Laman

Rabu, 12 November 2014

AKIBAT BERPEGANG KEPADA AMAL


‘’Min’alaamaatil i’timaadi alal’amadi nuqshahnur rojaai’ indawujuudiz zalali’’
“Sebagian tanda berpegang keatas amal, yaitu:
Kurang harapannya kepada Allah ketika adanya kesalahan-kesalahan”.
Ini adalah kalam hikmah pertama kali yang dikemukakan oleh Imam Ibnu At Thaillah Askandary.
Pengertian dari kalam hikmah pertama ini sbb:
1. Bahwa kita umat manusia sebagai makhluk Allah swt, ada 3 tingkat:
a. Tingkatan Al-Ibaat
Orang-orang yang dalam tingkatan ini, mereka mengerjakan sembahyang, puasa dan lain-lainnya dari ajaran-ajaran Agama, juga apabila mereka menjauhkan larangan-larangan Allah, maksud mereka dengan melaksanakan amal ibadat itu semoga dapat masuk surga, berbahagia didalamnya dan terlepas dari azab siksaan neraka, atau maksud mereka ialah untuk kebahagiaan duniawi dan ukrawi dan diselamatkan oleh Allah swt dengan sebab amal ibadatnya itu dari macam-macam malapetaka, baik didunia maupun diakhirat.
b. Tingkatan Al-Muriiduuna
Orang-orang yang dalam tingkatan ini mereka berbuat taat pada ajaran-ajaran Agama, tidak lain maksud mereka terkecuali untuk bagaimana sampai kepada Allah, bagaimana agar terbuka segala sesuatu yang menutup hati mereka, semoga kiranya hati mereka dilimpahkan rahasia-rahasia halus dan yang baik-baik oleh Allah swt.
c. Tingkatan Al-Aarifuuna
Hamba-hamba Allah yang dalam tingkatan ini meskipun mereka beramal ibadat begitu banyak tetapi sedikitpun mereka tidak melihat bahwa mereka mengerjakan ibadat itu untuk maksud-maksud diatas, tidak terbayang didalam hati mereka bahwa mereka beramal, tetapi hati mereka selalu tertuju bahwa Allah swt yang berbuat segala sesuatu pada hakekatnya, mereka tenggelam dalam lautan ridha qadar Ilahi dan mereka bergantung pada tali qadha Yang Maha Pengasih dan Penyayang sebagaimana firman Allah swt dalam Al-Quran surat As-Shaffaat zuz 23 ayat 96;
“Wallaahu khalaqakum wamaata’maluuna”
‘’Dan sesungguhnya Tuhan yang telah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu’’.
Dan firman Allah dalam surat Al-Qashash zuz 20 ayat 68
“Warobbuka yakhluqu maa yasyaa uwa yaht-a-ru maa kaana lahumul khiarotu subhaanallaahi wa ta’alaa’ammaa yusyrikuuna”
‘’Dan Tuhan engkau menciptakan apa yang dikehendaki dan dipilihNya, mereka tidak dapat memilih. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan (dengan Tuhan itu)’’.
2. Menurut kalam hikmah diatas bahwa yang dimaksud dengan ‘’tanda’’ yang kita bahas disini adalah buat tanda tingkat pertama dan kedua maksudnya bahwa tingkatan pertama ‘’Al-Ibaad’’ dan tingkatan yang kedua ‘’Al-Muriiduuna’’. Menurut kacamata ilmu tasawuf; termasuk belum baik apabila dibandingkan dengan tingkatan ketiga, sebab apabila kita masih dalam tingkatan pertama dan kedua maka akibatnya ialah sbb:
a. Pada tingkat pertama apabila seseorang itu mengerjakan perbuatan maksiat dalam arti yang luas, seperti tidak menjalankan perintah Allah swt, maka mengakibatkan kurang harapannya kepada Allah atas maksudnya yaitu: bahagia disurga dan selamat dari azab dan siksaan neraka, harapannya kepada Allah swt kuat dan bertambah apabila ia beramal, tetapi apabila tidak maka harapannya yang tadi akan turun dan berkurang.
b. Demikian pula pada tingkatan Al-Muriiduuna, dengan amal ibadat maka ia gembira, karena itu maka ibadatnyalah yang menjadi sebab menyampaikan harapan-harapannya tetapi apabila ibadatnya berkurang maka akan berkurang pula harapannya kepada Allah swt. Inilah akibatnya apabila kita berpegang kepada amal tetapi tidak berpegang kepada Allah.
Adapun tingkatan ketiga ini adalah tingkatan yang mulia disisi Allah swt. Sebab apabila kita telah sampai pada tingkatan ini, kita akan fana dan kita akan tenggelam didalam qadar, dan qadha Allah. Sama saja pada kita apakah kita mengerjakan taat maka tidak terlihat oleh kita bahwa itu adalah karena daya dan kekuatan kita ataukah kita pernah meninggalkan ajaran-ajaran Agama, namun hati kita selalu mengharapkan keridhaannya kepada Allah, apalagi karena ihsan yang kita kerjakan dan tidak pula berkurang taqwa kita kepadaNya disebabkan kesalahan yang kita lakukan.
3. Karena itu jalan satu-satunya bagi kita untuk sampai ketingkatan ketiga ini ialah:
Dengan ‘’MUJAAHADAH’’ yakni kita harus memerangi hawa nafsu kita dengan latihan-latihan seperti yang telah diatur oleh ilmu Tasawuf dan kita harus banyak ingat kepada Allah dalam segala gerak-gerik kita seperti yang diatur oleh ilmu tersebut, maka dengan latihan-latihan memerangi hawa nafsu dan selalu mengingat Allah swt kita akan sampai ketingkatan Al-Aarifuuna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar