Laman

Selasa, 23 Mei 2017

SEKADAR PERBANDINGAN AKIDAH(TAUHID). SYI'AH.

Kaum yang berlebih-lebihan memuja Saidina Ali Karamallahu wajhahu. Mereka tidak mengakui Khalifah-khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsman, Radhiyallahu’anhum.
(Kaum Syi’ah kemudian berpecah menjadi 22 aliran.)
KHAWARIJ.
Yaitu kaum yang berlebih-lebihan membenci Saidina 'Ali Kw. bahkan ada di antaranya yang mengkafirkan Saidina Ali. Firqah ini berfatwa bahwa orang-orang yang membuat dosa besar menjadi kafir.
(Kaum Khawarij kemudian berpecah menjadi 20 aliran.)
MU'TAZILAH.
Yaitu kaum yang berpaham bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat, bahwa manusia membuat pekerjaannya sendiri, bahwa Tuhan tidak bisa dilihar dengan mata dalam syurga, bahwa orang yang mengerjakan dosa besar diletakkan di antara dua tempat, dan mi’raj Nabi & Muhammad hanya dengan ruh saja, dan lain-lain.
(Kaum Mu’tazilah berpecah menjadi 20 aliran.)
MURJI'AH.
Yaitu kaum yang memfatwakan bahwa membuat ma’siyat (kedurhakaan) tidak memberi mudharat kalau sudah beriman, sebagai keadaannya membuat kebajikan tidak memberi manfa’at kalau kafir.
NAJARIYAH.
Yaitu kaum yang memfatwakan bahwa perbuatan manusia adalah makhluk, yakni dijadikan Tuhan, tetapi mereka berpendapat bahwa sifat Tuhan tidak ada.
(Kaum Najariyah pecah menjadi 3 aliran.)
JABARIYAH.
Kaum Jabariyah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa, manusia “majbur”, artinya tidak berdaya apa-apa. Kasab atau usaba tidak sama sekali. (Kaum ini hanya 1 aliran.)
MUSYABBIHAH.
Kaum Musyabbihah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa ada keserupaan Tuhan dengan manusia, umpamanya bertangan, berkaki, duduk 1 di kursi, naik tangga, turun tangga dan lain-lainnya. Kaum ini hanya 1 aliran saja.
MUJASSIMAH.
Puak Mujassimah selalu mengatakan keberadaan Allah bertempat di langit,malah lebih teruk lagi mereka mengatakan Allah duduk diatas arasy sebagaimana seorang raja bersemayam diatas singgahsananya malah mengkafirkan sesiapa sahaja yang tidak mengatakan Allah duduk diatas arasy. Ini adalah Akidah batil lagi sesat malah Imam Syafie mengatakan kafir kepada mereka yang berkeyakinan Allah duduk diatas arasy.
AKIDAH RASULULLAH,PARA SAHABAT DAN AT TABII'.
AKIDAH IMAM SYAFI’I
Imam asy-Syafi’i Muhammad ibn Idris (w 204 H), seorang ulama salaf terkemuka perintis madzhab Syafi’i, berkata: Sesungguhnya Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat. Kemudian Dia menciptakan tempat, dan Dia tetap dengan sifat-sifat-Nya yang Azali sebelum Dia menciptakan tempat tanpa tempat. Tidak boleh bagi-Nya berubah, baik pada Dzat maupun pada sifat-sifat-Nya ” (Lihat az-Zabidi, Ithâf as-Sâdah al-Muttaqîn…, j. 2, h.24).
AKIDAH SAHABAT SAYYIDINA ALI BIN ABI THOLIB
Barang siapa mensifati Allah bahwa Allah di dalam sesuatu maka berarti mensifati Allah bahwa Allah adalah mahdud / sesuatu yang dibatasi, maka ia kafir. Barang siapa mensifati Allah bahwa Allah di atas sesuatu maka berarti mensifati Allah bahwa Allah membutuhkan, maka ia kafir
(Lihat: Kifayah an-Nabih fi Syarh at-Tanbih)
AKIDAH SAHABAT SAYYIDINA ABU BAKR ASH-SHIDDIQ
Beliau berkata -semoga Allah meridlainya- : “Pengakuan bahwa pemahaman seseorang tidak mampu untuk sampai mengetahui hakekat Allah adalah keimanan, sedangkan
mencari tahu tentang hakekat Allah, yakni membayangkan-Nya adalah kekufuran dan syirik”.
AKIDAH SYEKH AL ‘ALIM ABU AL HUDA ASH-SHAYYADI
Beliau salah seorang khalifah syekh Ahmad ar-Rifa’i (dalam Thariqah ar-Rifa’iyyah) pada abad XIII H, dalam kitabnya at-thariqah ar-rifa’iyyah berkata:
“Sesungguhnya mengatakan Wahdah al Wujud (Allah menyatu dengan makhluk-Nya) dan Hulul (Allah menempati makhluk-Nya) menyebabkan kekufuran dan sikap berlebih-lebihan dalam agama menyebabkan fitnah dan akan menggelincirkan seseorang ke neraka, karenanya wajib dijauhi”.
AKIDAH AL-IMAM FAKHR AR-RAZI
Seorang ahli tafsir terkemuka; al-Imam al-Fakhr ar-Razi ( w 606 H) dalam kitab tafsirnya menuliskan sebagai berikut: “Jika keagungan Allah disebabkan dengan tempat atau arah atas maka tentunya tempat dan arah atas tersebut menjadi sifat bagi Dzat-Nya. Kemudian itu berarti bahwa keagungan Allah terhasilkan dari sesuatu yang lain; yaitu tempat. Dan jika demikian berarti arah atas lebih sempurna dan lebih agung dari pada Allah sendiri, karena Allah mengambil kemuliaan dari arah tersebut. Dan ini berarti Allah tidak memiliki kesempurnaan sementara selain Allah memiliki kesempurnaan. Tentu saja ini adalah suatu yang mustahil” .
AKIDAH IMAM MALIK :
IMAM MALIK IBN ANAS Al-Hafizh al-Bayhaqi dalam karyanya berjudul al-Asma’ Wa ash-Shifat, dengan sanad yang baik (jayyid), -sebagaimana penilaian al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari-, meriwayatkan dari al-Imam Malik melalui jalur Abdullah ibn Wahb, bahwa ia -Abdullah ibn Wahb-, berkata: “Suatu ketika kami berada di majelis al-Imam Malik, tiba-tiba seseorang datang menghadap al-Imam, seraya berkata:
“Wahai Abu Abdillah, ar-Rahman ‘Ala al-arsy Istawa, bagaimanakah Istawa Allah?”. Abdullah ibn Wahab berkata: Ketika al-Imam Malik mendengar perkataan orang tersebut maka beliau menundukan kepala dengan badan bergetar dengan mengeluarkan keringat. Lalu beliau mengangkat kepala menjawab perkataan orang itu: “ar-Rahman ‘Ala al-arsy Istawa sebagaimana Dia mensifati diri-Nya sendiri, tidak boleh dikatakan bagi-Nya bagaimana, karena “bagaimana” (sifat benda) tidak ada bagi-Nya. Engkau ini adalah seorang yang berkeyakinan buruk, ahli bid’ah, keluarkan orang ini dari sini”. Lalu kemudian orang tersebut dikeluarkan dari majelis al-Imam Malik (Al-Asma’ Wa ash-Shifat, h.408)“.
AKIDAH SYEKH ABD AL GHANI AN-NABULSI –
Beliau -semoga Allah merahmatinya- dalam kitabnya al faidl ar-rabbani berkata: “Barangsiapa mengatakan bahwa Allah terpisah dari-Nya sesuatu, Allah menempati sesuatu, maka dia telah kafir”.
AKIDAH AL-HAFIZH IBN AL-JAWZI
Beliau berkata dalam kitabnya Daf’u Syubah at-Tasybih:
“Sesungguhnya orang-orang yang menyifatkan Allah dengan tempat dan arah, maka sesungguhnya dia termasuk Musyabbih dan Mujassim yang tidak mengerti sifat Allah”
AKIDAH AL-HAFIDZ IBN HAJAR AL-ASQALANI
Beliau berkata di dalam Fath al-Bari:
“Sesungguhnya kaum Musyabbihah mujassimah itu adalah mereka yang menyifati Allah dengan tempat, padahal Allah Maha Suci dari tempat.”
AKIDAH RASULULLAH !!
Baginda Rasulullaah shollallaah ‘alaih wa sallam bersabda:
ﺍﻧﺖ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻓﻠﻴﺲ ﻓﻮﻗﻚ ﺷﻴﺊ ﻭﺍﻧﺖ ﺍﻟﺒﺎﻃﻦ ﻓﻠﻴﺲ ﺩﻭﻧﻚ ﺷﻴﺊ ﺭﻭﺍﻩ ﻤﺴﻠﻢ
“Engkaulah adz-Dzohir yang tidak ada sesuatu-pun di atas-Mu, dan Engkaulah al-Baathin, yang tidak ada sesuatu apapun di bawah-Mu” (HR. Muslim).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar