Laman

Minggu, 28 Juni 2020

Sebuah Dialog....


Saya: saya ingin bertanya, saya tau ini lancang.. tapi biarkanlah saya bertanya..
Mbah : oke.. silahkan..
Saya: mbah kan dianggap guru oleh semua org disini.......dari semula ratusan, skg menjadi hanya hitungan jari........gmn itu mbah ?
Mbah : mungkin mrk menganggapku guru, tp aku bahkan tdk menganggap mereka murid.... itu hanya persepsi mrk....... taukah engkau mengapa mereka pergi ??? .....
Saya: karena mrk kecewa dg mu mbah.......
Mbah : hahahaha......... tidak....... mereka kecewa dg gambaran ideal mrk tentangku..... tentang gambaran seorg guru yg suci, penuh karomah, terkenal dsb.......... tapi aku disini bukan utk menuruti gbran ego mrk itu.......... aku malah akan mengacaukannya....... Sesungguhnya mrk pergi krn kekecewaan mereka thd ilusi mereka sendiri....... dan aku dg senang hati akan mengantarkan kepergian mereka..........
Saya: apakah tdk ada suatu momentum buat mrk ??.......
Mbah : Itu tergantung mrk...... semua kata2 bahkan dari anak kecil sekalipun, semua kondisi, peristiwa yg dihadirkan dsb sudah dapat menjadi momentum menyadari diri atau malah menjadi momentum menguatkan ego..... apabila disaat kepergian mrk, mereka meletakkan kesadaran ke arah "diri mrk sendiri" maka mrk akan melihat ego mrk sendiri, ego yg menginginkan pegangan berupa guru, sosok idealnya, dan keegoisan mereka sendiri......... tapi apabila kesadaran diletakkan "keluar diri mrk sendiri" maka itu akan menjadi penghakiman terhadapku, menghasilkan celaan, hinaan, dan itu semakin menguatkan ego mereka, ilusi mereka msg2, mrk akan tetap berada di jalur yg sama......... kembali mencari guru2 yang merupakan sosok ideal ilusif buatan pikiran mrk sendiri.......
Saya: jadi semua hal adalah pedang bermata dua ?.......
Mbah : yaaa.......... itu bisa digunakan sebagai sarana menyadari diri atau sebaliknya menguatkan ego........
Saya: lalu bgm mereka yg pergi?
Mbah : biarkan saja........ aku tdk berkewajiban mencerahkan siapapun....... termasuk dirimu...... aku hanya berkewajiban menyadari diriku sendiri.......... terkait pencerahan utk dirimu itu adalaah kewajibanmu sendiri........... utk menjumpai penghubungmu, utk ditunjukkannya kunci dan dibimbingnya.......... Namun selanjutnya, semua terpulang kpd dirimu sendiri........ melihat dirimu sendiri........ karena yg paling tau tentang dirimu yah dirimu sendiri.. ITU HANYA PERLU KEJUJURAN DAN KEMAUAN MELIHAT SEJATINYA DIRIMU......... Itu bkn urusan guru ......
Saya: Itu bkn urusan seorg guru ??
Mbah : semua manusia menginginkan pegangan......... krn itu, ego membentuk sosok ideal seorg guru sbg pegangan...... krn manusia enggan sendiri...... enggan melangkah sendiri...... dan mrk mulai masuk kedlm lembah pengkultusan...... itu fatal...... dalam pengkultusan, engkau tdk akan mkn bisa melihat ke sejatianmu...... hanya disaat engkau sendiri tanpa bayang2 siapapun, tanpa otoritas apapun, tanpa apapun jg, barulah engkau bisa melihat kesejatianmu dg merdeka......
Saya: seringkali byk orang disini mendebat apapun yang kau katakan ataupun yg kau tulis.......
Mbah : itu adalah pertanda bahwa seseorang itu tdk mendengarkan dan tdk membaca sama sekali........ ia hanya membandingkan kata2ku dg pengetahuan simpanan miliknya.......... ia sama sekali tdk mendengarkan........ ia tertutup........ ia hanya membandingkan...... dan itu semakin menguatkan ego........ dari ilusi2 yg beridentifikasi dg pikiran liar dan pengetahuan......
Saya: yaa....... . jelas sudah...... bahwa semua hal adalah pedang bermata dua....
Mbah : apabila mereka meletakkan kesadaran pd kesejatian........ maka saat itu mereka akan menemukan sarana melihat diri dan mengamati diri.......
Saya: maksudnya?
Mbah : ego akan selalu bereaksi thd kata2 apapun...... ketika engkau mendgr kata2...... letakkanlah kesadaranmu di kedalaman....... engkau akan mlh egomu bereaksi thd kata2 itu......... dan engkau tdk terlarut dalam reaksi ego itu......... engkau mengamati...... dan mendengarkan..... engkau menyadari apa yg dikatakan tanpa membandingkan dan engkau sekaligus menyadari respon egomu......
namun apabila engkau meletakkan kesadaran keluar dirimu maka engkau larut dlm reaksi egomu, dlm penghakiman dan perdebatan....
Saya: hemm..... aku paham mbah...... dan apabila seseorang mendebatmu ???
Mbah : yaaaa..... terkadang aku akan melayani debat itu...... terkadang juga tidak.........pd dasarnya mrk berdebat dg diri mrk sendiri......
Saya: mbah..... sampean selalu berkata engkau engkau, dlm setiap kata katamu seakan menyalahkan org lain....... engkau engkau dan engkau.... mbah selalu menunjuk ke luar diri mbah dalam setiap wejanganmu mbah.....
Mbah : bukankah aku juga seringkali mengambil kata ganti orang pertama yaitu aku dalam kata2 ku?
Saya: iya...
Mbah : lalu kenapa engkau hanya mengingat wejangan dengan kata ganti "engkau"?
Saya: hemmm......
Mbah : bukankah egomu terganggu dengan itu?.......
Saya: mungkin...
Mbah : egomu terganggu....... dan engkau tak menyadari....... berangsur2 semakin tak tersadari.....
Saya: iya betul...
Mbah : terkdg menghina org lain bisa membuat org itu terganggu dan membuatnya menyadari si pemikir...... dibandingkan dgn menghina diri sendiri....... aku hanya melakukannya scr acak..... namun engkau hanya mengingat satu bagian yaitu ketika kata2ku seakan menghina keluar......
Saya: yah...... saya sadar akan hal itu...
Mbah : SATU SATUNYA PERANKU ADALAH MEMBUAT EGOMU TERGANGGU...... AGAR ENGKAU BISA MENYADARINYA...... tapi kalian terlalu sibuk mengamati org lain dibanding mengamati diri sendiri...... engkau meletakkan cermin kesadaran keluar...... dan semua hal di dunia menjadi sarana bagi egomu.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar