MENGENAL APA ITU SULUK dan MENGAPA SULUK ITU PENTING serta WAJIB DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
__________________________________________
Assalamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuhu,
Salam Sejahtera,
Alhamdulillah....puji Syukur atas Kehadirah Allah dan nikmat Kesehatan
yang diberikanNYA pada kita semua hingga hari ini yang mana karna
NikmatNYA kita masih dapat memiliki kesempatan untuk berIbadah dan
berbuat kebajikan Sebanyak-banyaknya.
Sholawat dan salam marilah
kita haturkan Keharibaan Junjungan Semesta Alam dan seluruh isinya,
kekasih Allah, makhluk yang paling mulia yang pernah ada (baik fisik
maupun rohani) yang atas kehendaknya kelak kita akan mendapatkan
syafa'at pada Yaumil Mahsyar, Nabiyullah Habibullah Wa Rasulullah
Muhammad Ibn Abdillah Sholallahu 'Alaihi Wassalam.
Salam Takdzim
yang sekhalis-khalisnya marilah kita haturkan kepada seluruh Aulia-Aulia
akbar dari Timur sampai Barat dari Utara sampai Selatan, yang mana
karna kehadiran merekalah bumi ini masih bertahan sampai saat ini sebab
mereka ditugaskan Allah menjaga bumi ini dari kerusakan yang disebabkan
oleh tangan-tangan "bathil", hingga waktunya nanti Allah akan
mengembalikan mereka pada sisiNYA sehingga kiamatlah dunia ini.
----------------------------------
Pada kesempatan yang diRahmati dan diRidhoi Allah kali ini penulis akan
menjabarkan apa itu Suluk sebenarnya dan mengapa suluk itu penting
serta wajib dalam perspektif hukum Islam.
I) Arti dan Defenisi kata Suluk
---------------------------------------
Suluk berasal dari bahasa Arab (Aslak/Fasluk), berasal dari Huruf
Hijaiyah, Sin-Lam-Kaf, yang secara harfiah berarti 'menempuh'. Sesuai
Dalil dalam Q.S.An Nahl : 69.
Di dalam Thariqah Naqsyabandiah
Mujaddidiyyah Khalidyah, Suluk memiliki defenisi makna "training centre"
atau dalam bahasa Indonesianya "pusat pelatihan". Kenapa disebut
training centre ? ya, sebab pada saat suluk, para jema'ah suluk (salik),
melatih amalan dzikirullah yang diajarkan oleh Guru Mursyidnya dan juga
kegiatan-kegiatan ibadah harian yang wajib maupun sunnah dalam syari'at
Islam.
Dengan pelatihan suluk ini, diharapkan kelak para salik
akan mencapai Maqom Iman dan Ihsan yang berAkhlakul Karimah yang mampu
berhubung diri kepada Allah dengan baik dan mampu mengenali Arwahul
Muqaddasa Rasulullah dengan baik agar dapat membedakan mana yang
Haq/Bathil, apakah itu Jin/Syaithon/Iblis dan mana unsur yang HAQ.
II) Mengapa Suluk itu penting ?
-------------------------------------
Saat calon salik mengikuti Thariqah Nasyabandiah Mujaddidiyyah untuk
pertama kali, maka saat itu telah diberikan amalan dzikir yang merupakan
warisan sejak zaman Rasul. Dulu sebelum Rasulullah SAW menerima wahyu
beliau Rasulullah SAW memiliki kebiasaan Tahannust dan Menyendiri
di dalam Gua Hira, apa yang dilakukan Rasulullah SAW di dalam Gua
tersebut ? sementara saat itu belum ada perintah Sholat Wajib, jawabnya
ya, itulah yang dilakukan Rasulullah SAW, melakukan kegiatan suluk atas
bimbingan dari Guru beliau, sang Raja Diraja Malaikat, penghulu dari
segala penghulu Malaikat, Jibril Alaihissalam.
Rasulullah sudah
memiliki kebiasaan berTahannust di dalam Gua Hira sejak umur 13 tahun
melakukan suluk , saat kota mekkah sibuk dengan hiruk pikuk dan carut
marut dunia tetapi kekasih Allah tersebut memiliki hobi dan kebiasaan
bediam diri dengan melakukan kegiatan-kegiatan ibadah termasuk dzikir.
Hingga Rasulullah menerima wahyu pada umur 40tahun beliau pun masih
tetap melakukan hal tersebut, terkadang 10hari,25hari, bahkan sampai
40hari. Kebiasaan ini kemudian diikuti oleh para Sahabat beliau, para
Ahlul Bayt, maupun seluruh Muslimin pada masa itu.
Para Sufi
yang melakukan suluk/tahannust bukanlah berarti telah meninggalkan
kegiatan dunia selama-lamanya, akan tetapi sepulang dari suluk mereka
kembali melakukan kegiatan rutinitas sehari-harinya.
Anggapan
miring yang selalu penulis dengar sejak penulis menjadi seorang sufi
pada usia sekolah dasar yaitu, "jangan ikuti suluk, nanti kamu bisa
gila". Tetapi sampai saat ini penulis sendiri telah menghitung, ternyata
lebih banyak orang gila yang menjadi waras setelah berSuluk, daripada
orang waras yang menjadi Gila karna berSuluk.
Karena di dalam
Thariqah Nasyabandiah Mujaddidiyah Khalidiyah berMazhab Ahlussunnah maka
seluruh kegiatan di dalam suluk dilakukan secara berjema'ah, dari mulai
sholat wajib, dzikir/tawajuh, dan makan, kecuali 3 perkara yang tidak
berjema'ah, yaitu sholat sunnah, ke jamban dan istirahat. Para salik
yang mengikuti suluk biasanya tidur dan dzikir di dalam "kelambu",
kelambu disini dengan tujuan menjadi pengganti goa, sebab di tengah
perkotaan seperti sekarang ini amatlah sulit mencari goa yang layak
untuk dijadikan tempat suluk seperti masa Rasulullah SAW.
Di dalam
suluk nantinya para Salik akan diajarkan Hadab 21, hadab 21 wajib
diikuti demi berhasilnya proses pelatihan yang dilalui seorang salik
selama hari yang ditentukan oleh Guru Mursyid. Saat suluk biasanya
jema'ah (salik) dipimpin/diImani/diKomando oleh Seorang Pimpinan
Dzahiriyyah. Pimpinan Dzahiriyyah bertindak sebagai perpanjangan tangan
daripada seorang Guru Mursyid bilamana Guru Mursyid tidak hadir atau
berhalangan hadir secara langsung dalam kegiatan suluk. Bila seorang
Mursyid hadir secara fisik tentu saja posisi Imam akan digantikan
langsung oleh sang Guru, seorang Pimpinan Dzahiriyyah memiliki kriteria
di atas pimpinan Tawajjuh, Pimpinan Dzahiriyyah dapat/boleh/di izinkan
untuk memimpin suluk dan kegiatan Tawajuh Rutin, namun seorang Pimpinan
Tawajuh belum boleh/ belum diizinkan untuk memimpin kegiatan suluk, dan
semua ketentuan ini sudah diatur oleh Guru Mursyid.
III) Suluk Wajib Menurut Perspektif Hukum Islam
----------------------------------------------------------
Dalil wajibnya suluk ini dapat diambil hujjahnya dari dua sudut pandang dalam perspektif hukum Islam, yaitu :
1.Dalil Wajib menurut Hukum Syariat dan Fiqih
Di dalam Kitabnya yang berjudul Tanwirul Qulub syeikh Amin Qurdi
meriwayatkan perkataan Ibnu Abbas dari Imam Maliki dari Rasulullah SAW
sebagai berikut :
"Barangsiapa yang berSyariat tanpa berThariqat
maka ia akan menjadi orang yang Fasikh (tidak berbekas setiap amal
ibadahnya sampai kepada bathin ruhani dan perilaku kesehariannya). Dan
Barangsiapa yang berThariqat tanpa berSyariat maka ia akan menjadi
Zindiq (penyeleweng Agama). Dan barangsiapa yang melakukan kedua-duanya
(Syariat dan Thariqat) maka sesungguhnya orang itulah orang yang benar
pada sisi Allah". <----> sumber : Prof.DR.H.Djama'an Noor (Eks
Ketua MUI Provinsi Bengkulu). ---->
Dalam Q.S. At Thariq : 1-17, Allah
Azza Wa Jalla telah menjelaskan pentingnya suluk dengan penjelasan
perilaku apa saja yang dilakukan oleh seorang salik.
2.Dalil Menurut dalil Aqli (yang bersumber dari Aqal yang Waras)
Mungkin timbul pertanyaan bagi kita selaku pengamal Thariqah
Naqsyabandiah Mujadiddiyyah Khalidiyyah, kenapa suluk itu harus
berjama'ah dan kenapa harus ditentukan tempatnya ? apakah tidak boleh
dilakukan seorang diri di rumah masing ?
Jawaban dari pertanyaan
di atas secara Dalil Aqli yaitu, jika seorang Salik melakukan kegiatan
suluk sendiri di tempat masing-masing dikhawatirkan akan terdapat banyak
gangguan-gangguan yang bersifat keduniawian ataupun yang bersifat tak
kasat mata. Contohnya, saat sedang asyik berdzikir, tiba-tiba ada yang
memanggil dan hilanglah kekhusyukan tadi, tentunya akan batal, itu
adalah gangguan bersifat duniawi. Gangguan yang bersifat tak kasat mata,
contohnya, saat salik melakukan kegiatan suluk sendiri di rumah datang
gangguan aneh-aneh dari IBLIS (sebab IBLIS akan sangat membenci para
salik yang bersuluk dan melakukan segala cara untuk menggoda), jika
salik sendirian maka kemana ia akan bercerita dan bertanya ? justru
itulah pentingnya melakukan kegiatan suluk secara berjema'ah dan dibawah
bimbingan seorang Mursyid atau Pimpin Dzahiriyyah.
KESIMPULAN
-----------------------
Dari semua uraian di atas, mungkin ada sebagian pembaca yang belum ikut
Thariqah beranggapan, "ah, apa mungkin Islam kita tidak sah bila tak
ikut Thariqah atau tak ikut Suluk?"
Tidak demikian adanya pembaca
yang diRahmati Allah, Suluk atau Training Centre dan juga Thariqah,
adalah "ADVANCE" daripada AL ISLAM,ini bukan di luar Islam, tetapi ini
maksudnya adalah "extensi atau lanjutan dari keIslaman yang sedang kita
tempuh saat ini".
Kalau dulu di dalam sekolah atau perguruan
Universiti of Islam kita diajarkan Islam secara syari'at hanya sampai
pada batas level otak. Kini di dalam Thariqah kita diajarkan bahwa Islam
itu tidak hanya sekedar sampai pada batas Akal. Di dalam tidur, seorang
profesor ahli agama ditanya, "pak, siapa Tuhan anda?". maka profesor
tersebut diam atau melindur bilang "gak tau". Wah.... kalau sempat nanti
saat di hisab di alam Barzah bilang gak tau, gimana itu coba ? sebab,
yang kelak nanti di Hisab dalam alam barzah bukanlah Fisik maupun otak
kita, otak di waktu tidur telah mati, otak di saat Sakaratul Maut tidak
bekerja lagi tetapi Ruh masih ada dan bekerja. Jadi, jika waktu saat
kita masih sekolah kita hanya belajar Islam sampai pada level otak, maka
dalam Thariqahlah kita diajarkan Islam sampai kepada level Ruhani.
Sebab yang kelak pulang kehadirah Allah adalah ruhani. Jadi tujuan
pentingnya berThariqah ataupun suluk tersebut tak lain tak bukan adalah
melatih Ruhani kita yang mana Ruhani tersebut tadinya tidak pernah
dilatih mengenal Allah, maka di dalam suluk akan dilatih dan diajarkan
bagaimana mengenal TuhanNYA, yang menciptakanNYA. Sehingga kelak Ruhani
itu tidak akan kesulitan saat menghadapi Sakaratul Maut, saat Yaumil
Hisab di alam Barzah maupun saat menghadapi Yaumil Mahsyar, sebab Ruhani
tersebut telah dilatih dan senantiasa beserta KALIMATULLAH HUWAL ULYA
(Kalimah Allah yang asli dan murni , yang mengalir daripada sisi Allah
dengan Dimensi Yang Maha Akbar). Kalimah Allah tersebutlah kelak yang
akan menyelematkan kita, Kalimah Allah tersebutlah yang bersifat
Absolute artinya berlaku dimana saja, kapan saja, kepada apa saja. Dan
yang paling penting semua itu hanya akan di dapat dengan latihan yang
rutin dan berkesinambungan.
"Dengan latihan yang sungguh-sungguh engkau akan menjadi seorang master daripada suatu cabang ilmu".
Akhirul Qalam,
Semoga tulisan singkat ini bermanfaat kiranya bagi siapapun yang telah
mengikuti Thariqah Naqsyabandiah agar lebih menjadi perbendaharaan ilmu
dan bagi yang belum mengikuti agar menjadi lebih terang dan jelas. Tidak
ada yang kita tutup-tutupi sebagai seorang Sufi pengamal Thariqah
Mu'tabarah. Tidak perlu takut, sebab dari sejak usia dini sekolah dasar
penulis mengikuti Thariqah ini tak pernah ada orang yang jadi gila, jadi
susah, jadi bodoh, ataupun jadi melarat, jika niat awal mengikuti
Thariqah ini dengan niat "illahi anta makshudi wa ridhoka mathlubi
a'thini mahabbataka wa ma'rifataka" , artinya "Yaa Allah Engkau yang
Hamba Maksud, RidhoMU lah yang Hamba Tuju, Kurniakanlah Mahabbah
(cintaMU) dan Ma'rifah (kenal akan Engkau) kepada Hamba".
Wabillahi Taufiq Wal Hidayah,
Assalamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuhu,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar