Laman

Rabu, 13 Agustus 2014

TOBAT 1


Hal yang pokok bagi para penempuh jalan kepada Allah (Tareqatullah) adalah tobat, inilah jalan pembuka, pintu awal melangkahkan kaki menuju kehadirat Allah swt. Allah swt Yang Maha Suci tentu hanya menerima ruhani manusia yang telah di sucikan, karena itu Allah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada manusia untuk bertobat. Karena tobat merupakan hal yang pokok dalam tarekat, maka berikut akan kami jelaskan secara terperinci tentang tobat. Tulisan yang akan sahabat baca berikut kami kutip dari karya seorang Ulama Sufi Syekh Amin Al Kurdi dari kitab Beliau yang terkenal yaitu “Tanwir al-Qulub fi Mu’amalah “Allam al-Ghuyub” dan menjadi rujukan sebagian besar pengamal tarekat.
Tobat adalah pangkal dari segala tingkatan dan kondisi ruhani (maqam dan hal) serta awal berbagai tingkatan spiritual (maqamat). Tobat bagaikan lahan bagi bagunan. Barangsiapa tidak bertobat, dia tidak akan memiliki tingkatan dan kondisi ruhani. Sebagaimana orang yang tidak memiliki lahan tidak akan memiliki bangunan.
Tobat adalah kembali dari sifat-sifat tercela menuju sifat-sifat terpuji. Ada yang mengatakan bahwa orang yang kembali dari hal-hal yang bertentangan dengan syariat karena takut akan siksa Allah disebut ta’ib. Orang yang kembali karena malu dilihat oleh Allah disebut munib. Sedangkan orang yang kembali karena menghormati keagungan Allah disebut awwab.
Setiap hamba harus segera bertobat dan merealisasikan syarat-syarat agar terbebas dari kemarahan dan murka Allah, selamat dari neraka Jahannam, meraih kebahagiaan abadi serta memperoleh ridha dan surga-Nya. Selain itu, juga agar mendapat taufik untuk menjalankan ketaatan sehingga ketaatannya diterima, sebab tobat menjadi syarat baginya. Mayoritas ibadah hukumnya sunnah, sedangkan hukum tobat adalah wajib. Ibadah sunnah tidak akan diterima sebelum menunaikan ibadah wajib.
Kewajiban tobat ditetapkan di dalam Alqur’an dan hadis Nabi saw. Di Dalam Alqur’an antara lain firman Allah Ta’ala, “Bertobatlah kalian seluruhnya kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kalian berbahagia” (Q.S. An-Nur 31). Allah Ta’ala juga berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah kamu kepada Allah dengan tobat nashuha” (Q.S. At-Tahrim, 8).
Tobat Nashuha adalah tobat lahir dan bathin yang disertai tekad untuk tidak pernah mengulang kembali perbuatan dosa. Barangsiapa bertobat lahir saja, tidak ada bedanya dengan waduk tinja bertutup kain sutera. Orang-orang memandang dan merasa kagum dengannya. Tetapi saat tutupnya disingkapkan, mereka berpaling dan menjauhinya. Begitu pula cara manusia memandang orang-orang yang menjalankan ketaatan lahir saja. Ketika penutup yang menutupinya disingkapkan pada Hari Kiamat, yakni pada hari segala rahasia ditampakkan, para malaikat akan berpaling menjauhinya. Karena itu Rasulullah saw bersabda. “Sesungguhnya Allah tidak memperhitungkan rupa kalian, tidak juga harta kekayaan kalian, tetapi Dia memperhitungkan hati kalian” (HR. Muslim).
Di antara ayat alQur’an yang menunjukkan keutamaan tobat adalah firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat, dan Dia mencintai orang-orang yang bersuci” (Q.S Al-Baqarah, 222). Apabila mereka mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, maka Allah akan mencintai mereka. Apabila telah mencintai mereka, Dia akan iri apabila melihat suatu kekurangan dari mereka, sehingga Dia akan menutupinya. Bagian dari kemurahan Allah terhadap hamba-hamba-Nya adalah berupa penerimaan tobat. Bila mereka berbuat maksiat lalu bertobat, kemudian kembali berbuat maksiat, lalu bertobat lagi, Allah tetap akan menerima tobat mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar