Laman

Senin, 08 September 2014

LEBIH DALAM TENTANG WASILAH DAN MURSYID 2


Dalam tulisan Lebih Dalam Tentang Mursyid dan Wasilah telah kita uraikan bahwa Guru Mursyid pada hakikatnya adalah nur (cahaya) dan pengertian nur disini adalah “irsyad” petunjuk kepada Allah SWT. Jadi definisi cahaya dalam hal ini adalah akibat balik dari sesuatu. Nur yang dimaksud disini bukan seperti cahaya yang kita lihat dengan panca indera lahir, melainkan nur yang relatif abstrak yang mempunyai kekuatan dan getaran tak terhingga. Dengan kekuatan nur itu manusia yang menempuh jalan spiritual di bawah bimbingan guru mursyid akan mencapai tingkat ma’rifat (kenal) dengan Allah Ta’ala. Dengan nur itu pula mereka dapat mengetahui hakikat dari sesuatu hal.
Sering muncul pertanyaan bagaimana supaya kehebatan nur (energi Ilahi) tersebut bisa membawa peranan dalam kehidupan manusia terutama dalam menghampirkan diri kepada Allah SWT?. Sebuah pertanyaan yang cukup baik. Nur itu harus dimasukkan ke dalam jiwa sampai ia meragasukma di dalamnya, bukan dimasukkan ke dalam akal atau pikiran. Kenapa? Alasan logisnya karena akal manusia bersifat lupa dan lalai dalam hidupnya.
Bila energy Ilahi tersebut masuk kemudian meragasukma di dalam jiwa, maka ia akan menjadi bagian dari jiwa atau sukma itu sendiri. Karena sukma mempunyai dimensi yang lebih tinggi dari pada akal dan pikiran. Bila nur itu dimasukkan ke dalam akal, jangankan bisa terbawa mati, di dalam tidur pun sudah pasti terlupakan. Akal termasuk katagori jasmani, maka ia tidak mempunyai kemampuan untuk menjangkau rahasia ketuhanan yang ada di alam mahahalus – alam metafisika. Derajat alam gaib dengan alam fisik terdapat perbedaan yang cukup besar.
Begitu pula meragasukmakan energi Ilahi di dalam diri, tentu tidak semudah yang dibayangkan, ada metodologinya. Metodologi itu ada dalam Tarekatullah yang haq dan harus melalui petunjuk seorang guru yang mursyid. Setelah itu barulah manusia dapat ber-tajalli dengan Tuhan, bukan hulul (menyatu diri). Mahatinggi Allah SWT dari menyatu dengan sesuatu yang selain dia.
Mengapa diperlukan petunjuk dari seorang guru mursyid? Jelas, karena guru mursyid adalah khalifah Rasul, sekaligus sebagai terompet Rasul, yang telah teruji secara historis dan dalam konteks ilmiah mewarisi nur/energy Ilahi langsung dari Rasulullah. Dengan nur itu maka rohaninya dapat berpengaruh seperti pencahayaan dari satu lampu ke berbagai lampu. Cahaya itulah yang membua tabir rahasia yang ditinggalkan tertutup oleh Rasulullah.
Para Nabi dan Imam dan Imam memang memiliki persepsi yang tinggi. Hanya mereka yang bisa melihat kemulyaan Allah. Itu satu keunggulan nyata yang diberikan Allah secara khusus kepada orang-orang pilihan-Nya. Orang pilihan Allah adalah manusia yang dilindungi dan dicintai-Nya, yang dicirikan secara khusus, serta ditunjuk untuk mewujudkan tindakan-tindakan-Nya. Mereka, secara istimewa dianugerahi bermacam-macam keajaiban (karamah), disucikan dari hawa nafsu, sehingga segenap pikirannya tertuju kepada Allah semata. Allah Ta’ala telah memuliakannya atas hamba-hamba yang lain.
Bukti kemulyaan itu oleh penganut ajaran sufi telah dikaji secara naqli dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka tak heran jika kemudian guru mursyid diyakini sebagai perwakilan dari wujud Allah, hidupnya adalah pengganti dari hidup Allah, sifatnya adalah pengganti dari sifat Allah, kekuasaannya adalah pengganti kekuasaan Allah, kehendaknya adalah pengganti kehendak Allah, pendengarannya adalah pengganti pendengaran Allah, penglihatannya adalah pengganti dari perkataan Allah, dan ilmunya adalah pengganti dari ilmu Allah.
Keyakinan kaum Sufi tersebut cukup normatif sesuai dengan Al-Qur’an dan hadis Nabi berikut :
Tangan Allah di atas tangan-tangan mereka (QS. Al-Fath).
Wajah Allah di atas wajah mereka (Hadist)
Kalau mereka melihat Aku-lah matanya (Hadist Qudsi, HR. Bukhari)
Kalau mereka berjalan, Aku kakinya (Hadist Qudsi, HR. Bukhari)
Kalau mereka mengambil, Aku tangannya, (Hadist Qudsi, HR. Bukhari)
Kalau mereka digempur musuh, Aku lawannya, (Hadist Qudsi, HR. Bukhari)
Rahmat-Ku Aku titipkan padanya untuk ditaburkan pada ummat-Ku. (HR. Al Qudha’ie dari Abi Said).
Mereka man-syafaati seperti Rasul mensyafaati mensyafaati (HR. Ibnu Majjah).
Kalau mereka duduk, Aku temannya, (Hadist dalam Al-Atsar Ihya Ulumuddin).
Mereka yang (rohnya berisikan Nuurun Alaa Nur bersama-sama) sederetan duduknya dengan para Nabi. (QS. An-Nisa : 69).
Kalau namanya disebut, Ummat pun telah menyebut nama-Ku dan sebaliknya jika nama-Ku disebut ummat, telah turut disebut nama di dalamnya. (HR. Tabrani, Al Hakim dan Abu Naim).
Bumi dan langit-Ku tak berdaya menjangkau Aku, namun Aku telah dijangkau oleh Ruh/Hati hamba-Ku yang Ku-kasihi (yang Ruhnya berisikan Nurun Ala Nurin) (HR. Ahmad).
Kemudian bukti signifikan bahwa guru mursyid sebagai ulama pewaris Nabi (al ulama warasatul ambiya), terlihat dari jejaknya yang menapaki jejak Nabi sendiri. Mulai dari bentuk alamanya sampai pada soal rupanya. Keduanya memiliki rupa yang qadim dan juga azali. Hidupnya berada dalam dua alam sebagaimana di isyaratkan oleh Nabi dalam sabdanya :
“al-mu’minu hayyun fiad-darin” (Orang-orang mukmin itu hidup di dua alam).
Namun demikian, keduanya tetap memiliki perbedaan dan pembatas yang jelas. Misalnya dalam hal kenaikan dalam pencapaian spiritual, nabi-nabi terjadi secara menyeluruh, sementara para wali-wali hanya terjadi secara bathiah atau dengan rohani saja. Badan seorang nabi menyerupai hati dan roh seorang wali mursyid dalam kesucian dan kedekatan dengan Tuhan. Inilah satu keunggulan nyata. Bilamana seorang wali terkuasai perasaannya ia lepas dari dirinya melalui tangga rohani dan didekatkan kepada Tuhan. Semua bukti itu terbentuk dalam pikirannya dan ia memperoleh pengetahuan tentang bukti-bukti itu.
Sebenarnya persoalan ini telah Allah tunjukkan dalam peristiwa isra’ dan mi’rajnya Rasulullah, tapi jarang manusia yang mau mendalaminya. Rasulullah tidak akan sampai kehadirat Allah SWT tanpa energi Ilahi, nur Ilahi, wasilah Allah, atau yang dikiaskan sebagai Al-Buraq. Energi Ilahi mempunyai kecepatan dan kekuatan yang tak terhingga. Energi inilah yang ditanamkan oleh Allah dalam diri Rasulullah.
Demikian uraian singkat tentang Guru Mursyid dan insya Allah pembahasan ini nanti akan saya lanjutkan lagi. mudah-mudahan tulisan ini bisa memberikan manfaat untuk kita semua dan saya pribadi selalu bersyukur kepada Allah atas karunia-Nya berkenan memperkenalkan kekasih-Nya kepada saya sehingga dengan bimbingan yang penuh kasih sayang dari kekasih-Nya tersebutlah yang membuat saya bisa memahami tentang Tuhan. Pembahasan tentang mursyid beserta dalil-dalilnya dan keutamaan mempunyai Guru Mursyid serta pendapat para ulama tentang keutamaan berguru sudah pernah saya tulis di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar