Tidaklah hati yang lembut
kepada Allah Azza wa Jalla melainkan pemiliknya (adalah) seorang yang
bersegara mengejar segala bentuk kebajikan dan sigap terhadap segala
bentuk keta’atan dan keridhaan.
Tiada kelembutan dan keluluhan hati
kepada Allah Azza wa Jalla melainkan anda akan mendapati pemiliknya
sebagai orang yang paling menaruh perhatian penuh terhadap segala bentuk
ketaatan dan kecintaan kepada Allah. Tiadalah ia diingatkan melainkan
segera sadar, dan tiadalah ia diberitahukan melainkan segara mengerti.
Tidaklah kelembutan itu masuk ke dalam hati melainkan anda akan
mendapati pemiliknya (senantiasa) berada dalam keadaan tentram dengan
ber-dzikrullah (mengingat Allah), lidahnya (senantiasa) basah dengan
(ucapan) syukur dan pujian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tiada
hati yang lembut karena Allah Azza wa Jalla melainkan anda akan
menemukan pemiliknya sebagai orang yang sangat jauh perilakunya dari
segala bentuk kedurhakaan kepada Allah Azza wa Jalla.
Maka hati yang
lembut merupakan hati yang (senantiasa) merasa hina di hadapan
keagungan dan keperkasaan Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Tidaklah penyeru
kesesatan dan hawa nafsu datang kepadanya, melainkan pemilik hati
tersebut menggigil ketakutan dari ketakutan kepada Al-Malik (Maha Raja)
Subhanahu wa Ta’ala.
Hati yang lembut, (mengindikasikan) pemiliknya adalah seorang yang jujur, di atas segala bentuk kredibilitas apa pun.
Hati yang lembut, itulah sejatinya kelembutan, dan sebaik-baiknya kelembutan.
Namun pertanyaannya, siapakah yang mengaruniakan kelembutan dan keluluhan hati?
Siapakah yang memperkenankan (rasa) kekhusyu'an dan kesadaran hati untuk kembali kepada Rabbnya?
Siapakah yang sekiranya Ia berkehendak membalikkan hati ini, sehingga
menjadi yang paling lembut untuk mengingat Allah Azza wa Jalla, dan
paling khusyu' saat mentadabburi ayat-ayat dan keagungan-Nya?
Siapakah Dia?
Maha suci Ia yang tiada Ilah Ilah (tuhan yang haq untuk disembah)
melainkan Dia (semata). Seluruh hati manusia di antara dua jari dari
jari-jari-Nya, Dialah yang membolak-balikan hati sebagaimana yang Ia
kehendaki.
Maka (bisa jadi) anda akan mendapati seorang hamba yang
sangat keras hatinya, namun Allah tidak menghendaki selain merahmati,
menyayangi, mengkaruniai dan memuliakannya.
Sehingga datanglah
sekelumit momentum yang menakjubkan, menghujamkan iman, mengoyak
keterpurukan hatinya, setelah Allah berkenan memilih dan menetapkan
pemilik hati tersebut sebagai orang yang layak mendapatkan rahmat-Nya.
Saudaraku yang kusayangi karena Allah...
Sesungguhnya ia adalah suatu kenikmatan yang tidak akan anda jumpai di
atas permukaan bumi ini kenikmatan yang lebih besar dan agung
daripadanya, (yaitu) kenikmatan berupa kelembutan hati dan kesadaran
untuk kembali kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Sungguh Allah Azza wa
Jalla telah memberitakan, bahwa tidaklah hati yang terhalang dari
kenikmatan ini melainkan pemiliknya akan diancam dengan adzab Allah, Dia
Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
ﻓَﻮَﻳْﻞٌ ﻟِّﻠْﻘَﺎﺳِﻴَﺔِ ﻗُﻠُﻮﺑُﻬُﻢ ﻣِّﻦ ﺫِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠَّﻪِ
"Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah." (Az-Zumar: 22).
Kecelekaan, siksaan dan bencana bagi hati-hati yang keras dari mengingat Allah.
Kenikmatan, rahmat dan kebahagiaan serta kesuksesan bagi hati yang luluh dan takut kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Karena itu -saudara-saudaraku seaqidah-, tiadalah seorang mukmin yang
jujur dalam keimanannya melainkan ia SENANTIASA BERPIKIR untuk mencari
jalan AGAR HATINYA DAPAT MENJADI LEMBUT . Berpikir, bagaimana supaya
dapat memperoleh kenikmatan ini.
Maka para pemilik kelembutan hati adalah mereka yang bertekad:
"Saya harus menjadi kekasih Allah Azza wa Jalla, menjadi bagian dari
para wali-wali-Nya. Yang tiada mengenal istirahat dan kesenangan
melainkan mencintai dan menaati-Nya Subhanahu wa Ta’ala (saja)."
Karena ia menyadari bahwa tiada terhalang kenikmatan ini, melainkan akan terhalang pula dari segala kebaikan yang banyak.
Karenanya, berapa banyak orang-orang baik yang pada sebagian keadaan
dan situasi yang menimpanya, mereka membutuhkan kepada orang yang dapat
melembutkan hati-hati mereka. Maka perkara hati ini merupakan perkara
yang menakjubkan, dan keadaannya asing (tidak dapat diterka).
Terkadang hati merespon kebaikan, dan saat keadaannya demikian ia sangat
lembut terhadap Allah Azza wa Jalla dan menyeru-nyeru kepada Allah.
Seandainya (dalam keadaan tersebut) ia diminta untuk menginfakkan
seluruh hartanya karena cinta kepada Allah, niscaya akan diberikannya.
Sekirannya diminta untuk menyerahkan jiwanya di jalan Allah, niscaya akan dikorbankannya.
Sesungguhnya ia merupakan sekelumit momentum saja, di mana Allah memenuhi hati-hati tersebut dengan rahmat (kasih sayang)-Nya.
Sebaliknya, terdapat pula sekelumit-sekelumit momentum (lainnya) yang
dapat merubah keadaan orang yang beriman kepada Allah Tabaraka wa
Ta’ala, (yaitu) sekelumit-sekelumit momentum yang mengeraskan (hati
manusia).
Tidaklah seorang manusia sekiranya ia melewati situasi ini
(sekali pun hanya) sebentar saja, niscaya hatinya akan mengeras dan
merasa sakit di dalamnya, sampai-sampai begitu sangat kerasnya bagaikan
batu. Wal ‘Iyadzu billah.
Ada beberapa faktor yang dapat melembutkan hati dan ada pula faktor-faktor yang dapat mengeraskan hati.
Allah Tabaraka wa Ta’ala telah mempersilahkan dan mengutamakan
(pembahasan ini) dengan mengarahkan kepada penjelasan-penjelasan di
dalam al-Qur`an.
Tidak ada upaya menghadirkan kelembutan hati dengan
cara yang lebih agung dibanding dengan sebab iman kepada Allah Tabaraka
wa Ta’ala.
Tiada seorang hamba yang telah mengenal Rabbnya dengan
nama-nama dan sifat-sifat-Nya melainkan hatinya akan menjadi lembut
terhadap Allah Azza wa Jalla, dan (dengan sendirinya) ia akan menegakkan
batasan-batasan Allah.
Tiadalah ayat al-Qur`an dan hadits
Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam yang datang kepadanya melainkan
ia akan mengimplementasikan dengan bahasa, perangai, dan berkata:
ﺳَﻤِﻌْﻨَﺎ ﻭَﺃَﻃَﻌْﻨَﺎ ﻏُﻔْﺮَﺍﻧَﻚَ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﻭَﺇِﻟَﻴْﻚَ ﺍﻟْﻤَﺼِﻴﺮُ
"Kami dengar dan kami ta'at." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Rabb
kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Al-Baqarah: 285)
Maka
tiadalah seorang hamba yang telah mengenal Allah dengan nama-nama-Nya
yang baik dan telah mengenal Rabbnya -yang ditangan-Nya kekuasaan atas
segala sesuatu, sementara Dialah yang melindungi, namun tiada yang dapat
dilindungi dari (siksa)-Nya-, melainkan anda akan mendapatinya BERPACU
kepada kebaikan, dan BERPALING dari keburukan.
Faktor terpenting
yang menjadikan hati lembut terhadap Allah Azza wa Jalla dan luluhnya
hati dari rasa ketakutan yang timbul karena mengenal Allah Tabaraka wa
Ta’ala, di mana seorang hamba telah yang mengenal Rabbnya.
Faktor Pertama
Mengenal-Nya, bahwa tiadalah segala sesuatu di alam semesta ini melainkan hal itu mengingatkannya kepada Rabbnya.
Pagi dan petang mengingatkannya akan Rabb yang Maha agung.
Nikmat dan bencana mengingatkannya kepada yang Maha Penyantun dan Mulia.
Kebaikan dan keburukan mengingatkannya terhadap Yang dapat mendatangkan
kebaikan dan menolak keburukan, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka barangsiapa yang mengenal Allah, hatinya akan menjadi lembut karena takut akan keagungan-Nya Tabaraka wa Ta’ala.
Sebaliknya, tidaklah anda mendapati hati yang keras melainkan anda akan
menjumpai pemiliknya sebagai seorang hamba yang paling bodoh mengenai
Allah Azza wa Jalla, dan sangat jauh dari mengenal Allah mengenai
keperkasaan dan siksaan-Nya, dan ia merupakan sepandir-pandir manusia
mengenai nikmat dan rahmat Allah Azza wa Jalla.
Sehingga sungguh
anda akan menjumpai sebagian dari orang-orang yang durhaka sudah sangat
berputus asa dari kasih sayang Allah, dan merasa sangat pupus harapan
dari rahmat-Nya. Kita berlindung kepada Allah terhadap situasi kebodohan
mengenai Allah (al-jahl billah).
Lalu ketika ia jahil (bodoh)
mengenai Allah, maka ia akan bersikap lancang terhadap
batasan-batasan-Nya, lancang terhadap larangan-larangan-Nya, dan ia
tidak mengenal melainkan pada malam dan siang harinya ia berbuat
kefasikan dan kedurhakaan. Demikianlah yang diketahui dari kehidupannya,
dan beginilah yang dapat diprediksi berkenaan dengan target keberadaan
dan masa depannya.
Karena itu -saudaraku yang kucintai karena
Allah-, mengenal Allah Azza wa Jalla merupakan suatu cara (efektif)
untuk dapat melembutkan hati.
Oleh sebab itu, setiap orang yang anda
temui memberikan pelajaran, mengekalkan tafakkur akan kekuasaan Allah,
ketika anda mendapatkan di dalam hatinya ada kelembutan, di saat itu
pula anda akan mendapati hatinya khusyu' dan luluh kepada Allah Tabaraka
wa Ta’ala.
Faktor Kedua
Yang dapat meluluhkan dan melembutkan
hati, dan menolong seorang hamba atas kelembutan hatinya dari rasa takut
kepada Allah Azza wa Jalla, adalah memperhatikan ayat-ayat al-Qur'an.
Perhatian dalam hal ini merupakan jalan yang dapat mengantarkan kepada
hidayah taufik dan kebenaran. Menaruh perhatian penuh terhadap al-Qur`an
telah dideskripsikan Allah dalam firman-Nya:
ﻛِﺘَﺎﺏٌ ﺃُﺣْﻜِﻤَﺖْ ﺁﻳَﺎﺗُﻪُ ﺛُﻢَّ ﻓُﺼِّﻠَﺖْ ﻣِﻦ ﻟَّﺪُﻥْ ﺣَﻜِﻴﻢٍ ﺧَﺒِﻴﺮٍ
"(Inilah) Suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta
dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha
Bijaksana lagi Maha Tahu." (Hud: 11)
Tidaklah seorang hamba membaca
ayat-ayat al-Qu'an ketika membacanya dengan kehadiran hati, sambil
memikirkan dan merenungkan melainkan matanya (menjadi) menangis, hatinya
(menjadi) khusyu', jiwanya memancarkan iman dari kedalamnya, hendak
berjalan menuju Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Sekiranya permukaan hati
itu berbalik setelah (berinteraksi dengan) ayat-ayat al-Qur`an, menjadi
lahan subur bagi kebaikan, kecintaan dan ketaatan kepada Allah Azza wa
Jalla.
Tidaklah seorang hamba membaca al-Qur`an dan menyimak
ayat-ayat Allah melainkan anda akan mendapati pasca pembacaan dan
perenungan, sebuah kelembutan. Sungguh hati dan kulitnya akan bergetar
karena takut akan keagungan Allah Tabaraka wa Ta’ala. Firman-Nya Ta’ala :
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻧَﺰَّﻝَ ﺃَﺣْﺴَﻦَ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳﺚِ ﻛِﺘَﺎﺑﺎً ﻣُّﺘَﺸَﺎﺑِﻬﺎً ﻣَّﺜَﺎﻧِﻲَ
ﺗَﻘْﺸَﻌِﺮُّ ﻣِﻨْﻪُ ﺟُﻠُﻮﺩُ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺨْﺸَﻮْﻥَ ﺭَﺑَّﻬُﻢْ ﺛُﻢَّ ﺗَﻠِﻴﻦُ
ﺟُﻠُﻮﺩُﻫُﻢْ ﻭَﻗُﻠُﻮﺑُﻬُﻢْ ﺇِﻟَﻰ ﺫِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺫَﻟِﻚَ ﻫُﺪَﻯ ﺍﻟﻠَّﻪِ
ﻳَﻬْﺪِﻱ ﺑِﻪِ ﻣَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ ﻭَﻣَﻦ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓَﻤَﺎ ﻟَﻪُ ﻣِﻦْ ﻫَﺎﺩٍ
"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an
yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya
kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang
kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah,
dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang
siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk
baginya." (Az-Zumar: 23)
Inilah al-Qur'an yang mengagumkan,
sebagian sahabat dibacakan beberapa ayat-ayat al-Qur'an maka (langsung)
berbalik dari paganisme kepada ketauhidan, dari menyekutukan Allah
kepada menyembah Rabbnya Subhanahu wa Ta’ala (hanya) dengan beberapa
ayat-ayat sederhana.
Al-Qur'an merupakan nasehat dari Rabb semesta
alam, firman dari Tuhan umat-umat terdahulu maupun generasi-generasi
selanjutnya, tiadalah seorang hamba membacanya melainkan dimudahkan
baginya mendapatkan tuntunan (Ilahi) saat membacanya, karenanya Allah
berfirman dalam Kitab-Nya:
ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﻳَﺴَّﺮْﻧَﺎ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ ﻟِﻠﺬِّﻛْﺮِ ﻓَﻬَﻞْ ﻣِﻦ ﻣُّﺪَّﻛِﺮٍ
"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka ADAKAH ORANG YANG MENGAMBIL PELAJARAN? " (Al-Qamar: 17)
Apakah di sana ada orang yang hendak mengambil pelajaran?
Apakah di sana ada orang yang menginginkan (mendapatkan) pesan sempurna dan nasehat yang tinggi?
Karenanya -saudaraku yang kucintai karena Allah-, tiada hati yang
merasa ketagihan, dan tidak pula seorang hamba yang ketagihan untuk
membaca al-Qur`an, menjadikan al-Qur'an selalu bersamanya, yang
sekiranya dia belum hapal maka ia dapat membacanya sepanjang malam dan
siang hari, melainkan akan lembutlah hatinya karena rasa takut akan
keagungan Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Faktor Ketiga
Di antara
faktor-faktor yang membantu melembutkan hati dan menumbuhkan kesadaran
untuk senantiasa kembali kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala, adalah seorang
hamba sadar bahwa ia akan kembali kepada Allah, senantiasa sadar bahwa
setiap permulaan selalu ada akhirnya.
Bahwa tidaklah setelah
kematian yang merupakan bagian perjalanan yang harus dilewati, dan tidak
pula setelah (menjalani) kehidupan dunia, melainkan (kesudahannya)
surga atau neraka.
Barangsiapa yang merenungi kubur, dan merenungi
keadan-keadaan penduduknya, niscaya hatinya akan luluh, hatinya akan
terbebas dari segala kebekuan dan hal-hal yang menipu. Kita mohon
perlindungan kepada Allah dari hal-hal demikian itu.
Barangsiapa
yang berdiri di atas liang kubur yang telah selesai digali, lalu ia
memperkirakan dirinya, sekiranya ialah yang akan dimasukkan liang kubur
tersebut. Dan tidaklah ia berdiri di hadapan liang kubur, melihat
tubuhnya sedang diturunkan ke dalamnya, maka ia akan bertanya kepada
dirinya sendiri:
- Apa yang terjadi setelah ditutup (kuburnya)?
- Siapakah (pribadi) yang ditutup kuburnya (ini)?
- Atas dasar apa ditutup (kuburnya)?
- Apakah (kuburnya) ditutup atas (dasar) ketaatan atau kemaksiatan(nya)?
- Apakah (kuburnya) ditutup atas siksa (kubur) atau atas kenikmatan (kubur)?
Tiada Ilah (tuhan yang haq untuk disembah) melainkan Dia, Yang Maha
mengetahui keadaan-keadaan mereka yang sebenarnya, Dialah Yang Maha
menetapkan hukum lagi Maha adil yang memisah-misahkan di antara mereka
(sesuai dengan perbuatannya).
Tiada seorang hamba melihat
pemandangan-pemandangan ini, dan tidak pula terkumpul dalam dirinya
renungan-renungan ini, melainkan berguncang hatinya karena rasa takut
dan kengerian terhadap keagungan Allah Tabaraka wa Ta’ala. Berserah
kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala dengan penyerahan yang sejujurnya dan
kembali serta tekun (dalam ketaatan kepada-Nya).
Saudaraku yang kucintai karena Allah...
Separah-parahnya penyakit yang menimpa hati adalah penyakit kebekuan hati, dan kita berlindung atas keadaan yang demikian itu.
Dan faktor terbesar yang menyebabkan kerasnya hati setelah kebodohan
mengenai Allah Tabaraka wa Ta’ala adalah kecondongan kepada dunia dan
bangga akan status keduniaannya, serta terlalu sibuk dengan
ucapan-ucapan yang berlebihan.
Sesungguhnya ini merupakan bagian
dari faktor penyebab terbesar yang mengeraskan hati, wal'iyadzu billah
Tabaraka wa Ta’ala. Karena jika seorang hamba telah disibukkan dengan
perkara mengambil dan menjual, dan disibukkan pula dengan berbagai
fitnah yang membinasakan, hal ini hanya mempercepat proses pengerasan
hatinya (saja). Karena semua perkara tersebut, jauh dari (hal-hal yang
dapat) mengingatkan dirinya terhadap Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Karena itu, sudah seyogyanya bagi setiap orang yang hendak menerjuni
(urusan-urusan) dunia ini, untuk menerjuninya dengan penuh kehalusan.
Agama kita bukanlah agama para rahib (pendeta), dan tidak (boleh)
mengharamkan yang telah dihalalkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tidak
pula membatasi kita dengan perkara-perkara yang baik.
Ketentuan-ketentuan takdir telah ditetapkan oleh pena-Nya, dan
ketentuan-ketentuan rezeki (juga) telah ditetapkan. Manusia mengambilnya
dengan sebab-sebab usahanya, tanpa adanya benturan dengan qadha` dan
qadar.
Ia mengambil bagiannya dengan sikap yang lembut dan penuh
keridhaan dari Allah Tabaraka wa Ta’ala sesuai dengan yang telah
dimudahkan baginya, lalu mengucapkan pujian (hamdalah) dan bersyukur
kepada Sang Penciptanya, sehingga mempercepat turunnya keberkahan
padanya, dan mampu mencegah terjadinya bencana kebekuan (hati). Kami
memohon kepada Allah keselamatan dari perkara tersebut.
Sebab itu, faktor terbesar yang menyebabkan terjadinya kekerasan hati adalah kecenderungan terhadap dunia .
Anda akan mendapati para pemilik hati yang keras kebanyakan mereka
memiliki kesibukkan dengan perkara-perkara dunia, mereka mengorbankan
segala sesuatu, mengorbankan waktu-waktu mereka, mengorbankan
shalat-shalat mereka, mereka rela terjerambat ke dalam
perbuatan-perbuatan senonoh dan membinasakan. Tetapi dunia ini (malah)
yang menarik mereka, tidak mungkin seorang dari mereka berkorban (hanya)
dengan satu dinar atau dirham saja (untuk mencapai
kepentingan-kepentingan duniawi mereka), karenanya dunia ini telah
merasuk ke dalam hatinya.
Dan dunia itu bercabang-cabang, dunia
bercabang-cabang, sekiranya seorang hamba mengetahui hakikat percabangan
ini, niscaya pagi-petang lisannya akan terengah-engah kepada Rabbnya.
Ya Rabbku, selamatkan aku dari fitnah dunia ini, sesungguhnya di dalam
perkara dunia ini (memiliki) berbagai cabang-cabang, di mana tidaklah
hati cenderung kepada salah satunya melainkan ia akan bernafsu kepada
cabang berikutnya, kemudian yang berikutnya (lagi), hingga ia jauh dari
(mengingat) Allah Azza wa Jalla. Kedudukannya menjadi merosot di sisi
Allah, dan Allah tidak peduli akan kebinasaan dirinya (yang sedang
terperangkap) di dalam satu lembah dari lembah-lembah dunia yang ada.
Wal ‘iyadzu billah.
Di Antara Faktor Penyebab Kerasnya Hati
Termasuk faktor yang paling menyebabkan kerasnya hati, yaitu duduk
bersama orang-orang durhaka, dan bergaul dengan orang yang tidak
memiliki kebaikan dalam interaksinya.
Dengan demikian, tidaklah
seorang manusia menjalin pertemanan yang tidak membawa kebaikan dalam
pertemanannya itu melainkan hatinya menjadi keras dari mengingat Allah
Tabaraka wa Ta’ala.
Dan tidaklah ia mencari orang-orang yang baik,
melainkan mereka (membantu) melembutkan hatinya kepada Allah yang Maha
Esa lagi Maha Perkasa.
Dan tidaklah ia tamak terhadap
majelis-mejelis mereka, melainkan kelembutan akan datang kepadanya, ia
mau ataupun tidak. Datang kepadanya untuk meneguhkan kelemahan hatinya,
selanjutnya mengeluarkannya sebagai seorang hamba shalih yang sukses,
yang merasa akhirat berada dihadapannya.
Karenanya, sudah seyogyanya
bagi setiap orang, sekiranya harus berinteraksi dengan orang-orang
jahat (juga), agar bergaul dengan penuh kewaspadaan, dan jadikanlah
interaksinya itu sebatas yang diperlukan, sehingga terselamatkan
agamanya, dan pokok kekayaan dunia ini adalah agama.
Ya Allah,
sesungguhnya kami memohon dengan nama-nama-Mu yang baik, dan
sifat-sifat-Mu yang tinggi, agar berkenan mengaruniakan hati-hati yang
lembut kepada kami agar senantiasa mengingat dan bersyukur kepada-Mu.
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu hati-hati yang tenang untuk mengingat-Mu.
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu lisan-lisan yang senantiasa basah menyebut-Mu.
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu iman yang sempurna,
keyakinan yang benar, hati yang khusyu', ilmu yang bermanfaat, amal
shalih yang diterima di sisi-Mu, wahai Yang Maha Mulia.
Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari fitnah-fitnah yang tampak maupun yang tersembunyi.
Amin.