JANGAN MENYANGKA JIKA DIRI MANUSIA HANYA BERUNSUR
SATU JENIS ROH SAJA
-MENGENAL HAKEKAT DIRI MANUSIA DAN SIFATNYA
-MENGAPA MANUSIA DISEBUT TUHAN SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA?
-MENGAPA MANUSIA DICIPTAKAN DARI BAHAN TANAH?
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Salam sejahtera sahabat,semoga kita semua selalu dalam kebaikan dan selalu dalam limpahan kasih sayang-Nya.
*Sebuah rahasia dahsyat tentang Roh yang selama ini sulit dianalogikan,namun kini berhasil terungkap secara ringkas*
MOHON DIBACA SECARA PERLAHAN UNTUK KEPADATAN PEMAHAMAN,Ambil
manfaatnya,dan sangat mengharap saran dan kritik untuk menyempurnakan
sedikit hal-hal yang masih belum tepat.
Pendahuluan.
Dari seluruh karya tulis yang saya
hadirkan buat para sahabat selama ini,maka mengintisarikan tulisan yang
berkaitan dengan keberadaan “ROH” yang tengah anda baca saat ini sungguh
merupakan sebuah pekerjaan menyusun tulisan yang terberat dan ter-rumit
dibanding dengan tulisan-tulisan yang saya persembahkan
sebelumnya,Sedangkan telah jelas didalam Al-Qur’an,Allah Ta’ala
menyatakan,bila ilmu tentang keberadaan ROH ini yang dapat diungkap
pengetahuannya kepada para hamba-Nya,hanyalah sedikit saja.
“Dan mereka bertanya padamu tentang al-ruh. Katakan, ‘al-ruh itu
urusan Tuhanku. Dan tidaklah kamu diberi al-i’lm kecuali sedikit.’ (QS. 17:85).
Namun demikian semoga pengetahuan tentang
“ROH” yang sedikit ini cukuplah menjadikan kita mampu memetik hikmahnya
dan menjadikannya sebagai wahana menuju kesadaran penuh memahami akan
tanda-tanda Kebesaran dan Kekuasaan-Nya.Maka
dengan dilandasi niat hati yang tulus memohon hidayah serta petunjuk
kepada Allah Ta’ala semata dan kemudian menggali lebih banyak hikmah
lagi dari buah karya tulisan para ulama alim,dan menyusunnya dengan
seksama,maka tulisan ini berhasil saya intisarikan dalam metode bahasa
yang mengarah pada pendekatan yang rasional serta mudah untuk dipahami
oleh kita yang awam ini.Amin.
KENALI UNSUR ROH UTAMA DALAM DIRI MANUSIA YANG MENJADIKAN KEBERADAANNYA ADA :
Aku,engkau,kalian atau kita manusia,dikatakan ada atau exist
keberadaannya jika memenuhi unsur-unsur zat kehidupan yang terpadu di
dalam
diri.Maka,ternyata unsur
yang terdapat dalam diri manusia itu tidak hanya terdiri dari satu jenis
ROH saja dengan Jasad.Tetapi ternyata manusia memlilki berbagai unsur
Roh.
PENJABARAN TENTANG RUH (ROH) :
Dalam bahasa Arab Kata ruh berasal dari
bahasa Al-Qur’an “Al-Ruh” dengan akar kata “RA-WAU-HA” (R-W-H),yang
bermakna pancaran zat kehidupan yang menggerakkan suatu makhluk
ciptaan-Nya menjadi hidup, yang berasal dari zat Kemaha Hidup-Nya,
(Al-Hayyi),Rabb,Tuhan semesta alam, atau dalam perbendaharaan bahasa
Indonesia kata “RUH” hanya dapat diterjemahkan dengan “ROH”,atau yang
dikenal dengan sebutan “NYAWA”
Ini satu-satunya karakter bahasa yang
tidak dimiliki oleh tata bahasa manapun di dunia, kata Al-Ruh berasal
dari kalimat Al-Qur’an,yang kemudian hanya dapat diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia dengan terjemahan,“ROH”,dalam bahasa Ibrani adalah
“RU’ACH”, dalam bahasa Yunani diterjemahkan sebagai “Pneu’ma”,dan dalam
bahasa Inggris diterjemahkan sebagai “SPIRIT”,
Maka terjemahan secara umum bahwa roh adalah :
“Daya /pancaran kehidupan yang tidak kelihatan,yang memberikan kehidupan kepada semua makhluk hidup”.
Dalam versi Al-Kitab Nasrani,Ruh adalah daya kehidupan yang akan kembali ke asalnya, yaitu Allah.(Ayub 34:14, 15; Mazmur 36:9),
Maka dalam Al-Qur’an diberitakan bahwa seluruh unsur jati diri manusia pada akhirnya bakal kembali kepada Tuhannya.
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah pada Tuhanmu dengan ridha dan
diridhai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah
ke sorga-Ku.” (QS. 89.Al-Fajr:27-30).
Kemudian dalam bahasa sehari-hari kita,juga mengenal adanya sebutan,
“Jiwa,sukma,Ruh kudus”, Roh Jahat,roh gentayangan,dll.Apakah semua itu?
Maka,tiap manusia itu memiliki 4 elemen /
unsur utama zat kehidupan yang “menempel” atau berpadu di dalam
dirinya,bahkan beberapa ulama meyakini bahwa 4 elemen ruh itu sebagai
tergolong “makhluk” yang ditiupkan (dijadikan unsur) oleh Allah SWT,pada
diri manusia tersebut ketika tercipta atau terlahir,sedangkan pada
nafs-nafs lain yang terdapat dalam diri manusia,maka disebut sebagai
unsur yang “dibekalkan”,karena merupakan jenis sifat :
BERIKUT BERBAGAI UNSUR DAN JENIS-JENIS ROH UTAMA YANG BERSEMAYAM DALAM DIRI MANUSIA :
Unsur manusia terdiri dari :
1. AR-RUH AL-IDHOFI atau RUH AL-HAYAT / RUH SEGALA SUMBER KEHIDUPAN (bentuk halus/gaib/tidak kasat mata)
2. AL-JASAD / FISIK (Ruh bentuk MATERI / BENDA yang dipengaruhi oleh ruang dan waktu)
3.AR-RUH AL-‘AQL atau ruh intelektual manusia (bentuk halus/gaib/tidak kasat mata)
4.AR-RUH AN-NAFSIY (Ruh kepribadian/Ego) atau Ruh angan/kesadaran (bentuk halus/gaib/tidak kasat mata),
“Maka mereka telah kembali kepada kesadaran dan lalu berkata:
“Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri
sendiri)”, (
QS.21. Al Anbiyaa’:64)
I.AR-RUH AL-IDHOFI :
-Ruh Al-Idhafi atau Ruh Al-Hayat atau bahasa kita menyebutnya “
Nyawa” :
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh
(ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”.
(
QS.32. As Sajdah:9)
-Adalah roh utama manusia,karena roh
inilah maka manusia dapat hidup. Bila roh tersebut keluar dari raga,
maka manusia yang bersangkutan akan mati jasadnya. Roh ini sering
disebut “NYAWA”.
-Roh Al-Idhofi merupakan sumber kehidupan dan keberadaan adanya manusia,Dan roh Al-Idhofi ini mempengaruhi roh-roh lainnya.Maka
ketika manusia masih dalam keadaan belum mengalami kematian namun salah
satu jenis roh yang lain keluar dari raga, maka roh Al-Idhofi ini tetap
akan tinggal didalam jasad,sehingga manusia tetap hidup/bernyawa.
-Bagi hamba Tuhan yang telah sampai pada tingkat kedekatan Irodat Ilahi
atau telah mencapai maqam “MAKRIFAT,maka dapat mengenali roh nya sendiri
ini dengan penglihatan kebatinannya(Al-Bashirah). Ia berujud mirip diri
sendiri, baik rupa maupun suara serta segala sesuatunya. Bagai berdiri
di depan cermin. Meskipun roh-roh yang lain juga demikian, tetapi kita
dapat membedakannya dengan roh yang satu ini.Alamnya Ruh Al-Idhofi
berupa nur terang benderang dan rasanya sejuk tenteram (bukan
dingin).Inilah Ruh yg dikatakan akan kembali kepada Tuhannya saat
manusia mati atau dicabut nyawanya.
(Menurut Syeikh Naem As-Saufi dalam
kitab Mengenal Ruh : Bermula dari Ruh Idhafi itu maka daripadanya
asalnya Jawahir(perwujudan). Ada pun Ruh Idhafi itu ialah Nuktah. Yang
mengadakan Nuktah itu Zat Allah yang Maha Suci,Maka Roh Idafi itulah
izin Allah(tiupan sebagian Ruh Al-Quds-Nya) didalam diri kita. Maka Ruh
Idhafi itulah dinamakan Ujud Idhafi. Maka Ruh Idhafi itulah dinamakan
Nyawa Muhammad, Nyawa Adam, Nyawa orang-orang Mukmin dan Nyawa kepada
Ruhani. Maka kenyataan Ruh Idhafi itulah bersumber dari Ruhul Quddus.
Maka kenyataan Ruhul Quddus itu ialah Ruhani. Kenyataan Ruhani itu ialah
Nafas kita. Maka ada pun Ruh Idhafi itu didalam diri. Maka Hakeqat itu
diri, dan diri itu didalam Idhafi).
Ruh Al-Idhofi ini terdiri dari :
1. Roh Al-Qudus (Roh Kudus /Roh Suci) dan Roh Al-Hayat (Nyawa):
-Roh Al-Qudus adalah merupakan manisfestasi difusi Ruh suci yang
bersumber dari Ruh-Nya yang Maha Al-Hayyu Al-Qayyum,yang ditiupkan
langsung oleh Tuhan kepada makhluk-Nya yang tertentu,yang adalah
dikhususkan untuk makhluk pilihan-Nya.
-Sedangkan Roh Al-Hayat yang sering
disebut “NYAWA” ini,adalah roh nyawa kehidupan yang bersumber
(baca:bagian) dari Roh Kudus-Nya tersebut yang “ditiupkan” kepada
seluruh makhluk ciptaan Allah baik Malaikat,Jin,Manusia umum yang
lahir/tercipta dan merasakan hidup baik di alam dunia maupun alam ghaib
lainnya (termasuk tumbuhan dan hewan).
Maka perbedaan Roh Qudus dengan Roh Al-Hayat adalah bahwa :
-Roh Qudus tidak ditiupkan kepada makhluk/manusia umum tapi hanya
ditiupkan Roh Al-Hayat,sedangkan yang ditiupkan langsung Roh Qudus-Nya
ini diantaranya adalah :
HAMBA-HAMBA TUHAN YANG DITIUPKAN DENGAN RUH AL-QUDUS :
a.Jibril (Malaikat),
“Katakanlah: “Ruhul Qudud,(Jibril) menurunkan Al Quran itu dari
Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah
beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang
berserah diri (kepada Allah).”(QS. 16. An Nahl:102)
b.Adam,yaitu pada penciptaan langsung dahulu,
“Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya
Ruh -Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.”
(
QS.38. Shaad:72)
c.Nabi Isa,yaitu tatkala Ibundanya tanpa suami namun dapat mengandung dan melahirkan Nabi Isa AS:
“(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai Isa putra Maryam, ingatlah
nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan
Ruhul Qudus…..”.(QS. 5. Al Maa’idah:110),
Ayat senada silahkan renungi : (
QS.Al-Baqarah :87 dan 253)
d.Nabi Muhammad SAW.yang disebut Ruh Al-Amin,adalah
esensi dari Nur Muhammad yg merupakan cikal bakal penciptaan segala
sesuatu kehidupan makhluk-Nya,maka justru Roh Qudus yang paling
tertinggi derajatnya justru yang ditiupkan pada jiwa Muhammad SAW.
Dari sabda Rasulullah Saw :
(Aku dari Allah dan sekalian mukmin dariku.)
-Firman Allah Swt. dalam hadis qudsiy:
“Innallaaha khalaqa ruuhi nabiyyika shalallaahu `alaihi wasallam min dzaatihi”
(Sesungguh-Nya Allah menciptakan ruh/Nur Muhammad Saw. itu dari Zat-Nya/Nurillah.)
Selengkapnya silahkan renungi dalam-dalam riwayat Nur Muhammad ini pada link berikut :
-
https://kelanadelapanpenjuruangin.wordpress.com/2013/07/12/the-effulgence-of-mohammed-nur-muhammad/
(Jadi tiupan ruh Al-Qudus tidak hanya disematkan/ditiupkan pada Isa
anak maria saja tapi juga pada Jibril,Adam dan Muhammad SAW).
2.Roh Rabani ,
-Adalah Ruh Jiwa yang selalu menangisi diri teringat akan Tuhannya,yang selalu meratap memanggil-manggil Rabb nya.
“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (nafsy dirinya sendiri)”.(
QS.75. Al Qiyaamah:2)
(Bila kita berhasil menguasainya maka kita tak mempunyai kehendak apa-apa. Hatipun terasa tenteram).
3. Roh Nurani :
-Roh ini dibawah pengaruh roh-roh Al-Idhofi. Roh Nurani ini mempunyai
pembawa sifat terang. Karena adanya roh ini menjadikan manusia yang
bersangkutan jadi terang hatinya. Kalau Roh Nurani meninggalkan tubuh
maka orang tersebut hatinya menjaid gelap dan gelap pikirannya.
-Roh Nurani ini hanya menguasai nafsu Mutmainah saja. Maka bila manusia
ditunggui Roh Nurani maka nafsu Mutmainahnya akan menonjol, mengalahkan
nafsu-nafsu lainnya.
Hati orang itu jadi tenteram, perilakunyapun baik dan terpuji. Air
mukanya bercahaya, tidak banyak bicara, tidak ragu-ragu dalam menghadapi
segala sesuatu, tidak protes bila ditimpa kesusahan.Senyum tangis suka
duka,bahagia maupun menderita dipandang sama.
4. Roh Rahmani (Roh Cinta Kasih):
-Roh dibawah kekuasaan Roh Al-Idhofi pula. Roh ini juga disebut Roh
Pemurah,yang merupakan manifestasi dari Zat-Nya yang Ar-Rahman dan
Ar-Rahim.Roh ini mempengaruhi manusia bersifat sosial,dan berkasih sayang(roh cinta).
Oleh karena adanya unsur Roh cinta inilah maka manusia dapat saling
merasakan timbulnya rasa cinta dan sayang,yaitu pada suami
sitri,sahabat,keluarga dan antar sesama orang-orang yang bernurani.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.(
QS.30. Ar Ruum:21)
Darimana datang ruh cinta ini?
Maka ayat berikut yang mengisahkan riwayat Nabi Musa dengan Fir’aun adalah menyiratkan asal datangnya ruh cinta ini.
“…..Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku, …”(
QS.20. Thaahaa:39)
Jelas sekali bahwa manusia terdapat unsur Ruh Cinta yang berasal dari Dzat Ar-Rahman Ar-Rahim-Nya.
II.AL-JASAD :
Terdiri dari :
1. Jasmani / Jasad / Tubuh /daging :
Bahwa salah satu elemen manusia itu adalah Jasad/jasmani yang terdiri
dari “cangkang” atau prototype tulang yang diselubungi daging beserta
seluruh komponen system metabolismenya,yang asal usulnya berasal dari
tanah.
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah,…….’. “(QS.40.Al Mu’min:67)
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإِنسَانَ مِن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari Lumpur hitam yang diberi bentuk”. (QS.15.Al-Hijr:26)
-Maka seluruh aktifitas dan mekanisme
perkembangan tubuh manusia ini tetap di bawah kekuasaan Roh Al-Idhofi.
yang menguasai seluruh peredaran darah dan urat syaraf serta memberi
energi listrik pada pergerakan/kerja paru-paru dan jantung.
-Karena adanya roh yang menguasai
jasad/jasmani ini maka manusia dapat merasakan adanya rasa sakit, lesu,
lelah, segar dan lain-lainnya. Bila Roh Al-Idhofi yang menguasai badan
ini keluar dari raganya, maka ditusuk jarumpun tubuh tidak terasa sakit
atau tubuh dalam keadaan mati rasa.
-Roh jasmani ini menguasai nafsu amarah dan nafsu hewani. Nafsu hewani
ini memiliki sifat dan kegemaran seperti binatang, misalnya: malas, suka
setubuh, serakah, mau menang sendiri dan lain sebagainya.
2. Al-Nabati An-Nafsiy (Gen , Cikal Bakal) .
Unsur Al-Nabati dalam diri manusia jika menurut bahasa ilmiahnya adalah Gen atau DNA,seperti yang disiratkan dalam ayat-Nya :
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)
Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas
bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa
sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”
(
QS.41. Fushshilat:53)
Pada kalimat “Sanurihim ayatina…” yg bermakna “Tuhan menghadirkan
tanda-tanda…”,kemudian sambungannya,”Fi Anfusihim…” yang bermakna
,”Sesuatu unsur inti yang tanda-tandanya terdapat dalam diri
manusia…”,maka pesan penjabarannya dari ayat tersebut adalah :
“Bahwa didalam unsur manusia terdapat suatu
“tanda-tanda” inti zat manusia (lebih kecil dari atom),yang tak akan
hilang yang dengan inti itu maka sesuatu yang diam,yang mati dapat
tumbuh/dihidupkan kembali,yang semua itu sebagai memperlihatkan
tanda-tanda kekuasaan-Nya”.
Dengan apa zat itu dapat diperlihatkan?maka tentu dengan ilmu pengetahuan.Dan jelas sekali ilmu pengetahuan modern telah menemukan adanya unsur Gen,ya DNA itulah yang dimaksud dalam Al-Qur’an.
APA ITU DNA ?

-DNA, kepanjangan dari Deoxyribo Nucleic
Acid, merupakan asam nukleat yang menyimpan semua informasi tentang
genetika. DNA inilah yang menentukan jenis rambut, warna kulit dan
sifat-sifat khusus dari manusia. DNA umumnya terletak di dalam inti sel.
Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai
materi genetic, artinya DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas
sel. Ia mengandung perintah-perintah yang memberitahu sel bagaimana
harus bertindak. Ia juga menentukan bagaimana sifat organisme diturunkan
dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
Selebihnya silahkan kunjungi link tentang DNA :
–
http://kesehatan707.blogspot.com/2012/05/apa-itu-dna.html
-
http://www.arrahmah.com/news/2013/02/17/subhanallah-ayat-suci-dalam-kromosom-manusia.html
Ketika manusia mati,adalah terjadinya suatu peristiwa dimana terjadi
pelepasan unsur-unsur atas satu kesatuan pada diri manusia,yakni
terpisahnya roh-roh kehidupan seperti yang dijelaskan diatas dengan
jasad/badannya,maka yang terjadi pada jasad/fisik adalah kembali melebur
menjadi tanah yang memang asal usul bahannya dari sana.
“Kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya”.
(QS. 71. Nuh:18)
Namun ada satu unsur yang tak akan hilang pada diri manusia ketika
lainnya melebur menjadi tanah,yaitu unsur An-Nafsiy atau Gen/DNA.
“Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami
aka mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada
kali yang lain”.(QS. 20. Thaahaa:55)
“Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam
kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan)
satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.(
QS.31. Luqman:28)
-Maka hakekat manusia mengapa berasal
dari tanah ini yang ternyata adalah bahwa ada keterkaitan sejarah
riwayat masa lalu ketika Tuhan menciptakan Makhluk dari bangsa Jin yang
bukan berasal dari tanah namun menjadi khalifah dimuka bumi yang
kemudian malah membuat kerusakan tanah/bumi sehingga bumi menangis bahwa
zatnya hanya dikotori oleh bangsa Jin dahulu.
Maka kemudian Tuhan menjanjikan pada tanah ketika mencipta manusia bahwa
nanti akan dikembalikan lagi dan bahkan mendapat kemuliaan tinggal
disyorga sebagai penghargaan pada unsur tanah.Hingga bahkan tanah/bumi
menjadi bangga karena telah dihadirkannya manusia mulia yang juga
dibangga-banggakan oleh penduduk langit termasuk Malaikat dan Bouraq.
Siapa manusia mulia itu,Beliau adalah Muhammad SAW yang hadir memuliakan bumi pertiwi.
Lihat selengkapnya pada riwayat “MAKHLUK-MAKHLUK SEBELUM MANUSIA”,pada link berikut :
IV.Ruh Al-‘AQL (Ruh Intelektual):
-Adalah Ruh kesadaran dan akal pikir yang terdapat dalam unsur (dalam jiwa diri) manusia yang disematkan oleh Sang Pencipta.
“Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah
kepada Allah hai orang-orang yang mempunyai aqal, (yaitu) orang-orang
yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu”.
(
QS.65. Ath-Thalaaq:10)
(
QS.26. Asy-Syu’araa’:28)
Elemen Ruh Al-Aql inilah yang membedakan antara makhluk manusia
dengan tumbuhan dan binatang.Artinya tumbuhan dan binatang tidak
dibekali Ruh ini,hanya dibekali Ruh Al-Hayat dan Nafs-nafs sifat ego.
Namun ternyata justru Ruh Aql ini yang jarang di pergunakan oleh kebanyakan manusia.
“Atau apakah kamu mengira bahwa KEBANYAKAN mereka itu mendengar
atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”. (
QS.25.Al Furqaan:44)
Ayat senada :
(
QS.40. Al Mu’min:57)
“Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan)
sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang
demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau
mempergunakan akal”.
(QS.5. Al Maa’idah:58),
Ancaman bagi yang tidak mem-fungsikan aqal yang telah dianugerahkan Tuhan pada manusia :
“Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan
Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan
akalnya”.(
QS.10. Yunus:100)
V.Ruh An-NAFSIY (Roh REWANI atau SUKMA):

Ruh ini terdiri dari :
1-Roh Rewani (Sukma):
-Ialah roh yang menjaga raga
manusia.Ketika manusia hidup dan dalam keadaan sadar serta sehat atau
terjaga,maka ruh Rewani /sukma ini komplit nempel ( menyatu) pada diri
manusia,
-Bila roh Rewani ini keluar dari tubuh maka orang yang bersangkutan menjadi tidak sadar atau tidur.Maka orang akan terjaga kembali ketika roh Rewaninya ini merasuk kembali ke tubuhnya.
-Juga ketika orang dalam keadaan tidur kemudian bermimpi berjumpa dengan
arwah seseorang dialam mimpinya, maka roh Rewani dari orang yang
bermimpi itulah yang menjumpainya,bahkan dapat melakukan komunikasi
dialamnya tersebut. Jadi mimpi itu hasil kerja roh Rewani yang
mengendalikan alam bawah sadar manusia. Roh Rewani ini juga di bawah
kekuasaan Roh Idofi. Jadi kepergian Roh Rewani dan kehadirannya kembali
diatur oleh Ruh Al-Idhofi.
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنفُسَ
حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي
قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Allah memegang jiwa (nafs) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang)
yang belum mati di waktu tidurnya. Maka Dia, tahanlah jiwa (orang) yang
telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai
waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.” (QS.39.Az-Zumar:42)
-Oleh karena itu makanya kita sering dengar
orang bilang bahwa kalau orang sedang tidur seperti kaya mati saja
,namun bagi yang tertidur kadang merasa angan dirinya dapat menari-nari
terbang bebas kealam luas.
-Maka Ruh Rewani ini merupakan pokoknya Ruh Angan,alam bawah sadar,Roh Rewani adalah duplikat jasad dalam bentuk halus atau
SUKMA dalam bahasa kebatinan Jawa.
(Itulah mengapa pada komunitas ahli supranatural dapat memiliki
ilmu yang disebut,”Ngerogoh Sukma” alias mampu melakukan perjalanan
kebatinan dan mampu berkomunikasi dengan arwah orang-orang yang sudah
meninggal,dengan makhluk astral lain atau bahkan mampu melakukan
komunikasi jarak jauh/telepati dialam kebatinan).
-Maka ketika manusia mati yg terjadi adalah :
Ia hanya kehilangan fisik,dan Ruh Al-Idhafinya,sedangkan Jiwa,aqal dan
angannya masih hidup dialam sana,maka oleh karena itulah di kehidupan
sehari-hari,kita dapat mengenal adanya desas desus hal-hal
gaib,hantu,roh gentayangan,penampakan,mati suri,masuk ke alam
astral,dll,sungguh semua itu sebenarnya dapat dijelaskan.
2. Roh Rohani /Ruh Ego:
Pada Ruh Ar-Ruhani inilah yang merupakan sarana Tuhan dalam
mengilhamkan qalbu manusia untuk menggunakan insting memilih jalan
negatif atau jalan positif.
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”.
(QS.91. Asy Syams:8)
-Roh inipun juga dikuasai oleh roh
Al-Idhofi. Karena adanya roh Rohani ini, maka manusia memiliki kehendak
dua rupa. Kadang-kadang suka sesuatu, tetapi di lain waktu ia tak
menyukainya. Roh ini mempengaruhi perbuatan baik dan perbuatan buruk.
Roh inilah yang menempati pada sifat-sifat/nafsy bakat manusia,sebagai
berikut :
Kenali unsur diri Manusia yang pada penciptaan manusia telah disematkan 2 (dua) Nafs/Sifat utama :
I. Unsur Nafs Kiri (Cenderung Negatif) / Nafs Fujurah:
Yang dapat menimbulkan / mengarahkan perilaku manusia pada nafs-nafs keburukan/kefasikan sbb :
1.An-Nafs Al-Hayawaniyyah.
2.An-Nafs Al-Musawwillah
3.An-Nafs Al-Ammarah
4. Nafsu Al-Lawwamah (Nafs ganda yang dapat menghantar ke negatife dan positif)
5. Nafsu Supiyah (Nafs ganda yang dapat menghantar ke negatife dan positif)
II. Unsur Nafs Kanan (Nafsyu positive / At-Taqwa :
Yang dapat menimbulkan / mengarahkan perilaku manusia pada nafs-nafs kebajikan/ketaqwaan sbb :
1.An-Nafs An-Nafsyaniyyah
2.An-Nafs Al-Mulhammah
3.An-Nafs Al-Muthmainnah
Baca selengkapnya tentang Nafsy-nafsy yg terdapat dalam diri manusia di link berikut :
Kalau manusia ditinggalkan oleh roh
rohani ini, maka manusia itu tidak mempunyai nafsu lagi, sebab semua
nafsu manusia itu roh rohani yang mengendalikannya. Maka, kalau manusia
sudah bisa mengendalikan roh rohani ini dengan baik, ia akan hidup dalam
kemuliaan. Roh rohani ini sifatnya selalu mengikuti penglihatan yang
melihat. Dimana pandangan kita tempatkan, disitu roh rohani berada,namun
sebaliknya jika manusia cenderung mengumbar nafsyu negatifnya saja maka
keadaan manusia tersebut akan jatuh ke dalam derajat rendah (bahkan
lebih rendah dari binatang).
Dengan demikian telah kita pahami bahwa diri manusia itu terdapat unsur 9 (Sembilan) “ROH” yakni :
1.Ruh Al-Hayat
2.Ruh Rabbani
3.Ruh Nurani
4.Ruh Rahmani
5.Ruh Al-Jasad
6.Ruh An-Nabati
7.Ruh Al-Aql
8.Ruh Rewani / Sukma
9.Ruh Rohani / Ego.
LANTAS APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN JIWA ?
Maka dari keseluruh unsur Ruh berikut
jasad yang melekat pada diri manusia,itulah satu kesatuan unsur/wujud
yang disebut “JIWA”,yang mengejawantahkan akan adanya keberadaan
jatidiri manusia tersebut baik dalam keadaan hidup atau sesudah matinya.
Dan jiwa pada masing-masing diri seseorang itu,diwakili oleh sebutan
namanya masing-masing yang bersifat abadi atau yang disebut,“Ism”
Maka Jiwa mewakili nama dan nama mewakili karakter serta spirit ruh
dari orang yang bersangkutan,oleh karena itu demikianlah mengapa nama
seseorang itu tak akan pernah musnah biarpun meninggal,tetap saja
namanya tak akan hilang,contoh si Badrun meninggal,maka tak akan ganti
panggilan menjadi si Bolang,maka tetap saja akan di panggil namanya
dengan Badrun,hanya saja ada tambahan gelar Almarhum didepan
namanya.maka dengan demikian nama adalah sebutan/gelar “JIWA” seseorang.
Dari semua ayat yang menyebutkan tentang jiwa dalam Al-Qur’an,maka sekaligus merupakan definisi tegas tentang jiwa itu sendiri.
-Berikut ayat yang mendefinisikan tentang jiwa,yang mengejawantahkan keseluruhan unsur zat manusia secara utuh ketika hidup :
“Berjihadlah dengan harta dan jiwamu…. “(
QS.49. Al Hujuraat:15)
Artinya:”Berjuanglah dijalan-Nya dengan segenap kemampuan yg dimiliki dari seluruh unsur jasmani dan ruhaninya”.
Juga pada : (
QS.40. Al Mu’min:17) , (
QS.31. Luqman:28)
Pada contoh bait lagu,coba ingat-ingat akan sebuah lagu nasional,yang berbunyi :
“Bagimu negeri,jiwa raga kami….”,
Atau pada sebuah pelaksanaan program pemerintah ketika diadakan Sensus
Penduduk,maka dikatakan “Cacah Jiwa”,satuannya adalah jiwa.(bukan cacah
orang atau cacah manusia,kan?)
Maka demikianlah semua itu mengejawantahkan sebagai bentuk utuh manusia
itu sendiri yang terdiri dari unsur ruh -ruh seperti tersebut
diatas,atau keseluruhan jasmani dan ruhaninya.
-Berikut ayat yang mendefinisikan tentang jiwa,yang mengejawantahkan jatidiri manusia ketika setelah matinya :
“Hai jiwa yang tenang”.(QS. 89. Al-Fajr:27)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa firman Allah ini turun berkenaan dengan Hamzah yang gugur (mati) sebagai syahid.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Buraidah.)
-Berikut ayat yang mendefinisikan tentang jiwa,yang mengejawantahkan
jatidiri manusia ketika di alam akherat (Setelah alam kubur):
“Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan”.(QS. 39. Az Zumar:70)
KEADAAN UNSUR JIWA MANUSIA MENURUT ALAM KEHIDUPANNYA :
1.KETIKA MANUSIA MASIH HIDUP DIALAM DUNIA :
-Maka keseluruh unsur zat manusia yang terdiri dari Ruh-ruh
Al-Idhofi,Jasad,Aql dan An-nafsiy beserta seluruh sifat Nafs-nafs
nya,semua melekat atau komplit bersemayam dalam jati diri jiwa manusia.
2.KETIKA MANUSIA SEDANG DI CABUT NYAWANYA (meninggal) :
-Adalah saat proses dilepasnya seluruh unsur Ruh halus ,ruh-ruh kehidupan pada diri manusia dari jasadnya.
-Pada peristiwa ini maka keadaan manusia ybs seolah mengalami mati
rasa,ketidak sadaran,diam,ditusuk benda tajampun akan diam,disiksa
orangpun tak akan lari……karena apa? karena ruhnya sedang dilepas…karena
nafs-nafsnya sedang mengalami pelepasan dari jasadnya.
-Kemudian dalam riwayat ketika manusia sudah sampai ajalnya dan
sedang dicabut nyawanya,(sakarotul maut) diriwayatkan,dalam alam jiwanya
mengalami sakit sangat luar biasa,karena adanya suatu proses pelepasan
unsur-unsur ruh kehidupan dengan badannya.
“Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa
orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan
berkata): “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar”, (tentulah kamu
akan merasa ngeri)”.(QS. 8.Al-Anfaal:50)
2.KETIKA MANUSIA MENJALANI KEHIDUPAN DIALAM KUBUR/BARZAH :
-Ketika manusia telah berada hidup dialam
kubur/Barzah,maka Unsur yang lepas atau meninggalkan jiwanya adalah
hanya jasadnya,karena jasad/fisiknya melebur menjadi tanah,sedangkan
unsur ruh-ruh lainnya seperti :
Ruh Al-Idhofi, Al-Aql dan Ruh An-Nafsiy
nya dikembalikan lagi oleh Allah setelah manusia dibenamkan ke dalam
liang lahat dan menjalani kehidupan baru dialam dikubur.
Maka dengan demikian kala manusia berada dialam kubur,Gen atau DNA nya
mengalami/merasakan hidup kembali dalam dimensi alam halus dengan
Ruh-ruh yang dikembalikan lagi yakni Ruh Al-Idhofi,Ruh Al-Aql dan Ruh
An-Nafsiy nya (Sukma)
-Oleh karena itulah ada istilah Merasakan siksa kubur,menangis,menyesali diri,dan ingin kembali ke dunia,dll
Berikut informasi dari ayat Al-Qur’an tentang adanya siksa kubur :
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang,dan pada
hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah
Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.”(
QS.40. Al Mu’min:46)
Riwayat tentang adanya siksa kubur silahkan renungi pada link berikut :
-
http://tanbihul_ghafilin.tripod.com/siksaalamkubur.htm
-
http://www.sabah.org.my/mns/allPDF/nov06/TAZKIRAH%2070%20311006%20Kebenaran%20Azab%20Kubur.pdf
3.KETIKA MANUSIA DI ALAM AKHERAT SETELAH KIAMAT DAN DIBANGKITKAN :
-Maka diri manusia akan dikembalikan lengkap dengan jiwa raganya,utuh
sediakala seperti bentuk ketika hidup dialam dunia,karena Allah
menyatukan kembali seluruh unsur ruh dengan jasadnya.
Silahkan perhatikan ayat berikut :
“Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna”.
(QS. 75.Al-Qiyaamah:4)
4.KETIKA MANUSIA BERADA DI ALAM TEMPAT KEMBALI AKHIR :
-MANUSIA YANG BERADA DIALAM SYORGA :
Juga diri manusia akan dikembalikan dengan jiwa yang utuh sediakala
seperti bentuk ketika hidup dialam dunia,karena Allah menyatukan kembali
seluruh unsur ruh Al-Idhofi,Jasad,Aql dan An-nafsiy dengan jasadnya.
Silahkan perhatikan ayat berikut :
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah pada Tuhanmu dengan ridha dan
diridhai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah
ke sorga-Ku.” (
QS.89.Al-Fajr:27-30).
“Di dalam Syorga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebahagiannya kamu makan”.
(QS. 43. Az Zukhruf:70 s/d 73)
Ayat diatas menggambarkan keadaan manusia
di dalam syorga lengkap dengan unsur ruhani dan jasmani,karena ada
aktifitas jasadiyah seperti makan,minum,merasakan,dll sama seperti
ketika di alam dunia,hanya Nafs-nafs keburukan saja yang telah
dilepaskan seluruhnya,karena dalam syorga tidak ada dendam dan sakit
hati dan tidak ada sifat-sifat kesia-siaan.
-MANUSIA YANG BERADA DI ALAM NERAKA :
Di alam Neraka,maka diri manusia juga akan dikembalikan lengkap dengan
jiwa raganya,utuh sediakala seperti bentuk ketika hidup dialam
dunia,karena Allah menyatukan kembali seluruh unsur ruh
Al-Idhofi,Jasad,Aql dan An-nafsiy dengan jasadnya.
Silahkan perhatikan ayat berikut :
“Dan tahukan kamu apa huthamah itu? (Yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati.” (Q.S. al-Humazah: 5-7)
“Di hadapannya ada jahanam dan dia akan diberi minuman dengan air
nanah, diminumnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya
dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia
tidak juga mati; dan dihadapannya masih ada azab yang berat.” (Q.S. Ibrahim: 16-17)
Ayat diatas menggambarkan keadaan manusia
di siksa dalam Neraka lengkap dengan unsur ruhani dan jasmaninya,karena
ada aktifitas jasadiyah seperti makan,minum,merasakan,dll,hanya saja
semuanya berbentuk api dan kesengsaraan,sama seperti ketika di alam
dunia,hanya Nafs-nafs Muthmainnah,Al-Mardiyyah dan Ar-Radhiyahnya saja
yang tidak ikut ke neraka,karena didalam neraka tidak ada sifat
kedamaian,ketenteraman dan kesenangan.
MANUSIA
MENGENAL HAKEKAT DIRI MANUSIA DAN UNSURNYA :
Kita selama ini memahami keberadaan
manusia hanya sebatas makhluk yang diciptakan Tuhan dari bahan tanah
kemudian cukup melakukan penghambaan dan beribadah hanya kepada-Nya
saja,kemudian bagi yang taat akan masuk syorga dan bagi yang ingkar akan
berakhir dineraka.
Padahal ternyata setelah dilakukan pendalaman dari berbagai sumber ulama
alim dan menginti sarikannya lebih dalam lagi,maka bahwa hakekat
keberadaan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang lebih mulia
dibanding dengan makhluk ciptaan lainnya ini sungguh memuat makna lain
yang lebih luas,yang akan menuntun kepada kita (bagi yang mau
merenunginya) ini,menuju pada sebuah kesadaran yang lebih dahsyat akan
makna sebuah rasa syukur yang teramat sangat kepada Tuhannya dengan
sebenar-benar runduk sujud syukur yang dalam lagi dan akan membuat kita
lebih khidmat lagi menyadari siapa diri kita yang sungguh tak ada
sebutir-butirnya tepung diri kita dibanding dengan karunia Tuhan yang
telah diberikan kepada manusia.
(pada kesadaran lain akan timbul rasa malu teramat sangat kita kepada
Tuhan,jika kita hanya menjadi makhluk sampah yang tak pernah
mempersembahkan sesuatu bakti kepada-Nya).
Mari kita telusuri siapa sesungguhnya diri kita.
MENGAPA MANUSIA DISEBUT TUHAN SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA?
Manusia makhluk paling sempurna dan mulia?
Ah,sepertinya omong kosong.Realitasnya dalam kehidupan dunia saat ini
begitu memprihatinkan menyaksikan ulah sepak terjang dan tabiat manusia.Jahat,egois,sadis dan penuh kesombongan,saling injak menginjak,saling hancur menghancurkan,tipu menipu dan saling iri dengki.
Lihat yg jadi penjahat,betapa sadisnya mereka
merampok,menjambret,menodong kadang tanpa belas kasihan langsung
membacok,membunuh korbannya.Lihat
yang saling bunuh-bunuhan antar sesama umat karena dalih membenarkan
kelompok/sektenya sendiri.Lihatlah realitas di
Suriah,Irak,Mesir,Myanmar,dan dibelahan lain dunia.
Lihat yang saling tawuran ,pertikaian SARA,mereka bunuh-bunuhan dan mati
bagai binatang,yang mati dibakar,yang dimutilasi,yang di ambil paksa
organ dalam tubuhnya,dll.Lihat
para pecandu narkoba,lihat dan lihat realitas dikehidupan kita
sehari-hari,maka manusia kelasnya tak lebih baik dari nasib binatang
yang mati.
Mau disebut mulia darimana? Padahal Tuhan telah menyiratkan bahwa
manusia adalah makhluk yang dilebihkan kemuliaan dan derajatnya
dibanding makhluk lainnya :
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan
anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami
beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan”.(QS. 17. Al Israa’:70)
Maka jawaban makhluk manusia dapat digolongkan sebagai makhluk mulia jika memenuhi hal-hal sebagai berikut dibawah ini :
Jawaban yang paling mendasar adalah
bahwa,ternyata derajat mulia itu,berpasangan dengan kerendahan.Maknanya
bahwa manusia jika mau termasuk ke dalam makhluk yang disebut mulia,maka
itu harus dengan niat dan berusaha,berupaya mencapainya atau meraihnya.
Maka,
Manusia dapat digolongkan sebagai makhluk mulia terbagi dalam dua katagory:
1.Menurut aspek filsafat global :
*Dalam ilmu mantiq (logika) manusia disebut sebagai Al-Insanu hayawanun
nathiq (manusia adalah binatang yang berfikir). Nathiq sama dengan
berkata-kata dan mengeluarkan pendapatnya berdasarkan pikirannya.
Sebagai binatang yang berpikir manusia berbeda dengan hewan. Walau pada
dasarnya fungsi tubuh dan fisiologis manusia tidak berbeda dengan Hewan,
namun hewan lebih mengandalkan fungsi-fungsi kebinatangannya, yaitu
naluri, pola-pola tingkah laku yang khas, yang pada gilirannya fungsi
kebinatangan juga ditentukan oleh struktur susunan syaraf bawaan.
Semakin tinggi tingkat perkembangan binatang, semakin fleksibel
pola-pola tindakannya dan semakin kurang lengkap penyesuaian struktural
yang harus dilakukan pada saat lahirnya.
Pertanyaan tentang jati diri manusia itu mulai timbul atau baru terlacak
pada masa Para pemikir kuno Romawi yang konon dimulai dari Thales (abad
6 SM).
Maka,keberadaan manusia berbeda dengan
binatang yang tak diberi beban penugasan sebagai khalifah (penguasa
bumi),sehingga tak dibekalinya dengan aqal.
Sedangkan manusia yang diberi aqal
memungkinkan dapat menerima signal-signal petunjuk atau hidayah dalam
menjalani kehidupan sebagai koridor yang mesti diaplikasikannya.
TENTANG SIGNAL HIDAYAH YANG TERTANAM DALAM DIRI MANUSIA
As-Syaikh Musthafa al-Maraghi ketika
menafsirkan makna hidayah dalam surat al-Fatihah menerangkan bahwa ada
lima macam dan tingkatan hidayah yang dianugerahkan Allah s.w.t. kepada
manusia, yaitu:
1. Hidayahal-Ilham gharizah atau (insting).
2. Hidayah al-Hawasy, (indra).
3.Hidayah al- ‘Aql, (akal budi).
4. Hidayah al-Adyan, (agama).
5.Hidayah at-Taufik.
Hidayah al- ‘Aql ,lebih tinggi
tingkatannya dari hidayah terdahulu (insting dan indra yang
dianugerahkan Tuhan kepada hewan). Dan pada hidayah aql pula yang
membedakan antara manusia dan binatang. Di samping itu, di atas akal
budi terdapat hidayah agama dan hidayah at-taufiq.
Manusia menurut aspek Ilmu Pengetahuan:
Pada zaman modern pendefinisian manusia banyak dilakukan oleh mereka yang menekuni bidang psikologi.Para
penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens
(manusia berkeinginan). Menurut aliran ini manusia adalah makhluk yang
memiliki perilaku hasil interaksi antara komponen biologis (id),
psikologis (ego) dan sosial (superego), Di dalam diri manusia terdapat
unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Maka kesimpulannya,kemakhlukan bahwa manusia lebih mulia entah apapun agamanya dan latar belakangnya.
Yakni :
a.Telah diberinya ruh yang berasal dari
Ruh Kemuliaan-Nya,bukan dari ruh Iblis atau syetan atau
binatang.(Silahkan renungi kembali tulisan diatas tentang unsur ruh
dalam diri manusia).
b.Telah diberinya Akal dan nafs
pilihan,yang berbeda dengan hewan,yang dengan akal tersebut manusia
diberi ilham untuk berpikir,berbudi daya dan ber nurani.Dengan akal
pikir itu manusia mampu mempertahankan hidup dan mampu mengembangkan
teknologi,mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan alam semesta.
2.BERDASAR NILAI-NILAI ISLAM :
*Manusia adalah salah satu makhluk
ciptaan Allah,Tuhan Pencipta Alam Semesta. Walaupun telah berusaha
memahami dirinya selama beribu-ribu tahun, namun gambaran yang pasti dan
meyakinkan tak mampu mereka peroleh hanya dengan mengandalkan daya
nalarnya yang subyektif. Oleh karena itu manusia memerlukan pengetahuan
dari pihak lain yang dapat memandang dirinya secara lebih utuh.Allah
Sang Pencipta Alam telah menurunkan Kitab Suci Alquran yang di antara
ayat-ayat-Nya menggambarkan keadaan konkret tentang kejadian manusia.
Manusia Makluk Terbaik dan Termulia*
Allah Ta’ala menciptakan manusia itu melalui dua model proses,yakni :
a.Penciptaan langsung (penciptaan Adam) dengan prototype.
b.Penciptaan tidak langsung (proses reproduksi manusia).
-Dalam penciptaan Adam :
Allah Ta’ala langsung membentuknya dengan
model / Protoype dari unsur-unsur tanah yang dibentuk dan dengan air,
lalu ditiupkan ruh Allah secara langsung (ROH Al-Qudus),sehingga
terciptalah Nabi Adam sebagai manusia pertama.
PROSES SEBAGAI BERIKUT :
1) Menggunakan “ Tiin”, yaitu tanah lempung:
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنسَانِ مِن طِينٍ
(Tuhan) memulai penciptaan manusia dari tanah lempung. (QS.32.As-Sajadah:7)
Dalam ayat ini, Alquran menyebut kata badaa
yang berarti memulai. Ini menunjukkan adanya awal suatu penciptaan dari
tiin. Hal ini jelas bermakna tahap yang lain akan segera mengikuti.
2)Menggunakan “ Turaab”, yaitu tanah gemuk sebagaimana disebut dalam ayat:
قَالَ لَهُ صَاحِبُهُ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِن تُرَابٍ
ثُمَّ مِن نُّطْفَة ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلاً
“Kawanmu (yang mukmin) berkata
kepadanya, sedang dia bercakap-cakap dengannya: “Apakah kamu kafir
kepada Tuhan Yang Menciptakan kamu dari tanah (turaab), kemudian dari
setetes air mani lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang
sempurna?” (QS.18.Al-Kahfi:37)
3) .Menggunakan “Tiinul laazib”, yaitu tanah lempung yang pekat (tanah liat):
فَاسْتَفْتِهِمْ أَهُمْ أَشَدُّ خَلْقاً أَم مَّنْ خَلَقْنَا إِنَّا خَلَقْنَاهُم مِّن طِينٍ لَّازِبٍ
“Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik
Mekah): “Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang
telah Kami ciptakan itu?” Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dari
tanah liat (tiinul laazib). (QS.37.As-Saffaat: 11)
4).Diprototype kan dengan” Salsalun”, yaitu
lempung yang dikatakan” Kalfakhkhar”, (seperti tembikar). Citra ayat ini
menunjukkan bahwa manusia “dimodelkan”.
5) .Dan dengan, “ Salsalun min hamain masnuun”, (lempung dari Lumpur yang dicetak/diberi bentuk):
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإِنسَانَ مِن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari Lumpur hitam
yang diberi bentuk”. (Q.S. Al-Hijr, 15: 26)
6)Disarikan dengan,” Sulaalatin min tiin”,
yaitu dari sari pati tanah.( Sulaalat berarti sesuatu yang disarikan
dari sesuatu yang lain):
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن سُلَالَةٍ مِّن طِينٍ
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَّكِينٍ
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ
مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَاماً فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْماً
ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ
أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah (sulaalatin min tiin).
Kemudian Kami jadikan saripati air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha Sucilah Allah,
Pencipta yang paling baik”. (QS.23. Al-Mukminun: 12-14)
7)Dicampur dengan Air sebagai unsur penting asal usul seluruh kehidupan:
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاء بَشَراً فَجَعَلَهُ نَسَباً وَصِهْراً وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيراً
Dan Dia (Allah) pula yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia
(Allah) jadikan manusia itu punya keturunan dan musaharah adalah Tuhanmu
Mahakuasa. (
QS.25.Al-Furqaan: 54)
8). Peniupan Ruh Al-Qudus,Al-Hayat-Nya:
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُواْ لَهُ سَاجِدِينَ
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah
meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya
dengan bersujud. (Q.S. Al-Hijr, 15: 29)
ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلاً مَّا تَشْكُرُونَ
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya
ruh (ciptaan) Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, tetapi kamu sedikit sekali bersyukur”. (Q.S. As-Sajdah, 32: 9)
Demikian model penciptaan langsung nabi Adam yang difirmankan Allah
dalam Alquran. Manusia menurut Islam berbeda sama sekali dengan
makhluk-makhluk lain, manusia adalah makhluk yang paling terbaik dan
sempurna dihadapan Allah. Manusia di samping mempunyai jasad, nyawa,
nafsu naluri, dan insting, manusia dilengkapi dengan Ruh
Al-Qudus,Al-Hayat-Nya.
Karena kelebihannya itulah manusia memperoleh predikat sebagai makhluk
terbaik dan termulia, baik bentuk kejadiannya maupun kedudukannya di
alam semesta ini.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (Q.S. At-Tin, 95: 4)
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ
وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ
الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا
تَفْضِيلاً
“
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka ke daratan dan lautan, Kami beri mereka rizki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. (Q.S. Al-Isra, 17: 70)
-Penciptaan melalui proses reproduksi manusia :
PROSES SEBAGAI BERIKUT :
*Kandungan ayat-ayat Al-Quran telah membuka mata pakar dunia di bidang
ilmu kedokteran dan embriologi. Mereka terpana akan kesuaian ilmu ilmiah
modern yang telah dihasilkan dengan riset-riset mahal dengan wahyu
Al-quran yang notabene telah ada sejak 1400 tahunan yang lalu. Hal ini
telah membuktikan kebenaran wahyu Alquran dan agama Islam sebagai
pedoman hidup manusia.
يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ مَا
غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ فِي
أَيِّ صُورَةٍ مَّا شَاء رَكَّبَكَ
“Hai manusia apakah yang telah memperdaya kamu (berbuat durhaka)
terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, yang telah menciptakan kamu lalu
menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuhmu) seimbang,
dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” (Q.S. Al- Infithar, 82: 6-8)
Proses terjadinya manusia merupakan fenomena yang baru saja diketahui
setelah diketemukannya alat-alat modern yang serba canggih diperbagai
segi. Para pakar sains di bidang kedokteran terkejut tatkala mereka
menemukan teori-teori proses terjadinya manusia di dalam Al-quran yang
sangat sesuai dengan hasil yang mereka peroleh setelah melakukan
penyelidikan berabad-abad lamanya hingga saat ini.
Ilmu tentang proses kejadian manusia dalam Al-Qur’an yang sangat ilmiah:
Proses Kejadian dalam Kandungan (belum ada)
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَاتاً فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ
ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Mengapa kamu kafir terhadap Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu.”(QS.2. Al-Baqarah: 28)
Al-Qur’an bilang bahwa kita tadinya “mati” alias belum ada.Lho,di
manakah kita?Maka ilmu modern telah memberi definisi, bahwa pada waktu
itu kita masih berupa unsur-unsur zat-zat anorganis dalam
tanah,sedangkan unsur kehidupan (roh-red) berada dalam sumber kekuatan
semesta (Allah-red.).
Berikut penjelasan ilmiahnya :
(Unsur-unsur zat asli yang terdapat di dalam
tanah akan diserap, baik itu oleh hewan maupun tumbuhan, dan tak
terkecuali akan sampai juga kepada manusia, termasuk ayah dan ibu kita.
Dalam tubuh ayah, zat-zat tersebut akan terbentuk menjadi sperma, sedang
pada ibu akan terwujud ovum (sel telur). Dari kedua benda (sperma dan
ovum) inilah nanti akan terwujud sosok manusia yang menakjubkan di dalam
rahim ibu).
خُلِقَ مِن مَّاء دَافِق
يَخْرُجُ مِن بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ
“Maka hendaklah manusia memperhatikan
dan apa ia diciptakan. Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang
keluar dari antara bagian seksuil daripada lelaki dan perempuan.”(Q.S. Ath Thariq, 86: 6-7)
أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّن مَّنِيٍّ يُمْنَى
“Bukankah ia dahulu berupa setetes mani yang ditumpahkan.”(Q.S. Al Qiyamah, 75: 37)
Mani atau sperma yang terbentuk di dalam
tubuh setelah terjadinya persenyawaan antara zat-zat yang terbawa dari
makanan dengan unsur-unsur lain di dalam tubuh inilah yang merupakan
salah satu bahan terpenting bagi terwujudnya sosok manusia.
Sebelum lebih jauh tentang reproduksi
manusia di dalam Alquran,maka perlu mengetahui dulu bagaimana proses
reproduksi manusia menurut ilmu embriologi modern yang telah diperoleh .
Para ahli Embriologi begitu takjub dengan susunan ayat Al-Qur’an yang
begitu sistematik mengenai soal-soal reproduksi manusia,yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Setetes cairan yang menyebabkan pembuahan (facondation).
b. Watak dari zat cair yang membuahi.
c. Menetapnya telur yang sudah dibuahi dalam rahim.
d. Perkembangan embrio di dalam rahim.
Setetes cairan yang menyebabkan pembuahan.
Alquran mengetengahkan soal ini sebelas kali dalam berbagai surah,silahkan perhatikan ayat-ayat ini;
خَلَقَ الإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُّبِينٌ
“Dia telah menciptakan manusia dari nutfah, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.”(Q.S. An Nahl, 16: 4)
Kata nutfah dalam ayat ini berasal dari akar
kata yang artinya “mengalir”. Kata ini dipakai untuk menunjukkan air
yang ingin tetap dalam wadahnya, sehingga sesudah wadah itu dikosongkan.
Jadi kata tersebut menunjukkan setetes kecil yang dalam hal ini berarti
setetes air sperma (mani), karena dalam ayat lain diterangkan bahwa
setetes itu adalah setetes sperma.
أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّن مَّنِيٍّ يُمْنَى
“Bukankah ia dahulu dari setetes mani (sperma) yang ditumpahkan.”(Q.S. Al Qiyamah, 75:37)
Dalam ayat lain setetes itu ditempatkan dalam tempat yang tetap atau kokoh yang dinamai rahim.
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَّكِينٍ
“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (sperma) (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).” (Q.S. Al Mu’minun, 23:13)
Inilah ayat-ayat Quran yang menunjukkan ide
tentang setitik cairan yang diperlukan untuk pembuahan, hal ini sesuai
tepat dengan sains modern yang telah diketahui sekarang.
Watak dari zat cair yang membuahi,
Alquran menunjukkan cairan yang memungkinkan terjadinya pembuahan dengan watak-watak atau sifat yang perlu dicermati,
– Sperma (seperti yang baru dibicarakan)
– Cairan yang terpancar (Q.S. Ath Thariq, 86:6)
– Cairan yang hina (Q.S. Al Mursalaat, 77: 20)
– Cairan yang bercampur/amsyaj (Q.S. Al Insan, 76:2)
Watak cairan yang terakhir perlu digaris bawahi, karena mengandung suatu
hal yang menakjubkan yang perlu kita ketahui dan mengerti.
إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعاً بَصِيراً
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes nutfah yang bercampur.., (QS Al Insan, 76:2)
Banyak ahli tafsir seperti Hamidullah dan
juga ahli-ahli tafsir kuno yang mereka itu belum memiliki ide sedikit
pun tentang fisiologi pembuahan, mereka mengira bahwa kata “campuran”
itu hanya menunjukkan bertemunya unsur lelaki dan wanita.
Tetapi ahli tafsir modern seperti penulis Muntakhab yang diterbitkan
Majelis Tinggi soal-soal Islam di Kairo mengoreksi cara para ahli tafsir
kuno dan menerangkan bahwa setetes sperma itu banyak mengandung
unsur-unsur. Suatu keterangan yang sangat tepat, walaupun mereka tidak
memberikan perinciannya. Apakah unsur-unsur sperma yang bermacam-macam
itu? Cairan sperma mengandung unsur-unsur yang bermacam-macam yang
berasal dari kelenjar-kelenjar sbb;
– Tetis, buah pelir yang mengeluarkan spermatozoa yaitu sel panjang berekor dan berenang dalam cairan serolife.
– Kantong-kantong benih (besicules seminutes). Organ ini merupakan
tempat menyimpan spermatozoa, juga mengeluarkan cairan, tapi tak
bersifat membuahi.
– Prostat, mengeluarkan cairan yang memberikan sifat krem serta bau khusus kepada sperma.
– Kelenjar Cooper/mery, mengeluarkan cairan yang lekat.
– Kelenjar letre, yang mengeluarkan semacam lendir.
Inilah unsur-unsur campuran yang dimaksud dalam Alquran.
Betapa menakjubkan, Alquran memberikan hal-hal yang harus diketahui
dengan alat-alat modern pada saat ini, yang tidak mungkin diketahui
orang-orang pada waktu Alquran diturunkan 15 abad silam. Ini membuktikan
bahwa Tuhan yang menguasai jagat inilah yang menurunkan kitabNya kepada
manusia sebagai petunjuk dan bukti akan kebenaran yang Mutlak.
Satu lagi para sarjana yang mencoba mempelajari Alquran dibuat kagum dan
dengan tulus mereka menyatakan beriman Islam, yaitu bunyi suatu ayat
dalam QS.32. As-Sajadah: 8;
ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِن سُلَالَةٍ مِّن مَّاء مَّهِينٍ
“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.”
Yang dimaksud saripati di ayat ini adalah
suatu bahan yang dikeluarkan atau keluar dari bahan yang lain dan
merupakan bagian yang terbaik (terpilih) daripada bahan itu (sperma).
lebih jelasnya adalah; yang menyebabkan terjadinya pembuahan (sehingga
tercipta manusia) pada sel telur (ovum) pada pihak wanita, adalah satu
bagian yang berupa sebuah sel panjang yang besarnya kurang lebih
1/10.000 mm. Satu dari beberapa juta sel yang serupa di dalam setetes
sperma yang dihasilkan seorang lelaki.
Sejumlah yang sangat besar tetap di jalan dan tidak sampai ke trayek
yang menuntun dari kelamin wanita sampai ke sel telur di dalam rongga
rahim (uterus dan trompe).
Bagaimana kita tidak terpukau oleh persesuaian antara teks Alquran
dengan ilmu pengetahuan ilmiah yang kita miliki sekarang ini (abad
modern)!
Menetapnya telur yang sudah dibuahi dalam rahim
Telur yang telah dibuahi dalam “trompe” turun bersarang di dalam rongga
rahim (cavum uteri). Inilah yang dinamakan “bersarangnya telur”. Quran
menamakan uterus tempat telur dibuahkan itu rahim (kata jamaknya arham).
وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاء إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى
“Dan kami tetapkan dalam rahim apa yang kami hendaki sampai waktu yang sudah ditentukan.” (Q.S. Al Hajj, 22: 5)
Menetapnya telur dalam rahim terjadi
karena tumbuhnya jonjot (villi), yakni perpanjangan telur yang akan
mengisap dari dinding rahim zat yang perlu bagi membesamya telur,
seperti akar tumbuh-tumbuhan yang masuk dalam tanah. Pertumbuhan semacam
ini mengokohkan telur di dalam rahim. Pengetahuan hal ini baru
diperoleh manusia pada jaman modem saat ini.
Pelekatan ini disebutkan dalam Alquran 5 kali, salah satunya ada dalam :
خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ
“Yang menciptakan manusia dari sesuatu yang melekat.” Q.S. Al Alaq, 96: 2
“Sesuatu yang melekat” adalah terjemahan
kata bahasa arab ‘alaq. Ini adalah arti yang pokok. Arti lainnya adalah
gumpalan darah yang sering disebutkan dalam terjemahan Alquran. Ini
adalah suatu kekeliruan yang harus kita koreksi. Manusia tidak pernah
melewati tahap gumpalan darah. Ada lagi terjemahan ‘alaq yaitu lekatan
(adherence) yang juga merupakan kata yang tidak tepat. Arti pokok yaitu
“suatu yang melekat” sesuai sekali dengan temuan sains modern. Secara
lebih jelasnya adalah sebagai berikut;
Setelah pembuahan antara sperma dengan
ovum, kedua sel tersebut akan membelah dari 1,2,4,8,16 dan seterusnya
secara cepat sekali. Enam atau tujuh hari setelah pembuahan sel yang
banyak menyerupai gelembung kecambah ini menetap dan bersarang pada
dinding dalam uterus, yang rupanya seperti bunga karang atau selapis
karet busa. Kejadian yang sangat penting ini disebut “nidasi” atau
implantasi, maksudnya penyarangan atau penanaman. Selama proses nidasi
ini, beberapa pembuluh yang sangat halus dalam jaringan sel sang ibu
dibuka. Sisa jaringan yang rusak dan tetes darah kecil yang keluar
merupakan makanan untuk sel-sel yang sedang berkembang. Sel-sel ini
mengisap makanan dengan cara sama seperti tumbuh-tumbuhan mengisap
makanan dari tanah lembab.
Memang, “alaq atau sesuatu yang melekat
ini akan dengan segera mengeluarkan semacam jaringan akar-akar yang
halus sekali, yang disebut “villi”. Guna akar-akar ini selain untuk
menerima zat makanan, juga supaya ‘alaq ini dapat mengikatkan diri
dengan kokoh di dalam rahim. Di dalam dinding-dinding inilah ‘alaq akan
berkembang mengalami metamorfbrse yang amat dasyat. Tak lama lagi ‘alaq
ini makin lama makin berkembang dan besar. Dan berubah setiap jam
menjadi apa yang jelas-jelas sebagai makhluk manusia yang mempunyai
kepala, tubuh, tangan, kaki, jari-jari, mata, telingan dan hidung.
Ide tentang sesuatu yang melekat (‘alaq), disebutkan di beberapa ayat yang lainnya. Misalnya sebagai berikut;
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah (sesuatu yang melekat).”(Q.S. Al Mu’minun 23:14)
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari ‘sesuatu yang
melekat’. “(Q.S. Al Mu’min 40:67)
أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّن مَّنِيٍّ يُمْنَى
ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى
“Bukankah ia dahulu setetes mani yang
ditumpahkan (ke dalam rahim). Kemudian mani itu menjadi ‘sesuatu yang
melekat, lalu Allah menciptakannya dan menyempumakannya.”(Q.S. al Qiyaamah 75: 37-38)
Persesuaian ini sungguh mempertebal iman Islam,kepada Allah dan kitab-Nya yang diturunkan kepada Muhammad SAW.
Perkembangan embrio dalam rahim.
Semua hal yang telah disebutkan oleh Alquran di atas telah diketahui
oleh manusia saat ini, dan tidak mengandung sedikitpun hal-hal yang
dapat dikritik oleh sains. Sekarang kita mulai membicarakan mengenai
tahap-tahap perkembangan embrio di dalam rahim.
Setelah kata “sesuatu yang melekat” (‘alaq) yang telah kita lihat
kebenarannya, Alquran menyatakan bahwa embrio melalui tahap; secuil
daging (seperti daging yang dikunyah), kemudian nampaklah tulang yang
diselubungi oleh daging (diterangkan dengan kata lain berarti daging
segar).
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ
عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ
عِظَاماً فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْماً ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً آخَرَ
فَتَبَارَكَ اللَّهُ
أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
“Kemudian air mani itu Kami jadikan
sesuatu yang melekat, lalu Kami jadikan sesuatu yang melekat itu secuil
daging dan secuil daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang
paling baik.”(Q.S. Al Mu’minun 23:14)
Daging (seperti yang dikunyah) adalah terjemahan kata bahasa arab “mudlghah“, daging (seperti daging segar) adalah terjemahan kata “lahm“.
Perbedaannya perlu digarisbawahi, embrio pada permulaannya merupakan
benda yang nampak kepada mata biasa, dalam tahap tertentu daripada
perkembangan sebagai daging yang dikunyah. Sistem tulang berkembang pada
benda tersebut di dalamnya, yang dinamakan “mesenbyme“. Tulang yang
sudah terbentuk dibungkus dengan otot-otot, inilah yang dimaksud kata
“lahm“
Dalam perkembangan embrio, ada beberapa bagian yang muncul yang tidak
seimbang proporsinya dengan yang akan menjadi manusia nanti, sedang
bagian-bagian lain tetap seimbang. Bukankah arti bahasa arab “mukhallaq”
adalah dibentuk dengan proporsi seimbang?, yang dipakai dalam ayat 5
surat Al Maaidah disebutkan untuk menunjukkan fenomena ini?
Alquran juga menyebutkan munculnya panca indera dan hati (perasaan, afidah)
ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ
وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلاً مَّا تَشْكُرُونَ
“Kemudian Dia menyempurnakannya dan
meniupkan ke dalam tubuhnya roh-Nya, dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, pengelihatan dan hati.” (Q.S. As-Sajadah 32: 9)
Terbentuknya seks juga disebutkan dalam
Quran surah Faathir ayat 11 dan surah Al Qiyamah 39 juga surah An Najm
45-46 sebagai berikut;
وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنثَى
مِن نُّطْفَةٍ إِذَا تُمْنَى
“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari mani yang dipancarkan.”(Q.S. An Najm 53: 45-46)
Maka kesimpulannya :
-Bahwa manusia dapat digolongkan sebagai makhluk mulia,jika manusia
tersebut mengenali asal usul dirinya darimana berasal dan menyadari
hakekat untuk apa manusia itu dilahirkan/diciptakan.
a.Menyadari bahwa manusia diciptakan hanya untuk mengabdi,menyembah kepada Tuhannya
b.Maka pertamakali haruslah beriman
c.Kemudian ber-Islam,dengan mengaplikasikan nilai-nilai Islam,manusia
akan diberi petunjuk jalan pintas untuk menemukan dan mencapai derajat
kesempurnaa/kemuliaan dirnya.
d.Mengaplikasikan nilai-nilai Muhammad sebagai utusan Tuhan yang
terakhir yang laku perbuatannya merupakan cermin yang baik untuk pedoman
hidup dan mengabdi pada Tuhan.Nilai-nilai Muhammad SAW adalah rahmatan lil ‘alamin,yakni berbuat manfaat pada diri dan umat serta sekelilingnya.
e.Ketika manusia itu telah mampu memahami
hakekat keberadaan dirinya kemudian menenggelami seluruh aspek
keber-imanannya,keber-Islamannya dan berlaku perbuatan mensuri tauladani
nilai-nilai Muhammad dalam setiap nafas kehidupannya di dunia,maka
manusia tersebut akan mencapai posisi derajat / maqam yang tinggi hingga
mencapai derajat AL-MUQARRABIN (Yang didekatkan pada Allah Ta’ala),yang
posisi ini dapat melebihi derajat Malaikat.
JIKA KITA TELAH MEMAHAMI HAKEKAT BAHWA MANUSIA ITU MAKHLUK
YANG PALING MULIA,MAKA KITA AKAN MEMAHAMI PULA MENGAPA TUHAN MENYEBUT
MANUSIA ITU DENGAN BERBAGAI ISTILAH,SBB :
ANALOGY SEBUTAN-SEBUTAN LAIN SPECIES MANUSIA :
1. Al-INSAN : Di tinjau dari habitat/group
-Disebut INSAN (
QS.76.Al-Insan:1-2)
-Sebagai aspek dari sisi kecerdasan yakni makhluk terbaik selain
hewan,Jin,Malaikat,yang diberi akal sehingga mampu menyerap pengetahuan :
“Dia menciptakan manusia…..Mengajarnya pandai berbicara”. (
QS.55.Ar-Rahmaan: 3-4).
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan”, (
QS.96.Al ‘Alaq:1-4)
-Ditinjau dari Existensi (
QS.114.An-Nas:1-6)
2.Al-BASYAR : Ditinjau dari Individu
-Disebut BASYAR (
QS.15.Al-Hijr:28, Al-Isra’:93, Maria:26)
-Sebagai aspek biologis manusia yang mencerminkan sifat-sifat fisik-kimia dan biologisnya (
QS.23.Al-Mukminun: 33).
3. BANI ADAM :
Ditinjau dari aspek historis manusia yang menunjukkan darimana asal usulnya :
-Disebut BANI ADAM (
QS.17.Al-Isra’: 70) , (QS.7.Al-A’raaf:31).
-Nenek Moyang Manusia,bukan dari kera (QS.7. Al- A’raaf:172) , (
QS.39.Az-Zumar:06)
4.AN-NAAS :
– Ditinjau dari aspek sosiologisnya yang menunjukkan sifat manusia yang
suka berkelompok sesama komunitasnya (QS.2.Al-Baqarah: 21).
5.AL-ABDUN :
-Sebagai aspek dari kedudukannya yang menunjukkan bahwa manusia sebagai hamba Tuhan yang harus tunduk dan patuh kepadanya-Nya (
QS.34.Saba’:9).
KEFITRAHAN MANUSIA
Potensi Hanif , Akal, Qalb dan Nafsy
*Kata fithrah (fitrah) merupakan derivasi
dari kata fatara, artinya ciptaan, suci, dan seimbang. Louis Ma’ruf
dalam kamus Al-Munjid (1980:120) menyebutkan bahwa fitrah adalah sifat
yang ada pada setiap yang ada pada awal penciptaannya, sifat alami
manusia,pada agama,pada sunnah-Nya.
Menurut imam Al-Maraghi (1974: 200) fitrah
adalah kondisi di mana Allah menciptakan manusia yang menghadapkan
dirinya kepada kebenaran dan kesiapan untuk menggunakan pikirannya.
Dengan demikian arti fitrah dari segi bahasa dapat diartikan sebagai
kondisi awal suatu ciptaan atau kondisi awal manusia yang memiliki
potensi untuk mengetahui dan cenderung kepada kebenaran (hanif). Fitrah
dalam arti hanif ini sejalan dengan isyarat Alquran:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ
حَنِيفاً فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا
تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.” (Q.S. Ar-Ruum, 30: 30)
Fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya
dikaitkan dengan arti penciptaan fisik, melainkan juga dalam arti
rohaniah, yaitu sifat-sifat dasar manusia yang baik. Karena itu fitrah
disebutkan dalam konotasi nilai. Lahirnya fitrah sebagai nilai dasar
kebaikan manusia itu dapat dirujukkan kepada ayat:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي
آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ
أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah
Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Q.S. Al-A’raaf, 7: 172)
Ayat di atas merupakan penjelasan dari
fitrah yang berarti hanif (kecenderungan kepada kebaikan) yang dimiliki
manusia karena terjadinya proses persaksian sebelum digelar ke muka
bumi. Persaksian ini merupakan proses fitrah manusia yang selalu
memiliki kebutuhan terhadap agama (institusi yang menjelaskan tentang
Tuhan), karena itu dalam pandangan ini manusia dianggap sebagai makhluk
religius. Ayat di atas juga menjadi dasar bahwa manusia memiliki potensi
baik sejak awal kelahirannya. la bukan makhluk amoral, tetapi memiliki
potensi moral. Juga bukan makhluk yang kosong seperti kertas putih
sebagaimana yang dianut para pengikut teori tabula rasa.
Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat
dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia tersebut dapat
dikelompokkan kepada dua hal, yaitu potensi fisik dan potensi rohaniah.
Potensi fisik manusia telah dijelaskan pada bagian yang lalu, sedangkan
potensi rohaniah adalah akal, qalb dan nafsu. Akal dalam pengertian
bahasa Indonesia berarti pikiran, atau rasio. Harun Nasution (1986)
menyebut akal dalam arti asalnya (bahasa Arab), yaitu menahan, dan orang
‘aqil di zaman jahiliah yang dikenal dengan darah panasnya adalah orang
yang dapat menahan amarahnya dan oleh karenanya dapat mengambil sikap
dan tindakan yang berisi kebijaksanaan dalam mengatasi masalah yang
dihadapinya. Senada dengan itu akal dalam Alquran diartikan dengan
kebijaksanaan (wisdom), intelegensia (intelligent) dan pengertian
(understanding). Dengan demikian di dalam Alquran akal diletakkan bukan
hanya pada ranah rasio tetapi juga rasa, bahkan lebih jauh dari itu jika
akal diartikan dengan hilunah atau bijaksana.
Al-qalb berasal dari kata qalaba yang
berarti berubah, berpindah atau berbalik dan menurut Ibn Sayyidah (Ibn
Manzur: 179) berarti hati. Musa Asyari (1992) menyebutkan arti al-qalb
dengan dua pengertian, yang pertama pengertian kasar atau fisik, yaitu
segumpal daging yang berbentuk bulat panjang, terletak di dada sebelah
kiri, yang sering disebut jantung. Sedangkan arti yang kedua adalah
pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan dan rohaniah yaitu hakikat
manusia yang dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan dan
arif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akal digunakan manusia dalam
rangka memikirkan alam sedangkan mengingat Tuhan adalah kegiatan yang
berpusat pada qalbu. Keduanya merupakan kesatuan daya rohani untuk dapat
memahami kebenaran sehingga manusia dapat memasuki suatu kesadaran
tertinggi yang bersatu dengan kebenaran Ilahi.
Adapun nafsu (bahasa Arab: al-hawa, dalam bahasa Indonesia sering
disehat hawa nafsu) adalah suatu kekuatan yang mendorong manusia untuk
mencapai keinginannya. Dorongan-dorongan ini sering disebut dengan
dorongan primitif, karena sifatnya yang bebas tanpa mengenal baik dan
buruk. Oleh karena itu nafsu sering disebut sebagai dorongan kehendak
bebas. Dengan nafsu manusia dapat bergerak dinamis dari suatu keadaan ke
keadaan yang lain. Kecenderungan nafsu yang bebas tersebut jika tidak
terkendali dapat menyebabkan manusia memasuki kondisi yang membahayakan
dirinya. Untuk mengendalikan nafsu manusia menggunakan akalnya sehingga
dorongan-dorongan tersebut dapat menjadi kekuatan positif yang
menggerakkan manusia ke arah tujuan yang jelas dan baik. Agar manusia
dapat bergerak ke arah yang jelas, maka agama berperan untuk menunjukkan
jalan yang akan harus ditempuhnya. Nafsu yang terkendali oleh akal dan
berada padajalur yang ditunjukkan agama inilah yang disebut an-nafs
al-mutmainnah yang diungkapkan Alquran :
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
وَادْخُلِي جَنَّتِي
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke
dalam jamaah hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surgaKu.” (Q.S. Al-Fajr, 89:27-30)
Dengan demikian manusia ideal adalah
manusia yang mampu menjaga fitrah (hanif)-nya dan mampu mengelola dan
memadukan potensi akal, qalbu, dan nafsunya secara harmonis.
HAK PREROGATIF MANUSIA
Mempunyai Hak Pilih dan Kebebasan
Pada setiap ciptaan-Nya, Allah telah menentukan qadamya. Qadar sendiri
berarti “memberikan ukuran/keterhinggaan/ketetapan). Arti ini dapat
diketahui dari ayat-ayat berikut ini:
الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَداً وَلَمْ يَكُن لَّهُ شَرِيكٌ فِي
الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيراً
“…yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan
langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu
bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu,
dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (Q.S. al-Furqan, 25: 2)
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Yasin, 36: 38)
وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَنشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَّيْتاً كَذَلِكَ تُخْرَجُونَ
“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati,…” [Q.S. az-Zukhruf, 43: 11)
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Q.S. al-Qamar, 54: 49)
قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً
“… Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Q.S. ath-Thalaq, 65: 3)
وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللَّهِ هُوَ خَيْراً وَأَعْظَمَ أَجْرا…
“… Dan kebaikan apa saja yang kamu
perbuat untuk dirimu niscaya kamu, memperoleh (balasannya) di sisi Allah
sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya,…” [Q.S. al-Muzamil 73: 20].
وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلاَّ عِندَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلاَّ بِقَدَرٍ مَّعْلُومٍ
“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan
pada sisi Kami-lah khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannya melainkan
dengan ukuran yang tertentu.” (Q.S. al-Hijr 15: 21)
Ide yang terkandung dalam doktrin qadar
ini adalah bahwa Allah saja yang tak terhingga secara mutlak, sedang
segala sesuatu selain Allah sebagai ciptaanNya memiliki
“ukuran/keterhinggaan” atau memilih kapasitas yang terbatas. Menurut
al-Qur’an, setiap Allah menciptakan sesuatu hal (khalq), Allah
memberikan sifat-sitat, potensi-potensi dan hukum-hukum tingkah laku
(amr, “perintah” atau hidayah “petunjuk”) tertentu kepadanya, sehingga
ia menuruti sebuah pola tertentu dan menjadi sebuah laktor didalam
“kosmos”.
Oleh karena itu segala sesuatu di dalam
alam semesta ini bertingkah laku sesuai dengan hukum-hukum yang telah
ditentukan padanya secara otomatis mentaati “perintah” Allah-maka
keseluruhan alam semesta ini adalah muslim atau tunduk kepada kehendak
Allah.
Manusia adalah satu-satunya kekecualian didalam hukum universal ini
karena diantara scmuanya, manusialah satu-satunya ciptaan Allah yang
diberi kebebasan untuk mentaati atau mengingkari perintah Allah.
Sebagaimana ciptaan yang lain, pada manusia juga telah ditetapkan
sifat-sifat, potensi-potensi dan hukum-hukum tingkah laku, yaitu bahwa
manusia diciptakan telah dilengkapi dengan perbekalan-perbekalan yang
berupa kodrat, pembawaan jiwa (watak) dan perlengkapan-perlengkapan
lainnya. Semua ini dapat diarahkan pemakaiannya kearah yang baik maupun
ke arah yang buruk. Jadi tidak semata-mata untuk kebaikan atau untuk
keburukan saja. Walaupun sebagian orang lebih kuat iradah kebaikannya
dan sebagian lain lebih kuat iradah kejahatannya. Semua itu hanya Allah
yang tahu ukurannya secara pasti, sebagaimana firman Allah:
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا# فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا# قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا# وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا#
“Dan jiwa serta penyempurnaannya
(ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan
dan ketaqwaan. Sesungguh-nya beruntunglah orang yang mensucikanjiwa itu.
Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.S. asy-Syams, 91: 7-10)
Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah
menjadikan manusia dengan sempurna lagi berimbangan dan mengisinya
dengan kodrat-kodrat (sarana) yang dapat menerima kebaikan atau
kejahatan.
Di samping itu Allah juga telah membekali manusia dengan akal yang dapat
membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dan juga Allah
memberikan kepada manusia tenaga dan kemampuan untuk membenarkan yang
haq dan menyalahkan yang bathil, sanggup mengerjakan yang baik dan
meninggalkan yang buruk.
Tidak hanya itu saja, Allah masih mengutus para rasul untuk mewujudkan
jalan-jalan kebenaran dan memberikan bimbingan. Allah juga telah
merumuskan dalil-dalil (pokok-pokok pedoman) tentang kebenaran dengan
diturunkan kitab suci (al-Qur’an) kepada manusia.
Dengan demikian manusia dipandang mukhtar
dalam segala perbuatannya, dengan ikhtiar yang hakiki, bukan majazi,
karena ia menyukai perbuatan itu dan mempunyai pengaruh dalam
meninggalkan perbuatan.
Melihat kelengkapan perbekalan yang diberikan Allah kepada manusia, maka
manusia harus mengerahkan kodrat dan kemampuannya untuk memilih jalan
kebenaran atau jalan sesat. Sebagaimana firman Allah:
وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (Q.S. al-Balad, 90: 10)
إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِراً وَإِمَّا كَفُوراً
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (Q.S. al-Insan, 76: 3)
Dengan demikian segala hasil dan akibat dari perbuatan manusia adalah karena ulah manusia sendiri, sebagaimana firman Allah:
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (Q.S. al-Muddatstsir, 74: 38)
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاء فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ
“Barang siapa mengerjakan amal sholeh
maka (pahalanya) untuk dirinva sendiri dan barang siapa yang berbuat
jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri dan sekali-kali tidaklah
Tuhanmu menganiaya hamba-hamba(Nya).” (Q.S. Fushshilat, 41: 46)
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S. ar-Ra’du, 13: 11)
Makna senada dapat dilihat pada beberapa ayat berikut ini:
وَقُلِ الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ فَمَن شَاء فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاء فَلْيَكْفُرْ..
“Dan katakanlah, Kebenaran itu datangnya
dan Tuhanmu, maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman,
dan barangsiapa yang ingin, (kafir) biarlah ia kafir,…” (Q.S. al-Kahfi,
18: 29)
لاَ يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْساً إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ
“Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesangggupannya. la mendapat pahala (dari
kebajikan) yang ia usahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan)
yang dikerjakannya…” (Q.S. al-Baqarah, 2: 286)
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّا أُخْفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاء بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Seorangpun tidak mengetahui apa yang
disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang
menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang mereka
kerjakan.” (Q.S. as-Sajadah, 32: 17)
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa
kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Q.S. asy-Syuura, 42: 30)
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي
عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di
laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merusakan
kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (kejalan yang benar).” (Q.S. ar-Rum, 30: 41)
وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (Q.S. an-Najm, 53: 39)
Keterangan di atas menunjukkan bahwa
Allah memberikan kebebasnya kepada manusia untuk menggunakan
potensi-potensi yang telah diberikan Allah kepada manusia. Dengan
demikian perbuatan manusia adalah hasil dari kehendak dan kemampuan
manusia sendiri, yaitu kehendak dan kemampuan yang telah diberikan Allah
kepada manusia. ,
Dengan potensi dan kemampuan diatas, manusia dibebani taklif, yaitu
untuk berbuat baik dan meninggalkan yang buruk; menunaikan
kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan.
Sebagai konsekwensinya, manusia diminta untuk memperianggungjawabkan
atas segala penggunaan potensi-potensi dan kemampuan yang telah
diberikan Allah padanya untuk melakukan kebaikan atau keburukan. Jika ia
menggunakan potensi-potensi dan kemampuan itu untuk kebaikan, maka
Allah akan membalas dengan kebaikan danjika ia menggunakannya untuk
melakukan keburukan, maka Allah akan membalas dengan keburukan pula.
Demikian itulah keadilan Allah kepada hamba Nya.
Akhimya dapat diketahui bahwa dengan dibekali potensi-potensi, kemampuan
dan akal; diberi petunjuk tentang kebaikan dan kejahatan (dengan
diutusnya rasul dan diturunkannya kitab suci); dibebani kewajiban dan
dimintai tanggung-jawab, maka manusia diberi kebebasan
berkehendak/ikhtiar untuk menentukan apa yang dikerjakan sebatas
kemampuan yang telah diberikan oleh Allah. Dengan demi-ldan manusia
bukanlah makhluk yang terpaksa.
Namun demikian kehendak dan kemampuan manusia bukanlah kehendak dan
kemampuan yang bebas tanpa batas. Melainkan semua itu dibatasi oleh
sunnatullah, yaitu ketetapan Allah yang telah diberikan Allah kepada
makhluk Nya.
Peran Ganda Manusia:
Sebagai Hamba dan Khalifah
Allah menciptakan manusia tidak sekadar untuk permainan, tetapi untuk melaksanakan tugas yang berat (Q.S. al-Mu’minun, 23: 115)
Menunaikan amanah yang manusia memang telah bersedia untuk menerimanya (Q.S. al-Ahzab, 33: 72),
Yaitu melaksanakan fungsinya sebagai
khalifah dimuka bumi dan misinya untuk menciptakan kemakmuran di muka
bumi. Fungsi sebagi khalifah ditunjukkan oleh ayat:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ
لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ
أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ
نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ
إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, ‘Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. al-Baqarah, 2: 30)
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ
خَلاَئِفَ الأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ
لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ
وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Dan Dialah yang menjadikan kamu
penguasa-penguasa (khalifah) di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu
atas sehagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa
yang diberikan Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksanya
dan sesungguhnya Dia M aha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. al-An’am, 6: 165)
Misi manusia adalah membuat kemakmuran di
muka bumi dengan jalan menegakkan sebuah tata sosial yang bermoral
untuk terwujudnya masyarakat yang beradab, adil dan makmur untuk menjadi
rahmat bagi seluruh alam. Hal ini bisa ditelusuri dalam firman Allah:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (Q.S. al-Anbiya’, 21: 107)
Di samping kewajiban untuk menunaikan
amanah sebagai khalifah, maka kewajiban yang lain yang langsung kepada
Allah adalah “Ibadah”. Allah bahkan telah menegaskan bahwa manusia
diciptakan memang untuk beribadah kepada Allah, sebagaimana firman Allah
sebagai berikut:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah KU.” (Q.S. adz-Dzariyat, 51: 56)
Oleh karena itu manusia hams mengabdikan diri sepenuhnya untuk menghambakan diri semata-mata karena Allah.
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. al-An’am, 6: 162)
Maka demikianlah yang disebut bahwa
seluruh aktivitas manusia sesungguhnya mempunyai nilai ibadah apabila
dilakukan dalam rangka penunaian amanah sebagai khalifah untuk menuju
tercapainya nilai-nilai Islam yang rahmatan lil’alamin dan
mengorientasikan segala laku perbuatannya dipersembahkan hanya kepada
Allah Ta’ala saja.
Semoga bermanfaat,
Salam ilmu pengetahuan
Kelana Delapan Penjuru Angin,
Jakarta,26 Juli 2013
CopyRights@2013