Laman

Senin, 28 April 2014

Terbuka dan tertutup pintu ma’rifat


Bagi orang yang dibukakan pintu ma’rifat,
Ia dituntun Allah memilih jalan yang lurus
Perilakunya dibimbing berakhlak yang bagus.
Bila akan menyimpang dari jalan yang lempang,
Hati nuraninya berbisik mencegah melarang.
Bila akan terjerat bujukan hawa nafsu,
Hatinya berbisik ”Jangan, anda akan tertipu”.
Tetapi bila bisikan itu sering tidak digubris,
Nurani tumpul nur Ilahi makin menipis.

Bagi orang yang tertutup pintu ma’rifat,
Ia terbenam kedalam lumpur dunia,
hatinya alpa lalai kepada yang Maha Kuasa.
Jika menyebut asma Allah, hanya dibibir saja.
Jika teringat Allah, karena situasi terpaksa.
Ia mudah terjerumus ke jalan maksiat.
Berbuat buruk dipandang sebagai nikmat
Tidak peduli lagi halal dan haram,
Ajaran agama di hatinya sudah tenggelam.
Bila orang tertutup pintu ma’rifat,
pandangan terhadap agama menjadi terbalik,
taat beragama dipandang sebagai kejumudan,
amal shaleh dipandang sebagai kesia-siaan,
kejujuran dipandang sebagai kebodohan,
ibadah haji dipandang sebagai keborosan.
Kejahatan tampak sebagai kelaziman,
Kemaksiatan tampak sebagai kemajuan,
Kemusyrikan rampak sebagai warisan budaya,
Ke-aku-an tampak sebagai hak asasi manusia.
Baginya dunia sudah terbalik.
Kejahilan justru dianggap yang terbaik.
Memang dunia sudah mendekati zaman akhir,
Halal-haram bercampur aduk bergulir-gulir.
Cara berpikir manusia sudah terbalik,
Kebobrokan moral merebak mencabik-cabik.
Berpakaian tidak lagi menutup aurat,
Paha dan pusar wanita ketat terlihat.
Korupsi dan suap dikalangan petinggi negara
Sudah membudaya, merebak, merata.
”Mereka itulah orang-orang yang hatinya, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai.”
(QS. An-Nahl : 108).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar