Pada jasmani kita (manusia) , ada 4 kelompok HAWA NAFSU yaitu:
 1. NAFSU AMARAH
 yang bentuk perwujudannya berupa sifat marah, dengki, ujub dan syirik. 
 _
 Nafsu ini sumbernya di TELINGA  yang dapat timbul melalui hantaran pendengaran. 
 _
 (2 lubang Telinga, disimbolkan pintu Umar bin Khatab)
 -----------------------------------------------------------------------------------------------
 2. NAFSU LAWAMAH 
 yang termanifestasikan dalam bentuk sifat rakus, tamak, loba dan malas. 
 _
 Nafsu ini sumbernya di MULUT  yang dapat dimbul melalui hantaran pengucapan atau peengecapan.  
 _
 (1 lubang mulut disimbolkan  pintu Ali bin Thalib)
 -----------------------------------------------------------------------------------------------
 3. NAFSU SUFIYAH
 yang termanifestasikan dalam bentuk sifat cinta, kekaguman, dan keindahan. 
 _
 Nafsu tersebut berada pada MATA  yang akan timbul melalui hantaran penglihatan. 
 _
 (2 lubang mata disimbolkan pintu Usman bin Affan)
 -----------------------------------------------------------------------------------------------
 4. NAFSU MUTHMAINAH
 yang termanifestasikan dalam sifat ketenangan dan kedamaian. 
 _
 Nafsu tersebut berada di HIDUNG  yang dapat timbul melalui hantaran pernafasan. 
 _
 (2 lubang  hidung disimbolkan pintu Abu Bakar)
 ------------------------------------------------------------------------------------------------
 Ke 4 (empat) NAFSU yang termanifestaasikan dalam bentuk pendengaran, 
pengucapan (pengecapan), penglihatan dan pernafasan, pada akhirnya akan 
menimbulkan “HAWA” yang berbentuk RASA JASMANI yakni
 Rasa Pendengaran.
 Rasa Pengecapan atau pengucapan
 Rasa Penglihatan
 Rasa Pernafasan atau penciuman
 Semua bentuk “RASA” tersebut bersifat ghaib atau bathin yang tidak berwujud tetapi bisa dirasakan keberadaannya. 
 _
 Ke-empat RASA dari NAFSU tersebut dapat dimatikan maupun dihidupkan, 
tergantung dari bagaimana kita menutup atau membuka “pintu” keluar 
masuknya RASA dari Sumber NAFSU tersebut.
 -----------------------------------------------------------------------------------------------
 Cara menutup pintu HAWA NAFSU tersebut, dengan mempergunakan “alat” 
yang telah diberikan oleh ALLAH kepada setiap manusia, sesuai firman 
ALLAH :
 “Carilah Akhirat dengan “alat” yang telah Kami 
anugerahkan kepadamu dan janganlah kamu lupakan kenikmatan dunia” (QS Al
 Qashash 28: 77)
 _
 “Tatkala aku berada di sisi Rasulullah Saw, 
tiba-tiba beliau bertanya : Adakah orang asing diantara kamu ?” lantas 
beliau memerintahkan supaya pintu di tutup dan bersabda “Angkat tangan 
kamu” (HR Al Hakim)
 _
 “Tutup pintumu dan ingatlah ALLAH ”. (HR Bukhari).
 _
 Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dari Nabi saw ” Tutuplah seluruh pintu-pintu kecuali pintu Abu Bakar.”
 -----------------------------------------------------------------------------------------------
 Prosesi “menutup pintu” HAWA NAFSU yang ada pada kepala manusia, inilah
 yang dinamakan dengan “Takbiratul Ihram”,  (Takbir Larangan) yang 
mempunyai arti bahwa ketika kita mengangkat kedua telapak tangan kita 
saat mengawali SHOLAT, kita diharamkan atau dilarang untuk melakukan 
aktifitas inderawi seperti mendengar, melihat, dan berbicara  kecuali 
BERNAFAS (simbol pintu Abu Bakar), karena kita sedang berhadapan dengan 
ALLAH Swt (bertawajuh).
 _
 Hal ini sesuai dengan firmanNYA yang artinya,
 “Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada RABB yang menciptakan 
langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku 
bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”. (QS Al An’am 
6: 79)
 _
 Ayat di atas merupakan pernyataan setiap kali kita 
SHOLAT, bahwa kita menyadari sedang menghadapkan wajah kita kepada ALLAH
 , yang Maha Suci (bertawajuh).
 _
 Kemudian dilanjutkan dengan penegasan bahwa 
 “Sholatku, Ibadahku, Hidupku dan Matiku semata-mata hanya untuk Allah semata”. 
 -----------------------------------------------------------------------------------------------
 Jika keadaan ini terjadi, tak mungkin akal kita berkeliaran tak 
terkendali mengingat selain ALLAH . Kita juga tidak akan melakukan 
perbuatan yang melanggar tuntunan ALLAH .
 _
 “Bacalah apa yang 
telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab dan dirikan sholat. 
Sesungguhya sholat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan 
sesungguhnya mengingat ALLAH dalam (sholat) adalah lebih besar 
(keutamaannya dari ibadah-ibadah lain)” (QS Al Ankabut 29: 45)
 ALLAH memberikan gelar kepada orang yang SHOLAT tidak sesuai dengan ikrar/sumpahnya sebagai SHOLATnya orang munafik.
 _
 “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu ALLAH dan ALLAH akan 
membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk Sholat, mereka 
berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan sholat) di hadapan 
manusia. Dan tidaklah mereka dzikrullah (menyebut ALLAH )  kecuali hanya
 sedikit sekali” (QS An-Nisa 4: 142)
 -----------------------------------------------------------------------------------------------
 Ketika melakukan SHOLAT, 
 ada kalanya mengalami rasa jenuh dan tidak kusyu’, padahal dalam doa 
iftitah kita telah berikrar bahwa kita sedang menghadapkan wajah kita 
kepada ALLAH 
 Hal ini terjadi karena tidak mengetahui bagaimana cara melakukan Takbiratul Ihram dengan baik.
 _
 Nabi Muhammad Saw bersabda, bahwa “SHOLAT itu adalah mi’rajnya 
orang-orang mukmin”.   Yaitu naiknya JIWA meninggalkan ikatan NAFSU yang
 terdapat dalam fisik manusia menuju ke hadirat ALLAH .
 _
 Apakah kita bisa “bertemu”  dengan ALLAH ketika SHOLAT ?
 Sebagian orang menanggapi hadits tersebut dengan sikap apriori dan 
berkeyakinan bahwa manusia tidak mungkin bertemu dengan ALLAH di dunia. 
Akibatnya kebanyakan orang tak mau pusing mengenai hakikat SHOLAT atau 
bahkan hanya menganggap SHOLAT sebagai kewajiban yang harus dilakukan 
tanpa harus memikirkan fungsi dan tujuannya.
 -----------------------------------------------------------------------------------------------
 Dilain pihak ada orang yang melakukan SHOLAT, telah mengerahkan segenap
 daya untuk mencapai kusyu’, akan tetapi tetap saja pikiran masih 
menerawang tidak karuan sehingga tanpa disadari sudah keluar dari 
“kesadaran SHOLAT”. 
 _
 ALLAH telah mengingatkan hal ini, bahwa 
banyak orang SHOLAT akan tetapi kesadarannya telah terseret keluar dari 
keadaan SHOLAT itu sendiri, yaitu bergeser NIATnya bukan lagi karena 
ALLAH .
 _
 Hal itu terjadi bagi orang yang dalam SHOLATnya tidak 
menyadari bahwa ia sedang berhadapan dengan Tuhannya sehingga pikirannya
 melayang liar tanpa kendali. 
 _
 SHOLAT yang demikian adalah SHOLAT yang shahun. 
 _
 Keadaan tersebut bertentangan dengan firman ALLAH yang menghendaki SHOLAT sebagai jalan untuk mengingat ALLAH .
 _
 “… maka sembahlah AKU dan dirikanlah sholat untuk mengingat AKU” (QS Thaha 20: 14)
 “… dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai” (QS Al A’raaf 7: 205)
 Inilah rangkaian ayat yang menunjukkan kepada masalah kedalaman ibadah 
SHOLAT, yaitu untuk mengingat ALLAH, bukan sekedar membungkuk, bersujud 
dan komat-kamit tiada sadar dengan yang dilakukan. 
 -----------------------------------------------------------------------------------------------
 SHOLAT yang hanya komat-kamit inilah yang banyak dilakukan orang, 
sehingga sampai sekarang banyak yang tak mampu mencerminkan watak 
MUSHALILIN yang sebenarnya, yaitu tercegah dari perbuatan keji dan 
mungkar.
 _
 “Jangan engkau mendekati SHOLAT sedang kamu dalam keadaan mabuk (tidak sadar)… “ (QS An nisa 4: 43)
 Nahyi (larangan) ditujukan kepada MUSHALILIN agar tidak melakukan 
SHOLAT jika masih belum sadar bahwa dirinya sedang berhadapan dengan 
Sang Khaliq. Larangan itu merupakan syarat mutlak dari ALLAH . 
 _
 Coba kita renungkan..., 
 untuk mendekati saja kita dilarang, apalagi untuk melakukannya. 
 -----------------------------------------------------------------------------------------------
 Jika tetap dilakukan maka ALLAH akan murka, yang ditunjukkan dengan sabda-NYA :
 “..maka celakalah orang yang SHOLAT,  (yaitu) orang-orang yang lalai 
dalam SHOLATnya dan orang-orang yang berbuat riya” (QS Al-ma’un 107: 
4-6)”
 _
 ALLAH juga memberikan pujian kepada orang-orang mukmin yang khusyu dalam SHOLATnya
 _
 “Sungguh beruntunglah mereka yang beriman yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya” (QS Al Mukminun 23: 1-2), 
 AL-QUR'AN menyebutkan penyebab dicabutnya ILMU KHUSYU’, yaitu karena memperturutkan HAWA NAFSU dan me-LALAI-kan SHOLATnya.
 _
 Dalam AL-QUR’AN ALLAH juga telah menunjukkan jalan bagi yang mendapatkan kekhusyu’an
 _
 “Jadikanlah SABAR dan SHOLAT sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang 
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, 
(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, 
dan bahwa mereka akan kembali kepada-NYA.” (QS Al Baqarah 2: 45-46)
 ------------------------------------------------------------------------------------------------
 Semoga kita dapat merasakan menemui ALLAH,  kedekatan dengan ALLAH, mengetahui posisi/derajat kita di sisi ALLAH .
 _
 Semakin kita dekat dengan ALLAH maka kita akan semakin sibuk dengan 
Allah, semakin jauh kita dengan ALLAH maka kita akan semakin sibuk 
dengan diri kita sendiri.
 _
 Semakin kita dekat dengan ALLAH maka kita yakin bahwa segala keperluan kita didunia, ALLAH akan mencukupkannya, 
 Sedangkan semakin jauh kita dengan ALLAH maka kita akan “kepayahan” 
dengan upaya sendiri memenuhi segala keperluan kita di dunia.
 -----------------------------------------------------------------------------------------------
 Orang yang dekat dengan ALLAH dikenal sebagai orang-orang Arif.
 _
 Orang-orang Arif adalah orang yang menyibukkan dirinya dengan ALLAH dan
 hanya melakukan perbuatan jika ALLAH yang berkenan bukan karena 
keinginan mereka sendiri.
 _
 Mereka paham bahwa ALLAH memberi mereka sesuatu yang lebih daripada apa yang mereka berikan untuk diri mereka sendiri.
 _
 Jalan untuk dapat selalu menyibukkan diri dengan ALLAH atau mengetahui 
apa yang ALLAH berkenan adalah dengan “mengenal” ALLAH , yakni yang kita
 kenal MAKRIFATULLAH.  
 -----------------------------------------------------------------------------------------------
 Dengan mengenal ALLAH (MAKRIFATULLAH) maka kita bisa memahami apa yang ALLAH berkenan.
 _
 ILMU untuk mempelajari  tentang MAKRIFATULLAH itulah Ilmu TASAWUF.
 _
 Untuk mencapai pemahaman orang-orang arif tidak cukup dengan metode 
pemahaman secara harfiah atau tekstual akan tetapi melalui metode 
pemahaman yang lebih dalam / maknawi atau dikenal “mengambil pelajaran” 
dengan hikmah.
 ------------------------------------------------------------------------------------------------
 Sesuai dengan firman ALLAH ,
 “ ALLAH menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang 
AL-QUR’AN dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-NYA. Dan 
barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi 
karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat 
mengambil pelajaran (dari firman ALLAH ).” (Al-Baqarah – 269).
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar