Laman

Kamis, 24 April 2014

APA BEDA ISTIGHFAR DAN TAUBAT?

APA MAKNA ISTIGHFAR ?
Istighfar sering diterjemahkan sebagai “mohon ampun”. Sedangkan maghfirah diterjemahkan ampunan. Dalam bahasa arab istilah “mighfar” adalah alat untuk menjaga kepala dari kecelakaan. Maka menurut Ibnul Qoyyim Al Jauzi “maghfirah” maknanya ialah menjaga dari keburukan akibat dosa yang dilakukan.
APA MAKNA TAUBAT?
Taubat artinya adalah “kembali”. Maksud “kembali” di sini ialah seperti kembalinya anak yang melawan orangtuanya, lalu kabur dari rumah dan akhirnya kembali ke rumah orangtuanya dan mengakui kesalahannya. Maka orangtuanya menyambutnya dengan suka cita.
Dalam sebuah hadits digambarkan bahwa Allah merasa gembira menyambut hambanya yang bertaubat melebihi gembiranya orang yang menemukan kembali untanya yang hilang
Dari Anas bin Malik ra., ia berkata : Rasulullah saw. bersabda: Sungguh Allah akan lebih senang menerima taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat kepada-Nya daripada (kesenangan) seorang di antara kamu sekalian yang menunggang untanya di tengah padang luas yang sangat tandus, lalu unta itu terlepas membawa lari bekal makanan dan minumannya dan putuslah harapannya untuk memperoleh kembali. Kemudian dia menghampiri sebatang pohon lalu berbaring di bawah keteduhannya karena telah putus asa mendapatkan unta tunggangannya tersebut. Ketika dia dalam keadaan demikian, tiba-tiba ia mendapati untanya telah berdiri di hadapan. Lalu segera ia menarik tali kekang unta itu sambil berucap dalam keadaan sangat gembira: Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu. Dia salah mengucapkan karena terlampau merasa gembira. (H.R. Muslim No.4932)
Dari Abdullah bin Masud ra.: Ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. Bersabda: Sungguh Allah akan lebih senang menerima tobat hamba-Nya yang beriman daripada seseorang yang berada di tanah bersama hewan tunggangan yang membawa bekal makanan dan minumannya. Lalu dia tidur kemudian ketika bangun didapati hewan tunggangannya tersebut telah menghilang. Dia pun segera mencarinya sampai merasa dahaga kemudian dia berkata dalam hatinya: Sebaiknya saya kembali ke tempat semula dan tidur di sana sampai saya mati. Lalu dia tidur dengan menyandarkan kepalanya di atas lengan sampai mati. Tetapi ketika ia terbangun didapatinya hewan tunggangannya telah berada di sisinya bersama bekal makanan dan minuman. Allah lebih senang dengan taubat seorang hamba mukmin, daripada orang semacam ini yang menemukan kembali hewan tunggangan dan bekalnya. (H.R. Muslim No.4929)
Maka menurut Ibnu Katsir taubat ialah kembalinya keaslian jiwa orang kepada fitrahnya dan menghapus keburukan yang dilakukannya. Sedangkan Yusuf Qardhawi menerangkan bahwa manusia itu terbuat dari unsur materi (jasmani) dan ruh (ruhani) sebagaimana Allah menyatakan sebagai berikut :
Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah (unsur jasmani) Maka apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan ruh (ciptaan)Ku, maka hendaklah kalian tersungkur dengan bersujud kepadanya (Q.S. Shaad 71-72)
Ketika manusia taat kepada Rabbnya, ruh itu mengalahkan sisi tanahnya. Inilah yang menyebabkan manusia layak menjadi obyek sujud para malaikat. Namun ketika manusia itu melakukan dosa atau maksiat pada Rabbnya, posisi itu terbalik. unsur tanah (yaitu unsur jasmani atau materi) lebih menguasai dirinya. Padahal kondisi asalnya ialah unsur ruh (ruhani) yang lebih dominan. Maka dengan bertaubat, manusia kembali kepada kondisi asalnya, yaitu unsur ruh lebih dominan. Inilah yang dimaksud dengan “kembali” pada istilah taubat. (Fiqih Taubat Yusuf Qardhawi)
Dalam ayat lain, Allah mengibaratkan kondisi manusia itu ibarat buah Tiin. Buah Tiin adalah buah yang tumbuh di Palestina, dan salah satu karakteristiknya ialah apabila telah tercuil sedikit saja maka akan busuk seluruhnya. Seperti buah Tiin, manusia telah diciptakan dengan sebaik-baiknya(ahsani taqwiim), sehingga menjadi makhluk paling mulia, namun ketika manusia berbuat dosa, seketika itu pula ia menjadi makhluk paling rendah (tsuma asfalas saafiliin).
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, Kemudian Kami kembalikan dia ke derajat yang serendah-rendahnya (Q.S. At-Tiin [95] : 4-5)
Maka taubat itu akan mengembalikan manusia ke derajatnya yang semula sebagai makhluk yang paling mulia
APA BEDA ISTIGHFAR DAN TAUBAT?
Taubat merupakan tindak lanjut dari istighfar. Di dalam Al-Qur’an kata “istighfar selalu disebutkan lebih dahulu dari kata “taubat” dan ini menunjukkan urutan proses. Maka taubat itu dilakukan sebagai tindak lanjut setelah melakukan istighfar:
Dan dia (nabi Hud a.s.) berkata : Hai kaumku, istighfarlah (istaghfir) kepada Robbmu lalu bertaubatlah kepadaNya, niscaya ia akan menurunkan hujan yang sangat deras kepadamu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu (yang sudah ada) (Q.S. Huud [11] : 52)
Demikian pula Nabi Syu’aib a.s. berkata kepada penduduk Madyan :
Dan istighfarlah kepada Robbmu kemudian bertaubatlah kepadaNya (wastaghfiruu rabbakum tsuma tubuu ilaihi). Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih (Q.S. Huud [11] : 90)
Isyarat yang sama juga disampaikan Nabi Saleh a.s. kepada kaum Tsamud :
Hai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari tanah dan menjadikan kamu pemakmurnya karena itu mohonlah maghfirahNyalalu bertaubatlah kepadaNya (fastaghfiruuh tsuma tuubu) Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmatNya) lagi memperkenankan (doa hambaNya) (Q.S. Huud [11] : 61)
Demikian pula yang dilakukan oleh Nabi Daud a.s. yang beristighfar lalu bertaubat :
Dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya, maka ia beristighfar (fastaghfara) lalu tersungkur sujud dan bertaubat (Q.S. Shaad [38]:24)
Yusuf Qardhawi mengatakan bahwa di dalam taubat tercakup istighfar.
Dalam sebuah hadits dikatakan : penyesalan adalah bagian dari taubat (H.R. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Ibnu Mas’ud berkata : seseorang menyesali dosanya dan tidak melakukan dosa itu lagi sebagaimana air susu tidak mungkin kembali kepada payudara induknya.
Hasan Al Bashri mengatakan bahwa taubat ialah menyesali perbuatan dosa di masa lalu serta berjanji untuk tidak mengulangi di masa datang.
Muhammad bin Ka’b al Qurazhi mengungkapkan taubat itu beristighfar dengan lidah, melepaskannya dari tubuh , berjanji dalam hati untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa itu serta meninggalkan teman-teman yang mengajak kepada keburukan.
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa istighfar adalah sebuah perkataan lisan pemohonan maaf atau permohonan ampun pada Allah SWT yang merupakan permulaan atau langkah awal dari taubat. Sedangkan taubat merupakan keseluruhan rangkaian proses dalam rangka memperoleh ampunan Allah.
TAUBAT MELIPUTI AMALAN OTAK, LISAN, HATI DAN BADAN
Taubat itu adalah proses yang menyeluruh dimulai dari amalan otak, amalan lisan, amalan hati dan kemudian amalan fisik / badan. Hasan bin Ali bin Abi Thalib berkata : Taubat adalah penyesalan dengan hati, istighfar dengan lisan, meninggalkan perbuatan dosa dengan tubuh dan berjanji untuk tidak mengerjakan dosa itu lagi.
Maka lebih lanjut dalam amalan hati itu timbul yang namanya tekad, yaitu tekad untuk memohon ampun. Maka kemudian lidah mengucapkan permohonan ampun yang dikenal dengan istighfar.
Dari hati pula timbul tekad untuk segera meninggalkan perbuatan dosa dan tidak mengulanginya lagi. Maka ini juga merupakan amalan hati. Selanjutnya tekad ini dibuktikan dengan amalan badan berupa : shalat taubat dua rakaat, menjauhi lingkungan dan teman yang buruk, dan menyibukkan dengan amal sholeh untuk menutupi kesalahannya di masa lalu serta terakhir yaitu menjaga badan agar tidak melakukan lagi dosa yang lalu.
Al-Kulabi berkata : Taubat ialah meminta ampunan dengan lidah (istighfar) menyesal dengan hatinya, dan menjaga tubuhnya agar tidak melakukan dosa lagi.
TAUBAT DIAWALI DENGAN ILMU
Taubat itu diawali dengan pengetahuan dan ilmu. Hal ini diisyaratkan dalam ayat berikut :
“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada ilah melainkan Allah dan mohonlah ampun (wastaghfir) bagi dosamu dan bagi dosa orang mukmin laki-laki dan perempuan” (Q.S. Muhammad [47 ]:19)
Perhatikan ayat di atas, kata “fa’lam annahu laa ilaaha illa Allah” mendahului perintah untuk beristighfar. Maka kata “fa’lam annahu laa ilaaha illa Allah” adalah kalimat perintah (fi’il amr) untuk terlebih dahulu mempelajari aqidah yaitu memahami syahadat dengan mendalam sebelum akhirnya melakukan istighfar. ”
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. (Q.S. Ali Imran [3 ]:193)
Sekali lagi pada ayat di atas Allah mengisyaratkan bagaimana Ulul Albab membenarkan dan mengimani terlebih dahulu dengan aqidah yang benar baru setelah itu memohon ampun bagi dosa-dosanya.
Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin mengatakan : Yang pertama adalah ilmu. Dia adalah pangkal dari seluruh kebaikan ini. Maksud ilmu di sini adalah keimanan dan keyakinan. Karena Iman bermakna pembenaran bahwa dosa adalah racun yang menghancurkan. Sedangkan yakin adalah penegasan akan pembenaran ini, tidak meragukan nya dan memenuhi hatinya. Maka cahaya iman dalam hati ini akan membuahkan api penyesalan sehingga hatinya merasakan kepedihan.
Demikianlah proses taubat itu diawali dengan mengetahui besarnya dosa dan keburukan dari kemaksiatan yang dilakukannya. Inilah akitifitas otak yaitu mengetahui (ta’lamun), merenungkan (tadabbur), memikirkan (tafakkur) dan memahami (tafahum). Dari pemahaman ini maka timbullah penyesalan dan kepedihan di hati. Inilah amalan hati.
Al-Qusyairi berkata : langkah taubat yang pertama adalah bangunnya hati dari kelalaian serta melihat kondisi buruk akibat dosa yang ia perbuat. Dan hal itu akan mendorongnya untuk mengikuti dorongan hatinya agar tidak melanggar perintah Allah SWT. Jika hatinya merenungkan keburukan perbuatannya serta menyadari dosa yang diperbuatnya, niscaya hati akan terbetik keinginan untuk bertaubat dan menjauhkan diri dari melakukan tindakan yang buruk itu. (Kitab Risalah Qusyairiyyah)
KESADARAN DIAWALI DARI MENDENGARKAN NASEHAT
Salah satu cara yang bisa membangkitkan kesadaran akan dosa ialah menyediakan hati untuk mendengar nasehat dan kritikan. Asalkan ia mau sesaat saja mendengar nasehat, maka biasanya orang itu akan sadar.
Nasehat dari Allah SWT itu terdapat dalam hati setiap orang muslim (H.R. Ahmad)
Sa’id bin Musayyab berkata : taubat ialah engkau mampu menasehati diri kalian sendiri
Addiinu nashihah / agama itu (intinya) adalah nasehat. Kami bertanya : Bagi siapa ya Rasul? Jawabnya : Bagi Allah, kitabNya, rasulNya dan para tokoh umat serta umat Islam secara umum (H.R. Muslim)
Dari jarir bin Abdullah r.a. berkata : Aku telah dibai’at oleh Nabi SAW untuk mendengar dan taat lalu dituntun oleh Nabi SAW untuk menyebut kalimat dalam apa yang dapat aku peruat dan nasehat yang baik terhadap setiap muslim (H.R. Bukhari Muslim)
Ali bin Abi Thalib r.a. berkata : barang siapa menjadi penasihat yang baik bagi dirinya, niscaya Allah akaan menjaganya dari segala bencana (Nahjul Balaghah)

KEUTAMAAN TAUBAT
Semua anak Adam pembuat kesalahan, dan sebaik-baik pembuat kesalahan ialah mereka yang bertaubat. (H.R. Addarami)
Sesungguhnya Allah menyukai seorang hamba mukmin yang terjerumus dosa tetapi bertaubat. (H.R. Ahmad)
Tiada sesuatu yang lebih disukai Allah daripada seorang pemuda yang bertaubat. (H.R. Ad-Dailami)
Sesungguhnya Allah menerima taubat hambaNya selama nyawa belum sampai ke tenggorokan. (H.R. Ahmad)
Ali bin Abi Thalib berkata : Sungguh aku heran terhadap orang yang berputusa asa (dari rahmat ampunan Allah) sementara ia masih memiliki kesempatan untuk betaubat (Nahjul Balaghah)

KALIMAT ISTIGHFAR ADALAH KALIMAT YANG DIBENCI IBLISH
Dalam berbagai ayat Al-Qur’an dinayatakan bagaimana Iblish masih mau mengatakan “Ya Rabbi” artinya Iblish masih mengakui Allah sebagai Rabbnya atau pencipta dirinya.
Berkata iblis: “Rabbi, (Tuhanku) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan (Q.S. Al-Hijr [15] :36) (Q.S. Shaad [38] :79)
Namun Iblish menolak untuk menjadikan Allah sebagai Malik (penguasa) dan ilah, sebagai satu-satunya yang berhak ditunduki dan ditaati.
Demikian pula Iblish ketika terjerumus dalam kesalahan ia enggan untuk bertaubat bahkan mengambil sikap fatalis dan dendam, yaitu justru ingin mengajak manusia untuk sama-sama sesat dengan dirinya.
Iblis berkata: “Ya Rabbi, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya (Q.S. Al-Hijr [15] :39)
Maka kalimat istighfar dan taubat adalah sesuatu yang lebih dibenci oleh Iblish ketimbang kalimat subhanallah dan alhamdulillahi rabbil ‘alamiin, karena dengan taubat itu membuat apa yang telah dicapai iblish dan bala tentaranya menjadi sia-sia

TAUBAT WAJIB BAGI YANG BERSALAH
Taubat adalah perkara wajib dilakukan bagi orang yang bersalah atau berdosa. Tak ada kata percuma, walaupun diterima atau tidaknya taubat bergantung pada Allah saja.
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka (fastaghfaru lii dzunubihim) dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa (maa yughfir dzunuuba) selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (Q.S. Ali-Imran [3] : 135)
Dan barang siapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya sendiri kemudian beristighfar pada Allah niscaya ia akan mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S. An Nisaa [4]:110)
TAUBAT WAJIB TIDAK HANYA BAGI YANG BERSALAH
Kebanyakan dari kita menganggap bahwa istighfar dan taubat itu baru dilakukan jika kita melakuakn kesalahan. Sedangkan tidak banyak yang memahami bahwa istigfar dan taubat itu adalah sebuah kewajiban seorang muslim yang harus rutin kita lakukan terlepas kita merasa melakukan kesalahan atau tidak.
Allah memerintahkan bertaubat tidak hanya kepada orang yang bersalah, bahkan Allah memerintahkan bertaubat kepada orang yang beriman :
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha” (Q.S. At Tahrim [66] : 8)
Istighfar dan taubat tidak perlu menunggu sampai kita merasa ada melakukan kesalahan atau dosa. Karena setiap manusia tidak akan terlepas dari dosa. Kalaupun ia merasa tidak melakukan dosa besar dan merasa selalu taat menjalankan perintah Allah, namun mungkin saja betapa banyak kesalahan yang tidak kita sadari.
Tidak ada doa mereka selain ucapan: “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir (Q.S. Ali-Imran [3] : 147)
Perhatikanlah bagaimana kita diajarkan untuk beristighfar hanya untuk dosa-dosa atau kesalahan yang mungkin kita tidak ketahui seperti sikap yang berlebihan
Al-Ghazali berkata : Rasulullah selalu meningkatkan derajat beliau. Dan setiap kali beliau menaiki suatu derajat maka beliau akan melihat derajat yang lebih rendah sebelumnya itu sebagai sebuah kekurangan dan beliau akan beristighfar atas derajat yang lebih rendah itu (Ihya Ulumuddiin)

TAUBAT SEBAGAI BENTUK RASA SYUKUR
Seorang yang dijamin surga dan terbebas dari dosa, seperti Rasulullah s.a.w pun melakukan istighfar dan taubat setiap hari. Hal itu sebagai bentuk rasa syukur atas segala kenikmatan yang dianugerahkan Allah kepada dirinya.
Ya Allah ampunilah kesalahanku, kejahilanku, tingkah berlebihan dalam perkaraku serta apayang Engkau lebih tahu dariku. Ya Allah ampunilah keseriusan dan sikap humorku, ketidak sengajaan dan kesengajaanku, dan seluruh perbuatan seperti itu yang ada padaku. Ya Allah ampunilah apa yang aku dahulukan dan apa yan aku akhirkan serta pa yang kusembunyikan dan apa yang kuberitahukan, dan Engkau adalah yang memajukan dan Engkau pula yang memundurkan, dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu (H.R. Bukhari Muslim)
Qadhi Iyadh berkata : Doa beliau yang menyatakan Wahai Rabbku ampunilah dosaku dan ampunilah atas apa yang telah aku dahuolukan dan apa yang telah aku tunda. Hal ini sebagai sebuah ungkapan dari sikap ketawadhuan, ketundukan, merendahkan diri dan sebagai bentuk syukur kepada Rabbnya, karena sebenarnya beliau tahu Allah SWT telah mengampuninya (Fathul Bari)
Jadi kita lihat di sini bahwa Istigfar dan taubat tidak hanya ketika melakukan kesalahan melainkan sesuatu yang rutin sebagai bentuk ketawadhuan, ketundukan dan rasa syukur kepada Allah SWT.
TAUBAT SEBAGAI BENTUK KETUNDUKAN
Andaikan benar diri kita ini bersih dari kesalahan, maka istighfar dan taubat itu dilakukan semata karena memenuhi perintah Allah dan RasulNya.
Rasulullah SAW bersabda : Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggamanNya, seandainya kalian tidak berbuat dosa niscaya Allah SWT akan menghapuskan kalian dari muka bumi dan mendatangkan makhluk lain yang melakukan dosa kemudian minta ampunan kepada Allah (H.R. Muslim dan Ahmad)
Wallahua’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar