Laman

Senin, 17 Maret 2014

Ridha Terhadap Takdir dan Ketetapan ALLAH


1. BERAMALLAH MENUJU TAKDIRMU
Rosulullah saw bersabda, “Tidak seorang pun dari kalian melainkan telah ditentukan tempat duduknya di neraka, dan tempat duduknya di surga”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rosulullah, apakah kami cukup bergantung (bersandar) kepada catatan takdir kami?”. Beliau menjawab, “Bekerjalah (beramallah), karena masing-masing telah dimudahkan untuk apa yg ia diciptakan karenanya”.(HR Bukhari Muslim)

2. RIDHO ATAS SEMUA TAKDIR-NYA
Apabila engkau tidak ridha dengan takdir, tidak bersabar atas ujian dan tidak bersyukur atas nikmat, maka tidak akan ada Tuhan bagimu, carilah Tuhan selain ALLAH, padahal engkau tahu tidak ada Tuhan selain ALLAH. Apabila engkau mau, ridhalah dengan takdir, pecayalah kepada ketetapan-NYA, baik ataupun buruk, manis ataupun pahit. Sesungguhnya sesuatu yang akan menimpamu tidak akan luput darimu, dan sesuatu yang harus luput darimu tidak akan menimpamu sama sekali, baik denganm usaha ataupun upaya (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

3. MENENTANG TAKDIR-NYA
Sebagian ahli sufi mengatakan,”Terimalah ketetapan ALLAH pada makhluk, dan jangan menerima keinginan makhluk pada Khaliq”. Bagaimana aku bisa peduli, sedangkan engkau berbuat maksiat kpd ALLAH, meremehkan perintah2-NYA dan juga larangan2-NYA. Engkau menentang ketetapan dan takdir-NYA, bahkan engkau memusuhi-NYA siang dan malammu. Sungguh engkau (yg menentang takdir-NYA) sangat terkutuk. (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

4. RIDHO ATAS TAKDIR ALLAH AKAN MENYEJUKKAN HATI
RIDHA atas ketetapan TAKDIR lebih baik daripada memperoleh dunia tetapi disertai penentangan terhadap takdir. Manisnya keridhaan itu lebih manis terasa dihati para shiddiqiin, daripada melajur keinginan syahwat dan kesenangannya. Hal itu lebih manis bagi hati mereka dari pada dunia dan seisinya, karena ia menyejukkan kehidupan dalam setiap keadaan (Syaikh ABdul Qadir Jailani)

5. ASAL ALLAH RIDHA
Betapa indahnya keadaan seorang mukmin didunia maupun di akhirat. Di dunia dia tdk mempedulikan segala sesuatu, asalkan ALLAH ridha kepadanya. Dimanapun dia berada, dia akan memperoleh bagiannya. Kemanapun dia menghadap, dia akan memandang cahaya-NYA. Tidak akan ada kegelapan baginya, dan semua isyarat-NYA tertuju kepadanya. Keyakinannya hanya kepada ALLAH SWT demikian juga ketawakalannya (Syaikh ABdul Qadir Jailani)

6. MENGGAPAI RIDHA ALLAH
Ridha ALLAH, bergantung pada ridha kita pada-NYA, ridha pada setiap ketentuan dan ketetapan ALLAH, yang baik maupun yang buruk. Mau menerima dengan rela dan senang hati, setiap keadaan dan kejadian yang datang pada kita, yang baik maupun yang buruk. Sedih dan bahagia, kesuksesan dan kebangkrutan, hidup sengsara dan hidup enak dan lain sebagainya. Kita terima dengan kadar yang sama, tanpa membedakan diantara keduanya, tidak pernah mengeluh dan tidak pernah merasa benar untuk menanggungnya. Inilah tanda-tanda ridha ALLAH pada diri manusia. Barangsiapa yang sudah bersikap dan berbuat seperti itu, berarti ALLAH sudah ridha padanya. (Tasawuf Di Dalam Diri Ada ALLAH, 2011)

7. ALLAH LEBIH TAHU DARIPADA AKU
Barang siapa yg ingin mencapai derajat ridho terhadap takdir ALLAH SWT hendaklah ia selalu mengingat kematian, karena dg mengingatnya akan meringankan bencana yg menimpa. Jangan berprasangka buruk terhadap-NYA atas bencana yg menimpa diri, harta dan keluarga. Tetapi katakanlah, “ALLAH SWT lebih tahu daripada aku”. Bencana tsb akan tercabut darimu dan kebaikan dan kenikmatan akan datang. (Syaikh Abdul Qadir jailani)

8. RIDHO DALAM KEFAKIRAN
Ridholah dalam kefakiranmu, karena itu akan menjagamu dari kemaksiatan. Apabila tidak, bisa jadi engkau akan tenggelam dalam kemaksiatan. Seandainya ALLAH menjadikanmu fakir dan lemah, sesungguhnya DIA hendak memeliharamu. Apabila engkau sabar atas pilihan-NYA, maka engkau akan memperoleh pahala disisi-NYA yg tak terhitung oleh dirimu atau penduduk dunia sekalipun (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

9. RIDHO ATAS SEMUA PERBUATAN-NYA
Seorang muslim akan senantiasa setuju terhadap ketetapan-NYA dan ridho atas setiap takdir dan perbuatan-NYA.
Apabila kita tidak menerima datangnya musim kemarau, maka kemarau tersebut akan mendatangkan kesempitan, demikian juga apabila kita tidak menerima ketetapan datangnya musim penghujan, maka kedatangannya hanya akan menjadi siksa.
Kerelaan kita terhadap takdir-NYA yang mendatangkan dua musim tersebut, akan menghilangkan akibat buruk apapun yang datang karena keduanya.
Demikian halnya, penerimaan kita terhadap ujian dan cobaan, akan menghilangkan sedih, perih, dan kesempitan yang lahir darinya.
Alangkah menakjubkan keadaan para Wali itu, betapa baiknya keadaan mereka. Apapun yang ditimpakan ALLAH SWT kepada mereka, semuanya menjadi kebaikan (Syaikh Abdul Qadir Jailani)
10. TAKDIR ALLAH PASTI TERJADI
Diceritakan bahwa Malaikat Maut menemui Nabi SUlaiman bin Daud as. Malaikat Maut melihat dengan tajam dalam waktu yang lama kepada salah seorang pembantu Nabi Sulaiman as. Ketika Malaikat Maut keluar, laki-laki itu bertanya, “Wahai Nabi ALLAH, siapakah orang yang masuk tadi?”
Nabi SUlaiman as menjawab, “Malaikat Maut”
Laki-laki itu berkata, “Aku takut Malaikat Maut hendak mencabut nyawaku. Oleh karena itu aku akan menghindar darinya”.
Nabi Sulaiman as berkata, “Bagaimana caramu menghindar darinya?”
Laki-laki itu menjawab, “Suruhlah angin membawaku ke negeri India saat ini juga. Mudah-mudahan Malaikat Maut terkecoh dan tidak dapat menemukanku”
Nabi Sulaiman as menyuruh angin untuk membawa laki-laki itu ke tempat yang dituju. Malaikat Maut kembali dan menemui Nabi SUlaiman as. Kemudian Nabi Sulaiman as bertanya kepada Malaikat Maut, “Mengapa engkau melihat kepada laki-laki itu lama sekali?”
Malaikat Maut berkata, “Aku sungguh merasa heran terhadapnya. Aku diperintahkan untuk mencabut nyawanya di negeri India padahal negeri itu sangat jauh. Tetapi ternyata angin telah membawanya ke sana. Itulah takdir ALLAH SWT” (Al-Ghazali)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar