Laman

Rabu, 17 Januari 2018

4 (empat) HAWA NAFSU

Pada jasmani kita (manusia) , ada 4 kelompok HAWA NAFSU yaitu:
1. NAFSU AMARAH
yang bentuk perwujudannya berupa sifat marah, dengki, ujub dan syirik.
_
Nafsu ini sumbernya di TELINGA yang dapat timbul melalui hantaran pendengaran.
_
(2 lubang Telinga, disimbolkan pintu Umar bin Khatab)
-----------------------------------------------------------------------------------------------
2. NAFSU LAWAMAH
yang termanifestasikan dalam bentuk sifat rakus, tamak, loba dan malas.
_
Nafsu ini sumbernya di MULUT yang dapat dimbul melalui hantaran pengucapan atau peengecapan.
_
(1 lubang mulut disimbolkan pintu Ali bin Thalib)
-----------------------------------------------------------------------------------------------
3. NAFSU SUFIYAH
yang termanifestasikan dalam bentuk sifat cinta, kekaguman, dan keindahan.
_
Nafsu tersebut berada pada MATA yang akan timbul melalui hantaran penglihatan.
_
(2 lubang mata disimbolkan pintu Usman bin Affan)
-----------------------------------------------------------------------------------------------
4. NAFSU MUTHMAINAH
yang termanifestasikan dalam sifat ketenangan dan kedamaian.
_
Nafsu tersebut berada di HIDUNG yang dapat timbul melalui hantaran pernafasan.
_
(2 lubang hidung disimbolkan pintu Abu Bakar)
------------------------------------------------------------------------------------------------
Ke 4 (empat) NAFSU yang termanifestaasikan dalam bentuk pendengaran, pengucapan (pengecapan), penglihatan dan pernafasan, pada akhirnya akan menimbulkan “HAWA” yang berbentuk RASA JASMANI yakni
Rasa Pendengaran.
Rasa Pengecapan atau pengucapan
Rasa Penglihatan
Rasa Pernafasan atau penciuman
Semua bentuk “RASA” tersebut bersifat ghaib atau bathin yang tidak berwujud tetapi bisa dirasakan keberadaannya.
_
Ke-empat RASA dari NAFSU tersebut dapat dimatikan maupun dihidupkan, tergantung dari bagaimana kita menutup atau membuka “pintu” keluar masuknya RASA dari Sumber NAFSU tersebut.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Cara menutup pintu HAWA NAFSU tersebut, dengan mempergunakan “alat” yang telah diberikan oleh ALLAH kepada setiap manusia, sesuai firman ALLAH :
“Carilah Akhirat dengan “alat” yang telah Kami anugerahkan kepadamu dan janganlah kamu lupakan kenikmatan dunia” (QS Al Qashash 28: 77)
_
“Tatkala aku berada di sisi Rasulullah Saw, tiba-tiba beliau bertanya : Adakah orang asing diantara kamu ?” lantas beliau memerintahkan supaya pintu di tutup dan bersabda “Angkat tangan kamu” (HR Al Hakim)
_
“Tutup pintumu dan ingatlah ALLAH ”. (HR Bukhari).
_
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dari Nabi saw ” Tutuplah seluruh pintu-pintu kecuali pintu Abu Bakar.”
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Prosesi “menutup pintu” HAWA NAFSU yang ada pada kepala manusia, inilah yang dinamakan dengan “Takbiratul Ihram”, (Takbir Larangan) yang mempunyai arti bahwa ketika kita mengangkat kedua telapak tangan kita saat mengawali SHOLAT, kita diharamkan atau dilarang untuk melakukan aktifitas inderawi seperti mendengar, melihat, dan berbicara kecuali BERNAFAS (simbol pintu Abu Bakar), karena kita sedang berhadapan dengan ALLAH Swt (bertawajuh).
_
Hal ini sesuai dengan firmanNYA yang artinya,
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada RABB yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”. (QS Al An’am 6: 79)
_
Ayat di atas merupakan pernyataan setiap kali kita SHOLAT, bahwa kita menyadari sedang menghadapkan wajah kita kepada ALLAH , yang Maha Suci (bertawajuh).
_
Kemudian dilanjutkan dengan penegasan bahwa
“Sholatku, Ibadahku, Hidupku dan Matiku semata-mata hanya untuk Allah semata”.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Jika keadaan ini terjadi, tak mungkin akal kita berkeliaran tak terkendali mengingat selain ALLAH . Kita juga tidak akan melakukan perbuatan yang melanggar tuntunan ALLAH .
_
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab dan dirikan sholat. Sesungguhya sholat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat ALLAH dalam (sholat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah lain)” (QS Al Ankabut 29: 45)
ALLAH memberikan gelar kepada orang yang SHOLAT tidak sesuai dengan ikrar/sumpahnya sebagai SHOLATnya orang munafik.
_
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu ALLAH dan ALLAH akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk Sholat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka dzikrullah (menyebut ALLAH ) kecuali hanya sedikit sekali” (QS An-Nisa 4: 142)
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Ketika melakukan SHOLAT,
ada kalanya mengalami rasa jenuh dan tidak kusyu’, padahal dalam doa iftitah kita telah berikrar bahwa kita sedang menghadapkan wajah kita kepada ALLAH
Hal ini terjadi karena tidak mengetahui bagaimana cara melakukan Takbiratul Ihram dengan baik.
_
Nabi Muhammad Saw bersabda, bahwa “SHOLAT itu adalah mi’rajnya orang-orang mukmin”. Yaitu naiknya JIWA meninggalkan ikatan NAFSU yang terdapat dalam fisik manusia menuju ke hadirat ALLAH .
_
Apakah kita bisa “bertemu” dengan ALLAH ketika SHOLAT ?
Sebagian orang menanggapi hadits tersebut dengan sikap apriori dan berkeyakinan bahwa manusia tidak mungkin bertemu dengan ALLAH di dunia. Akibatnya kebanyakan orang tak mau pusing mengenai hakikat SHOLAT atau bahkan hanya menganggap SHOLAT sebagai kewajiban yang harus dilakukan tanpa harus memikirkan fungsi dan tujuannya.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Dilain pihak ada orang yang melakukan SHOLAT, telah mengerahkan segenap daya untuk mencapai kusyu’, akan tetapi tetap saja pikiran masih menerawang tidak karuan sehingga tanpa disadari sudah keluar dari “kesadaran SHOLAT”.
_
ALLAH telah mengingatkan hal ini, bahwa banyak orang SHOLAT akan tetapi kesadarannya telah terseret keluar dari keadaan SHOLAT itu sendiri, yaitu bergeser NIATnya bukan lagi karena ALLAH .
_
Hal itu terjadi bagi orang yang dalam SHOLATnya tidak menyadari bahwa ia sedang berhadapan dengan Tuhannya sehingga pikirannya melayang liar tanpa kendali.
_
SHOLAT yang demikian adalah SHOLAT yang shahun.
_
Keadaan tersebut bertentangan dengan firman ALLAH yang menghendaki SHOLAT sebagai jalan untuk mengingat ALLAH .
_
“… maka sembahlah AKU dan dirikanlah sholat untuk mengingat AKU” (QS Thaha 20: 14)
“… dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai” (QS Al A’raaf 7: 205)
Inilah rangkaian ayat yang menunjukkan kepada masalah kedalaman ibadah SHOLAT, yaitu untuk mengingat ALLAH, bukan sekedar membungkuk, bersujud dan komat-kamit tiada sadar dengan yang dilakukan.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
SHOLAT yang hanya komat-kamit inilah yang banyak dilakukan orang, sehingga sampai sekarang banyak yang tak mampu mencerminkan watak MUSHALILIN yang sebenarnya, yaitu tercegah dari perbuatan keji dan mungkar.
_
“Jangan engkau mendekati SHOLAT sedang kamu dalam keadaan mabuk (tidak sadar)… “ (QS An nisa 4: 43)
Nahyi (larangan) ditujukan kepada MUSHALILIN agar tidak melakukan SHOLAT jika masih belum sadar bahwa dirinya sedang berhadapan dengan Sang Khaliq. Larangan itu merupakan syarat mutlak dari ALLAH .
_
Coba kita renungkan...,
untuk mendekati saja kita dilarang, apalagi untuk melakukannya.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Jika tetap dilakukan maka ALLAH akan murka, yang ditunjukkan dengan sabda-NYA :
“..maka celakalah orang yang SHOLAT, (yaitu) orang-orang yang lalai dalam SHOLATnya dan orang-orang yang berbuat riya” (QS Al-ma’un 107: 4-6)”
_
ALLAH juga memberikan pujian kepada orang-orang mukmin yang khusyu dalam SHOLATnya
_
“Sungguh beruntunglah mereka yang beriman yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya” (QS Al Mukminun 23: 1-2),
AL-QUR'AN menyebutkan penyebab dicabutnya ILMU KHUSYU’, yaitu karena memperturutkan HAWA NAFSU dan me-LALAI-kan SHOLATnya.
_
Dalam AL-QUR’AN ALLAH juga telah menunjukkan jalan bagi yang mendapatkan kekhusyu’an
_
“Jadikanlah SABAR dan SHOLAT sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-NYA.” (QS Al Baqarah 2: 45-46)
------------------------------------------------------------------------------------------------
Semoga kita dapat merasakan menemui ALLAH, kedekatan dengan ALLAH, mengetahui posisi/derajat kita di sisi ALLAH .
_
Semakin kita dekat dengan ALLAH maka kita akan semakin sibuk dengan Allah, semakin jauh kita dengan ALLAH maka kita akan semakin sibuk dengan diri kita sendiri.
_
Semakin kita dekat dengan ALLAH maka kita yakin bahwa segala keperluan kita didunia, ALLAH akan mencukupkannya,
Sedangkan semakin jauh kita dengan ALLAH maka kita akan “kepayahan” dengan upaya sendiri memenuhi segala keperluan kita di dunia.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Orang yang dekat dengan ALLAH dikenal sebagai orang-orang Arif.
_
Orang-orang Arif adalah orang yang menyibukkan dirinya dengan ALLAH dan hanya melakukan perbuatan jika ALLAH yang berkenan bukan karena keinginan mereka sendiri.
_
Mereka paham bahwa ALLAH memberi mereka sesuatu yang lebih daripada apa yang mereka berikan untuk diri mereka sendiri.
_
Jalan untuk dapat selalu menyibukkan diri dengan ALLAH atau mengetahui apa yang ALLAH berkenan adalah dengan “mengenal” ALLAH , yakni yang kita kenal MAKRIFATULLAH.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Dengan mengenal ALLAH (MAKRIFATULLAH) maka kita bisa memahami apa yang ALLAH berkenan.
_
ILMU untuk mempelajari tentang MAKRIFATULLAH itulah Ilmu TASAWUF.
_
Untuk mencapai pemahaman orang-orang arif tidak cukup dengan metode pemahaman secara harfiah atau tekstual akan tetapi melalui metode pemahaman yang lebih dalam / maknawi atau dikenal “mengambil pelajaran” dengan hikmah.
------------------------------------------------------------------------------------------------
Sesuai dengan firman ALLAH ,
“ ALLAH menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang AL-QUR’AN dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-NYA. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman ALLAH ).” (Al-Baqarah – 269).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar