Laman

Sabtu, 21 April 2018

MENGENAL APA ITU SULUK

MENGENAL APA ITU SULUK dan MENGAPA SULUK ITU PENTING serta WAJIB DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
__________________________________________
Assalamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuhu,
Salam Sejahtera,
Alhamdulillah....puji Syukur atas Kehadirah Allah dan nikmat Kesehatan yang diberikanNYA pada kita semua hingga hari ini yang mana karna NikmatNYA kita masih dapat memiliki kesempatan untuk berIbadah dan berbuat kebajikan Sebanyak-banyaknya.
Sholawat dan salam marilah kita haturkan Keharibaan Junjungan Semesta Alam dan seluruh isinya, kekasih Allah, makhluk yang paling mulia yang pernah ada (baik fisik maupun rohani) yang atas kehendaknya kelak kita akan mendapatkan syafa'at pada Yaumil Mahsyar, Nabiyullah Habibullah Wa Rasulullah Muhammad Ibn Abdillah Sholallahu 'Alaihi Wassalam.
Salam Takdzim yang sekhalis-khalisnya marilah kita haturkan kepada seluruh Aulia-Aulia akbar dari Timur sampai Barat dari Utara sampai Selatan, yang mana karna kehadiran merekalah bumi ini masih bertahan sampai saat ini sebab mereka ditugaskan Allah menjaga bumi ini dari kerusakan yang disebabkan oleh tangan-tangan "bathil", hingga waktunya nanti Allah akan mengembalikan mereka pada sisiNYA sehingga kiamatlah dunia ini.
----------------------------------
Pada kesempatan yang diRahmati dan diRidhoi Allah kali ini penulis akan menjabarkan apa itu Suluk sebenarnya dan mengapa suluk itu penting serta wajib dalam perspektif hukum Islam.
I) Arti dan Defenisi kata Suluk
---------------------------------------
Suluk berasal dari bahasa Arab (Aslak/Fasluk), berasal dari Huruf Hijaiyah, Sin-Lam-Kaf, yang secara harfiah berarti 'menempuh'. Sesuai Dalil dalam Q.S.An Nahl : 69.
Di dalam Thariqah Naqsyabandiah Mujaddidiyyah Khalidyah, Suluk memiliki defenisi makna "training centre" atau dalam bahasa Indonesianya "pusat pelatihan". Kenapa disebut training centre ? ya, sebab pada saat suluk, para jema'ah suluk (salik), melatih amalan dzikirullah yang diajarkan oleh Guru Mursyidnya dan juga kegiatan-kegiatan ibadah harian yang wajib maupun sunnah dalam syari'at Islam.
Dengan pelatihan suluk ini, diharapkan kelak para salik akan mencapai Maqom Iman dan Ihsan yang berAkhlakul Karimah yang mampu berhubung diri kepada Allah dengan baik dan mampu mengenali Arwahul Muqaddasa Rasulullah dengan baik agar dapat membedakan mana yang Haq/Bathil, apakah itu Jin/Syaithon/Iblis dan mana unsur yang HAQ.
II) Mengapa Suluk itu penting ?
-------------------------------------
Saat calon salik mengikuti Thariqah Nasyabandiah Mujaddidiyyah untuk pertama kali, maka saat itu telah diberikan amalan dzikir yang merupakan warisan sejak zaman Rasul. Dulu sebelum Rasulullah SAW menerima wahyu beliau Rasulullah SAW memiliki kebiasaan Tahannust dan Menyendiri
di dalam Gua Hira, apa yang dilakukan Rasulullah SAW di dalam Gua tersebut ? sementara saat itu belum ada perintah Sholat Wajib, jawabnya ya, itulah yang dilakukan Rasulullah SAW, melakukan kegiatan suluk atas bimbingan dari Guru beliau, sang Raja Diraja Malaikat, penghulu dari segala penghulu Malaikat, Jibril Alaihissalam.
Rasulullah sudah memiliki kebiasaan berTahannust di dalam Gua Hira sejak umur 13 tahun melakukan suluk , saat kota mekkah sibuk dengan hiruk pikuk dan carut marut dunia tetapi kekasih Allah tersebut memiliki hobi dan kebiasaan bediam diri dengan melakukan kegiatan-kegiatan ibadah termasuk dzikir. Hingga Rasulullah menerima wahyu pada umur 40tahun beliau pun masih tetap melakukan hal tersebut, terkadang 10hari,25hari, bahkan sampai 40hari. Kebiasaan ini kemudian diikuti oleh para Sahabat beliau, para Ahlul Bayt, maupun seluruh Muslimin pada masa itu.
Para Sufi yang melakukan suluk/tahannust bukanlah berarti telah meninggalkan kegiatan dunia selama-lamanya, akan tetapi sepulang dari suluk mereka kembali melakukan kegiatan rutinitas sehari-harinya.
Anggapan miring yang selalu penulis dengar sejak penulis menjadi seorang sufi pada usia sekolah dasar yaitu, "jangan ikuti suluk, nanti kamu bisa gila". Tetapi sampai saat ini penulis sendiri telah menghitung, ternyata lebih banyak orang gila yang menjadi waras setelah berSuluk, daripada orang waras yang menjadi Gila karna berSuluk.
Karena di dalam Thariqah Nasyabandiah Mujaddidiyah Khalidiyah berMazhab Ahlussunnah maka seluruh kegiatan di dalam suluk dilakukan secara berjema'ah, dari mulai sholat wajib, dzikir/tawajuh, dan makan, kecuali 3 perkara yang tidak berjema'ah, yaitu sholat sunnah, ke jamban dan istirahat. Para salik yang mengikuti suluk biasanya tidur dan dzikir di dalam "kelambu", kelambu disini dengan tujuan menjadi pengganti goa, sebab di tengah perkotaan seperti sekarang ini amatlah sulit mencari goa yang layak untuk dijadikan tempat suluk seperti masa Rasulullah SAW.
Di dalam suluk nantinya para Salik akan diajarkan Hadab 21, hadab 21 wajib diikuti demi berhasilnya proses pelatihan yang dilalui seorang salik selama hari yang ditentukan oleh Guru Mursyid. Saat suluk biasanya jema'ah (salik) dipimpin/diImani/diKomando oleh Seorang Pimpinan Dzahiriyyah. Pimpinan Dzahiriyyah bertindak sebagai perpanjangan tangan daripada seorang Guru Mursyid bilamana Guru Mursyid tidak hadir atau berhalangan hadir secara langsung dalam kegiatan suluk. Bila seorang Mursyid hadir secara fisik tentu saja posisi Imam akan digantikan langsung oleh sang Guru, seorang Pimpinan Dzahiriyyah memiliki kriteria di atas pimpinan Tawajjuh, Pimpinan Dzahiriyyah dapat/boleh/di izinkan untuk memimpin suluk dan kegiatan Tawajuh Rutin, namun seorang Pimpinan Tawajuh belum boleh/ belum diizinkan untuk memimpin kegiatan suluk, dan semua ketentuan ini sudah diatur oleh Guru Mursyid.
III) Suluk Wajib Menurut Perspektif Hukum Islam
----------------------------------------------------------
Dalil wajibnya suluk ini dapat diambil hujjahnya dari dua sudut pandang dalam perspektif hukum Islam, yaitu :
1.Dalil Wajib menurut Hukum Syariat dan Fiqih
Di dalam Kitabnya yang berjudul Tanwirul Qulub syeikh Amin Qurdi meriwayatkan perkataan Ibnu Abbas dari Imam Maliki dari Rasulullah SAW sebagai berikut :
"Barangsiapa yang berSyariat tanpa berThariqat maka ia akan menjadi orang yang Fasikh (tidak berbekas setiap amal ibadahnya sampai kepada bathin ruhani dan perilaku kesehariannya). Dan Barangsiapa yang berThariqat tanpa berSyariat maka ia akan menjadi Zindiq (penyeleweng Agama). Dan barangsiapa yang melakukan kedua-duanya (Syariat dan Thariqat) maka sesungguhnya orang itulah orang yang benar pada sisi Allah". <----> sumber : Prof.DR.H.Djama'an Noor (Eks Ketua MUI Provinsi Bengkulu).
Dalam Q.S. At Thariq : 1-17, Allah Azza Wa Jalla telah menjelaskan pentingnya suluk dengan penjelasan perilaku apa saja yang dilakukan oleh seorang salik.
2.Dalil Menurut dalil Aqli (yang bersumber dari Aqal yang Waras)
Mungkin timbul pertanyaan bagi kita selaku pengamal Thariqah Naqsyabandiah Mujadiddiyyah Khalidiyyah, kenapa suluk itu harus berjama'ah dan kenapa harus ditentukan tempatnya ? apakah tidak boleh dilakukan seorang diri di rumah masing ?
Jawaban dari pertanyaan di atas secara Dalil Aqli yaitu, jika seorang Salik melakukan kegiatan suluk sendiri di tempat masing-masing dikhawatirkan akan terdapat banyak gangguan-gangguan yang bersifat keduniawian ataupun yang bersifat tak kasat mata. Contohnya, saat sedang asyik berdzikir, tiba-tiba ada yang memanggil dan hilanglah kekhusyukan tadi, tentunya akan batal, itu adalah gangguan bersifat duniawi. Gangguan yang bersifat tak kasat mata, contohnya, saat salik melakukan kegiatan suluk sendiri di rumah datang gangguan aneh-aneh dari IBLIS (sebab IBLIS akan sangat membenci para salik yang bersuluk dan melakukan segala cara untuk menggoda), jika salik sendirian maka kemana ia akan bercerita dan bertanya ? justru itulah pentingnya melakukan kegiatan suluk secara berjema'ah dan dibawah bimbingan seorang Mursyid atau Pimpin Dzahiriyyah.
KESIMPULAN
-----------------------
Dari semua uraian di atas, mungkin ada sebagian pembaca yang belum ikut Thariqah beranggapan, "ah, apa mungkin Islam kita tidak sah bila tak ikut Thariqah atau tak ikut Suluk?"
Tidak demikian adanya pembaca yang diRahmati Allah, Suluk atau Training Centre dan juga Thariqah, adalah "ADVANCE" daripada AL ISLAM,ini bukan di luar Islam, tetapi ini maksudnya adalah "extensi atau lanjutan dari keIslaman yang sedang kita tempuh saat ini".
Kalau dulu di dalam sekolah atau perguruan Universiti of Islam kita diajarkan Islam secara syari'at hanya sampai pada batas level otak. Kini di dalam Thariqah kita diajarkan bahwa Islam itu tidak hanya sekedar sampai pada batas Akal. Di dalam tidur, seorang profesor ahli agama ditanya, "pak, siapa Tuhan anda?". maka profesor tersebut diam atau melindur bilang "gak tau". Wah.... kalau sempat nanti saat di hisab di alam Barzah bilang gak tau, gimana itu coba ? sebab, yang kelak nanti di Hisab dalam alam barzah bukanlah Fisik maupun otak kita, otak di waktu tidur telah mati, otak di saat Sakaratul Maut tidak bekerja lagi tetapi Ruh masih ada dan bekerja. Jadi, jika waktu saat kita masih sekolah kita hanya belajar Islam sampai pada level otak, maka dalam Thariqahlah kita diajarkan Islam sampai kepada level Ruhani. Sebab yang kelak pulang kehadirah Allah adalah ruhani. Jadi tujuan pentingnya berThariqah ataupun suluk tersebut tak lain tak bukan adalah melatih Ruhani kita yang mana Ruhani tersebut tadinya tidak pernah dilatih mengenal Allah, maka di dalam suluk akan dilatih dan diajarkan bagaimana mengenal TuhanNYA, yang menciptakanNYA. Sehingga kelak Ruhani itu tidak akan kesulitan saat menghadapi Sakaratul Maut, saat Yaumil Hisab di alam Barzah maupun saat menghadapi Yaumil Mahsyar, sebab Ruhani tersebut telah dilatih dan senantiasa beserta KALIMATULLAH HUWAL ULYA (Kalimah Allah yang asli dan murni , yang mengalir daripada sisi Allah dengan Dimensi Yang Maha Akbar). Kalimah Allah tersebutlah kelak yang akan menyelematkan kita, Kalimah Allah tersebutlah yang bersifat Absolute artinya berlaku dimana saja, kapan saja, kepada apa saja. Dan yang paling penting semua itu hanya akan di dapat dengan latihan yang rutin dan berkesinambungan.
"Dengan latihan yang sungguh-sungguh engkau akan menjadi seorang master daripada suatu cabang ilmu".
Akhirul Qalam,
Semoga tulisan singkat ini bermanfaat kiranya bagi siapapun yang telah mengikuti Thariqah Naqsyabandiah agar lebih menjadi perbendaharaan ilmu dan bagi yang belum mengikuti agar menjadi lebih terang dan jelas. Tidak ada yang kita tutup-tutupi sebagai seorang Sufi pengamal Thariqah Mu'tabarah. Tidak perlu takut, sebab dari sejak usia dini sekolah dasar penulis mengikuti Thariqah ini tak pernah ada orang yang jadi gila, jadi susah, jadi bodoh, ataupun jadi melarat, jika niat awal mengikuti Thariqah ini dengan niat "illahi anta makshudi wa ridhoka mathlubi a'thini mahabbataka wa ma'rifataka" , artinya "Yaa Allah Engkau yang Hamba Maksud, RidhoMU lah yang Hamba Tuju, Kurniakanlah Mahabbah (cintaMU) dan Ma'rifah (kenal akan Engkau) kepada Hamba".
Wabillahi Taufiq Wal Hidayah,
Assalamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuhu,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar