Laman

Sabtu, 21 April 2018

MENGENAL APA ITU TAWAJUH, KHATAM-TAWAJUH, KHATAM, DAN TAWAJUH TENGAH MALAM


Assalamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuhu,
Dewasa ini sering kita mendengar istilah Tawajuh, Khatam-Tawajuh, Khatam, maupun Tawajuh Tengah Malam, khususnya dalam ruang lingkup Thariqah Naqshabandiah.
Bagi para pengamal Thariqah Naqshabandi sendiri masih banyak yang belum mengentahui apa sebenarnya arti dan makna kata-kata tersebut dan bagi yang belum mengikuti/mengamalkannya dengan ber-bai'at kepada Guru Mursyid tentu saja kalimat "bid'ah, syirik, sesat" akan mudah sekali terlontar tanpa terlebih dahulu bertanya kepada sumber yang terpercaya.
Dalam tulisan kali ini penulis akan menjabarkan secara garis besar apa itu Tawajuh, Khatam-Tawajuh, Khatam, dan Tawajuh Tengah Malam, dengan tujuan semoga para pengamal Naqsyabandi lebih mengetahui fungsi dan tujuan makna kata tersebut dan bagi yang belum mengikuti Thariqah Naqsyabandi agar tidak mudah terbawa Isu Negatif oleh sekelompok orang yang "anti" terhadap para sufi selaku pengamal Thariqatullah (methode berhubung diri kepada Allah).
1. TAWAJUH
Secara etimologi bahasa Tawajuh berasal dari bahasa arab yang memiliki dua susunan kata dengan bentuk kalimat Fi'il yakni kata WAJHA dan TA. Kata WAJHA/WAJAH memiliki arti wajah atau muka. Dan kata TA adalah bentuk kata Fi'il dalam bahasa arab untuk "mempersilahkan", contohnya Tajlis (silahkan duduk atau duduklah). Jadi, secara arti etimologi dan lughah Tawajuh berarti "silahkan menghadap ke WajahNYA".
Dalil secara syar'i tentang Tawajuh berasal dari Q.S. Al Baqarah : 115, yang bunyinya "Dan kepunyaan Allahlah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap maka disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas (rahmatNya) lagi Maha Mengetahui."
Tawajuh merupakan suatu amalan waris secara temurun yang diwariskan Rasulullah kepada Sayyidina Abu Bakr Shiddiq r.a selaku "mertua dan juga yang pertama memeluk Islam pada saat itu". Al Kisah sebuah hadits Mu’adz, dimana Nabi saw. pernah berkata kepada AbuBakr ketika ia diutus ke Yaman: “Dengan apa engkau akan memutuskan hukum?” ia (Abu Bakr) menjawab: “Dengan kitab Allah Ta’ala.” Jika engkau tidak mendapatkannya?” tanya Rasulullah lebih lanjut. Ia menjawab: “Dengan sunnah Rasulullah saw.” “Dan jika tidak mendapatkannya juga?” tanya beliau lagi. Ia menjawab: “Aku akan menghadapkan wajahku kepadamu Yaa Rasulullah.” Lalu beliau (Rasulullah) menepuk dadanya (AbuBakar) seraya berucap: “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan taufiq kepada utusan Rasulullah saw. atas apa yang telah diridhai oleh Rasulullah saw.” Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah.
Sampai saat ini para pengamal Thariqah Naqsyabandiah terutama Naqsyabandiah Mujaddidiyah Khalidiyah masih terus melestarikan amalan ini, yang mana tata caranya adalah dzikir Siir (tidak dilafadzkan dengan suara) sesuai dalil Q.S. Al Hujarat : 2, berTawajuh dilakukan secara berjema'ah Ba'da (selesai) sholat Dzuhur di bawah komando seorang Imam yang disebut juga Pimpinan Tawajjuh. Untuk bisa ikut dalam jema'ah berTawajuh biasanya seorang calon jema'ah wajib ber-baiat (ijab qobul) dengan seorang Mursyid atau PenThalqin/Wakil Thalqhin bila seorang Mursyid tidak hadir secara Fisik pada saat ber-baiat.
2. KHATAM
Secara etimologi bahasa Khatam berasal dari bahasa Arab, Khatmu/Khatm, yang memiliki arti 'akhir,ujung/tutup/penutup'.
Di dalam Thariqah Naqsyabandiah, Khatam berarti adalah Tawajuh "penutup" dan dilakukan Ba'da (setelah) sholat Ashr. Dilakukan secara berjema'ah juga seperti Tawajuh dengan dipimpin seorang Pimpinan Tawajuh. Seorang calon jema'ah Naqsyabandi juga wajib melakukan baiat terlebih dahulu sebelum mengikuti Khatam berjema'ah. Tujuannya agar calon jema'ah mendapat keterangan yang cukup saat ikut dalam jema'ah suapaya nantinya tidak kebingungan sendiri, dan agar memiliki channel yang 'sinkron' juga dengan satelite pusatnya (Mursyid/Irsyad).
3. KHATAM-TAWAJUH
Khatam-Tawajuh dilakukan secara berjema'ah selesai sholat Isya' oleh para sufi pengamal Naqshabandi. Dipimpin atau DiImami oleh seorang Pimpinan Tawajuh.
Seorang calon jema'ah atau calon salik juga wajib ber-baiat sebelum mengikuti jema'ah untuk berKhatam-Tawajuh.
4. TTM (TAWAJUH TENGAH MALAM)
Tawajuh Tengah Malam biasanya dilakukan oleh para sufi pengamal Naqshabandi ba'da sholat sunnah Tahajjud , cara yang terbaik adalah dengan tidur terlebih dahulu walaupun hanya tidur beberapa menit saja, tidak tidur pun tidak apa tapi nanti namanya bukan lagi Tawajuh Tengah Malam, hanya dzikir biasa.
Tawajuh tengah malam juga dilakukan secara berJema'ah dan dipimpin oleh Seorang Pimpinan Tawajuh.
Semoga bermanfaat kiranya dan menjadi perbendaharaan pengetahuan kita selaku pengamal Naqshabandi maupun yang belum mengamalkan agar terhindar dari Fitnah kaum Wahabi yang "anti/jijik/sentimen/kontra" terhadap Thariqah Naqshabandi dan Thariqah-Thariqah mu'tabarah lainnya yang mana dalam setiap Thariqah sang Guru pembawanya punya silsilah/sanad/nasab maupun dalil yang sambung menyambung sampai kepada Rasulullah SAW.
Jika tersilap kata dalam penulisan dan penyampaian yang kurang berkenan penulis memohon Ampun Kepada Allah, dan Meminta Maaf kepada Rasulullah, para Guru, dan sekalian Tuan dan Puan.
Akhirul Qalam,
Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah illaa Anta astaghfiruka wa-atuubu ilaih.
Wallahul muwaffiq ila aqwamithaaryq.
Wassalamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuhu.
Keterangan Tambahan :
Pimpinan Tawajuh adalah status derajat atau Maqom dalam Thariqah Mu'tabarah Naqsyabandiah, seorang pimpinan Tawajuh adalah sebagai perwakilan dan perpanjangan tangan seorang Guru Mursyid dalam memimpin/mengImami Tawajuh,Khatam,Khatam-Tawajuh,maupun Tawajuh Tengah Malam, jika bilamana seorang Mursyid berhalangan hadir secara Fisik.
Pimpinan Tawajuh memiliki kriteria setidaknya yang sudah melalui Maqom ke-Khalifan dalam Thariqah Naqsyabandiah Mujaddidiyah Khaldiyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar