Laman

Jumat, 18 Oktober 2013

Hakikat Nama Allah Dan Keberadaan Manusia

Wejangan Spiritual Maulana Syaikh Ghauts Hasan

A’udzubillahi minasysyaithanirrajiim
Bismillahirrahmanirrahiim
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala Alihi Muhammad wa Ashabihil Akhyaar.
Ketahuilah, bahwa Allah Ta’ala adalah Dzat mutlak sumber segala maujud yang ada pada alam raya dan seisinya ini, wujud Nya meliputi seluruh wujud, namun demikian Dia tidaklah bersatu dengan segala sesuatu, tidak pula Dia terpisah dari sesuatu itu. Segala sesuatu diciptakan melalui ilmu Nya, sebagai manifestasi akan keberadaan Dzat Nya, sebagai limpahan dari sifat Nya yang menunjukkan adanya perbuatan Nya, serta mencerminkan keagungan nama Nya. Setiap mahluk yang diciptakan merupakan tanda-tanda dari kebesaran Nya, setiap mahluk merupakan nama Nya, bahkan lebih daripada itu setiap nafas yang dihirup dan dihembuskan adalah ayat-ayat Nya. Maha suci Allah yang tidak terpisah antara Dzat, sifat, asma, dan af’al Nya. Kesempurnaan nama Nya dikenal melalui para utusan, yang melalui merekalah Dia menjadi dikenal.
Dari seluruh nama-nama yang disampaikan untuk ditafakuri, dikhususkan oleh Nya nama yang menerangkan Dzat Nya. Itulah nama Allah yang dipanggil oleh lisan para hamba Nya, yakni sebagai media untuk menunjukkan adanya objek yang diajak berkomunikasi. Sebagaimana Firman Nya :

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang haq) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.”
(Qur’an surah Thaha ayat 14)
Maulana Syaikh Ghauts Hasan ra, berkata :
Nama Allah adalah “ismun Dzat” (nama Dzat) yang menunjukkan kepada “al Hawiyah” (ke-Dia-an). Nama ini terdiri dari empat huruf, dimana setiap huruf didalam nama tersebut menerangkan keberadaan Nya, dan menjadi simbol dari perbendaharaan hakikat, serta merupakan poros dari keseluruhan nama-nama Allah yang lainnya. Kelima huruf tersebut adalah alif, lam, lam, dan ha. Nama Allah menerangkan bahwa Dia Sang Pemilik Nama, yang menjadi tujuan dalam pengucapan. Jika huruf alif yang pertama dihilangkan maka nama tersebut menjadi Lillahi (karena Dia), jika huruf lam dihilangkan maka nama tersebut menjadi Lahu (dengan Dia), jika huruf lam yang satunya dihilangkan lagi maka nama tersebut menjadi Hu (Dia).
Syaikh Abdul Karim al Jilli ra, berkata :
“Ketahuilah, bahwasanya huruf alif yang pertama menerangkan Ahadiyyah (Ketunggalan), huruf laam pertama menerangkan al Jalal (Maha Perkasa) yang merupakan manifestasi tertinggi dari Dzat Nya. Huruf laam kedua menerangkan al Jamal (Maha Indah). Huruf keempat adalah alif yang tidak tersurat namun nyata dalam pelafadzan, huruf ini menerangkan al Kamal (Maha Sempurna) yang tidak berakhir dan berujung karena Allah adalah al Awwal wa al Akhiiru. Huruf kelima dari nama Allah adalah ha yang merupakan isyarat dari hawiyah (Ke-Dia-an) yang sejatinya adalah hakikat dari manusia.”

Huruf alif awal mencerminkan keadaan Dzat Nya Yang berdiri sendiri, mencerminkan bahwa Dia adalah Yang Maha meliputi dan diliputi. Dia Yang awal dan Yang akhir, Yang lahir dan Yang batin, Dia yang kekal abadi.

Makna dari huruf lam pertama yang menyimbolkan al Jalal dan huruf lam kedua yang menyimbolkan al Jamal adalah hakikat dari seluruh sifat-sifat Allah yang tidak dapat dihitung, karena awal dari manifestasi adalah al Jalal dan akhir dari manifestasi adalah al Jamal yang hakikatnya adalah satu juga. Artinya bahwa seluruh sifat-sifat Allah diliputi oleh dua sifat Nya yang utama yakni al Jalal dan al Jamal, sementara keseluruhan sifat tersebut menggambarkan al Kamal yakni kesempurnaan Nya. Adapun maksud dari al Jalal sebagai awal manifestasi adalah karena keperkasaan Nya tidak dapat diketahui melainkan oleh diri Nya sendiri, karena mahluk tidak akan dapat menerima tajalli keperkasaan mutlak Nya melainkan mahluk tersebut akan menjadi fana. Sedangkan maksud dari al Jamal sebagai akhir manifestasi karena keberadaan Nya dirasakan oleh mahluk melalui keindahan Nya, sebagaimana dijelaskan didalam hadits qudsi bahwa Allah Berfirman, “Rahmat Ku mendahului murka Ku.”
Adapun huruf alif yang tersembunyi menunjukkan ilmu, huruf alif yang tersembunyi ini merupakan simbol dari kesempurnaan Dzat Nya yang tidak diketahui siapapun, yang ilmu Nya meliputi segala sesuatu sehingga tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan Nya, karena segala sesuatu diciptakan berdasarkan ilmu Nya.
Huruf ha merupakan simbol dari al Hayy (Yang Maha Hidup) yakni Yang mengalirkan energi kehidupan kepada segala sesuatu yang diciptakan Nya sehingga sesuatu tersebut menjadi ada dan hidup dengan bergantung kepada hidup Nya.
Ada dua pendapat mengenai jumlah huruf dalam nama Allah ini, ada yang berpendapat empat huruf, dan ada yang berpendapat lima huruf. Jika kita mengambil pendapat bahwa nama Allah itu terdiri dari lima huruf, maka huruf alif kedua merupakan huruf yang ada didalam pengucapan namun tersembunyi didalam tulisan, hal ini mencerminkan kegaiban Allah yang tidak terjangkau oleh panca indera dan akal manusia, akan tetapi Dia lah wujud sejati yang tersembunyi, sebagaimana terdapat didalam hadits qudsi bahwa Allah Ta’ala Berfirman, “Sesungguhnya Aku adalah harta yang tersembunyi, Aku ciptakan mahluk agar Aku dikenal.” Para syaikh penghulu kita menjelaskan bahwa “Jika dirimu (yang dimaksud adalah ego dan nafsu) ada, maka Allah tidak ada. Dan jika Allah ada, niscaya dirimu tidak akan ada (maksudnya jika Allah ditaati maka tidak akan mengikuti ego dan hawa nafsu)” Hal ini menerangkan bahwa ketika seorang manusia mengakui keberadaannya sebagai sesuatu yang eksis dan berkuasa, maka dia tidak akan mengenali keberadaan Allah Yang menguasainya dan menjadi sebab keberadaan serta perbuatan yang dilakukannya. Sedangkan ketika seorang manusia meniadakan ke-aku-an dirinya, niscaya dia akan menyaksikan keberadaan Allah Ta’ala Yang Maha Meliputi segala sesuatu. Huruf alif yang kedua ini merupakan simbol dari rahasia Ilahi yang dianugerahkan kepada para waliyullah yang mulia, inilah sebabnya Rasulullah Saaw bersabda, “Tidak ada yang mengenal waliyullah kecuali sesamanya.” Maha Suci Allah yang telah memperkenalkan nama Nya Yang Agung ini.
Didalam hadits qudsi Allah Berfirman, “Aku ciptakan adam sebagai bayangan Ku.” Sesungguhnya nama Allah ini merujuk kepada manusia yang menjadi bukti nyata akan keberadaan Nya, karena manusia adalah manifestasi paling sempurna dan dimuliakan diantara ciptaan Nya yang lain. Sehingga terdapat suatu kaitan erat antara nama Allah tersebut dengan keberadaan wujud seorang manusia.
Lima huruf dari nama Allah tersebut merupakan simbol dari wujud manusia. Huruf alif awal melambangkan tanah, huruf lam awal melambangkan api, huruf lam kedua melambangkan air, huruf ha melambangkan angin. Keempat huruf yang tersurat itu melambangkan empat unsur yang membentuk jasad manusia, sedangkan huruf alif kedua yang tersembunyi antara lam kedua dengan ha, melambangkan adanya realitas gaib yang mendukung keberadaan seorang manusia, hal itu adalah ruh. Tanpa adanya ruh, maka jasad manusia tidak akan hidup, karena ruh itu adalah sumber kehidupan manusia yang merupakan manifestasi dari sifat Allah “al Hayy” (Yang Maha Hidup) serta sifat Allah “an Nur” (Yang Menerangi) yakni cahaya yang membuat manusia menjadi maujud di dunia yang fana ini.
Tanah adalah bahan utama pembentuk jasad manusia yang merupakan simbol dari nafs al mulhamah (jiwa yang terilhami), sebagaimana sifat tanah yang menjadi tempat berpijak dan tempat tumbuhnya tanaman, maka tanah merupakan wadah bagi segala sesuatu yang akan ditanam dan tumbuh diatasnya tanpa memperhitungkan ataupun mempertimbangkan benda apakah yang akan ditanam itu. Begitupun halnya keberadaan diri manusia sebagai wadah yang sejatinya harus menjadi media yang akan menampung ilmu dan sifat-sifat terpuji, sebagaimana sabda Rasulullah Saww, “Sesungguhnya aku diutus untuk mengajarkan manusia kepada kesempurnaan ahlak.” Namun jika seorang manusia mengisi wadah tersebut dengan keburukan, maka yang akan tumbuh pada dirinya juga berupa sifat, karakter, dan perbuatan-perbuatan buruk yang tercela. Jiwa mulhamah inilah yang menjadi fondasi didalam menerima hidayah ilmu dalam proses pelaksanaan ibadahnya.
Api adalah simbol dari nafs al ammarah (jiwa ammarah), api memiliki tiga komponen didalamnya, yaitu panas, gerak, dan cahaya. Didalam diri manusia sifat-sifat api tersebut tergambar dengan adanya ego, emosi (perasaan), dan semangat (motivasi). Tanpa adanya sifat-sifat api, maka seorang manusia tidak akan mempunyai gairah atau semangat didalam menjalani kehidupan, melalui sifat-sifat inilah seorang manusia dapat memiliki kemauan dan kemampuan untuk berkarya. Namun karakteristik sisi rendah jiwa ini adalah sifat-sifat keduniawian, karena lapisan jiwa ammarah ini adalah lapisan jiwa yang memiliki keterkaitan erat dengan alam keduniawian, sehingga jika tidak dikendalikan maka akan menjerumuskan manusianya menjadi orang yang hubbud dunya (cinta dunia).
Angin merupakan simbol dari nafs al lawwamah (jiwa al lawm), asal katanya berarti jiwa yang berbantahan, jiwa yang bergerak, atau jiwa yang mencela. Sebagaimana sifat-sifat angin yang selalu bergerak dari ruang yang sempit kepada ruang yang lapang, sesungguhnya seperti itu juga diri manusia yang senantiasa bergerak menuju kepada kelapangan jiwanya, dimana hal yang membuat jiwa terasa lapang adalah karena telah adanya kebahagiaan dan ketenangan didalam diri. Akan tetapi kebanyakan manusia berpendapat bahwa ketenangan dan kebahagiaan itu akan dirasakan manakala telah terpenuhinya keinginan-keinginan mereka akan materi, sehingga kita dapati kebanyakan manusia begitu berambisi dan mencurahkan usaha/kemampuan, pikiran, tenaga, dan waktunya hanya untuk mengejar dan memperoleh hal-hal keduniawian yang semu dan sementara. Sungguh ini adalah suatu sudut pandang yang sangat keliru, karena ketenangan itu tidaklah didapat dari materi, ataupun melalui usaha-usaha manusia didalam memperolehnya, ketenangan adalah anugerah Allah yang diberikan kepada orang-orang yang memang dikehendaki Nya. Renungkanlah hal ini, begitu banyak orang yang kaya namun merasa gelisah, dan banyak pula orang yang secara lahiriahnya tidak memiliki kekayaan, namun mereka merasakan kebahagiaan dan ketenangan hidup. Oleh karena itu barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan dan ketenangan, seharusnya mendekati dan memohon kepada Sang Pemilik ketenangan dan Pemberi kebahagiaan yaitu Allah Ta’ala.
Adapun air merupakan simbol dari nafs al muthmainnah (jiwa yang tenang), diantara sifat-sifat air adalah dingin, menyegarkan, mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, serta air adalah unsur yang fleksibel yang selalu menyesuaikan wujudnya dengan segala sesuatu yang mewadahinya. Seperti itu pula sifat-sifat dari jiwa seorang manusia yang telah diliputi ketenangan, dirinya memiliki kesabaran dan keteguhan, memberikan ketentraman kepada orang lain, selalu melihat dan memperhatikan kondisi mereka yang berada dibawahnya (kepedulian sosial), serta senantiasa berbaur dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat dirinya berada.
Itulah empat potensi yang dianugerahkan Allah Ta’ala kedalam diri manusia. Adapun rahasia yang tersirat dari posisi huruf alif yang tersembunyi setelah huruf lam kedua merupakan simbol dari posisi insan didalam menjalani hidup dan kehidupannya guna mencapai tujuannya kembali kepada fitrah dan menjadi manusia seutuhnya (insan kamil) yang berperan sebagai khalifatullah fil ardh dalam hubungannya dengan sesama, yakni sebagai hamba Allah dan umat Rasulullah Saww.
Sesungguhnya hakikat dari nama Allah adalah mencerminkan citra dari insan kamil, dimana huruf alif yang tersembunyi ini menggambarkan diri seorang manusia yang keberadaan hidupnya dikendalikan oleh kekuatan Ilahiyyah (ruhani), segenap potensi-potensinya digerakkan oleh kendali ruhaninya, berbeda dengan orang kebanyakan yang setiap gerak dan langkahnya digerakkan oleh dan ditujukan untuk kepentingan ego dan hawa nafsunya.
Adapun kesempurnaan dari nama Allah tersebut ditunjukkan dengan adanya tanda tasjid disebelah atas antara dua huruf lam, tanda tersebut berbentuk kepala dari huruf siin, dimana siin adalah salah satu nama dari Rasulullah Saww. Maka tanda tasjid tersebut pada hakikatnya merupakan simbol dari hakikat nur Muhammad yang merupakan asal dari segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah Ta’ala. Hal ini mencerminkan bahwa kesempurnaan diri seorang insan kamil merupakan limpahan berkah dari Sayyidina al Musthafa Muhammad Rasulullah Saww, ini juga sekaligus menjelaskan fungsi tasjid adalah sebagai dasar dan penegas dari sebuah kalimat yang berarti proses untuk menuju kepada insan kamil adalah dengan menghubungkan diri dengan Rasulullah Saww melalui ketaatan terhadap setiap ajaran yang disampaikannya, yang didalam prakteknya adalah membangkitkan sifat-sifat Ahmad (kebaikan dan kemuliaan) yang ada didalam diri manusia dengan meninggalkan segala sifat-sifat kerendahan.


Wa minAllahu at taufik, wa salallahu ala Sayyidina Muhammad wa alihi wasallam
Alhamdulillahirabbil alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar