Laman

Rabu, 24 Februari 2016

Berdzikir Kepada Allah


عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ (رواه البخاري)، وفي رواية لمسلم عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ - رواه مسلم
Dari Abu Musa Al-Asy'ari ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda ”Perumpamaan orang yang berdzikir mengingat Allah SWT dengan orang yang tidak berdzikir adalah seumpama orang yang hidup dan mati” (HR Bukhari). Dan dalam riwayat Imam Muslim, dari Abu Musa Al-Asy'ari ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan rumah yang dibacakan dzikir di dalamnya dengan rumah yang tidak dibaakan dzikir di dalamnya adalah bagaikan orang yang hidup dan mati.” (HR. Muslim)
Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari hadits ini. Diantara hikmah-hikmah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bahwa Dzikir merambah aspek yang luas dalam diri insan. Karena dengan dzikir, seseorang pada hakekatnya sedang berhubungan dengan Allah. Dzikir juga merupakan makanan pokok bagi hati setiap mu'min, yang jika dilupakan maka hati insan akan berubah menjadi kuburan. Dzikir juga diibaratkan seperti bangunan-bangunan suatu negri; yang tanpa dzikir, seolah sebuah negri hancur porak poranda bangunannya. Dzikir juga merupakan senjata bagi musafir untuk menumpas para perompak jalanan. Dzikirpun merupakan alat yang handal untuk memadamkan kobaran api yang membakar dan membumi hanguskan rumah insan. Demikianlah diungkapkan dalam "Tahdzib Madarijis Salikin".
2. Dari sini dapat diambil satu kesimpulan bahwa tidak mungkin memisahkan dzikir dengan hati. Karena pemisahan seperti ini pada hakekatnya sama seperti pemisahan ruh dan jasad dalam diri insan. Seorang manusia sudah bukan manusia lagi manakala ruhnya sudah hengkang dari jasadnya. Demikian pula dzikir tidak mungkin dipisahkan dengan hati, karena “feel” sentral dari dzikir adalah hati. Sedangkan lisan pada hakekatnya merupakan alat untuk mengekpresikan dzikir.
3. Dengan dzikir ini pulalah, Allah gambarkan dalam Al-Qur'an, bahwa hati dapat menjadi tenang dan tentram. Orang yang banyak berdzikir, ia relatif akan lebih tenang dalam menyelesaikan permasalahan kehidupannya dibandingkan dengan orang yang jarang berdzikir. Allah berfirman (13:28)
الذِّيْنَ آمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan dzikir kepada Allah. Ingatlah bahwa hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenang."
4. Ketenangan (sebagaimana diungkapkan dalam ayat di atas) bukanlah sebuah kata yang tiada makna dan hampa. Namun ketenangan memiliki dimensi yang sangat luas, yaitu mencakup kebahagian di dunia dan di akhirat. Allah SWT ketika memanggil seorang hamba untuk kembali ke haribaan-Nya guna mendapatkan keridhaan-Nya, menggunakan istilah ini: "Wahai jiwa-jiwa yang tenang. Kembalilah kamu pada Rabmu dalam kondisi ridha dan diridhai. Maka masuklah kamu dalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah kamu dalam surga-Ku." (Al-Fajr, 27-30). Maka marilah kita menjadi jiwa-jiwa yang tenang, yang kelak akan menerima panggilan mesra dari Allah SWT tersebut..
5. Dzikir memiliki banyak keistimewaan yang teramat penting guna menjadi bekalan kehidupan yang akan dilalui. Salah seorang salafuna saleh ada yang mengatakan, "Lisan yang tidak berdzikir adalah seperti mata yang buta, seperti telinga yang tuli dan seperti tangan yang lumpuh. Hati merupakan pintu besar Allah yang senantiasa terbuka antara hamba dan Rabnya, selama hamba tersebut tidak menguncinya sendiri." Adalah Syekh Hasan al-Basri, mengungkapkan dalam sebuah kata mutiara yang sangat indah:
تَفَقَّدُوْا الْحَلاَوَةَ فيِ ثَلاَثَةِ أَشْيَاءٍ : فِي الصَّلاَةِ، وَفِي الذِّكْرِ وَفِي قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ، فَإِنْ وَجَدْتُمْ…. وَإِلاَّ فَاعْلَمُوْا أَنَّ اْلبَابَ مُغْلَقٌ
"Raihlah keindahan dalam tiga hal; dalam shalat, dalam dzikir dan dalam tilawatul Qur'an, dan kalian akan mendapatkannya…. Jika tidak maka ketahuilah, bahwa pintu telah tertutup."
6. Dzikir merupakan ibadah hati dan lisan, yang tidak mengenal batasan waktu. Bahkan Allah memberikan gelar ulil albab, kepada mereka-mereka yang senantiasa menyebut Rabnya, baik dalam keadaan berdiri, duduk bahkan juga berbaring. Oleh karenanya dzikir bukan hanya ibadah yang bersifat lisaniah, namun juga qolbiah. Imam Nawawi menyatakan bahwa yang afdhal adalah dilakukan bersamaan di lisan dan di hati. Sekiranyapun harus salah satunya, maka dzikir hatilah yang lebih afdhal. Meskipun demikian, menghadirkan maknanya dalam hati, memahami maksudnya merupakan suatu hal yang harus diupayakan dalam dzikir. Beliau mengemukakan:
المُرَادُ مِنَ الذِّكْرِ حُضُوْرُ الْقَلْبِ ، فَيَنْبَغِيْ أَنْ يَكُوْنَ هُوَ مَقْصُوْدُ الذَّاِكرِ فَيَحْرُصُ عَلَى تَحْصِيْلِهِ ، وَيَتَدَبَّرَ مَا يَذْكُرُهُ ، وَيَتَعَقَّلَ مَعْنَاهُ…
"Yang dimaksud dengan dzikir adalah menghadirkan hati. Seyogyanya hal ini menjadi tujuan dzikir, hingga seseorang berusaha merealisasikannya dengan mentadaburi apa yang dilafadzkan dalam dzikirnya, serta memahmi makna yang dikandungnya…"
7. Dari sinilah muncul perbedaan pendapat mengenai dzikir dengan suara keras, atau dengan suara pelan. Masing-masing dari kedua pendapat ini memiliki dalil yang kuat. Dan cukuplah untuk menegahi hal ini, firman Allah dalam sebuah ayat:" Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu" (Al-Isra', 17:110)
Meskipun teks ayat di atas dimaksudkan pada bacaan shalat, namun ada juga riwayat lain yang menunjukkan bahwa dzikir dan doa juga termasuk yang dimaksudkannya juga.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Sirin, "bahwa Abu Bakar senantiasa mengecilkan suaranya dalam shalat, sedangkan Umar mengeraskan suaranya. Hingga suatu ketika Abu Bakar ditanya mengenai pelannya suara, beliau menjawab, "Aku bermunajat kepada Rabku, dan Allah telah mengetahui keperluanku." Sementara Umar menjawab, "Aku mengeraskannya untuk mengusir syaitan dan menghancurkan berhala." Maka tatkala turun ayat ini, dikatakan kepada Abu Bakar agar mengeraskan sedikit suaranya dan kepada Umar agar dikecilkan sedikit suaranya."
“Asy’ast berkata dari Ikrimah dari ibnu Abbas, bahwa ayat ini turun pada permasalahan doa. Demikian juga Imam Sufyan al-Tsauri dan Malik meriwyatkan dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Aisyah ra, bahwa ayat ini turun pada permasalahan doa.”
8. Doa merupakan bagian dari dzikir. Kemudian terlepas dari "jahr" dan "sir", yang paling penting adalah bagaimana hati dan lisan tidak pernah kering dari dzikrullah. Maka marilah kita bersama-sama meningkatkan dzikir kita kepada Allah SWT. Mudah-mudahan dengan dzikir, Allah SWT akan memudahkan segala urusan, usaha dan segala aktivitas kita.. Amiiin.

Menggapai Naungan Ilahi


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ اْلإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ - متفق عليه
Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda ” Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah pada hari tiada naungan selain nauangan-Nya. (Mereka adalah) pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, orang yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah sehingga mereka bertemu dan berpisah karena Allah, laki-laki yang diajak berbuat zina oleh seorang perempuan yang memiliki kedudukan dan kecantikan lalu ia menjawab, “Sesungguhnya aku takut kepada Allah', orang yang bershadaqah dan merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui yang dsihadaqahkan tangan kanannya, dan orang yang mengingat Allah di saat sendiri samapi kedua matanya basah dengan air mata.” (Muttafaqun Alaih)
Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari hadits ini. Diantara hikmah-hikmah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bahwa kelak ketika manusia dikumpulkan di padang mahsyar, Allah SWT akan memberikan perlindungan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Dimana pada saat tersebut, tidak ada yang dapat memberikan pertolongan, perlindungan, atau apapun juga yang dapat meringankan manusia, selain perlindungan dan pertolongan dari Allah SWT. Imam Nawawi memberikan syarah terhadap hadits di atas :
والمراد يوم القيامة إذا قام الناس لرب العالمين ودنت منهم الشمس واشتد عليهم حرها
Bahwa yang dimaksud adalah pada hari kiamat, ketika manusia dibangkitkan dihadapan Allah Rabul Alamin, dan didekatkan matahari kepada mereka dimana panasnya amat terik kepada mereka (Al-Minhaj Fi Syarh Shahih Muslim bin Hajjaj)
2. Mereka yang kelak akan mendapatkan naungan Allah SWT (sebagaimana yang disebutkan dalam hadtis di atas), adalah 7 golongan, yaitu 1. pemimpin yang adil, 2. pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, 3. orang yang hatinya terpaut dengan masjid, 4. dua orang yang saling mencintai karena Allah, 5. laki-laki yang tidak mau diajak berzina karena takut kepada Allah, 6. orang yang menyembunyikan shadaqahnya dan 7. orang yang berdoa kepada Allah di saat sendiri, lalu menetes airmatanya lantaran takut kepada Allah SWT.
3.#1 : Golongan pertama yang akan mendapatkan naungan Allah SWT adalah seorang pemimpin yang adil. Pemimpin yang adil adalah pemimpin yang tidak berbuat dzalim, dan senantiasa berusaha untuk berbuat baik kepada siapapun, sesuai dengan rambu-rambu Al-Qur'an dan sunnah. Walaupun memang pada dasarnya Islam memandang bahwa setiap orang adalah pemimpin (lihat taujihat No 001). Namun pemimpin yang dimaksud dalam hadits ini adalah pemimpin yang memiliki tugas dan wewenang untuk memimpin sekumpulan atau banyak orang. Menguatkan hal tersebut, Rasulullah SAW bersabda “Tidaklah seorang hamba yang Allah berikan amanat kepadanya berupa rakyat yang dipimpinnya kemudian ia meninggal dunia dan pada saat ia meninggal ia berbuat kecurangan terhadap rakyatnya, maka Allah akan haramkan baginya surga” (HR. Muslim)
4.#2 : Golongan kedua adalah pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah Swt. Artinya seseorang yang menjaga masa mudanya dalam ibadah kepada Allah SWT, serta tidak menggunakan masa mudanya untuk berfoya-foya, atau melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan agama, sehingga ia gunakan masa mudanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
5.#3 : Golongan ketiga adalah pemuda atau seseorang yang hatinya terpaut dengan masjid. Karena masjid merupakan sentra kegiatan Islam, dimana didalamnya berkumpul orang-orang yang memiliki tujuan dan orientasi satu, yaitu mengharap keridhaan Allah SWT. Dalam sebuah riwayat lainnya Rasulullah SAW pernah bersabda, Apabila kalian melihat pemuda yang menekuni masjid, maka saksikanlah bahwa ia adalah orang yang (benar-benar) beriman.” (HR. Turmudzi & Ahmad)
6.#4 : Golongan keempat adalah dua orang (pemuda) yang saling mencintai karena Allah, mereka bertemu karena Allah dan mereka berpisah juga karena Allah. Artinya dua orang pemuda tersebut adalah pemuda yang sama-sama memiliki keimanan kepada Allah, berjuang di jalannya, serta beraktivitas untuk menegakkan kalimatullah. Dua orang disini bukanlah dua orang yang berlainan jenis yang saling mencintai lalu kemudian menikah. Namun mereka adalah dua orang pemuda yang sama-sama beraktivitas untuk menggapai ridha Allah, dimana mereka bertemu dan berpisah hanya karena Allah SWT, untuk menegakkan kalimatullah.
7.#5 : Golongan kelima adalah laki-laki yang diajak berbuat zina oleh seorang perempuan yang memiliki kedudukan dan kecantikan lalu ia menjawab, “Sesungguhnya aku takut kepada Allah”. Artinya ia adalah seorang pemuda yang menjaga kehormatan diri dan agamanya, serta berusaha untuk menghindarkan diri dari kemaksiatan, khususnya terkait kemaksiatan dengan lawan jenisnya, bahkan ketika diajak berbuat maskiat oleh wanita yang cantik dan memiliki kedudukan sekalipun. Karena fitnah lawan jenis merupakan fitnah yang paling dahsyat. Dan ia meninggalkan hal tersebut, karena semata-mata takut kepada Allah SWT. Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih besar bagi kaum laki-laki, dibandingkan dengan fitnah wanita.” (Muttafaqun Alaih).
8.#6 : Golongan keenam adalah orang yang bershadaqah dan merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui yang dsihadaqahkan tangan kanannya. Artinya bahwa ia merupakan ahli shadaqah yang senantiasa menyisihkan sebagian rizkinya untuk berinfak dan shadaqah dalam setiap keadaan. Kemudia ia pun berusaha menjaga keikhlasannya dalam bershadaqah. Sehingga demikian menjaganya, hingga diibaratkan bahwa seolah tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dishadaqahkan oleh tangan kanannya.
9.#7 : Golongan ketujuh adalah orang yang mengingat Allah di saat-saat sedang sendiri sampai kedua matanya basah dengan air mata. Ini merupakan tanda keimanan yang mendalam bagi seorang mu'min, yaitu ketika ia dapat menangis seorang diri di tengah kesunyian dan keheningan malam, lantaran takut kepada Allah SWT. Pernahkan kita mengalami hal seperti ini, meneteskan airmata di saat sunyi dan sendiri? Jika sudah pernah, maka bersyukurlah karena ini merupakan tanda keimanan. Namun apabila belum pernah, maka segeralah meminta ampunan kepada Allah SWT..
10.Ketujuh golongan diatas merupakan kelompok-kelompok orang yang kelak akan mendapatkan naungan dan perlindungan dari Allah SWT di hari tiada naungan dan pertolongan kecuali naungan dan pertolongan dari Allah SWT. Maka marilah kita hiasi diri kita dengan ketujuh sifat di atas. Walaupun menurut para ulama, jumlah tujuh sebagaimana yang disebutkan dalam hadits diatas bukanlah pembatasan. Karena dalam riwayat lainnya masih terdapat golongan lain yang mendapatkan naungan Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam riwayat berikut :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ لَهُ أَظَلَّهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تَحْتَ ظِلِّ عَرْشِهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ - رواه الترمذي
Dari Aisyah ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menangguhkan hutang orang yang sedang kesulitan, atau membebaskannya dari hutangnya, maka Allah akan menaunginya nanti pada hari kiamat, di bawah naungan Arsy'-Nya, di saat tiada naungan melainkan hanya naungan-Nya.” (HR. Turmudzi)

KESOMBONGAN QORUN

Qarun (Bahasa Arab قارون ) adalah salah seorang sepupu Nabi Musa, berasal dari Bani Israel. Qarun disebut dalam Al-Quran sebanyak empat kali, dua kali di surah Al-Qasas, satu kali di surah Al-'Ankabut dan satu kali di surah Al-Mu’min.Qarun adalah orang yang sering memakerkan kekayaan.
Qarun adalah sepupu Nabi Musa, anak dari Yashar adik kandung Imran ayah Nabi Musa. Baik Nabi Musa maupun Qarun masih keturunan Yaqub, karena keduanya merupakan cucu dari Quhas putra Lewi, Lewi bersaudara dengan Yusuf anak dari Yaqub, hanya berbeda ibu. Silsilah lengkapnya adalah Qarun bin Yashar bin Qahit/ Quhas bin Lewi bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim.
Awal kehidupan Qarun sangatlah miskin dan memiliki banyak anak. Sehingga pada suatu kesempatan ia meminta Musa untuk mendoakannya kepada Allah, yang ia pinta adalah kekayaan harta benda dan permintaan tersebut dikabulkan oleh Allah. Dikisahkan pula dalam Al-Qur'an dia juga sering mengambil harta dari Bani Israel yang lain dan dia memiliki ribuan gudang harta melimpah ruah, penuh berisikan emas dan perak.
Setelah menjadi kaya raya, Qarun menjadi orang yang sombong dan suka pamer. Orang-orang kaya biasanya menyimpan kunci harta mereka dalam tempat rahasia agar tidak diketahui orang lain. Qarun bisa saja membuat sebuah tempat besar yang tersembunyi untuk menampung kunci-kuncinya, tapi dia tidak melakukannya karena dia ingin menunjukkan kekuatan dan kekuasaannya.
Jadi kebiasaannya adalah membawa sepuluh orang kuat kemanapun dia pergi. Kesepuluh orang ini adalah pria-pria perkasa yang berotot kekar. Mereka mengikuti Qarun kemanapun dia pergi hanya untuk membawakan kunci-kuncinya. Meskipun sudah dibawa sepuluh orang pria perkasa, tetap saja mereka merasa bahwa kunci-kunci Qarun terasa berat.
Kebiasaan Qarun yang lain adalah dia selalu mengenakan pakaian yang berbeda setiap kali keluar rumah. Pakaian-pakaiannya merupakan jubah-jubah mewah yang paling mahal di zaman itu. Dia juga punya banyak kuda, punya tentara pribadi, punya bodyguard, punya banyak istana, dan harta benda. Tidak terhitung jumlah kekayaan yang diberikan Allah kepadanya.
Qarun juga bisa memainkan orang-orang, dia bisa melakukan apapun karena punya kekuatan. Fir’aun adalah teman baik Qarun. Jika ada seseorang yang punya masalah dengannya, Qarun tinggal memberitahu Fir’aun maka habislah orang itu. Dia bisa membuat seseorang menjadi budak jika dia mau. Jadi tak seorang pun berani dengan Qarun. Dia adalah seorang tiran yang dijadikan Allah sebagai contoh di dalam Al-Qur’an.
Pada suatu hari, Qarun memilih pakaian terbaiknya. Kemudian dia pergi ke pekarangan istananya yang luas dan dia berjalan-jalan sambil memilih-milih kudanya. Akhirnya pandangannya tertuju ke salah satu kuda miliknya sembari tangannya menunjuk. Dia berkata kepada pelayannya “Kuda itu yang disana! Kuda yang memiliki bulu paling putih. Aku ingin menaiki kuda itu sekarang!” Mereka menghias kuda itu dengan berbagai macam pernak-pernik. Andaikan orang-orang di jalan melihat kuda putih itu, tentu mereka akan terkagum-kagum melihatnya. Jadi dia menaiki kuda putih itu dan berkata: “Tentara-tentaraku! Datanglah kemari!” Kemudian dia menunjuk tentara-tentara terbaiknya. Lalu tentara-tentara itu berbaris mengikutinya dari belakang. Kemudian dia menunjuk sepuluh orang pria kekarnya dan berkata “Bawalah SEMUA harta-hartaku! Hari ini aku ingin menunjukkan harta-hartaku pada orang-orang. Bawa semua emas, perak, perunggu, barang-barang mewahku, koleksi pribadiku, dan yang lainnya. Aku ingin kalian membawa semuanya. Bahkan kalian para tentara juga harus membawanya! Ketika kita lewat, aku ingin semua orang terkagum-kagum melihat banyaknya hartaku.”
Jadi dia membawa semua harta karunnyaa, ada begitu banyak rubi, permata, mutiara, emas, dan perhiasan dalam berbagai bentuk. Ketika dia berparade keliling kota dari istananya, orang-orang di jalan melihatnya. Dan orang-orang yang menginginkan yang hanya menginginkan dunia ini berkata “Lihatlah semua ini. Andai saja kita mempunyai apa yang Qarun miliki.” Mereka sangat menginginkan harta itu. Bayangkanlah, seluruh kota menyaksikannya. Di antara mereka juga ada ahli agama. Mereka berkata “Jangan meminta seperti itu! Celakalah kamu! Sesungguhnya apapun yang Allah berikan kepadamu sudah cukup.”
Jadi ketika Qarun keluar membawa semua hartanya dan orang-orang di jalan melihatnya dengan terkagum-kagum, Ada orang di sisi kanan dan ada di sisi kiri, sedangkan parade Qarun berada di tengah-tengahnya. Ketika dia merasakan keangkuhan yang tertinggi dan berpikir “Wow, inilah diriku!”
Tiba-tiba Allah memerintahkan bumi untuk menelannya! Jadi tiba-tiba bumi bergemuruh. Kemudian jalanan mulai retak. Kemudian retakan itu semakin membesar sehingga terciptalah sebuah lubang yang menganga. Lubang yang besar itu menelan Qarun beserta semua tentaranya, kunci-kuncinya, hartanya, bahkan Allah memerintahkan bumi untuk menelan istananya! Dan orang-orang yang sedang mengamati, beberapa dari mereka berlarian, tapi pada akhirnya mereka sadar bahwa bumi hanya menelan Qarun dan hartanya. Kemudian bumi kembali seperti semula seakan-akan tidak ada yang terjadi. Orang-orang sangat terkejut. Allah telah menunjukkan kepada orang-orang dan Qarun tentang siapa Raja yang sesungguhnya.
”Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: ‘Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri’. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.” ”Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”.
Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar.” Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu. berkata: “Aduhai. benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (ni`mat Allah).” Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Qashash: 76-83)

RASULULLAH DAN ANAK YATIM


Pada suatu pagi di hari raya Idul Fitri, Rasulullah SAW bersama keluarganya dan beberapa sahabatnya seperti biasanya mengunjungi rumah demi rumah untuk mendo’akan para muslimin dan muslimah agar merasa bahagia di hari raya itu. Alhamdulillah, semua terlihat merasa gembira dan bahagia di Hari Raya Ied tersebut, terutama anak-anak. Anak-anak bermain sambil berlari-lari kesana kemari dengan mengenakan pakaian hari rayanya. Namun tiba-tiba Rasulullah saw melihat di sebuah sudut ada
seorang gadis kecil sedang duduk bersedih. Ia memakai pakaian tambal-tambal dan sepatu yang telah usang. Rasulullah saw lalu bergegas menghampirinya. Gadis kecil itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya, lalu menangis tersedu-sedu. Rasulullah kemudian meletakkan tangannya yg putih sewangi bunga mawar itu dengan penuh kasih sayang di atas kepala gadis kecil tersebut, lalu bertanya dengan suaranya yang lembut :
“Anakku, mengapa engkau menangis? Bukankah hari ini adalah hari raya?”
Gadis kecil itu terkejut bukan kepalang. Tanpa berani mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang bertanya, perlahan-lahan ia menjawab sambil bercerita :
“Pada hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama orang tuanya dengan berbahagia. Semua anak-anak bermain dengan riang gembiranya. Aku lalu teringat pada Ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika itu hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikan aku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia. Lalu suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah membela Islam dan kemudian ia meninggal. Sekarang ayahku sudah tidak ada lagi Aku telah menjadi seorang anak yatim. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu untuk siapa lagi?”
Setelah Rasulullah saw mendengar cerita itu, seketika hatinya diliputi kesedihan yang mendalam. Dengan penuh kasih sayang beliau membelai kepala gadis kecil itu sambil berkata:
“Anakku, hapuslah air matamu…Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan aku katakan kepadamu…. Apakah kamu ingin agar aku Rasulullah menjadi ayahmu? Dan apakah kamu juga ingin Ali menjadi pamanmu?. Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu?….dan Hasan dan Husein menjadi adik-adikmu? dan Aisyah menjadi ibumu ?. Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?”
Begitu mendengar kata-kata itu, ia langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan penuh takjub orang yang berada tepat di hadapannya. Gadis yatim kecil itu sangat tertarik pada tawaran Rasulullah SAW, namun entah mengapa ia tidak bisa berkata sepatah katapun. Ia hanya dapat menganggukkan kepalanya perlahan sebagai tanda persetujuannya.

Hakikat Mencapai Maqam Zikir Nafas

Menjabarkan Rahasia NAFAS , Rahasia Kaitan Nafas dengan Roh - Rahasia Roh dengan Nyawa - Roh Dengan Hayat Dari Allah - Rahasia Nafas dan Perjalan Roh. Kaedah Menggunakan Al Quran , Sunah [ Hadist AL Qudsi - Hadist Sohih Nabu SalaAllahu Alaihi Wasalam].

Mengenali Rahasia Diri dan Pernafasan melalui ILMU,TEKNIK PERNAFASAN & TAFAKUR. "Membina kekuatan Emosi , Spiritual , jiwa, mental dan Pengharmonian dan penyembuhan Mutlak secara Menyeluruh penyakit zahir dan batin"

Firman Allah s.w.t"Maka ingatlah kepada-Ku, nircaya Aku ingat kepadamu (bersama dan melindungi hambaNya)..."(al-Baqarah:152)

Kita semua kenal cara berzikir kepada Allah , Tetapi bagaimana bisa kita mengetahui Bahwa Allah Mengingat kita seperti Janji Allah dalam Surah dan ayat di atas. Jika tidak tahu , kita akan rasa letih , bosan , dan tidak menemui kemanisan , kenikmatan dalam berzikir karena hakikatnya hanya " ONE WAY " saja. Bukan Two way.

Tenaga , Amalan , Niat , Hajat, berzikir adalah tenaga dari Illahi, ia mempunyai cahaya yang datang dari alam Lahut - Alam Rabbaniyah. Aura dan Cahaya Energi zikir akan menyucikan diri dari segala kotoran pada Minda dan qalbi secara bertahap sehingga Qalbu nya akan mengeluarkan cahaya alam Lahut yang tertutup dan terhijab selama ini disebabkan keruhnya dan kotornya perjalanan hidup. Cahaya yang di maksud adalah Cahaya dari Allah yang mengeluarkan Hamba Nya yang berzikir. Cahaya ini akan bersinar dan meningkatkan frekuensi cahaya pada qalbu dan seterusnya mengeluarkan segala AURA , Kebangkitan , Semangat Kerohanian, tenaga yang tinggi pada jiwa , menggantikannya dari sifat (mazmumah) ke Qalbu bersifat Radhiyah dan Muthmainah. Ia juga akan bergerak menguatkan Ruh Sultani yaitu cahaya akal sehingga akalnya mempunyai daya ketahanan yang kuat, berfikir tajam dan kreatif.

Zikir NAFAS yang digabungkan dengan teknik pernafasan ISMUL DZAT - ISMUL AZHOM yang betul, atau disebut oleh ahli Muqarabun sebagai zikir nafas, akan memberikan kesan yang lebih hebat. Imam Ghazali mengatakan zikir yang dilakukan dengan cara menahan nafas akan mempercepatkan proses penyucian hati (membakar mazhumah) dan membina semangat Rohani yang tinggi ini telah di buktikan dan di tulis sebagai testimony oleh banyak peserta program TEKNIK ZIKIR NAFAS kami.

Banyak faedah dari aspek fisik dan rohani yang dapat dicapai dengan cara pernafasan yang benar, pernafasan secara fisikal membawa kebaikan kepada jantung , sistem pernafasan dan pernafasan secara rohaniah membawa kebaikan kepada Minda , Qalbu dan Jiwa secara menyeluruh.Pernafasan yang benar akan memaksimumkan penyerapan oksigen yang amat penting dalam kehidupan dan kesehatan manusia. Kekurangan oksigen menyebabkan seseorang mudah terserang berbagai penyakit. Zikir Nafas juga dapat menjaga dari gangguan halus semacam sihir ataupun jin.

(Zikir Nafas)

Makhluk hidup pasti mempunyai nafas, melihat, mendengar, merasa dan ini semua termasuk di dalam Sifat al hayat dan Sifat Tubuh yang bernyawa. Seorang insan bisa hidup tanpa mata, telinga, tangan dan anggota tubuh yang lain tetapi kita tidak bisa hidup tanpa nafas. Kita boleh berjalan, berkata-kata dan melakukan apa saja, ini semua berlaku karena qodrat dan iradat Allah. Memahami Qodrat dan Iradat Allah wajib di fahami melalui TAKLUK dari SIfat Maani
Sifat Takluk Thatheera
Sifat Takluk Inkhisafiyah
Sifat Takluk Dalilah
Ketahuilah bahwa nafas berada di dalam qodrat dan iradat Allah. Insan yang berakal wajib mengenal Allah dan Maha Pencipta dengan Penyerahan Nafas ini setiap saat kepada Allah. Jika tidak, kita belum lagi mengenal Allah dengan secara hakiki dan juga secara konsisten.

Dari mana datangnya Nafas? Dengan cara apa datangnya Nafas ini ke dalam diri kita dan juga kedalam setiap daun , setiap semut , dan juga kedalam setiap mahkluk yang hidup dan di semua alam?

Untuk mengetahuinya kita harus kembali pada asal kejadian kita yaitu diantara pertalian ibu dan anaknya. Mulai terjadi benih diperut ibu pada bagian PUSAT. Di situlah mulainya nafas dan dari situ mulailah benih itu membesar menjadi anggota tubuh yang sempurna.Dimanakah letaknya rahasia pengenalan diri kita yang sebenarnya di alam fisikal ini?

Untuk mencapai kemaqam tersebut ada 5 tahap atau latihan yang perlu kita lakukan.

- Menfanakan diri (mematikan diri)
- Mengenal Diri Asal - Mengenal Diri Di Alam Fanaa ini
- Menyamakan diri dalam afal Allah (perbuatan Allah)
- Menyamakan diri dalam ilmu Allah (pengetahuan Allah)

Pengetahuan Allah amat luas dan tidak terbatas.

Kalau Dia tidak berpengetahuan, mungkinkah terjadi segala sesuatu ini? Tentu tidak akan terjadi.Mustahil kalau Allah itu TIDAK MAHA BIJAKSANA .Adapun pengetahuan manusia makhluk tetap terbatas dan penuh dengan kejahilan dan segala pengetahuan yang ada pada Insan hanya setetes dalam lautan ILMU dan segala ILMU yang wujud atau yang termaktub dalam Lauhul Mahfuz adalah setetes dalam ILMU Khazanah Robbul Alamin. Allah Yang Maha Ada, justru Dialah yang mencipta akal dan pengetahuan dan seluruh semesta. Seluruh Akal dan lautan intelektual disisi Allah seperti sebutir pasir saja. Begitu Mulia , Agung , Besar Nya Allah dan MAHA TINGGI dalam segala aspek.

Dan kunci/pokoknya amalan ini ialah: La haulawala quwwata illabillahi aliyyil azhim

Tahap Pertama

Matilah sebelum kamu di matikan.Janganlah kamu hidup seperti orang yang bodoh , bangkai yang berjalan , tanpa menyadari Hayat dan Kekuatan itu segala nya adalah Kepunyaan Allah dengan Mutlak.Allah tidak pernah dan tidak akan mengkongsikan kekuatan Nya atau sifat Nya dengan siapapundi alam ini baik di alam fana atau di alam baqaa.

Tahap Kedua

Mengiktikadkan Bahwa semua kuasa dan qodrat yang terdapat di dalam diri dan di luar diri bukan milik kita tetapi Qodrat Allah [ Mengiktikadkan Tauhid - Bukan dengan Hululiyyah - Tasbih Munsah - Itihad tetapi Tauhid yang iktikadkan dalam Al Quran dan Hadis Sohih Nabi Muhammad SalaAllahu Alaihi Wasalam.] Kembali pada pokoknya La halauwala quwata illabillahi aliyil azhim. Bahwasanya apa saja gerakan yang berlaku pada diri kita, bukan lagi gerakan kita tapi adalah qudrat dan iradat Allah.

Tahap 3

Mengenali melalui ILMU Tauhid dan ILMU Marifat dengan pengenalan bahwa segala ILMU yang wujud dalam diri kita adalah pemberian dari Allah. (LA HAULA WA LA QUWWATA ILLA BILLAHIL-ALIYYIL AZHIM) Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan(daya dan kekuatan) Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.
Hadis Rasulullah Sala Allahu Aalaihi Wasalam
LA TATAHARRAKU DZARRATUN ILLA BI IDZNILLAHI.
Tidak bergerak satu zarrah juapun melainkan atas izin Allah.

Untuk mencapai tahap yang sempurna harus perbanyakanlah kita BERZIKIR NAFAS dan berlatih dalam Mengenal Allah dengan TAUHID Yang Benar dari padangan Wali-Wali Allah , karena semakin kita dekat dengan Allah semakin tinggi penyerahan diri ini kepada NYA.Keluarkanlah segala sifat -sifat negatif , tinggalkan pikiran negatif dan jangan berkomunikasi dengan syaitan dan nafsu , walaupun sesaat. Tinggalkanlah sifat sombong, riya, takabur, hasut, dengki di dalam diri kita karena itu adalah sifat-sifat syaitan. Serahkan segala-galanya pada Allah karena kita adalah manusia yang lemah yang tiada daya dan kekuatan.

Selasa, 23 Februari 2016

Pentingnya Seorang Guru (Spiritual)


“Barang siapa yang menuntut ilmu tanpa bimbingan Syekh (Guru Mursyid) maka wajib setan Gurunya” (Abu Yazid al-Bisthami). Ucapan tokoh besar sufi diatas di khususkan untuk yang berhubungan dengan kerohanian, mistik dimana jika kita belajar tanpa ilmu maka setan akan mudah menyusup dalam setiap ilmu yang kita pelajari. Tidak ada Guru menyebabkan tidak ada yang menegur, membimbing dan mengarahkan agar kita agar tetap berada di jalan yang benar. Betapa banyak orang menerima ilmu gaib dari sumber-sumber yang tidak jelas, baik Guru maupun asal ilmu. Ada orang menerima ilmu sakti dari mimpi, didatangi sosok yang mengaku sebagai wali Allah kemudian diajarkan ilmu tertentu dan biasanya berupa ayat-ayat yang harus diamalkan, kemudian dia menjadi sakti. Kesaktian yang diperolehnya tersebut kemudian dibungkus dengan ibadah-ibadah, penampilan yang shaleh, untuk memikat banyak orang agar mau mengikuti jalannya yang keliru. Lebih parah lagi, dia tidak menyadari kalau yang diamalkan itu berasal dari setan.. Setan membuat jebakan-jebakan gaib yang diawalnya Nampak benar tapi akhirnya membawa kita kepada kesesatan. Manusia suka cepat, instan, tidak perlu bersusah payah langsung ingin dapat hasil. Karena itu setan menawarkan bukan yang instan juga, tidak perlu bersusah payah zikir di tarekat tapi langsung menawarkan kepada makrifat. Makrifat yang instan itu perlu dipertanyakan kebenarannya. Jangan kita silap, Iblis sebagai mantab malaikat bukan hanya bisa keluar masuk surga tapi bahkan dia bisa mengcopy paste bentuk surga dan kemudian menawarkan kepada manusia. Ada yang memperoleh kesaktian dari amalan-amalan ayat-ayat Al-Qur’an, dan yang lain-lainnya. Apakah kehebatan yang dia peroleh tersebut murni? Atau kekuatan yang diperolehnya melalui setan? Disinilah pentingnya kita mempunyai Guru Pembimbing, yang sudah mencapai tahap Makrifatullah, seorang Guru yang Arifbillah, sudah sangat berpengalaman melewati jalan kepada Tuhan sehingga bisa memberikan kepada kita pentunjuk agar bisa selamat sampai ke tujuan. Tidak cukup hanya dengan mambaca AL-Qur’an dan menghapal hadist serta memiliki kecerdasan untuk bisa berkenalan dengan Allah SWT. Untuk membuktikan bahwa Allah ada diperlukan dalil Aqli (Akal) dan Dalil Naqli (Ayat-ayat) akan tetapi untuk bisa sampai kehadirat-Nya tidak cukup hanya dengan dalil, anda memerlukan pembimbing rohani yang akan membimbing anda agar sampai kehadirat-Nya. Itulah sebabnya kenapa orang yang hanya belajar dari bacaan akan memperoleh hasil berupa bacaan pula. Sementara orang yang belajar dari seorang Guru yang Ahli akan memperoleh hasil yang berwujud, sesuai dengan apa yang telah dijanjikan Allah di dalam Al-Qur’an. Jangankan ilmu berkomunikasi dengan Allah, ilmu makrifatullah yang sangat halus dan tak terhingga hebatnya, ilmu biasapun anda harus mempunyai Guru yang ahli. Kita bisa mempelajari ilmu ekonomi dari bacaan akan tetapi kita tidak akan bisa menjadi seorang sarjana ekonomi hanya dengan membaca. Kira memerlukan Guru (Dosen) yang akan membimbing, menguji, sehingga anda diakui sebagai seorang Sarjana. Begitu juga dengan ilmu kedokteran, anda bisa memperoleh ilmu-ilmu tentang kedokteran dengan cara membaca buku-buku yang diajarkan di fakultas kedokteran, akan tetapi anda tidak akan pernah bisa menjadi dokter atau diakui sebagai dokter jika anda tidak mempunyai Guru (dosen) yang akan membimbing dan menguji kita. Kalau kita memaksakan diri menjadi dokter (tanpa menuntut ilmu dari yang ahli) maka kita akan menjadi dokter gadungan yang akan menyusahkan banyak orang. Orang yang mengatakan bisa makrifatullah (mengenal Allah) hanya dengan membaca saja dan kemudian mengingkari posisi penting Guru Mursyid tidak lain karena kesombongannya semata. Memang anda akan mengetahui banyak ilmu tentang ayat-ayat, dalil-dalil, teori-teori akan tetapi anda tidak akan bisa memperoleh “rasa” bertuhan hanya dengan sekedar membaca. Guru Mursyid yang akan membimbing kita adalah orang yang telah memperoleh pengakuan dari Guru sebelumnya, dan Guru sebelumnya telah memperoleh juga pengakuan dari Guru sebelumnya, secara sambung menyambung sampai kepada Rasulullah SAW. Hakikatnya, Rasulullah SAW lah atas izin Allah yang memberikan ijazah kepada Guru Mursyid untuk mengajar para murid-muridnya diseluruh dunia agar bisa mengenal Allah dengan sebenar kenal sebagaimana Rasulullah membimbing ummat di zaman ketika Beliau masih hidup. Terakhir, anda bisa mengetahui tentang riwayat hidup Rasulullah SAW dengan membaca hadist-hadist dan sejarah hidup Beliau yang banyak ditulis oleh para ahli, akan tetapi untuk bisa berhampiran, akrab dan mesra dengan Rasulullah, rohani kita harus ada yang menuntun berhampiran dengan rohani Rasulullah yang hidup disisi Allah, sehingga setiap saat Rasul begitu dekat dengan kita, mengisi hidup kita dan selalu dihati kita walaupun jarak antara kita dengan Rasulullah dipisah berabad-abad. Demikian!

QOLBU..


Syekh Abdul Karim Ibnu Ibrahim Al Jaili [1366M - 1430M]
Qalbu adalah Singgasana Allah
Pusat kendali diri setiap manusia
Landasan penampakkan Al Haq
Ranah hamparan kasih rahmatNya

Ia adalah cerminan hakikatNya
Mikroskop nilai keluhuranNya
Wadah penampung kalamNya
Jaring penangkap isyarat-isyaratNya
Ia dianalogikan dengan cahaya
Diurai dengan huruf-huruf Qur’ani
Ia laksana, minyak dan lampu
Dalam Misykat serta kaca menyala
Ia mudah terbalik dan pongah,
Qalbu yang ingat mulia, yang lalai nista,
Ia kadang bersinar, kadang gelap,
Ia menyinari jagad diri dan kehidupan,
Qalbu didatangi DutaNya untuk
Dipersiapkan menerima tugas ketuhanan
Qalb suci bermoral malaikatNya
Qalbu kotor berkarakteri setan terlaknat
Qalbu adalah penanda setiap insan
Adakah ia manusia baik atau buruk
Ia merupakan pundit rahasia batin
Samudera pengetahuan setiap manusia
Ia kunci pembuka keagunganNya
Pintu pembentang rahasia-rahasiaNya
Itulah wajah hakiki qalbumu yang sesungguhnya
Simpanlah rahasia batinmu, kau akan melihat rahasiaNya
Kebahagiaan dunia bisa diraih dengan jejak kaki
Kebahagiaan hakiki akhirat hanya bisa ditempuh dengan qalbu
Penyingkapan Agung dan tirai Makrifat terbuka oleh “laku“ qalbu
Rapor kebaikan dan keburukan setiap insani berdasar “laku“ qalbu
Manusia yang membiarkan kalbunya penuh noda hati
Selamanya tidak akan merasakan penyingkapan rahasia AgungNya
Qalbu adalah perbendaharaan agung
Modal utama setiap manusia menujuNya
Insan yang tidak memuliakan kalbunya
Akan menuai keburukan abadi di sisiNya
Qalbu adalah landasan pacu hakikat
Nilai hakiki tidak akan landing di qalbu yang kotor
Qalbu yang tidak suci berlumur hijab
Qalbu yang terhijab tidak akan Makrifatullah
Qalbu adalah media Wushul da Qurb
Keintiman denganNya juga dengan “laku“ qalbu
Hakikat kebaikan bersendikan qalbu
Kebaikan yang tidak bernurani, adalah busuk
Ilham suciNya turun di qalbu suci
Qalbu buruk adalah landasan bisikan jahat setan
Muara “laku“ qalbu adalah ridhaNya
KerelaanNya hanya berdasarkan “laku“ qalbu jernih
KemurkaanNya akibat “ulah“ qalbu
Siksa pedih akhirat juga akibat “ulah“ busuk qalbu
Qalbu adalah sentra penentu nasib
Kebahagiaan dan kesengsaraan hakiki akibat qalbu
Qalbu yang taat beroleh ridhaNya
Qalbu yang kufur, akan menuai kemurkaanNya
Qalbu yang pongah dan tersesat
Adalah qalbu yang lupa mendzikir padaNya
Wajah kebaikan qalbu adalah lurus
Wajah kesesatan qalbu, tindak kemaksiatannya
Tajamkan mata Qalbu dan pikir
Akan tersingkap keagungan rahasia ayat-ayatNya
Qalbu adalah pengantin jasad dan ruh
Hanya Qalbu Sakinah yang sambung dengan DiriNya
Lihatlah kepada “laku“ baik qalbumu
Itulah rahasia batinmu, dan modal utamamu menujuNya
Pandanglah kebaikan-kebaikanNya
Akan ditampakkan untukmu segala makna hakiki