Laman

Rabu, 30 Agustus 2017

Hakikat Insan

dia tidak di timur tidak pula di barat dia turun ke bawah tidak terbatas
dia naik ke atas tidak terhingga
dia terhenti di tengah-tengah
pada titik bernama Qalbu
di tengah-tengah
dia nampak Yang Satu
pada yang banyak
nampak yang banyak
pada Yang Satu
dalam Yang Satu
dia nampak hanya Yang Satu

dialah rohKu
dialah khalifah seluruh makhluk
dialah yang mewakili nama-nama besar
di alam kabir dan di alam saghir
dialah yang merupakan bukti penampakan ZatKu
dialah yang dibatasi dengan tujuhpuluhribu tabir
antara gelap dan terang
dialah yang berada di bawah naungan urusanKu
dialah yang bergelar Nur
dalam penampakannya di alam semesta
dialah kitab yang terang dan nyata
dialah perbendaharaan yang segala sesuatu
terhimpun di dalamnya
dialah yang tidak kerananya tidak akan tercipta
langit dan bumi
dialah tempat penzahiran segala ilmu uluhiyyah
dialah rahsia hakikatKu dari semua penglihatan kaum ariffin
dialah yang mengenal dirinya dan mengenal Tuhannya
dialah pertemuan dua lautan
antara kemakhlukan dan ketuhanan
dialah NafasKu yang Kuhembuskan
melalui ubun-ubun Adam
manusia hanyalah metafora
untuk menyatakan kewujudanNya
maka manusialah metafora paling lengkap
sesuai dan sempurna
berbanding makhluk-makhluk lain di alam ini
baik dari sudut tubuh kegelapan dan batiniah cahaya
sebagai wadah untuk menerima tajalli Tuhan
dari awal dan akhir
meskipun manusia adalah penampakan Tuhan
dari sudut penzahiranNya secara kesuluruhan
namun pada hakikatnya manusia itu tiada
dan sekadar bingkai khayali
untuk mencitrakan maujud dirinya itu
bersandarkan kepada wujud Allah
maujud itu disangkakan ada
kerana penampakan bentuk imaji
yang boleh disentuh serta berpotensi
seolah-olah berdirinya ia dengan sendirinya
namun apabila dihancurkan imaji tersebut
maka pembentukannya itu akan musnah
dan kembali semula kepada bekas bahan asalnya
ibarat bentuk kerusi setelah dileburkan
lalu tampaklah kayu dan lenyaplah kerusi
apabila bekas daripada maujud itu
akhirnya tersingkap bukan wujud sejati
bersifat baru dan binasa
tiadalah maujud kecuali Allah jua
umpama bayangan wajah
yang tampak di dalam cermin
Dia tapi bukan Dia, bukan Dia tapi Dia
begitulah tatkala penurunan tajalli Tuhan
dari martabat Ahadiyah
sampai ke martabat Alam Mitsal
ketika Dia berhasrat melihat DiriNya di luar diri
dan rindu untuk dikenal
Alam Mitsal persis cermin
memantulkan hakikat tajalli Tuhan
yang terbendung di dalam martabat Wahidiyah
sudah pun ada secara rinci
tetapi masih bersifat batin
tanpa rupa
tanpa bentuk
tanpa warna
tanpa nama
itulah Hakikat Insan
apa yang ingin ditajallikan Tuhan
selain dari DiriNya itu
adalah penampakan DiriNya jua
dari kesan tindakan WujudNya
namun tidak ada sesuatu pun
yang serupa denganNya
atas perintahNya ‘Kun’
dan diperintah ‘Faya kun’
sampailah turun ke martabat Alam Arwah
menyingkap tabir Alam Mitsal
di sinilah bentuk citra itu sudah pun terperi
di dalam cermin
merupakan perbendaharaan
yang tidak lagi tersembunyi
namun masih belum nyata
belum lagi bernama dan bersifat
Alam Arwah inilah tabir Tuhan yang terakhir
tatkala Dia yang menyingkap tabirNya sendiri
Dialah Maha Benar
bahwa Dia itulah hakikat segala sesuatu
tiada yang bersertaNya
tiada sebelumNya
tiada sesudahNya
tiada di dalamNya
melainkan Dia juga
sepertimana firmanNya,
“Bukankah Aku Tuhanmu?”
maka dijawab oleh roh-roh penyaksi,
“Bahkan! Engkaulah Tuhan kami!”
namun setelah penurunan tajalli
ke alam paling luar
sampai ke peringkat debu-debu atom
yang bernama Alam Ajsam
maka hijab itupun tertutup kembali
dengan hijab-hijab
unsur air
unsur api
unsur angin
unsur tanah
hakikat wujud Tuhan pun tidak lagi terpandang
pada sesuatu dan luaran bentuk manusia itu
kecuali kepada manusia
yang dapat mengenalNya
dengan pengenalan haqiqi
di dalam diri sejati
manusia yang mengenalNya
itulah bergelar
manusia khalifah Insan al-Kamil
Dia menjadikan Adam itu menurut rupaNya
bukanlah Zat Yang Mutlak itu berjisim
atau bertukar kepada bentuk pembaharuan
sedangkan sediaNya bersifat Maha Suci dan Qadim
Dia tidak menyerupai sesuatu pun dari makhlukNya
WajahNya tak mungkin diketahui
atau tercapai dengan penglihatan mata kasar
Dia pada martabat Ahadiyah
tiada pengetahuan yang sampai kepada ZatNya
tiada sesuatu yang boleh menjangkauNya
melainkan Dia juga yang mengenal
dan sampai kepada DiriNya sendiri
WajahNya adalah semata-mata Kunhi Zat
tanpa ada yang lain bersertaNya
Maha Esa dan tidak membutuhkan kepada sifat
Dia tetap tanzih dan tidak pernah berubah kepada tasybih
meskipun Dia dapat dikenali melalui tasybih
Dia yang sekarang adalah Dia yang dahulu
dengan keesaan
keagungan
dan kesempurnaanNya
namun pula jika Dia hanya kekal
di dalam tanzihnya
bagaimanakah pula Dia dapat dikenal
tanpa makhlukNya?
dan untuk tujuan apakah
Dia menjadikan alam dan manusia khalifah?
Dia adalah Perbendaharaan Yang Tersembunyi
Dia rindu untuk dikenali
maka Dia jadikan makhluk supaya ZatNya dikenali
maka dengan sendirinya
tasybih itu tak mungkin dapat dinafikan
atau dipisahkan dari tanzih
ketika Dia ingin mentajallikan
bahwasanya Dia melihat dengan ZatNya
mendengar dengan ZatNya
berkata-kata dengan ZatNya
beriradat dengan ZatNya
berkudrat dengan ZatNya
mengetahui dengan ZatNya
hidup dengan ZatNya
maka Dia pun memaknawiyahkan sifat-sifat maaniNya
padahal itu tiada lain adalah ZatNya jua
dan tidak menambahkan kepada Zat
sifat-sifat maani itu adalah hayat
qudrat
iradat
sama’
ilmu
bashar
kalam
maka dengan kesemua sifat maani itu
diterjemahkanNya ke Alam Mitsal
dan menzahirkan pula suatu citra
yang tak berbentuk dan bernama
tetapi qadim sebagai penampakan WajahNya
kemudian disalinkan ke alam jasad
menjadi citra wajah Adam
nisbahNya ini dirumuskan sebagai ‘Titik’
‘Titik” tidak ada awalan dan akhiran
tidak ada perbandingan
tidak ada persamaan
tidak dapat diketahui
tidak dapat dirupakan
tidak ada warna
tidak ada nama
kecuali semata-mata adalah ‘Titik’
dari ‘Titik menzahirkan ‘Alif’
sebagai Wujud hakikat huruf-huruf lainnya
jika kau dapat melihat hakikat Alif itu
ada dalam persamaan semua huruf
maka terbukalah tabir rahsia huruf-huruf itu
tidak lain adalah Alif jua
baik di luar atau di dalam
hakikatnya Alif adalah ‘Titik’
dalam pandangan Yang Satu
bashar menjadi dua mata Adam
sama’ menjadi dua telinga Adam
kalam menjadi lidah Adam
hayat menjadi hidung Adam
iradat menjadi dahi Adam
ilmu menjadi ubun-ubun Adam
qudrat menjadi otak Adam
manusia itulah nyawa alam semesta ini
alam semesta inilah tubuhnya manusia
cobalah kaubayangkan
jika alam semesta ini tanpa manusia
sudah pastilah penciptaan alam semesta ini
akan merupakan hasil karya Tuhan
seumpama patung yang sia-sia
jika kaulihat manusia
sebagai makhluk semata-mata
tidak kaulihat Dia yang nyata
manusia itu bukan kecil
manusia itu bukan terpisah-pisah
manusia itu bukan berbeda-beda
manusia itu bukan lelaki
manusia itu bukan perempuan
manusia itu tidak beranak dan diperanakkan
manusia itu tidak makan
manusia itu tidak tidur
yang bertubuh kecil itulah hewan
yang berbeda-beda itulah hewan
yang lelaki itulah hewan
yang perempuan itulah hewan
yang beranak dan dipernakkan itulah hewan
yang makan itulah hewan
yang tidur itulah hewan
yang mati itulah hewan
“RahsiaKu Rahsia Insan
Rahsia Insan RahsiaKu!”
Insan itu ZahirNya
Dialah Yang Batin
seInsan-Insan itu adalah Dia Yang Maha Meliputi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar