Setiap
bentuk yang kau lihat memiliki muasal dalam dunia Ilahiah, yang tiada
bertempat. Jika bentuk berlalu, seandainya tiada akibat, karena
muasalnya. Janganlah berdukan kalau-kalau setiap bentuk yang kau lihat,
setiap perkataan mistis yang telah kau dengar telah berlalu, karena
tidaklah demikian. Karena sumber asli tak kunjung lekang, salurannya
selalu memancarkan air. Sebab tak pernah berhenti,
mengapa harus kau keluhkan? Anggaplah ruh sebagai sebuah sumber dan
makhluk-makhluk ini sebagai sunga-sungai: sepanjang sumber abadi,
sungai-sungai mengalir darinya. Lepaskan kekecewaan dari pikiranmu dan
tetaplah minum dari anak sungai. Jangan takut bahwa air sungai akan
berhenti mengalir, karena air ini tak terbatas.
Dan ketika kau masuk
ke dunia makhluk-makhluk ciptaan, sebuah tangga telah dipersiapkan
untukmu, agar kau mendakinya. Awalnya kau barang mati, kemudian kau
menjadi tetumbuhan, setelah itu kau berubah menjadi hewan, mengapa ini
tersembunyi darimu? Akhirnya kau menjadi manusia, yang memiliki ilmu,
kecerdasan dan keyakinan. Lihat bagaimana tubuh ini telah menjadi
sempurna, yang awalnya sebuah atom dari tumpukan debu. Ketika kau telah
melakukan perjalananmu dari manusia, tanpa bertanya kau akan menjadi
seorang malaikat. Kemudian kau akan selesai dengan dunia ini dan
tempatmu adalah di langit-langit. Kau pun berubah dari malaikat:
masuklah ke kedalaman yang besar: agar satu tetes, yakni dirimu sendiri,
bisa menjadi lautan yang akan menggenggam ratusan lautan ‘Uman.
Lepaskan penyekutuan diri, katakan, “Tuhan adalah Esa” dengan sepenuh
kalbu dan jiwa. Jika tubuhmu telah menjadi tua, mengapa berduka ketika
ruhmu tetap muda?
Oleh cinta, yang pahit menjadi manis, tembaga
beralih jadi emas. Oleh cinta, yang keruh jadi jernih. Oleh cinta,
derita terlepas. Oleh cinta, yang mati jadi hidup. Oleh cinta, raja
beralih jadi budak. Cintalah buah pengetahuan: kapan duduk dengan bodoh
di atas tahta seperti ini? Keyakinan adalah cinta yang terpisah dari
semua agama: bagi pecinta keyakinan dan agama adalah Tuhan. Oh ruh,
dalam berjuang dan mencari, jadilah seperti air yang mengalir. Oh akal,
siaplah sepanjang masa untuk menyerahkan kefanaan demi keabadian.
Ingatlah Tuhan selalu, bahwa keakuan harus dilupakan, agar dirimu
diperlihatkan dalam Dia Yang kepada-Nya kau berdoa, tanpa peduli pada
siapa yang berdoa, atau doa itu.
Setiap saat suara cinta
berkumandang dari kiri ke kanan; kami sedang melakukan perjalanan di
atas jalan kami menuju langit, yang penuh harap untuk memandang apa pun
di jalan itu? Seketika rumah kami berada di langit, di sana kami
berkerumun dengan para malaikat. Ayo, kembali ke kediaman itu, oh Tuhan,
karena itulah tempat tinggal kami. Kami berada di atas langit-langit
dan lebih besar dari malaikat-malaikat; mengapa kami tidak berada di
atas keduanya? Perjalanan kami adalah penglihatan keagungan Tuhan. Dari
mana dunia kefanaan, dari mana permata tulen? Meskipun kami telah
melintasinya, biarkan kami cepat-cepat kembali, karena tempat apakah
ini? Kekayaan anak muda yang baik adalah sarana kekuatan kami,
memasrahkan hidup kami adalah urusan kami. Gelombang “Tidakkah Aku
Tuhanmu?” muncul dan menghancurkan saluran tubuh. Ketika saluran lebur
lagi, di situlah kesempatan untuk mencapai kesatuan. Makhluk hidup
seperti burung-burung air, dilahirkan dari lautan ruh: mengapa harus
seekor burung yang lahir dari lautan membangun kediamannya di tempat
ini? Tetapi kami adalah batu-batu permata di kedalaman laut ini, kami
semua memiliki tempat di sini: kalau tidak mengapa harus gelombang demi
gelombang muncul dari lautan ruh? Ini kesempatan bagi kami untuk
mencapai kesatuan, waktunya tiba untuk meraih keindahan keabadian,
waktunya untuk makin mendekat dan menerima berkah-berkah, inilah lautan
kemurnian yang sempurna. Gelombang berkah telah muncul, Singgasana Tuhan
telah terbit dari laut, fajar kebahagiaan telah menyingsing: Inikah
sang fajar? Bukan, cahaya Tuhan. Cahaya Tuhan memancarkan sinarnya ke
cahaya indera: itulah makna Cahaya atas Cahaya. Cahaya inderawi menarik
kita menuju bumi: Cahaya Tuhan menarik ke atas langit.
Oh para
pecinta, waktunya telah tiba untuk lepas dari dunia. Genderang
berkumandang di telinga ruhku, yang menyerukan kita untuk melakukan
perjalanan. Tataplah, penunggang unta itu telah bertindak sendiri
menyiapkan unta-untanya dan menginginkan kita memulai perjalanan.
Mengapa kau masih terlelap, oh para pegembara? Suara-suara yang kita
dengar ini dari depan dan belakang mengisyaratkan perjalanan, sebab
mereka adalah bel-bel unta. Setiap saat berlalu, sebuah jiwa berlalu
dari kehidupan dan mulai beranjak menuju dunia Ilahi. Dari sini
bintang-gemintang yang berkilauan dan dari sini tirai-tirai biru langit,
mendatangi orang-orang yang menakjubkan, agar ketakjuban misteri
terungkap. Dari sini bulatan-bulatan yang berevolusi mendatangkan kantuk
yang berat kepadamu. Berhati-hatilah dengan kehidupan dunia yang
sementara, perhatikanlah kantuk yang berat ini. Oh kalbu, berangkatlah
menuju Sang Kekasih. Oh teman, pergilah ke Sahabatmu. Wahai penjaga,
terjagalah, karena tidur tidak menjadikanmu seorang penjaga.(Tuan guru
maulana jalaluddin rumi)
Hidup pastikan aman tenteram dunia wal akhirat kalau saja kita selalu bertafakur untuk mengingat Allah dan mengingat kehidupat akhirat, minimal 5 menit dalam sehari semalam
Minggu, 15 Juni 2014
API SEGUNUNG AIR SEGELAS
Sayang
Pada hari kiamat keluarlah dari neraka Api sebesar gunung
Menuju sasaran umat Muhammad
Rasulpun tidak berkuasa menolaknya
Lalu beliau minta pertolongan jibril
"Hai jibril Tolonglah aku menghadapi api Yang akan membakar umatku"
Lalu oleh jibril
Diberinya segelas air
Untuk disiramkan diatas api
Yang sedang mengamuk itu
Padamlah api seketika
Hanya karena segelas air
Rasul bertanya kepada jibril
"Air apakah itu, hai jibril?"
"Itu adalah air mata umatmu yang menangis
Karena takut kepada Allah
Yang aku simpan atas perintah Allah
Untuk sewaktu-waktu engkau membutuhkan
Guna memadamkan api
Yang akan membakar umatmu
(Mau'idhah)
(MIF Baihaqi, diluar mahkamah akal)
***
Air Mata Pemadam Api Neraka
Ya Allah ! Ya Tuhanku
Jadikanlah air mataku di waktu takut dengan-Mu
Pemadam api neraka-Mu
Jatuhnya air mataku
menggugurkan segala dosa-dosaku
Tuhan ! Kalau bukan dengan rahmat-Mu
Aku tidak akan selamat
Kalau bukan kemaafan-Mu
Aku tidak terlepas daripada azab
Aku lemah, bantulah aku
Nafsuku serakah
Bantulah aku bermujahadah selalu
Syaitan yang menipu dayaku
Lindungilah aku darinya
Jalan kesesatan terlalu banyak
Ada yang jelas
Ada yang samar-samar
Kalau bukan pimpinan-Mu
Aku tersesat jalan
Pimpinkanlah aku selalu
Agar aku selamat menuju-Mu...setitis airmata yg mengalir maka pertanggung jawab lah nanti di akhirat kelak. Pilih lah API atau AIR.
Allahumma Aamiin YRA
(Syg tangis ku kerna Takot kan Allah moga syg dpt mendngr rintihan hatiku)...
Salam santun
RISALAH KETIGAPULUH DUA
Ia bertutur :
Betapa sering kau berkata : “Siapa pun yang ku
cintai, cintaku kepadanya tak abadi. Perpisahan
memisahkan kita, baik melalui ketidakhadiran,
kematian, permusuhan, kebinasaan, ataupun
lenyapnya kekayaan.” Tidakkah kau tahu, wahai
yang beriman kepada Allah, yang kepadanya
Allah menganugerahkan karunia-karunia-Nya,
yang diperhatikan oleh Allah, yang dilindungi
oleh Allah.
Tidakkah kau tahu bahwa
sesungguhnya Allah cemburu. Ia telah
menciptakanmu dami Diiri-Nya sendiri. Kenapa
kau ingin menjadi milik selain-Nya.
Belum kau
dengar firman-Nya :
“Ia mencintai mereka, mereka pun mencintai-
Nya.” (Qs. 5:54).
“Dan tak Kuciptakan jin dan manusia, kecuali
agar mereka mengabdi-Ku.” (Qs. 51:56).
Atau, belum kau dengar sabda Nabi : “Bila Allah
mencintai seorang hamba, maka Ia mengujinya;
bila ia sabar, maka Ia memeliharanya.” Ia
ditanya : “Ya Rasulullah (saw), bagaimana
pemeliharaan-Nya?” Ia berkata : “Ia tak
menyisihkan baginya kekayaan atau anak.”
Karena bila ia memiliki kekayan atau anak yang
dicintainya, maka cintanya kepada Tuhannya
terbagi, kemudian sirna, kemudian terbagi
antara Allah dan selain-Nya. Dia cemburu. DIa
Mahakuasa atas segala sesuatu. Lalu ia(org tsb)
dibinasakan-Nya, untuk menguasai hati hamba-
Nya demi Diri-Nya Sendiri.
Maka kebenran
firman Allah berikut akan terbukti : “Ia akan
mencintai mereka, dan mereka akan mencintai-
Nya.” (Qs.5:54).
Sampai akhirnya hati menjadi bersih dari segala
selain Allah dan berhala-berhala seperti isteri,
anak, harta, kesenangan dan kerinduan akan
kekuasaan, kerajaan, keajaiban, keadaan ruhani,
taman-taman surga, maqam ruhani dan
kedekatan dengan Allah – Tiada tujuan dan
kehendak di hatinya, Maka, hatinya akan
menjadi seperti sebuah bejana berlubang, yang
di dalamnya tiada cairan pun bisa tinggal.
Sebab ia, kini telah remuk redam oleh
tindakan Allah dan kecemburuan-Nya.
Maka,
tirai-tirai keluhuran, kekuatan dan kehebatan
menyelubunginya, dan parit-parit keagungan Allah
mengitarinya.
Maka, tiada kehendak akan sesuatu maupun
mendekati hatinya. Tidak harta, anak, isteri,
sahabt, keajaiban, wewenang dan daya tafsir,
mampu merusak hatinya. Karenanya, semua itu
takkan membangkitkan kecemburuan Allah, tapi
akan menjadi tanda kemuliaan dari-Nya bagi
hamba-Nya, kelembutann-Nya terhadapnya,
rahnat dan karunia-Nya, dan hal yang
bermanfaat bagi mereka yang menuju kepada
Allah.
Dengan demikian, orang-orang ini
termuliakan oleh ini dan dilindungi melalui
kemuliaan dari Allah ini, yang akn menjadi
penjaga, pelindung dan perantara mereka dalam
kehidupan ini dan di akhirat.
RENUNGANKU
Dalam menulis atau membuat sesuatu
sebetulnya kata kata atau perbuatan
akan berlainan maksud, tujuan
walau ponm penulisnye sama..
tetapi yang menukis atau melakukan tidak sama
kenapa boleh macam tue..
karna dalam diri kita itu berlainan
walauponm satu badan sama..
tetapi lain....
dipecahkan adalah badan , diri, aku, hamba..
atau boleh dikatakan ..zat, sipat, asma , affaal..
atau boleh sariat , tarikat , hakikat , makrifat
semu berlainan padahal satu..
semakin kita memahami / mengenali diri kita
kita akan semakin paham dan mengerti..
siapa yang berbuat saat itu
apakah badan, diri, aku, atau hamba
yang melakukan atau berbuat..
aku mengkajinya dengan membaca
semu posting posting aku yang lalu..
siapa saat itu yang menulis atau melakukan
karna ayat kata, maksud, tujuan, dan penulisan
sangat lain...dan berlainan..
aku memahami dan mengkaji diriku sendiri..
dengn keadaan keadaan itu..
keadaan itulah ilmu sebenar...
atau dalam kitap syeh abdul kadir jailani
dikatakan zikir naff atau afaal kaffi..
karna aku menjumpai
suatu hadis..yg sangat susah untuk
diuraikan..dalam masa dulu
tetapi aku memahaminya saat ini..
hadis qudsi
TIADA ILMU YANG BOLEH SAMPAI
PADA ALLAH
SALAM
Sabtu, 24 Mei 2014
Masih Yakin kita melihat dengan mata???
proses dalam kita melihat tidak sesimpel yg kita rasakan,,, mata dalam tubuh kita bukan alat untuk melihat seperti yg kita yakini selama ini,, mata hanya berfingsi sebagai penangkap cahaya,, cahaya yang terpantul dari objek yang kita lihat akan ditangkap oleh mata dan cahaya tersebut akan langsung diubah menjadi sinya2 elektrik didalam mata,, yang dimana sinyal2 elektrik akan diteruskan melalui syaraf2 dari mata menuju otak kita,, diotak inilah sinyal2 tersebut akan dikonversi menjadi pencitraan gambaran seperti yang kita lihat,,, kuat lemahnya cahaya yg masuk ke mata akan dikonversi menjadi terang dan gelap,, sedangkan perbedaan panjang gelombang cahaya yg masuk ke mata akan di konversi menjadi berbagai macam warna... kesimpulannya apa yg kita lihat selama ini bukanlah kenyataan yg hakiki, melainkan hanya sebuah interpretasi yang di terjemahkan oleh otak sesuai dengan inputan cahaya yg masuk kedalam mata,,,,
Jika mata hanya berfungsi sebagai penangkap cahaya kemudian
mengkonversi cahaya menjadi sinyal elektrik, dan otak hanya mengkonversi
sinyal elektrik menjadi sebuah gambaran,,, maka pertanyaannya,,
siapakah yang selama ini melihat gambaran tersebut?? dan dimanakah yang
selama melihat gambaran tersebut???
Cinta Menurut Kaum Sufi
Cinta diambil dari kata ‘habab’ (Gelembung air) yang selalu berada di atas air. Dikatakan demikian karena cinta merupakan puncak segalanya dalam hati.
Dikatakan pula bahwa Cinta itu berasal dari istilah ‘menetapi’. Jika dikatakan “dia mencintai unta, maka ia menetapi bersama unta dan tidak meningalkannya, seolah-olah orang yang jatuh cinta itu hatinya tidak pernah melupakan untuk mengingat kekasihnya.
Diceritakan bahwa kata ‘hubbu’ (cinta) diambil dari kata ‘al habbu’
sebagai bentuk plural dari kata ‘habbah’ (biji), sedangkan biji hati
merupakan sesuatu yang berada dan menetap dalam hati. Dari sini cinta
disebut benih (biji) karena Cinta adalah benih kehidupan.
Kemudian Cinta itu disebut tiang karena Cinta menaggung kesenangan dan penderitaan.
Cinta merupakan suatu tempat yang berisi air. Tempat ini penuh dengan air dan tidak ada tempat untuk lainnya. Demikian jika hati telah penuh dengan Cinta, maka tiada tempat untuk selain kekasihnya.
Dikatakan bahwa Cinta mendahulukan kekasihnya daripada semua yang menyertainnya.
Dikatakan bahwa Cinta setia kepada kekasihnya, baik ketika berhadapan dengannya atau tidak.
Abu Yazid Al-Busthami berkata “Cinta menganggap sedikit pemberian yang ia keluarkan dan menganggap banyak pemberian kekasih walaupun sedikit.”
Sahal bin Abdullah berkata “Cinta itu merangkul ketaatan dan menentang kedurhakaan.”
Al-Junaid berkata “Cinta adalah masuknya sifat-sifat kekasih pada sifat-sifat yang mencintainya.”
Abu Ali Ahmad Ar-Rudzabari berkata “Cinta adalah kesetiaan”
Abu Abdullah Al-Quraisy berkata “Hakikat Cinta jika kamu memberi, maka kamu memberikan semua yang kamu miliki kepada orang yang kamu Cintai, tanpa tersisa sedikitpun untukmu.”
Dalf Asy-Syibli berkata berkata “Disebut Cinta Karena Cinta menghapus hati dari ingatan semua selain yang dicintainya.”
Dalf Asy-Syibli berkata “Cinta, Jika kamu cemburu pada seorang kekasih, maka orang sepertimu adalah mencintainya.”
Ahmad bin Atha’ berkata “Cinta itu dahan-dahan yang ditancapkan dalam hati sehingga hati akan berbuah seperti kemampuan akal.”
Muhammad bin ali al-Kattani berkata “Cinta Harus lebih mengutamakan yang dicintai.”
“Cintamu kepada sesuatu bisa membuatmu buta dan tuli” (HR Abu Dawud nomer 5130 dalam ‘Al-Adab’, Musnad Imam Ahmad 5 Halaman 194, dan 6 Halaman 450)
Kata ‘hubbu’ terdiri dari dua huruf ; ha’ dan ba’. Isyarahnya bahwa orang yang Jatuh Cinta harus keluar dari ruh, badan dan hatinya seperti kesepakatan suatu kaum yang mengatakan bahwa Cinta itu adalah kesetiaan. Kesetiaan yang paling nyata adalah kesetiaan dalam hati. Cinta harus tidak kontradiksi karena orang yang jatuh cinta akan selalu bersama orang yang dicintainya. Dengan demikian, maka terjadilah komunikasi,”
“al mar-u man’a ihabba”, Seseorang akan bersama yang dicintainya. (HR Mutafaqun alaih)
Kemudian Cinta itu disebut tiang karena Cinta menaggung kesenangan dan penderitaan.
Cinta merupakan suatu tempat yang berisi air. Tempat ini penuh dengan air dan tidak ada tempat untuk lainnya. Demikian jika hati telah penuh dengan Cinta, maka tiada tempat untuk selain kekasihnya.
Dikatakan bahwa Cinta mendahulukan kekasihnya daripada semua yang menyertainnya.
Dikatakan bahwa Cinta setia kepada kekasihnya, baik ketika berhadapan dengannya atau tidak.
Abu Yazid Al-Busthami berkata “Cinta menganggap sedikit pemberian yang ia keluarkan dan menganggap banyak pemberian kekasih walaupun sedikit.”
Sahal bin Abdullah berkata “Cinta itu merangkul ketaatan dan menentang kedurhakaan.”
Al-Junaid berkata “Cinta adalah masuknya sifat-sifat kekasih pada sifat-sifat yang mencintainya.”
Abu Ali Ahmad Ar-Rudzabari berkata “Cinta adalah kesetiaan”
Abu Abdullah Al-Quraisy berkata “Hakikat Cinta jika kamu memberi, maka kamu memberikan semua yang kamu miliki kepada orang yang kamu Cintai, tanpa tersisa sedikitpun untukmu.”
Dalf Asy-Syibli berkata berkata “Disebut Cinta Karena Cinta menghapus hati dari ingatan semua selain yang dicintainya.”
Dalf Asy-Syibli berkata “Cinta, Jika kamu cemburu pada seorang kekasih, maka orang sepertimu adalah mencintainya.”
Ahmad bin Atha’ berkata “Cinta itu dahan-dahan yang ditancapkan dalam hati sehingga hati akan berbuah seperti kemampuan akal.”
Muhammad bin ali al-Kattani berkata “Cinta Harus lebih mengutamakan yang dicintai.”
“Cintamu kepada sesuatu bisa membuatmu buta dan tuli” (HR Abu Dawud nomer 5130 dalam ‘Al-Adab’, Musnad Imam Ahmad 5 Halaman 194, dan 6 Halaman 450)
Kata ‘hubbu’ terdiri dari dua huruf ; ha’ dan ba’. Isyarahnya bahwa orang yang Jatuh Cinta harus keluar dari ruh, badan dan hatinya seperti kesepakatan suatu kaum yang mengatakan bahwa Cinta itu adalah kesetiaan. Kesetiaan yang paling nyata adalah kesetiaan dalam hati. Cinta harus tidak kontradiksi karena orang yang jatuh cinta akan selalu bersama orang yang dicintainya. Dengan demikian, maka terjadilah komunikasi,”
“al mar-u man’a ihabba”, Seseorang akan bersama yang dicintainya. (HR Mutafaqun alaih)
Ilmu ini (Hakikat) hanya bisa turun dengan Kasih Sayang
Ilmu ini (Hakikat) hanya bisa turun dengan Kasih Sayang
Islam adalah agama damai, sejuk, indah, memberi keselamatan kepada pemeluknya dunia dan akhirat serta menjadi rahmat bagi seluruh alam. Siapapun yang menyentuh Islam akan ikut bahagia lahir dan bathin. Islam adalah agama yang mengajarkan pemeluknya untuk berakhlak yang baik dan bekasih sayang antara satu dengan lain. Junjungan kita Rasulullah SAW memberikan contoh akhlak yang baik itu dan membimbing para sahabat dan ummat zaman itu untuk berakhlak yang baik, saling sayang menyayangi dan saling mencintai satu sama lain. Begitu mendalam dan berbekas pengajaran akhlak dari Nabi kepada sahabat sehingga mereka bahkan lebih mencintai saudaranya dari mencintai diri sendiri.
Bukan hanya terhadap ummat, kepada musuhpun Nabi menunjukkan kasih sayang, memberikan maaf kepada orang yang menyakiti Beliau bahkan terhadap orang yang pernah ingin membunuh Beliau. Power kasih sayang yang tulus itulah yang menyebabkan Beliau bisa diterima oleh segala lapisan masyarakat Arab yang terpecah menjadi banyak kabilah dan suku.
Dalam Hadist Qudsi Allah berfirman :
“Kasih sayang-Ku pasti Ku berikan kepada mereka yang saling berkasih sayang di jalan-Ku, saling berkumpul memenuhi panggilan-Ku, saling memberi pada jalan-Ku dan saling berziarah berkunjung karena aku”. (HR. Ahmad, Hakim, Thabrani, Ibnu Hibban, dan Baihaqi dari Mu’az).
Apabila kita ingin dicintai oleh Allah, maka tebarkanlah kasih sayang kepada semua manusia di muka bumi ini terlebih lagi kepada kekasih-Nya. Selain dari Guru Mursyid, kita tidak tahu siapa diantara manusia yang berjalan dimuka bumi ini yang dekat dengan Tuhan dan makbul doanya sehingga tidak ada salahnya kalau kita berbuat baik dan menghargai semua orang sebagai bagian dari ajaran Rasulullah SAW. Bisa jadi orang yang kita lihat secara zahir bisa-biasa saja ternyata dialah orang yang paling dekat dengan Allah.
Berbuat baik dan menebarkan kasih sayang itu ibarat menam tanaman yang baik, semakin lama akan menuai hasil yang baik pula. Sebaliknya, berbuat jahat dan kemungkaran seperti menebarkan api yang akan bisa membakar dan memusnahkan diri sendiri.
Guru saya yang mulia memberikan nasehat, “Jangan pernah kau mendokan orang dengan doa yang buruk, karena kedudukanmu akan buruk pula di mata Tuhan”. Guru sangat melarang kita untuk mendoakan orang agar kena bala atau mendapat musibah, walaupun orang tersebut telaah berbuat jahat kepada kita. “Jika ada orang yang berbuat tidak adil kepada engkau, serahkan kepada Tuhan karena Dia lebih mengetahui hal yang tidak kau ketahui”, demikian nasehat Guru kepada saya.
Cara Nabi membina ummat Beliau zaman dulu kemudian diteruskan oleh para ulama pewaris Beliau sampai sekarang, sehingga tidak mengherankan kita lihat di kalangan pengamal Tarekat terutama yang masih satu Guru, diantara sesama murid benar-benar akrab secara lahir dan bathin. Mereka saling berkasih sayang, saling menghargai satu sama lain. Kedekatan dan keakraban semasa murid Guru bahkan melebihi kedekatan dengan saudara kandung. Memang para murid secara jasmani dilahirkan dari ibu yang berbeda akan tetapi secara rohani mereka “dilahirkan” dari Guru yang sama.
Sesama murid Guru, pada hakikatnya kedudukan kita sama, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah walaupun dalam pandangan zahir terkadang dibedakan dari tahun masuk tarekat, tahun dituakan atau jumlah suluk yang pernah di ikuti. Biarlah Guru dan Allah SWT yang memberikan penilaian terhadap kedudukan kita, sementara tugas kita hanya memperkuat tali persaudaraan sehingga rahmat Allah akan selalu mengalir kepada kita semua. Begitu tingginya nilai persaudaraan dan persahabatan sehingga Allah menjadi orang ketiga diantara dua orang yang bersahabat sebagaimana Firman Allah :
“Aku adalah yang ketiga dari antara dua orang yang bersahabat selama salah seorang diantaranya tidak berkhianat. Bila salah seorang berkhianat kepada temannya, maka aku keluar diantara keduanya.” (HR. Abu Daud dan Hakim dari Abu Hurairah).
Saya mengakhiri tulisan singkat ini dengan mengutip ucapan Guru, “Ilmu ini (Hakikat) hanya bisa turun dengan Kasih Sayang dan kau pun menyampaikannya dengan kasih sayang, tanpa kasih sayang maka ilmu ini tidak akan bisa turun (tidak bisa diajarkan)”. Maknanya, ilmu-ilmu hakikat yang sangat tinggi nilainya hanya bisa turun (mengalir) dari Guru kepada para murid dan dari murid kepada orang lain harus dengan kasih sayang. Itulah sebabnya dalam terekat yang diutamakan bukan zikir atau ibadah akan tetapi Hadap (sopan santun) kepada Guru karena itu merupakan kunci turunnya seluruh ilmu dan karunia Allah SWT.
Islam adalah agama damai, sejuk, indah, memberi keselamatan kepada pemeluknya dunia dan akhirat serta menjadi rahmat bagi seluruh alam. Siapapun yang menyentuh Islam akan ikut bahagia lahir dan bathin. Islam adalah agama yang mengajarkan pemeluknya untuk berakhlak yang baik dan bekasih sayang antara satu dengan lain. Junjungan kita Rasulullah SAW memberikan contoh akhlak yang baik itu dan membimbing para sahabat dan ummat zaman itu untuk berakhlak yang baik, saling sayang menyayangi dan saling mencintai satu sama lain. Begitu mendalam dan berbekas pengajaran akhlak dari Nabi kepada sahabat sehingga mereka bahkan lebih mencintai saudaranya dari mencintai diri sendiri.
Bukan hanya terhadap ummat, kepada musuhpun Nabi menunjukkan kasih sayang, memberikan maaf kepada orang yang menyakiti Beliau bahkan terhadap orang yang pernah ingin membunuh Beliau. Power kasih sayang yang tulus itulah yang menyebabkan Beliau bisa diterima oleh segala lapisan masyarakat Arab yang terpecah menjadi banyak kabilah dan suku.
Dalam Hadist Qudsi Allah berfirman :
“Kasih sayang-Ku pasti Ku berikan kepada mereka yang saling berkasih sayang di jalan-Ku, saling berkumpul memenuhi panggilan-Ku, saling memberi pada jalan-Ku dan saling berziarah berkunjung karena aku”. (HR. Ahmad, Hakim, Thabrani, Ibnu Hibban, dan Baihaqi dari Mu’az).
Apabila kita ingin dicintai oleh Allah, maka tebarkanlah kasih sayang kepada semua manusia di muka bumi ini terlebih lagi kepada kekasih-Nya. Selain dari Guru Mursyid, kita tidak tahu siapa diantara manusia yang berjalan dimuka bumi ini yang dekat dengan Tuhan dan makbul doanya sehingga tidak ada salahnya kalau kita berbuat baik dan menghargai semua orang sebagai bagian dari ajaran Rasulullah SAW. Bisa jadi orang yang kita lihat secara zahir bisa-biasa saja ternyata dialah orang yang paling dekat dengan Allah.
Berbuat baik dan menebarkan kasih sayang itu ibarat menam tanaman yang baik, semakin lama akan menuai hasil yang baik pula. Sebaliknya, berbuat jahat dan kemungkaran seperti menebarkan api yang akan bisa membakar dan memusnahkan diri sendiri.
Guru saya yang mulia memberikan nasehat, “Jangan pernah kau mendokan orang dengan doa yang buruk, karena kedudukanmu akan buruk pula di mata Tuhan”. Guru sangat melarang kita untuk mendoakan orang agar kena bala atau mendapat musibah, walaupun orang tersebut telaah berbuat jahat kepada kita. “Jika ada orang yang berbuat tidak adil kepada engkau, serahkan kepada Tuhan karena Dia lebih mengetahui hal yang tidak kau ketahui”, demikian nasehat Guru kepada saya.
Cara Nabi membina ummat Beliau zaman dulu kemudian diteruskan oleh para ulama pewaris Beliau sampai sekarang, sehingga tidak mengherankan kita lihat di kalangan pengamal Tarekat terutama yang masih satu Guru, diantara sesama murid benar-benar akrab secara lahir dan bathin. Mereka saling berkasih sayang, saling menghargai satu sama lain. Kedekatan dan keakraban semasa murid Guru bahkan melebihi kedekatan dengan saudara kandung. Memang para murid secara jasmani dilahirkan dari ibu yang berbeda akan tetapi secara rohani mereka “dilahirkan” dari Guru yang sama.
Sesama murid Guru, pada hakikatnya kedudukan kita sama, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah walaupun dalam pandangan zahir terkadang dibedakan dari tahun masuk tarekat, tahun dituakan atau jumlah suluk yang pernah di ikuti. Biarlah Guru dan Allah SWT yang memberikan penilaian terhadap kedudukan kita, sementara tugas kita hanya memperkuat tali persaudaraan sehingga rahmat Allah akan selalu mengalir kepada kita semua. Begitu tingginya nilai persaudaraan dan persahabatan sehingga Allah menjadi orang ketiga diantara dua orang yang bersahabat sebagaimana Firman Allah :
“Aku adalah yang ketiga dari antara dua orang yang bersahabat selama salah seorang diantaranya tidak berkhianat. Bila salah seorang berkhianat kepada temannya, maka aku keluar diantara keduanya.” (HR. Abu Daud dan Hakim dari Abu Hurairah).
Saya mengakhiri tulisan singkat ini dengan mengutip ucapan Guru, “Ilmu ini (Hakikat) hanya bisa turun dengan Kasih Sayang dan kau pun menyampaikannya dengan kasih sayang, tanpa kasih sayang maka ilmu ini tidak akan bisa turun (tidak bisa diajarkan)”. Maknanya, ilmu-ilmu hakikat yang sangat tinggi nilainya hanya bisa turun (mengalir) dari Guru kepada para murid dan dari murid kepada orang lain harus dengan kasih sayang. Itulah sebabnya dalam terekat yang diutamakan bukan zikir atau ibadah akan tetapi Hadap (sopan santun) kepada Guru karena itu merupakan kunci turunnya seluruh ilmu dan karunia Allah SWT.
Langganan:
Postingan (Atom)