Laman

Senin, 12 Februari 2018

MATI KAN DIRI


Allah SWT berfirman dalam Hadist Qudsi : “ MAUTU ANTAL KABLAL MAUTU” artinya Matikanlah dirimu sebelum mati kamu (mati sebenarnya).
Mematikan diri adalah sebagai berikut :
“LAA QADIRUN, WALA MURIDUN, WALA ‘ALIMUN, WALA HAYYUN, WALA SAMI’UN, WALA BASIRUN, WALA MUTAKALLIMUN.
Artinya :
- Tidak ada berkuasa ;
- Tidak ada berkehendak ;
- Tidak ada kita tahu ;
- Tidak ada kita hidup ;
- Tidak mendengar ;
- Tidak melihat ;
- Tidak berkata-kata.
Kesemuanya itu hanya Allah, tetapi setelah Fananya seluruh diri/tubuh kita di dalam “UHU DIAH ALLAH dengan Ilmu Allah yang Qadim. Dan ketahuilah Sir Allah dalam Diri/Tubuh kita. Jika kita tidak mengetahui, maka kita selalu bergelumang Dosa.
Nabi SAW bersabda : “WUJUDUKA ZAMBUN LAA YUGA SIBAHU ZAMBUN” artinya Bermula Adam itu dosa yang amat besar, maka tiap-tiap diri/tubuh yang berdosa tidaklah sempurna untuk mengenal Allah, walaupun bagaimana berbaktinya tetap tidak sempurna untuk mengenal Allah, kerana berbakti itu adalah umpama diri/tubuh dengan Roh, maka dari itu ketahuilah Sir Allah yang sebenarnya di dalam Rahsia yang ada.
Allah berfirman dalam Hadist Qudsi : “AL INSANU SIRRI WA ANA SIRRAHU” artinya Insan itu adalah RahsiaKu dan Akupun RahsiaNya.
Allah berfirman dalam Hadist Qudsi : “AL INSANU SIRRI WASIARI SIFATI WASIFATI LA GAIRI” artinya “Insan itu adalah RahsiaKu, RahsiaKu itu adalah SifatKu, SifatKu itu tidak lain dari padaKu.
GHAUSUL ‘AZAM berkata “JISMUL INSANU WANAFSAHU WAKABLAHU WARUHUHU WABASARAHU WA ASNA NURU WAYAZRUHU WARIJLUHU WAKULLU ZALIKA AZHIRTULAHU BINAFSIHI LINAFSI ILA HUWA ILLA ANA GHAIRUHU” artinya Diri atau tubuh manusia, hatinya dan pendengarannya, penglihatannya, serta tangan dan kakinya, kesemuanya itu adalah kenyataan bagi DiriKU, tetapi bukan ‘Ainnya dan bukan lainnya. Allah itu tidak lain dari Insan, sebab kita ini adalah Hak dari pada Allah dan tidak ia berpisah segala kelakuanNya atau Af’alNya.
Allah berfirman : “WAFI AMPUSIKUM APALA TUBSIRUN” artinya Ada Tuhan kamu pada diri kamu, mengapa tidakkah kamu lihat akan Aku, kata Allah, padahal Aku terlebih hampir daripada matamu yang putih dengan yang hitamnya, terlebih hampir lagi Aku dengan kamu.
Nabi SAW bersabda : “MAN NAJARA ILA SYAI’AN WALAM YARALLAHUFIHI FAHUWA HATIL” artinya Siapa yang melihat kepada sesuatu, tidak dilihatnya Allah didalamNya, maka penglihatannya itu batal dan sia-sia belaka.

Qidam (Qodim)


.
yang dimaksud qodim atau dahulu itu adalah bukan dahulu mengenai waktu tapi dahulu mengenai penciptaan
sebagai contoh gelas adalah hadits (baru) sedangkan kaca adalah qodim (dahulu) karena sebelum menjadi gelas asalnya adalah dari kaca
.
jika yang dilihat oleh kita yang hadits (baru) maka ia bernama gelas dan berbentuk gelas, tapi jika kita melihat yang qodim (dahulu) maka kita akan melihat hanya kaca. semata
.
gagangnya, ukirannya dan apa saja yang ada pada gelas adalah tetap saja kaca
.
sifat Alloh adalah qodim (dahulu) ... jika kita melihat yang hadits (baru) maka semua bernama makhluk, langit, bumi, manusia, hewan tumbuhan semua adalah makhluk. tapi jika yang kita lihat adalah yang qodim (dahulu), maka kita akan melihat hanya Alloh semata ... karena sebelum menjadi maklhuk dia adalah berasal dari Alloh
.
semua yang dilangit dan dibumi adalah hanya Alloh semata

Kamis, 01 Februari 2018

MARTABAT 7


Mempersembahkan TUJUH (7) martabat alamTentang martabat perwujudan diri rahasia Allah SWT atau dikenal juga Martabat Tujuh, itu terbagi ia kepada 7 Alam;Ke tujuh-tujuh martabat atau alam ini terkandung ia di dalam surat-Al Ikhlas ..
huwallahu Ahad - Ahdah
Allahushomad - Wahdah
Lamyalidd - Wahidiah
Walamyuladd - Alam Roh
Walamyakullahu - Alam Mithal
Kufuan - Alam Ijsam
ahad - Alam Insan
Seperti Firman lagi dalam Al-Quran:"Setelah diketahui demikian maka tidaklah patut disamakan Allah Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya diri-diri itu, (dengan makhluk yang tidak bersifat demikian). Dalam pada itu, mereka yang kafir telah membuat beberapa makhluk sebagai sekutu bagi Allah. "
Maka kita yang beriman pada Allah dan Rasulullah serta Hari Kiamat, percaya bahwa Alam-Alam yang ada ini dengan nama Dunia, Buana, Maya Pada, adalah dijadikan Allah Maha Esa. Demikian juga penghuni tiap-tiap Alam itu, serta apa pada tiap-tiap Alam itu. Kewajiban kita sebagai seorang Muslim paling tidak mengetahui tujuh Alam.
1. ALAM LAHUT (LATAIN / AHADIAH)
Adapun Alam Lahut itu adalah mertabat Latain artinya tidak ada pernyataan, maka dinamakan Alam Lahut itu adalah Asma 'Zat, artinya Isma' Zat Allah Taala Zat yang belum bernama Allah, hanya dengan bernama Zat Ahadiah
Di dalam mertabat Alam Lahut, Asma 'Zat yang Maha Suci itu adalah tujuh Asma'nya yaitu: -
1.HU artinya Zat Tuhan yang Esa semata-mata
2. GHAIBUL GHUYUB artinya, tidak ada berpihak dan tidak bertempat, tidak Ia diatas, di bawah, di kiri, di kanan, di depan dan di belakang.
3. AHADIAH artinya dari pihak yang tidak sampai ke pengenalan para-para Nabi, apa lagi yang lain dari Nabi-nabi, yang mengetahui hanya dia.
4. GHAIBUL HAWIAH artinya, dari pihak Ia tidak berzat, berisma 'dan berakal seperti manusia.
5. UJUDUL MUTLAK artinya tidak semua yang Hakiki hanya DIA
6. ABADAN ABADA artinya tidak ada yang mengetahui wujudnya sesuatu semuanya
7. LATAIN artinya tidak dapat dipikirkan oleh akal, Makrifat orang-orang yang Arifin Billah. Alam Lahut pada mertabat Latain, DIAlah Zatul, MUTLAK yang tidak bercerai dan tidak berkumpul, semata-mata DIA, belum lagi bernama ALLAH, karena belum ada NUR MUHAMMAD SAW. Berkenaan dengan ILMU Tajali Alam Lahut tidak ada Ilmu pada Nur Muhammad, hanya DIA yang bertajali semata.
8. Martabat ITHLAQ artinya gaib yang sepenuhnya
9. Zatul BUHTI artinya zat semata-mata
10. GAHIBUL MUTLAK artinya gahib yang sepenuhnya
11. 'ZIHIN' artinya tatkala sunyi ia dari sesuatu
12. ALAM sirr artinya rahasia Allah
2. ALAM JABARUT (TAIN AWAL / wahdah / HAKIKAT MUHAMMAD / PERNYATAAN PERTAMA)
Adapun Alam Jabarut adalah di dalam martabat Tain Awal artinya pernyataan yang pertama atau kecintaan yang pertama, maka di dalam martabat Tain Awal itu Tuhan bernama: -
1. Wahdah
2. AGHNAGHUL MUTLAK
3. WUjud AM YA
4. WUjud DOA
5. NUR ALLAH
6. NURUL AHADIAH
7. NUR SYAKSANI
Dinamakan Asma 'Sifat Tuhan yang bernama ALLAH TAALA atau Wahdah artinya kasrah. Arti kasrah itu Huruf, Arti Huruf itu Asma.
Dinamakan HAKIKAT MUHAMMAD yaitu sifat Allah bersama zat Allah, Zat Allah menjadi hakikatnya. Zat yang berdiri pada Zat Allah yang menjadi hakikatnya.
Dinamakan UMMUL KITAB yaitu Ibu Kitab.
Dinamakan AN-NUN yakni bukan tinta yang di dalam tintanya segala huruf. Rupa hakikat-hakikat segala sesuatu adalh maujud secara ijmali.
Dinamakan AN-nuat artinya bijih benih yang di dalamnya terhimpun secara umum sautu pohon bersama batang, dahan, daun-daun sebagai perbandingan hakikat segala sesuatu.
Dinamakan NUQTHAH artinya hal yang satu, Ia adalah asal segala huruf. Ia juga menerima dan mengandung segala huruf yang ingin disuratakan.
Juga dinamakan degan Nurullah, NUR AHADIAH, HAKIKAT ROH, ROH IZAPI, NYAWA MUHAMAD, NYAWA ROHANI, HATI LATIFUL KALBU, TITIK IALAH BA.
Di kala Alam Jabarut itu nyatalah Nur Muhammad yang dijadikan Allah Taala dari NUR ZAT ALLAH. Maka di kata itu ada NAFI dan Ithbat dan berkumpul tidak bercerai.
3. Alam malakut (TAIN Tsani / WAHIDIAH / A 'YAN TSABITAH / KENYATAAN KEDUA)
Adapun alam malakut itu adalah pada mertabat Tain Sani artinya pernyataan yang kedua, maka dinamakan Ismul ASMA 'Tuhan bernama WAHADIAH. Dinamakan Wahadiah itu adalah Zatul AHADIAH MAUSUP SIFATUL Wahdah.
Tatkala Tain Sani Tuhan bernama:
1. WAHIDIAH
2. ALLAH
3. RAHMAN
4. RAHIM
5. BISMILLAHIRAHMANIRAHIM
6. Zatul Ma'bud
7. LAILAHAILLAH Muhammad waktu itu di dalam a'yan SABITAH.
Dinamakan a'yan TSABITAH artinya
- Benda-benda yang ada sebelum Dari wujudnya di luar.
-Tidak ada di sana itu melainkan zatnya dan segala sifatnya yang qadim ini, yaitu yang belum keluar lagi dari kalimat "KUN"
- Ia tidak mencium bau ada sekali-kali "kai-nun" yaitu setiap adanya itu ada permanen seperti ada jua.
- Benda-benda yang ada sebelum Dari wujudnya di luar.
Dinamakan AL Kanzul MAKHFI artinya perbendaharaan yang tersembunyi
Dinamakan AL-'AMA artinya yang kelam atau gelap
Dinamakan ALAM HAKIKAT, ROHANI, NYAWA ADAM, ALAM QALBI, ALAM akhirah, ALAM INSAN BATIN, ALAM KAYANGAN
Maka jadilah ROHANI yang dinamakan nyawa Adam, nyawa kita. Maka nyawa kita yang belum bertubuh dengan nama ROHANIUN. Maka Rohani itulah yang mendoakan jasadnya yang menjadi ADAM, maka jadilah Adam Awal. Di kala Tain Sani ada Nafi dan Isbat, berkumpul dan bercerai, karena itu Tuhan jadikan ALAM ROH dari alam malakut.
Maka dari alam malakut itu turunlah: -
a. ALAM ROH
b. ALAM MISAL
c. Alam ajsam
d. ALAM INSAN
Adapun Rohani itu Afaal Muhammad, adapun Ayan Sabitah itu Asma Muhamad, adapun Insan itu Sifat Muhammad, adapun Zatul Muqid itu Zat Muhammad. Maka semua yang tersebut itu adalah baru. Maka dari Afaal Muhammad itu jadilah Pohon Dunia ini, maka dunia ini, maka dunia ini untuk tempat Roh-roh berjasad dengan lembaganya yang berupa manusia yaitu Adam. Dunia dijadikan supaya semua Rohani-rohani (Rohaniun) yang telah ada itu, yang di dalam Alam Roh itu agar dapat turun ke dunia dan memiliki tubuh yang dinamakan lembaga manusia dan dengan tubuhnya itu yang dinamakan jasad itu, dapatlah Rohani menunaikan dn tugasnya kepada Allah Taala sebagaimana yang diikrarnya, sebagaimana yang diisyaratkan oleh Firman: - "Apakah tidak aku ini Tuhanmu, mengatakan mereka Bala Syahiduna."
4. ALAM ROH (ARWAH / TAIN TSALASA / NUR MUHAMMAD)
Dinamakan NUR MUHAMMAD dan sekalian roh yang keluar driapanya itu yang berkelanjutan menajdi alam eksternal yaitu dari Nur Muhammad melalui kata "KUN" maka jadilah:
Arsyur Rahman Alam gaib lagi gaib
Arsyur Azim
Arsyur Karim Alam gaib
Al Kursi A'azam Alam Nyata
Jabal Qaf
7 lapis bumi
7 lapis langit
Segala galaksi
Bumi Kita
Dinamakan ALAM ARWAH atau ROH yakni arwah segala ambiya, mursalin dan segala mu'min
Dinamakan ASHLUL ARWAH yaitu Mazh harul atam, Jadi "Khatamun nabiyin wa syaidul mursalin wa rahmatul lil alamin"
Dinamakan ALAM SUNYI dari tergantung dengan tabiat lagi basith.
Dinamakan juga CAHAYA MUHAMMAD, ALAM NYAWA, martabat WUJUDIAH, Alama di bawah kalimat "KUN", Pemerintah Alam Saghir dan Alam Kabir, TAIN TSALASA, ALAM ROH, NYAWA KITA.
Adapun Alam Roh lebih dahulu dijadikan Allah dari Dunia yang fana ini. Adapun Dunia ini adalah ibarat layar putih dan pentas ke Rohaniun itu yang datang ke dunia menjalankan tugas dan peran masing-masing, yang jadi seniman dengan lakunnya.
Keranan adanya Rohani, maka adanya Jawahir Basit yaitu: -
a. FUAD
b. KALBUN
c. LABBIN
d. SUDUR
e. KABAD
f. SAUDA '
g. SYIFAP
Maka semuanya itu adalah hal Roh, maka jadilah: -
a. berperang Sabil dengan nafsunya yang jahat
b. membuat Ahsan
c. melakukan Mujahidah masing-masing dengan tempat atau makamnya,
maka dengan itu maka adanya jalan nafsu itu dua yaitu: -
a. jalan nafsu yang bernama Hati Sanubari
b. jalan nafsu yang bernama Hati Nurani maka Roh-roh yang taat pada sisi
Tuhan, setelah berganti dengan nama nyawa karena ada memiliki jasad masing-masing maka
jadilah Roh itu tiga mertabat yaitu: -
a. martabat Amar Rabbi
b. martabat Hati Nurani
c. martabat Ubudiah
mana-mana Roh yang tidak taat setelah ada memiliki jasad masing-masing itu, maka jadilah tiga mertabat yaitu: -
a. Bangsa hewan
b. Dinamakan bangsa setan
c. Dinamakan bangsa hati sanubari
Maka Alam Roh itu adalah Alam Ghaib. Ia lebih adanya dari Dunia yang luas ini, di sanalah nyawa manusia yang sebelum bertubuh telah ada. Setelah 125 tahun Nur Muhammad itu telah ada dan semua nyawa-nyawa manusia itu di kenal dengan nama Roh, tetapi mertabat Roh dewasa itu seperti mertabat binatang, karena tidak menanggung tugas dan tanggungjawab. Hanya setelah ia berjasad dan hidup di dalam dunia ini masing-masing memiliki tugas, maka baharulah ada derajat masing-masing di sisi Tuhan dan nyawa itu tidak lagi disebut Roh, hanya ketika jasad itu mati ia akan berpulang menghadap Allah Taala dengan nama Roh, yaitu diri atau Jiwa.
Dengan nama Roh ia dikenal dengan nama Rohani pulan bin pulan tertulis kepadanya. Dengan nama jiwa ia di kenal dengan nama jiwa, misalnya: -
a. Jiwa Amarah
b. Jiwa Lawamah
c. Jiwa Sawiah
d. Jiwa Natikah
e. Jiwa Mulhammah
f. Jiwa Mutmainnah
Maka pada jiwa itulah tertulis namanya pulan bin pulan, senang atau susah, bahagia atau celaka, menurut amal dan fielnya di dalam dunia ini menurut penilaian 'atikad-atikadnya dan tauhidnya serta makrifatnya kepada Tuhan yang Maha Esa.
5. ALAM MISAL
Alam segala rupa, perceraian Roh Muhammad. Alam segala warna. Alam Khayal. Alam ARDHUS SIMSIMAH, Ardhul haqiqah.
Dinamakan ALAM MISAL-MAKHLUK Roh Alui yang suci-Ruhul Qudus dan
Massa hewan - lahir maqam di jantung
Massa Mujadi - lahir di hati
Massa Nabati - lahir di hati
Massa Insani - lahir di otak.
Di dalam Alam Misal maka Roh Muhammad bercerailah dengan Roh-roh yang lain yang berbagai nama, tetapi pada mulanya dinamakan Rohaniun (Rohani-rohani). Maka semua Rohaniun itu berasal dari Roh Muhammad Rasulullah SAW.
Karena itulah dasar dan dasar Ilmu Rohani wajib beriman: -
a. pada Allah Taala
b. pada Nabi Muhammad SAW
c. pada hari kiamat yang akan datang
jika tidak berpegang pada dasar yang tiga itu, bukanlah spiritual dari orang-orang mukmin atau orang-orang Islam. Roh Muhammad itulah jadi Roh seseorang, yang jadi nyawa seseorang, yang jadi hati seseorang, tetapi ia telah bercerai di dalam mertabat Alam Misal. Segala roh-roh itu adalah jadi kata bidalan "Ulat lupakan daun". Nyawa-nyawa manusia yang bukan alim dalam Ilmu Ketuhanan, hanya Firman jalan nafsu yang bernama Hati Sanubari dengan syahwatnya dan jiwa raga yang memandang lahir alam ini semata-mata
ibarat sesuatu yang telah tersusun dari bagian-bagian, tetapi masih bersifat halus, tidak dapat dipisah-pisahkan.
Alam Misal adalah tingkat kelima dalam proses pentajallian Empunya Diri dalam menyatakan rahasia diriNya untuk di tanggung oleh manusia. Untuk menyatakan dirinya Allah SWT, terus menyatakan diriNya melalui diri rahasianya dengan lebih nyata dengan membawa diri rahasianya untuk di kandung pula oleh bapak yaitu dinamakan Alam Mithal.Untuk menjelaskan lagi Alam Mithal ini adalah dimana unsur rohani yaitu diri rahasia Allah belum menyatu dengan tubuh materi. Alam Mithal jenis ini di alam malakut. Ia merupakan transisi dari alam Arwah (alam Roh) menuju ke alam Nasut maka itu dinamakan ia Alam Mithal di mana proses peryataan ini, perwujudan Allah pada martabat ini belum lahir, tetapi Nyata dalam tidak Nyata.Diri rahasia Allah pada martabat Wujud Allah ini mulai di tajallikan ke ubun-ubun bapa, yaitu perpindahan dari alam roh ke alam Bapa (Mithal).
Alam Mithal ini terkandung ia di dalam "Walam yakullahu" dalam surat Al-Ikhlas yaitu dalam kondisi tidak bisa di bagaikan. Dan seterusnya menjadi "DI", "Wadi", "Mani" yang kemudian di salurkan ke satu tempat yang berafiliasi di antara diri rahasia batin (ruh) dengan diri kasar Hakiki di dalam tempat yang disebut rahim ibu. Maka terbentuklah apa yang di katakan "Maknikam" ketika terjadi bersetubuhan diantara laki-laki dengan perempuan (Ibu dan Bapak)Perlu diingat tubuh rahasia pada masa ini tetap hidup sebagaimana awalnya tetapi di dalam kondisi rupa yang elok dan tidak binasa dan belum lagi lahir. Dan ia tetap hidup tidak mengenal ia akan mati.
6. Alam ajsam (NASUT / a'yan FARIJAH / alam Mulki)
Dinamakan alam Mulki artinya barang yang tersedia dengan mata kepala.
Dinamakan ALAM Kharijah ATAU ALAM FARIJAH yakni:
- Roh Rihan yaitu roh keluar masuk
- Semangat yaitu roh keluar tanpa masuk, jadi hilang akal
- Nafsu - berkehendak pada makan, minum, kemuliaan, kemashuran, sanjunga
- Roh Jasmani - bekehndak kepada seksual
- Hati - keran alim dan inayah
- Panas matahari - merasa sakit pedih, panas ke tubuh
Dinamakan juga ALAM JASMANI, ALAM SEGALA TUBUH, ALAM NAFS, ALAM 'jamad', 'nabat', 'hewani', 'Insani', 'Jin', ALAM NABI ADAM, AWAL BAPA MANUSIA,
Dinamakan Alam Tanah, Air, Api Angin (anasi r 4 istimewa di sisi Allah) yaitu diajadikan dari tanah Nurani, Air nurani, Api Nurul Azam, Angin Nurani.
Dinamaka ALAM MILADUTHALASA yaitu ALAM Maadan (alam galaksi, Alam Nabati (alam Tumbuhan), Alam hewani (alam binatang)
Maka hati yang bernama Roh itu telah jadi beberapa-bilang nama karena menurut berapa banyaknya jumlah manusia dan hewan yang dilahirkan di dunia ini dengan nama:
a. Hati sanubari
b. jantung sanubari dan itulah hati yang tabie, alami kepada makhluk.
Setiap makhluk yang ingin menjadikan Dirinya pada derajat sebenar-benar Insan yaitu: -
a. Insan Rabbubiah
b. Insan Mausup
c. Insan Ubudiah
Pada merekalah yang tersebut itu mempelajari Ilmu Tasaup dan Ilmu Tasawwuf yang sebenarnya, dari Tasaup Islam dan dari guru-guru yang Mursyid.
Kata pepatah: "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari". Kalau guru-guru yang bukan Mursyid itu akibatnya tidak mendapat Hidayah dan Taufik. maka jadilah hati itu beberapa nama dan beberapa sifat, tetapi tidak beberapa di Zat.
7. ALAM INSAN
Dinamakan ALAM martabat INSAN KAMIL. ALAM martabat JAMI
Dinamakan ALAM HIMPUNAN SEGALA ALAM yakni:
- AHADIAH (Ya nurani yang qadim)
- ARWAH (Hadits)
- Wahdah DARI WAHIDIAH (Tajjali akhir)
Adapun Alam Insan itu, perhimpunan pada segala martabat. Pada sisi Allah martabat Insan itu tiga hal: -
a. martabat manusia Rabbubiah, yaitu Insan Khusus Ul Khusus
b. martabat manusia Mausup, yaitu Insan Kamil Wa Mukamil
c. martabat Insan Ubudiah, yaitu Insan Kamil Mukamil
Maka jadilah martabat Alam Insan itu pernceraian manusia yang Kamil, karena awalnya dulu ia kamil di sisi Allah, di dalam Alam Ghaib, sesudah ujud Alam Insan, maka manusia itu sudah tidak kamil karena masing-masing membawa haluan untuk hidup di dalam dunia ini, menurut apa yang diperoleh oleh panca indera yang lima. Karena itulah Insan, di dalam ajaran Ilmiah yang mengatasi Sains yang dinamakan Rohani,
Ilmu Tasaup terbagi sebagai berikut: -
a. dinamakan Insan (Rahasia Allah)
b. dinamakan Insan Kamil
c. dinamakan Insan Kamil dan Mukamil
d. dinamakan Insan Mukamil
e. dinamakan Insan Sawaan
f. dinamakan Insan Sawaatun
g. dinamakan Insan Batin
h. dinamakan Insan Zahir
i. dinamakan Insan Mutaiz
j. dinamakan Insan Ghaib
k. dinamakan Insan Nakus (Insan Hewan)
l. dinamakan Insan Syaitani

Ruh dan jasad

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا * لِيُعَذِّبَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ وَيَتُوبَ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا .

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. Sehingga Allah mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS. Al-Ahzab: 72-73)

Amanah yg dimaksud pada ayat ini adalah SIRULLAH (rahasia Allah).
Apakah yang menjadi Rahasia Allah itu?
"Ana sirruhu wa anta sirru (kata Allah)"
Aku adalah rahasiamu dan kamu adalah rahasiaKu.

Sekarang tuan-tuan tinggal menentukan sahaja dimana, apakah, siapakah, yang manakah yang dimaksud rahasia Allah itu?
Apakah Jasad?
Apakah Ruh?
Atau yang masih ada diantara ruh dan jasad itu?

~ Martabat hati ~

Ilmu Hakekat Insan
.
Teringat ketika tuan guru berkata :

“Anakku.. cukup bagimu mengenalku lalu jagalah hati-mu selalu”
Inilah hal yang menyatakan “MARTABAT HATI” Hati itu ada 2 bahagian :
– Hati sanubari – Hati nurani.
Hati Sanubari adalah segumpal darah yang terhantar antara lambung kiri di dalam dada manusia.Hati Nurani adalah hati cahaya yang menjadi khalifa Allah memerintah tubuh manusia ‘Amma Mubiina’ artinya RAJA.
Mim, awal jadi raja di dunia
Ha, memberi rahmat bagi segala umat
Mim, akhir jadi raja di akhirat
Dal, jadi raja dunia dan akhirat

Hati Nurani adalah mahligai Allah Ta’ala, tempat tajjali Allah Ta’ala, ‘Murathal Haq’ artinya Cermin Al-Haq karena nyata Haq Ta’ala padanya, disebut juga ‘Iradatul wujud’ atau kehendak yang ada karena tidak ada sesuatu yang luput dari padanya.
Hati Nurani ini amat besar lagi Latif, halus, menerima tajjali Dzat, tajjali Sifat, tajjali Af’al.
Hati ini memakai pakaian Sifat Allah yang tujuh yaitu : Kudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sama, Bashar dan Kalam.

Hati Nurani kenyataan dari pada Dzat Allah Ta’ala, menyatakan keadaan yang Kuasa, tiada diatas, tiada dibawah, tiada dikanan, tiada dikiri, tiada di hadapan, tiada dibelakang, sunyi daripada enam jihat itu.
Bukan hati yang berdarah dan berdaging, hanya kenyataan Hati Nurani jualah maka nyatalah pendengaran telinga, penglihatan mata dan segala keadaan tubuh yang kasar ini daripada hati nurani itu jua.

Inilah yang diperujud oleh sekalian yang maujud, baik yang besar maupun yang kecil.
Lidah itu juru bahasa hati, hati itu juru bahasa Hidayah dan hidayah itu dari pada cahaya yang Qadim.
Hidayah datang dari sifat yang tujuh yang nyata kepada hati nurani, Nur itu gaib dan Tuhanpun gaib adanya.

Melihat Allah nyata dengan nyataNya,
Bermula tiap-tiap mata melihat dan hati nyata dengan Rupa yang LAISA KAMISLIHI SYAIUN.
Bila Matahari ibarat Dzat Allah Ta’ala maka Bulan itu ibarat Sirr Allah yakni Cahaya Muhammad Rasulullah SAW, maka tempat mengenal Dzat Allah melalui cahaya yaitu Hati Nurani.
Berbahagialah bagi yang mengenal dan menjaga Hati Nuraninya yaitu dirinya dan Tuhannya, janganlah engkau kembali sebelum mengenal dirimu dan Tuhanmu.
Akhirul kalam

‘WAMIN ANFUSIKUM AFALA TUFSIRUN’
#Didalam_diri_kamu_jua_AKU#

Minggu, 28 Januari 2018

TANDA-TANDA ISTERI NUSYUZ

1) PENGERTIAN NUSYUZ
Suatu tindakan yang dilakukan oleh isteri yang dianggap menentang kehendak suami dengan tidak ada alasan yang munasabah menurut hukum syarak. Tindakan itulah dikira derhaka.
2) TANDA-TANDA ISTERI NUSYUZ
Di bawah ini dinyatakan beberapa gambaran yang menandakan seorang isteri itu nusyuz :
1. Suami telah menyediakan rumah kediaman yang sesuai dengan keadaan suami, tiba-tiba isteri tidak mahu berpindah ke rumah itu, atau isteri meninggalkan rumah tanpa izin si suami.
2. Apabila kedua suami tinggal di rumah kepunyaan isteri dengan izin isteri kemudian suatu masa isteri mengusir atau melarang suami memasuki rumah tersebut.
3. Apabila isteri musafir tidak bersama suami ataupun bukan bersama muhramnya (orang yang haram berkahwin dengannya) walaupun perjalanan yang wajib seperti pergi menunaikan ibadat haji, kerana perempuan yang musafir tanpa diiringi suami atau muhrimnya dianggap sudah melakukan satu perkara yang salah (maksiat).
4. Apabila isteri bermuka masam atau pun ia memalingkan muka, bercakap kasar dan sebagainya sedangkan suami berkeadaan lemah lembut, bermanis muka dan sebagainya.
3) PERKARA-PERKARA YANG PERLU DILAKUKAN APABILA ISTERI NUSYUZ
Apabila suami melihat tanda-tanda yang menunjukkan isterinya itu nusyuz, hendaklah suami itu :
1. Menasihati dengan cara yang baik dan menerangkan kepadanya bahawa nusyuz itu adalah salah dan dikutuk oleh Allah serta memberitahunya bahawa isteri yang nusyuz boleh dipotong atau tidak diberi sara hidupnya, firman Allah :
Ertinya : Isteri yang kamu takuti kederhakaan mereka, maka berilah nasihat kepada mereka.
(Surah An-Nisa: ayat 34)
2. Jika nasihat itu tidak sedikitpun memberi kesan, maka hendaklah suami meninggalkan dari keseketiduran dengan isteri tersebut, sebagaimana firman Allah :
Ertinya : Dan tinggalkan dari seketiduran dengan mereka.
(sambungan ayat 34 surah An-Nisaa’)
Dari ayat ini dapat difahamkan bahawa Allah menyuruh suami-suami meninggalkan dari seketiduran sahaja, bukan meninggalkan percakapan, kerana meninggalkan percakapan lebih dari tiga hari adalah haram, bukan sahaja terhadap isteri-isteri malah terhadap orang lain juga berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
Ertinya : Tidak halal bagi seseorang muslim tidak bercakap dengan saudaranya lebih dari tiga hari. Maksudnya, ialah bila berjumpa di antara satu sama lain, tetapi kalau tidak bertemuan, tidaklah diharamkan walaupun tidak bercakap bertahun-tahun lamanya.
3. Jika tidak seketiduran pun tidak memberi apa-apa kesan, malah isteri tersebut terus nusyuz, maka diharuskan bagi pihak suami memukul isteri tersebut dengan syarat pukulan itu tidak sampai mencederakan atau melukakan sebagaimana firman Allah :
Ertinya : Dan pukullah mereka (isteri).
(Sambngan ayat 34 surah An-Nisa)
Dalam peringkat yang akhir ini, harus dilakukan oleh suami sekiranya difikirkan dengan cara ini akan memberi kesan. Sebaliknya kalau difikirkan tidak akan memberi kesan, maka tidaklah harus dilakukan. Dalam hal ini, suami mestilah berhati-hati , supaya tidak terpukul di tempat-tempat yang mendatangkan bahaya seperti muka, perut dan sebagainya.
Wallahua’lam

Kisah kedurhakaan Istri Nabi Nuh AS

tulisan ini dimuat di majalah hidayah edisi 57 april 2006

Allah membuat perumpamaan bagi orang yang ingkar; istri Nuh dan istri Luth, mereka adalah istri dua orang hamba di antara hamba-hamba Kami yang saleh. Tetapi mereka berkhianat (kepada suami-suaminya). Maka mereka tiada berdaya suatu apapun terhadap Allah. Kepada mereka dikatakan, "Masuklah kamu ke dalam neraka jahanam bersama orang yang masuk (ke dalamnya)” (QS. At-Tahrim [66]: 10).

Hari masih pagi. Wanita itu bangun, dan segera bergegas ke dapur. Di pagi yang sunyi itu, dia ingin membuat makanan. Ternyata tak cukup lama pekerjaan dapur itu menyita waktunya. Setelah itu, dia segera melangkah keluar. Dengan pelan, dia berjalan, takut kalau-kalau seisi rumah mendengar langkahnya. Tetapi, saat tangannya meraih daun pintu, anaknya yang masih muda tiba-tiba menegur, "Sepagi ini, ibu mau ke mana…?"

Sang ibu, yang tidak lain adalah istri Nabi Nuh, kaget. Dengan muka pucat, dia segera memberikan isyarat agar anaknya --yang bernama Kan`an-- untuk tidak bersuara keras. "Aku mau ke Makbad Besar (tempat peribadatan penyembahan berhala). Lupakah anakku, bahwa hari ini adalah hari raya tuhan-tuhan kita?"

Si anak tersenyum seraya berkata, "Ibu berbuat yang terbaik. Nanti saya menyusul. Ibu tahu khan… kalau ayah tidak senang melihat kita pergi ke sana?"

Istri Nabi Nuh lalu berangkat. Sesampai di sana, ia segera mempersembahkan makanan dan berdoa. Selesai berdoa, istri Nabi Nuh menengok dan mendapati putranya sudah ada di sana. Waktu berlalu dengan cepat, upacara penyembahan itu pun akhirnya usai. Istri Nabi Nuh kembali ke rumah. Dalam perjalanan pulang, ia diberitahu oleh anaknya, "Wahai ibu, tahukah apa yang sedang dilakukan ayah?"

"Apa yang dia perbuat, wahai anakku?"
"Ayah menyeru orang-orang di pasar dan sekelilingnya untuk bertakwa kepada Allah"
Istri Nuh memadang Kan`an, seraya berkata, "Kalau begitu ayahmu tak menghendaki kita menyembah tuhan-tuhan yang memberi rezeki dan memelihara kita."
Sepanjang perjalanan berikutnya, keduanya lebih banyak membisu. Dalam hati, sudah kuat keingkaran ibu dan anak itu untuk tak menganut ajaran yang dibawakan Nabi Nuh.
***
Malam tiba. Nabi Nuh pulang ke rumah dengan rasa letih, meletakkan tongkatnya di dinding dan kemudian duduk. Istrinya tiba-tiba mendekat seraya berkata, "Mengapa engkau terlambat pulang sampai selarut ini?"

"Aku harus menyampaikan risalah dari Allah."
"Risalah apakah itu?"

Nabi Nuh menjawab tegas, "Risalah agar manusia menyembah Allah dan meninggalkan berhala."
"Kamu telah bertahun-tahun hidup bersama kami," sahut istri Nabi Nuh, "Tapi kenapa kini berselsisih paham dengan apa yang disembah oleh kaummu?"

"Allah memilihku untuk menjalankan tugas ini. Karena itulah, sekarang kumpulkanlah anak-anak kita, aku akan menunjukkan tentang yang kubawa ini, sebagaimana aku menyeru kepada orang lain," perintah Nabi Nuh kepada istrinya.

Namun istri Nabi Nuh diam seribu bahasa. Sementara Kan`an datang, mengambil tempat duduk di sampingnya. Dia berkata kepada ayahnya, Nuh," Anak-anakmu sedang tidur. Tundalah hal itu sampai besuk pagi!"

"Kalau begitu, tidak ada salahnya aku menyampaikan hal ini kepada kalian berdua lebih dahulu."
"Mengapa ayah tergesa-gesa dengan hal ini?" ucap Kan`an.
"Tidurlah sampai besok pagi!" sahut istri Nabi Nuh.
"Tidak!" kata Nabi Nuh, "Aku harus melaksanakan tanggung jawabku terhadap Allah. Sebab kalian berdua adalah ahli baitku dan aku harus menjadi orang yang menyeru kalian berdua untuk pertama kali."

Kan`an memandang ibunya. Sang ibu pun juga memandang kepadanya seraya berkata kepada Nabi Nuh, "Kami tak akan meninggalkan agama nenek moyang kami."
Perdebatan antara Nabi Nuh dan keduanya akhirnya terjadi. Anak-anak Nuh yang lain akhirnya terbangun dikarenakan terusik. Mereka bangkit dan menghampiri ketiganya. Sang ibu dengan segera berkata, "Ayahmu menghendaki kita agar meninggalkan tuhan-tuhan yang kita sembah dan memerintahkan kita untuk menyembah Tuhan yang telah mengutusnya......"
"Siapakah Tuhanmu itu, wahai ayah?" tanya anak-anak itu kepada Nabi Nuh.
"Dia adalah Pencipta langit dan bumi. Dia pula yang memberi rezeki, mematikan semua manusia di hari perhitunan (kiamat)..." jawab Nabi Nuh.

"Lantas di manakah Dia itu berada ayah? Apakah Ia berada di Makbad besar bersama tuhan-tuhan yang biasa kami sembah?" tanya salah seorang di antaranya.
"Anak-anakku" kata Nabi Nuh, "Sesungguhnya Allah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dia adalah Pencipta ruang dan waktu itu sendiri. Dia tak dapat dilihat oleh mata kita."
"Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa Dia itu ada?" tanya yang lain.
Nabi Nuh dengan tegas menjawabnya, "Dari tanda-tanda kekuasaan-Nya atas segala sesuatu; dari ciptaan-Nya; dari langit yang ditinggikan-Nya tanpa tiang; dari bumi yang dihamparkan-Nya, dan di dalamnya terdapat sungai-sungai dan lautan; dari hujan yang tercurah dari langit dan menumbuhkan tanaman yang menghidupi manusia dan hewan; dan dari kekuasaan-Nya menciptakan manusia dan hewan-hewan; dan dari kekuasaan-Nya menciptakan manusia dan mematikan mereka; yang semua itu ada di hadapan kita."

Setelah mendengar perkataan Nabi Nuh itu, anak-anaknya serentak berkata, "Allah telah melapangkan hati kami untuk menerima kebaikan yang ayah serukan..."
Betapa terperanjatnya istri Nabi Nuh tatkala mendengar pengakuan anak-anaknya. Ia segera bangkit dan menghampiri Kan`an. Lalu, berkata lantang kepada suaminya, "Telah rusak akal dari anak-anakmu dengan seruan itu. Tuhan kami akan mengutukmu…"
***

Alih-alih istri Nabi Nuh cuma ingkar akan apa yang dibawa oleh Nabi Nuh, melainkan juga mencoba menghalang-halangi dakwah suaminya. Setiap kali ada tetangga yang datang mau menjadi pengikut Nabi Nuh, dan meminta pendapatnya, justru dia menyarankan mereka untuk pulang seraya berkata, "Sekiranya seruan Nuh itu baik, niscaya aku dan Kan`an akan mengikutinya."
Bulan berlalu dan tahun pun bergulir. Istri Nabi Nuh bukan semakin condong kepada ajaran Nabi Nuh, melainkan semakin menunjukkan penentangannya. Sampai dia dengan sengit berkata, "Tidak ada yang mengikutimu, kecuali hanya beberapa gelintir orang miskin. Niscaya bukan karena kemiskinan yang mereka derita, sekiranya tak mungkin mereka mengikutimu. Bukankah ini menjadi bukti bahwa seruanmu itu bathil? Orang mengolok-olokmu, Nuh. Maka, sebaiknya kamu menghentikan seruanmu itu...!"

Tapi Nabi Nuh tak putus asa. Ia memikul semua penderitaan itu dan kejahatan orang-orang yang merintanginya. Bertahun-tahun Nabi Nuh berdakwah, memang tidaklah lebih dari seratus orang yang mengikutinya. Meski demikian, Nabi Nuh tetap sabar dan selalu berdoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam maka seruanku itu hanya membuat mereka lari (dari kebenaran). " (QS. Nuh [71]: 5-6).
Allah lalu memerintahkan kepada Nabi Nuh untuk membuat bahtera.
***

Suatu hari, istri Nabi Nuh melihat suaminya mendatangkan kayu-kayu dan menyuruh kepada pengikutnya untuk meletakkan kayu-kayu itu di tengah kota. Padahal, kota itu jauh dari laut dan sungai. Tak ayal, istri Nabi Nuh bertanya heran, "Apa yang akan engkau perbuat dengan kayu-kayu itu, wahai Nuh?"

"Aku akan membuat sebuah bahtera," jawab Nabi Nuh
Mendengar jawaban Nabi Nuh, istrinya mencibir, "Mengapa engkau membuat bahtera sedang di sini tidak ada lautan atau sungai yang dapat melayarkannya?"
Nabi Nuh menjawab, "Bahtera ini akan berlayar ketika datang perintah dari Allah."
"Bagaimanakah orang-orang yang berakal akan menyanggahnya bahwa hal ini bisa terjadi?"
"Nanti kamu akan melihat bahwa hal itu akan terjadi."
Seraya melangkah, istri Nuh berucap sinis, "Akankah bahtera ini nanti berlayar di atas pasir?"
"Bukan," jawab Nuh, "Sebab air bah akan menenggelamkan bumi dan orang-orang yang menentang kami. Sedang orang-orang yang mengikutiku akan selamat di atas bahtera..."
***

Kabar akan pembuatan bahtera itu cepat tersiar. Segera kaumnya datang ke tengah kota, mengolok-oloknya. Seorang berkomentar, "Apa ini wahai Nuh, nyata sekali bahwa kamu akan datang dengan membawa bahtera kepada kami di sini, sehingga kami bisa naik bahtera yang kamu buat di atas padang pasir yang tandus."
Yang lain dengan sengit mengolok-olok, "Nuh, apakah kamu akan menyuruh pengikutmu untuk datang kepadamu dengan membawa timba-timba yang penuh dengan air untuk kemudian dituangkan ke bawah bahtera ini sehingga engkau dapat membuat kolam yang di atasnya bahteramu akan berlayar?"
Suara tawa mereka segera menggema, dan disusul yang lain, "Hal itu tentu saja akan memakan waktu bertahun-tahun, tahukah kamu akan semua itu Nuh?"
"Dan air itu tentu akan di serap pasir sebelum bahteramu bisa berlayar...." ledek yang lain lagi.
Tawa mereka kembali membuncah. Nabi Nuh tidak membalas olokan mereka, kecuali hanya berucap, "Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) akan mengejek kamu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami). Maka kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa oleh azab yang kelak (QS. Hud [11]: 38-39)
Bulan berganti, tahun pun berlalu. Nabi Nuh dan pengikutnya, akhirnya menyelesaikan pembuatan bahtera itu. Namun ejekan yang datang dari kaumnya tak henti-henti melayang kepadanya. Apalagi, istri Nuh selalu memberi tahu mereka akan penderitaan yang ditanggung Nabi Nuh. Akibatnya, mereka kian senang dan bertambah gembira.
***

Suatu hari, istri Nabi Nuh tiba-tiba terbangun oleh suatu yang menggelisahkan hati. Ia segera bangkit dan menjumpai Nabi Nuh yang sedang mengumpulkan setiap dari jenis hewan dan burung, masing-masing sepasang. "Apa yang kamu lakukan dan akan kamu bawa ke mana hewan-hewan dan burung-burung itu? Akankah pengikutmu akan memakan hewan dan burung-burung itu sementara kami tak akan memakan apa-apa?" tanya istrinya.
"Ini bukan untuk pengikutku. Tuhanku telah memerintahkan kepadaku untuk membawa hewan-hewan dan burung-burung itu di bahtera!" jawab Nabi Nuh.
Dengan panik, istri Nabi Nuh bertanya lagi, "Bagaimanakah Tuhanmu memerintahkan semua ini?"
"Kelak akan kubawa setiap pasang binatang dan semua pengikutku di dalam bahtera, tentunya dengan kebenaran yang diperintahkan oleh Allah kepadaku..."
Istri Nabi Nuh tidak juga diam, "Apakah yang akan kamu lakukan dengan bahtera itu? Apakah kalian akan meninggalkan rumah dan hidup bersama hewan-hewan dan burung-burung itu?"
"Kelak air bah akan datang, kemudian menenggelamkan segala sesuatu dan tidak akan ada yang selamat kecuali siapa yang naik dalam bahteraku untuk kemudian memulai kehidupan di dunia baru yang muncul dengan fajar keimanan."
Istri Nabi Nuh tiba-tiba merasa ketakutan. Ucapan Nabi Nuh bahkan membuatnya tak berkutik untuk membantah. Namun jiwanya telah tertutup, keras seperti batu. Dia tetap menekan perasaan takut itu, lalu pergi memberi tahu kepada kaumnya tentang rencana Nabi Nuh itu. Maka, bertambah keraslah ejekan mereka kepada Nabi Nuh.
***

Apa yang diperintahkan oleh Allah kepada nabinya adalah satu kebenaran yang harus dipercaya. Karena itu, janji Allah yang disampaikan kepada Nabi Nuh itu tidaklah bohong dan janji itu akhirnya benar terjadi. Air bah (banjir) datang. Maka terperanjatlah mereka. Pintu-pintu langit terbuka dan mencurahkan air hujan ke bumi sehingga membuat mereka semua pontang-panting. Kelabakan.
Sementara itu, bahtera Nabi Nuh berlayar di atas air, tanpa istri Nabi Nuh dan putranya, Kan`an. Sebab keduanya telah menolak ketika Nabi Nuh memerintahkan agar ikut bersama. Nabi Nuh memanggil anaknya, sedang dia berada di tempat terpencil, “Hai anakku, naiklah bersama kami dan janganlah bersama orang-orang yang kafir.”
Dengan sombong, dia malah berkata ketus, "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menyelamatkanku dari air bah.

“Tidak ada Pelindung hari ini dari ketetapan Allah selain siapa yang dirahmati.” (QS. Hud 43).
Firman Allah itu benar. Air bah itu ternyata terlalu besar, gunung pun tenggelam. Maka, tenggelamlah Kan`an dan istri Nuh digulung gelombang yang air bah dahsyat. Kisah tenggelamnya istri Nuh dan putranya, Kan`an itu dikisahkan Allah di dalam al-Qur`an. Ada pesan yang bisa dipetik dari kisah di atas itu, sekiranya sangat jelas; peringatan bagi seluruh kaum mukminin bahwa petunjuk Allah itu kadang-kadang terasa lebih jauh meskipun bagi orang yang paling dekat dengan pemberi petunjuk itu sendiri. Istri Nuh menjadi bukti nyata akan hal itu. Walau dia dekat dengan Nabi Nuh, bahkan termasuk istrinya, namun ternyata petunjuk Allah itu jauh darinya. Demikian juga dengan anak Nabi Nuh, Kan`an.

Dalam kaitan dengan istri Nabi Nuh itu, Allah berfirman dalam al-Qur`an, "Allah membuat perumpamaan bagi orang yang ingkar; istri Nuh dan istri Luth, mereka adalah istri dua orang hamba di antara hamba-hamba Kami yang saleh. Tetapi mereka berkhianat (kepada suami-suaminya). Maka mereka tiada berdaya suatu apapun terhadap Allah. Kepada mereka dikatakan, "Masuklah kamu ke dalam neraka jahanam bersama orang yang masuk (ke dalamnya)" (QS. At-Tahrim [66]: 10).
Semoga kita bisa memetik hikmah dari kisah di atas.