Laman

Selasa, 29 Juli 2014

HARI RAYA IDUL FITRI


Diceritakan: Konon seorang laki-laki bernama Sholeh bin Abdullah, setiap hari raya tiba dia datang ke musholla untuk melaksanakan shalat ‘Id dan kembali pulang ke rumahnya setelah selesai shalat. Di rumah seluruh anggota keluarga dan para kerabatnya sudah berkumpul menunggu kepulangannya. Sesampainya di rumah, Sholeh mengalungkan rantai besi di lehernya, dan menaburkan debu di kepala dan tubuhnya, seraya menangis dengan tangisan yang keras. Keluarganya bertanya: “Hai Sholeh mengapa engkau ini, padahal hari ini adalah hari raya, hari penuh kebahagiaan?” Sholeh menjawab: “Ya aku tahu, akan tetapi aku ini adalah seorang hamba yang mendapat perintah untuk mengerjakan sesuatu amal untuk-Nya, aku sudah mengerjakannya tapi aku tidak tahu amal itu diterima atau tidak oleh-Nya”. Sholeh berada di teras (pinggir) musholla ketika mengerjakan shalat ‘Id berjamaah. Ketika ditanyakan kepadanya mengapa tidak shalat di tengah musholla? dia menjawab: “Aku datang untuk meminta rahmat, maka di sinilah tempat yang patut bagi peminta”.

Diceritakan lagi: Seorang Kyai sepuh, setiap datang hari raya Idul Fitri selalu menutup pintu rumahnya rapat-rapat dan memadamkan lampu pada malam harinya, padahal orang banyak berbondong-bondong dari segala penjuru ingin menjumpainya, dan para tamu itu tidak pernah ada yang ditemui. Ketika ditanyakan perihalnya itu, ia menjawab di sela-sela tangisnya yang tidak tertahan: “Hari ini dosa-dosa mereka sudah diampuni dan mereka bebas dari neraka, maka pantas mereka berbahagia. Sedang aku tidak tahu apakah dosa-dosaku sudah diampuni atau belum? Apakah aku pantas bersenang-senang bersama mereka?”

Dari Wahab bin Munabih r.a berkata bahwa Rasulullah s.a.w bersabda: “Sungguh Iblis (semoga laknat baginya) selalu menjerit dan mengumpulkan bala tentaranya di setiap datang hari ‘Id. Mereka bertanya: “Hai Iblis junjunganku, siapakah yang menjadikan kamu marah, sungguh kami akan menghancurkan mereka”. Iblis menjawab: “Tidak ada sesuatu, hanya saja sungguh Allah telah mengampuni dosa-dosa umat manusia di hari ini, maka segeralah kalian semua untuk menjadikan mereka terlena dengan kenikmatan syahwat dan meminum minuman keras sehingga Allah Ta’ala murka kepada mereka”. Oleh karena itu Rasulullah s.a.w bersabda di dalam sebuah haditsnya:
“اِجْتَهِدُوْا يَوْمَ الْفِطْرِ فِي الصَّدَقَةِ وَأَعْمَالِ الْخَيْرِ وَالْبِرِّ مِنَ الصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ وَالتَّسْبِيْحِ وَالتَّهْلِيْلِ, فَإِنَّهُ الْيَوْمُ الَّذِيْ يَغْفِرُ اللهُ تَعَالَى فِيْهِ ذُنُوْبَكُمْ وَيَسْتَجِيْبُ دُعَاءَكُمْ وَيَنْظُرُ إِلَيْكُمْ بِالرَّحْمَةِ”.

“Bersungguh-sungguhlah kalian pada hari Idul Fitri untuk bershadaqah dan beramal kebaikan dan pengabdian kepada Allah s.w.t, dengan melaksanakan shalat dan mengeluarkan zakat dan membaca Tasbih dan Tahlil. Karena hari itu adalah hari dimana Allah s.w.t, akan mengampuni dosa-dosa kamu, dan mengabulkan permohonanmu, dan Alah melihat kepadamu dengan penglihatan penuh Rahmat”. (dari Durrotun Waa’idhin)

Diceritakan lagi: Seorang santri di pagi hari di hari raya Idul Fitri, datang kepada gurunya, didapati sang guru sedang makan dengan lahapnya, padahal yang dimakan itu hanyalah nasi putih tanpa lauk-pauk. Ketika ditanyakan perihalnya itu, sang guru menjawab: “Hari ini adalah hari kegembiraan, maka apapun yang ada di depanku menjadi tampak indah dan menyenangkan”. Namun di saat yang lain, di hari itu juga, ketika waktu shalat dhuhur datang, di saat beliau sujud yang terakhir dari shalat dhuhur itu, sang guru sujud dengan panjang sambil menangis dengan keras. Ketika ditanyakan lagi tentang perihalnya itu, sang guru menjawab: “Saya takut sujud tadi adalah yang terakhir di hari yang mulia ini, karena aku tidak mengetahui apakah tahun depan aku masih mampu bersujud seperti ini”.

Idul Fitri adalah sesuatu yang khusus, didatangkan dalam waktu khusus dan dikhususkan bagi orang khusus. Mereka itu adalah orang-orang yang dapat merasakan Idul Fitri secara khusus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar