Laman

Senin, 17 Februari 2014

JAM’ DAN FARQ


Dua kata tersebut cukup populer di
kalangan ahli tasawuf. Syeikh Abu Ali ad-
Daqqaq berkata : “Al-farq, suatu kondisi yang
dihubungkan kepada diri sendiri, dan al-Jam’,
berkaitan dengan hal yang menyirnakan diri
sendiri.

Artinya, Segala upaya hamba seperti
menegakkan ubudiyah dan hal-hal yang layak
dengan tingkah laku manusiawi, disebut al-
Farq.

Sementara jika datang dari arah Al-Haq
(Allah swt.) seperti mucnulnya makna-makna
dan datangnya kelembutan serta ihsan, maka
disebut al-Jam’.

Dafinisi ini merupakan kondisi paling
sederhana dalam konteks jam’ dan farq.

Sebab, kondisi tersebut merupakan bagian
dari penyaksian segala bentuk perbuatan.

Siapa yang menyaksikan dirinya di hadapan
Al-Haq dalam perbuatan-perbuatannya seperti
ketatan dan pegingkaran dirinya, maka hamba
tersebut dideskripsikan dalam pemisahan
(tafriqah).

Sedangkan yang menyaksikan
dirinya di hdapan Al-Haq melalui perbuatan
yang didelegasikan dari Af’al Allah swt, maka
sang hamba telah menyaskikan al-Jam’.

Penetapan makhluk merupakan pintu tafriqah,
dan penetapan al-Haq merupakan predikat al-
jam’.

Bagi hamba, haruslah berkondisi jam’
dan farq. Sebab siapa yang tidak berposisi
farq, ia tidak memiliki penghambaan
(ubudiyah), dan siapa pun yang tidak
berposisi jam’, ia tidak pernah ma’rifat
kepada-Nya.

F irman Allah swt. (Hanya
Kepadamu Kami menyembah), merupakan
isyarat terhadap al-farq.

Sedangkan firman-
Nya (dan hanya kepada-Mu kami memohon
pertolonan), merupakan isyarat al-jam’.

Apabila hamba berbicara kepada
Tuhannya, melalui bahwa munajat, apakah
memohon mendoa, memuji, bersyukur,
menyucikan diri atau pun meminta, maka ia
telah menempati tahap berpisah (tafriqah).

Namun apabila ia telah terpesona melalui sirri-
nya terhadap apa yang dimunajatkannya
kepada Tuhan, kemudian mendengarkan
melalui kalbunya apa yag telah dikatakan
lewat munajat itu, hal-hal yang dimohonkan
atau dimunajatkan kepada-Nya, atau pun yang
dikenalkan oleh-Nya, maka makna-Nya, atau
bahkan yang dihamparkan dalam hatinya dan
di perlihatkan oleh-Nya, maka ia telah
menyaksikan dalam al-jam’.

Saya mendengar Syeikh Abu Ali ad-
Daqqaq r.a. berkata : “Aku menguraikan
beberapa ucapan di sisi Ustadz Abu Sahl ash-
Sha’luky r.a. (Engkau buat menjadi bersih
pandanganku ke padamu’).

Ketika itu Abul
Qasim an- Nashr Abadzy hadir di sana. Lalu
Ustadz Abu Sahl berkata : “(huruf ta’
dinashab’),. Maka Abu Nashr Abadzy,
berkata : (Huruf ta’ didhammah’).”

Artinya, barangsiapa mengucapkan
perkataan (“ kujadikan”), berarti mengabarkan
sikap perilakunya sendiri, seakan-akan sang
hamba berkata, “ ini ”!. Jika ia berkata (“
engkau
jadikan”), seakan-akan mengatakan, bebas
dari beban. Bahkan ia berkata kepada Tuhan-
nya, “Engkau-lah yang mengkhususkan
kepadaku dengan ini, bukan aku, melalui
kemampuanku .

” Yang pertama, berkaitan
dengan bisikan do’a, dan yang ke dua,
dengan sifat bebas dari upaya dan ikrar
melalui keutamaan dan sariguna. Maka,
bedakan antara orang yang mengatakan,
“Melalui jerih payahku, aku menyembah-Mu,”
dan ucapan orang : “Melalui keutamaan dan
kelembutan-Mu, aku menyaksikan-Mu.”

Adapun jam’ul jam’i di atas semua itu.
Manusia memiliki frekuensi masing-masign
sesuai dengan manifestasi perilaku dan
kepautan derajat mereka.

Barang siapa
menetapkan atas dirinya, berarti menetapkan
kemakhlukan, namun menyaksikan
keseluruhan, berarti ia telah mandiri kepada
Yang Haq, dan inilah al-Jam’.

Tetapi jika yang
terlibas dari penyaksian terhadap
kemakhlukan, lebur dari dirinya, dan teraih
universalitas, dari segala hal yang tampak dan
terdelegasi dari kekuasaan hakikat, maka
tahap inilah yang disebut jam’ul jam’i.”

Tafriqah adalah penyaksian terhadap
makhluk, hanya untk Allah swt.

Al-jam’ adalah
penyaksian terhadap makhluk bersama Allah
swt. dan jam’ul jam’i, berarti sirna dengan
univeraslitas, dan fana’-nya rasa kepada
selain Allah swt.

ketika terlanda hakikat.
Jam’ul jam’i merupakan kondisi mulia.

Sebagian kaum menamakan tahap ini sebagai
al-farq kedua. Yaitu dikembalikan pada tahap
rasa pasca sirna, pada saat menjalani waktu-
waktu fardhu, agar tetap konsisten terhadap
kefarduan dengan segenap waktunya,
sehingga ia kembali, hanya untuk dan
bersama Allah swt, bukan bagi hamba
bersama hamba.

Sang hamba melihat dirinya
pada kondisi seperti itu dalam perbuatan Al-
Haq. Ia menyaksikan awal Zat-nya dan
kenyataannya bersama Qudrat-Nya.

Sedangkan tempat pijakan ketika menjalankan
perbuatan dan tingkah lakunya hanya bersama
Ilmu dan Kehendak-Nya.

Sebagian Sufi mengisyaratakan kata al-
Jam’ dan al-farq kepada Perbuatan Al-Haq
atas seluruh makhluk. Maka globalitas dari
keseluruhan dalam proses bolak balik dan
perbuatan, harus dilihat dari satu arah, bahwa
sebenarnya Allah-lah yang memunculkan
substansi-substansi mereka itu. Allah-lah yang
menjalankan sifat-sifat mereka.

Kamudian
Allah swt. memisahkan dalam ragam : Satu
kelompok, Allah swt. membahagiakan mereka,
dan kelompok lain Allah swt. menjauhkan dan
menyengsarakan mereka.

Satu kelompok lagi
Allah swt. menarik hati mereka, dan kelompok
yang lain dilupakan dan diputus-asakan dari
rahmat-Nya, dan satu golongan lagi Allah swt,
memutus kehendak mereka untuk
menyatakanDiri-Nya. Ada kelompok yang
disadarkan pada tahap rasa mereka dan ada
yang disirnakan. Ada kelompok yang
didekatkan dan dihadirkan, Kemudian Allah
meminumkan karunia hingga mereka
dimabukkan ruhaninya, namun juga ada
golongan yang dicelakakan dan diakhirkan,
kemudian dijauhkan dan disingkirkan.

Ragam
Af’al-Nya tidak bisa dijangkau oleh batasan,
sementara rinciannya tidak dapat diuraikan
dan diingat.

Para Sufi pernah melantunkan
syair bagi al-Junayd, mengenai makna jama’
dan farq :

Engkau telah membuat nyata-Mu
Dalam rahasiaku
Lalu lisanku munajat pada-Mu
Kita berkumpul bagi makna-makna
Dan berbpisah bagi makna-makna pula
Jika Gaib-Mu adalah
Keagungan dari lintasan mataku
Toh Engkau buat keserasian dari dalam
Yang mendekatku.

Mereka bersyair lagi :
Jika telah tampak padaku
Keagungan, lalu keluar dalam tingkah
orang
Yang tak dikehendaki
Maka aku berkumpul dan berpisah
dengan-Nya
Sedang ketunggalan yang saling
bertemu
Adalah dua dalam satu bilangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar