Laman

Senin, 21 September 2015

KEMATIAN!!!


Oleh : Abu Hafidzh Al-Faruq

Kematian, seberapapun keras usaha manusia untuk menghaluskan kata tersebut seperti “berpulang ke rahmatuLLAH”,”telah ditinggal pergi”,”meninggal dunia”,”menghadap Sang Pencipta”,… tetap saja tidak mampu mengurangi rasa yang sesungguhnya dari sebuah kematian. Nyawa atau ruh adalah peluru yang sesungguhnya setelah ditembakkan meninggalkan selongsongnya. Selebihnya adalah jasad, wadah yang digunakan oleh ruh untuk berbuat di dunia. Kematian adalah pintu masuk kealam barzah dari alam dunia, demikian kata ustadz yang suka berpakaian serba putih itu dalam khutbahnya di TV.
Kematian begitu menakutkan banyak orang (termasuk penulis sendiri), baik bagi yang menghadapi kematian maupun yang ditinggal mati. Pertanyaannya adalah apa sebenarnya yang membuat kematian itu begitu menakutkan? Mari kita simak! Kalaulah anda lihat orang orang yang ditinggal mati bersedih lalu berkata ‘tiada lagi tempat kami mengadu’ atau “dulu aku selalu ada yang menemani, kini tinggal aku sendiri’, atau “bagaimana dengan sekolahku, siapa yang akan membiayai?’ dan kalimat kalimat yang sejenis maka ketahuilah bahwa sifat egois telah menguasai orang orang yang ditinggal mati tersebut, dan memang seperti inilah kebanyakan yang kita jumpai. Orang orang yang gembira terhadap kematian orang lain karena berharap akan jatuhnya klaim asuransi juga digolongkan dalam kelompok ini.
Apa sebenarnya yang membuat orang yang menghadapi kematian begitu menakutkan? Bagaimana reaksi perasaan anda ketika anda divonis mati oleh hakim atau dokter? Mungkin anda pernah  melihat bagaimana terdakwa kriminal bersikap terhadap putusan ini? Atau seorang pasien kanker ganas yang takkan terobati dan tinggal menunggu waktu maut menjemput? Kenapa takut? Mereka gelisah, apa sebabnya? Makan tak sedap, tidur tak nyenyak, hidup tak bergairah, sampai sampai seorang terpidana mati yang baru baru ini dieksekusi menulis ‘bukan kematian yang aku takutkan tapi menunggu keputusan yang sangat menyiksa’, sesungguhnya dia juga takut mati karena yang dia tunggu adalah keputusan hukuman mati atau tidak.Bisa jadi bagi mereka kehidupan di dunia sekarang adalah segala-galanya, walaupun pengetahuan setelah kematian ada kehidupan lain sudah dijejal ke otak mereka, sikap ketakutan akan kematian telah memperlihatkan secara jelas siapa sebenarnya dirinya. Seperti pepatah barat mengatakan “everyone wish to heaven, but no one willing to die (semua orang ingin masuk surga, tapi tidak ada seorangpun yang mau mati)”, ironis memang…
Atau bagi yang merasa setelah kematian ada kehidupan, merasa amal perbuatannya masih belum cukup alias masih banyak dosa dan sedikit pahala. Apakah anda pernah menjadi saksi jiwa jiwa yang sedang sekarat, mulut menganga mata melotot, nafas terhenti satu satu seperti tercekik? Sebagian memang terlihat mengerikan dan anda takut karena teringat hal hal yang menyeramkan saat tubuh merenggang nyawa, dan anda semakin takut mereka-reka siksa kubur oleh Nunkar dan Nankir yang super dahsyat menunggu anda, sampai kiamat untuk menerima azab sesungguhnya yang abadi! Wow!!!
Pertanyaan selanjutnya adalah kenapa kita semua tidak beralih kepada kematian yang menyenangkan, menyenangkan bagi yang menghadapi kematian dan menyenangkan bagi yang ditinggalkan. Lho kok bisa..?! Logikanya sederhana, bukankah sebaiknya anda sesegera mungkin mati jika anda mengetahui pada detik ini seluruh dosa dosa anda diampuni dan anda dijamin masuk surga, sebelum anda melakukan dosa berikutnya? Apakah ada orang orang yang memiliki riwayat mati menyenangkan? Para sahabat di zaman Nabi yang berjihad untuk ALLAH tidak hanya senang mati, tapi mereka memang mencari mati! Tapi tentu saja mereka tidak bunuh diri dengan membiarkan tubuh mereka ditombak dipanah dibacok begitu saja oleh musuh ALLAH. …dan kita juga mengetahui bahwa TUHAN menjanjikan surga buat mereka.
Menyenangkan bagi orang yang menghadapi kematian karena dia tahu bakalan masuk surga dan menyenangkan bagi orang orang yang ditinggal mati karena tahu orang yang mereka cintai masuk surga. Bagi mereka yang akan menjalani proses sakratul maut juga tak perlu resah karena mati seperti orang yang berangkat tidur, rebah dikasur lalu dengan sekali tarikan nafas panjang langsung terlelap, bedanya cuma terlelap untuk selama lamanya.
Saya mengajak anda bukan sebagai orang yang sudah berpengalaman, saya mengajak anda karena hal tersebut masih sangat mungkin dicapai. Contoh orang berjihad dengan Nabi adalah klasik dan jihad bukan satu satunya jalan untuk mencapai Khusnul Khatimah apalagi jihad yang sekarang banyak disangsikan. Mari kita menatap zaman di mana kita hidup sekarang.
Saudara sekalian, orang sakit, terbunuh, tenggelam, kecelakaan lalu lintas,… adalah alasan alasan agar TUHAN mencabut nyawa terdengar logis bagi manusia. TUHAN bisa saja mencabut nyawa anda seketika ketika anda sedang berdiri, duduk, berbaring apalagi sedang mengendarai mobil di lintasan Formula One! Bahkan bagi orang sakitpun yang  berusaha keras berobat untuk sembuh, kalau anda tahu ilmunya maka ‘tidak semua orang yang sakit harus sembuh!’
Maaf kawan, bukan saya tak hendak berbagi ilmu, mengutip kalimat Robert T. Kiyosaki dalam bukunya Guide To Investing dalam pendidikan dasar CashFlow-nya, saya ingin mengatakan bahwa “Ilmu ini tidak bisa dipelajari dengan membaca”.
Lalu bagaimana agar mati bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan? GURU saya mengatakan “Matikanlah dirimu sebelum engkau mati!”. Oh apakah ini proses latihan? Maksudnya? GURUnya GURU saya (NENEK GURU) dalam sebuah kesempatan saya dengar rekaman fatwaNYA mengatakan “Kalau engkau tidak bisa berenang, kemanapun engkau pergi kau tak kan bisa berenang! Kalau kau tak kenal Tuhan di dunia, maka diakhiratpun kau tak kenal Tuhan!” Pelajarannya adalah ‘Kau tak akan masuk surga jika tak kenal yang punya surga!’ masalahnya TUHAN diakhirat nanti adalah TUHAN di dunia sekarang. Kesimpulannya, wajar saja kau takut mati dan atau ditinggal mati sebab kau tak kenal Tuhan! NENEK GURU juga mengkritik para ustadz ustadz yang mengatakan ‘shalatlah yang khusuk insya allah masuk surga’, masalahnya adalah ustadz ustadz itu tidak mampu mengajarkan bagaimana yang dimaksud dengan shalat yang khusuk. “Ajaran kok spekulatif dengan insya allah masuk surga, kalau tidak, apa mau kembali ke dunia?” demikian kata NENEK GURU saya. Bagi saudara saudara yang sangat yakin akan masuk surga karena amal ibadah saudara, ketahuilah jika masuk surgapun anda bukan karena banyaknya amal ibadah anda! Umatku tidak masuk surga karena ibadahnya, melainkan karena Ridha ALLAH SWT, demikian hadisnya bung! Jadi sebaiknya anda tidak usah menghitung-hitung pahala! Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana TUHAN meridhai anda jikalau anda berdua belum saling mengenal?
Anda akan merindui kematian bila anda mengenal TUHAN anda yang menjamin seluruh dosa anda diampuni dan memastikan anda masuk surga! Saya tambahkan GURU saya juga berucap “Orang orang berTUHAN yang mati sesungguhnya tidaklah mati, mereka tetap hidup…”

Dilangit Tuan berkata, Dibumi Tuan bersabda
Dilangit Tuan bertahta, Dibumi Tuan menjelma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar