Laman

Selasa, 29 Juli 2014

FUTUHUL GHOIB AJARAN 61, 62, 63 & 64

AJARAN 61

Setiap mu’min harus mengadakan pemeriksaan dan penelitian terlebih dahulu serta tidak boleh tergesa-gesa ketika bagian-bagiannya sampai kepadanya dan ia terima, sampai datang perintah hukum yang menyatakan bahwa bagian itu dibolehkan untuknya dan ilmu Allah yang menghalalkan dan membenarkan bahwa bagian itu adalah untuknya. Nabi bersabda, “Sesungguhnya orang mu’min itu berwaspada, sedangkan orang munafik itu terus menerkam apa saja yang datang kepadanya.” Beliau juga bersabda, “Orang mu’min itu tidak terburu-buru.” “Buanglah segala sesuatu yang menimbukan keraguan di dalam hatimu dan terimalah segala sesuatu yang tidak meragukan.”, demikian sambung beliau.

Jadi, orang mu’min itu selalu berhati-hati terhadap semua perkara seperti makanan, minuman, pakaian, perkawinan dan apa saja yang sampai kepadanya. Ia tidak akan asal menerima saja (nerimo), kecuali jika ia telah yakin bahwa perkara itu halal. Ini di dalam peringkat mu’min biasa. Sedangkan dalam peringkat wilayah (kewalian), maka terlebih dahulu ia mendengarkan perintah hatinya; jika hatinya itu menghalalkan, maka barulah ia menerimanya. Jika dalam peringkat Abdal dan Ghauts, maka ia menentukannya dengan ilmu Allah. Dan jika dalam peringkat fana’, peringkat terakhir, maka ia mengikuti perbuatan Allah, dan ini adalah takdir itu sendiri.

Masih ada satu peringkat keadaan lagi, di mana seorang menerima apa saja yang datang kepadanya selagi masih mengikuti hukum-hukum syari’at atau perintah hati atau ilmu Allah. Tetapi, jika ketiga perkara tersebut melarangnya, maka apa yang dilarangnya itu tidak akan diterima olehnya. Keadaan peringkat ini bertentangan dengan keadaan peringkat pertama, di mana kewaspadaan dan kehati-hatian diperlukan, sedangkan peringkat ini hanya memerlukan penerimaan saja.

Masih ada peringkat lain lagi yang lebih atas daripada peringkat tadi. Dalam peringkatini, seseorang hanya menerima saja dan mempergunakannya tanpa mengikuti hukum syari’at, perintah hati atau ilmu Allah. Inilah hakekat fana’. Dalam peringkat ini, si mu’min berada dalam pemeliharaan Allah semata-mata dan ia tidak lagi dijamah oleh malapetaka, iblis, dosa dan noda, atau keluar dari hukum-hukum syari’at. Firman Allah, “… demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS 12:24)

Dengan demikian, si hamba tadi terpelihara oleh Allah dari melanggar batas-batas hukum. Segala hal ihwalnya dipelihara oleh Allah. Allah memberikan kekuasaan kepadanya untuk mendapatkan segala kebaikan. Jadi, apa saja yang datang kepadanya adalah terlepas dari kesusahan, bencana dan kesulitan di dunia dan di akhirat serta ia benar-benar bersesuaian dengan keridhaan, tujuan dan perbuatan Allah SWT. Tidak ada peringkat yang lebih tinggi lagi dari ini. Inilah tujuan. Peringkat ini dimiliki oleh ketua para wali yang besar, yang mereka itu adalah orang-orang suci dan memiliki rahasia-rahasia Allah, yaitu orang-orang yang sampai ke gerbang keadaan yang dimiliki oleh para Nabi. Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada mereka.

AJARAN 62

Alangkah mengherankan bila kamu selalu mengatakan bahwa si Anu itu dekat kepada Allah, tetapi si Anu itu jauh dari Allah; bahwa si Anu itu diberi karunia, sedangkan si Anu itu tidak diberi; bahwa si Anu itu dikayakan, sedangkan si Anu itu dimiskinkan; bahwa si Anu itu disehatkan, tetapi si Anu itu disakitkan; bahwa si Anu itu dimuliakan, tetapi si Anu itu dihinakan; bahwa si Anu itu dipuji, sedangkan si Anu itu dicaci; dan bahwa si Anu itu dibenarkan, sedangkan si Anu itu disalahkan.

Tidakkah kamu mengetahui bahwa Dia itu Satu dan bahwa Yang Satu itu menyukai kesatuan di dalam perkara cinta dan menyayangi orang yang cintanya hanya satu, yaitu kepada Dia ?

Jika kamu dibawa untuk dekat kepada-Nya melalui selain Dia, maka cintamu kepada-Nya itu akan ternoda dan tidak lagi satu. Sebab, kadangkala terlintas di dalam pikiranmu bahwa kamu bisa mendapatkan karunia dan keberkatan itu lantaran melalui selain Dia itu. Akhirnya, cintamu kepada Allah akan tercacad. Allah Yang Maha Besar cemburu kepadamu, karena kamu telah menyekutukan cintamu kepada-Nya dengan cintamu kepada yang selain Dia. Oleh karena itu, Dia menahan tangan orang lain untuk menolongmu, menahan lidah mereka untuk memuji kamu dan menahan kaki mereka untuk melangkah menuju kamu, agar dengan demikian mereka tidak dapat memalingkan kamu dari Dia sendiri. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Hati itu telah dijadikan sedemikian rupa, sehingga seseorang itu terpaksa mencintai orang yang memberi kebaikan dan membenci orang yang memberi mudharat kepada dirinya.”

Jadi, Allah menahan seseorang untuk berbuat baik terhadapmu sampai kamu menyadari keesaan-Nya dan mencintai-Nya dengan sepenuh hati, tanpa membagi kecintaan, baik secara lahir maupun batin dan baik ketika bergerak maupun ketika diam, sehingga kamu menyadari bahwa tidak ada kebaikan yang datang, kecuali kebaikan yang datang dari Allah, kamu menyadari bahwa segala kebaikan dan kejahatan itu semuanya datang dari Allah SWT dan kamu terus hilang dari mahluk dan diri kamu sendiri, dari kehendak dan keinginan kamu sendiri, dan apa saja selain Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi.

Setelah itu, barulah tangan mereka akan dibukakan untuk kamu dengan kemurahan dan pemberian mereka, dan lidah mereka akan memuji kamu. Kemudian, kamu akan dipelihara dengan sebaik-baiknya di sepanjang masa, baik di dalam dunia ini maupun di akhirat kelak.

Oleh karena itu, janganlah kamu bersikap kurang sopan. Lihatlah orang melihat kamu. Jagalah orang yang menjaga kamu. Cintailah orang yang mencintai kamu. Jawablah orang yang memanggilmu. Peganglah tangan orang yang memegangmu dari jatuh tersungkur, yang membawamu keluar dari gelapnya kejahilan, yang menyelamatkanmu dari kebinasaan, yang membersihkan kotoran-kotoranmu, yang mengeluarkanmu dari kehinaan, yang melepaskanmu dari cengkeraman hawa nafsu iblismu dan yang mengasingkan dirimu dari teman-temanmu yang jahil dan menghalangimu untuk menuju Allah.

Berapa lamakah kamu akan tetap tinggal bersama hawa nafsu kebinatanganmu, bersama mahluk, bersama kehendak dan keinginanmu, bersama keingkaranmu, bersama kehidupan dunia dan akhiratmu serta bersama apa saja selain Allah ?

Mengapa kamu menjauh dari Pencipta mahluk dan yang mewujudkan segalanya, Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Batin, tempat kembali dan tempat bermula segala sesuatu, yang memiliki hati dan kedamaian jiwa, yang meringankan beban, yang memberi karunia dan yang memberi rahmat dan ni’mat ?

AJARAN 63

Pernah di dalam mimpiku seakan-akan aku berkata, “Wahai kamu yang menyekutukan Tuhanmu dengan dirimu sendiri di dalam pikiranmu, dengan mahluk-Nya di dalam perbuatan lahirmu, dan dengan keinginanmu di dalam perbuatanmu.” Mendengar seruanku itu, orang yang berada di sisiku bertanya, “Apa yang terjadi ?” Jawabku, “Ini adalah sejenis ilmu kerohanian.”

AJARAN 64

Pada suatu hari, suatu perkara telah mengacaukan pikiranku. Batinku terasa berat menanggung beban itu. Kemudian aku memohon kesenangan dan kesentosaan serta jalan jeluar. Aku ditanya tentang apa yang aku inginkan. Aku berkata, “Aku menginginkan kematian yang tidak ada kehidupan di dalamnya dan suatu kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya.”

Kemudian, akupun ditanya lagi tentang jenis kematian yang tidak ada kehidupan di dalamnya dan jenis kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya. Aku menjawab, “Kematian yang tidak ada kehidupan di dalamnya ialah kematianku dari jenisku sendiri supaya aku tidak melihatnya, baik ia memberikan manfaat maupun memberikan mudharat, dan kematian dari diriku sendiri, dari keinginanku, tujuanku dan harapanku dalam hal keduniaan dan keakhiratan, sehingga aku tidak berada dalam semua ini. Sedangkan kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya ialah kehidupanku dengan perbuatan Tuhanku di dalam keadaanku yang tidak ada wujud di dalamnya, dan kematianku di dalamnya adalah wujudku dengannya. Oleh karena aku telah mengetahui hal ini, maka ini menjadi tujuanku yang paling berharga sekali.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar