada engkau, berapa saya harus membacanya?" Rasulullah menjawab : "terserah kamu" sahabat Ubay menjawab : "seperempat dari waktuku", Rasulullah menjawab : "terserah kamu jika kamu mau menambah maka itu lebih baik" sahabat Ubay menjawab : setengah dari waktuku, Rasulullah menjawab : "terserah kamu jika kamu mau menambah maka itu lebih baik" sahabat Ubay menjawab : dua pertiga dari waktuku", Rasulullah menjawab : "terserah kamu jika kamu mau menambah maka itu lebih baik", sahabat Ubay menjawab : "saya akan menjadikan semua waktuku untuk sholawat kepadamu". Rasulullah menjawab : "jika demikian maka kesusahanmu akan dihilangkan dan dosamu akan diampuni".

Seorang kyai, ulama' dan ustadz harus tahu bagaimana agar dakwahnya berhasil yaitu harus menuju kepada Allah sehingga hati mereka mendapatkan nur ilahi. Pakar-pakar islam bisa berhasil dalam dakwah mereka kalau mereka memiliki nur. Oleh karena itu orang islam sekarang ini mengalami banyak kemunduran karena meninggalkan hati (dari nur ilahi) dan mengedepankan akal mereka. Sekali lagi kita harus tahu bahwa nur adalah tentara hati sedangkan kegelapan adalah tentara nafsu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar