Laman

Jumat, 22 Desember 2017

MISTERI BLACK BOX RUH VS JIWA


Bagian 1 dari 2 tulisan
Sahabats kali ini saya akan berusaha untuk berbagi dan berdiskusi dengan anda semua tentang perbedaan jiwa dan ruh. Materi ini sebenarnya agak berat dan rumit untuk saya sampaikan ke dalam tulisan sehingga mudah untuk memahami. Karena kita berbicara dengan sosok atau sesuatu yang sangat abstrak yang ada pada diri kita.
Terkadang saya berdiskusi dengan bebarapa teman didunia nyata tentang masalah jiwa dan ruh ini, banyak yang mengingatkan saya dan melarang saya untuk membahas tentang ruh ini. Menurut mereka ruh itu tak bisa dibicarakan karena ruh adalah urusan Tuhan. Namun saya balik bertanya kepada mereka yang berpendapat seperti itu dengan pertanyaan pamungkas saya “ Memang di alam semesta ini apa ada yang tidak merupakan urusan Tuhan?” biasanya setelah saya tanya dengan pertanyaan pamungkas saya ini mereka diam sejenak dan berucap….”iya….yaa….tidak ada peristiwa dialam semesta ini yang tidak di urus Tuhan, semua peristiwa adalah urusan-Nya juga.
Biasanya mereka yang mempunyai pendapat tentang pelarangan membicarakan tentang ruh itu beradasrkan firman allah dalam ayat berikut ini..
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit"(Qs.17:85)
Masalah ruh ini sudah lama dibahas oleh para pemikir-pemikir islam terdahulu, diantara ulama yang membahas tentang ruh sebut saja Ibnu Qoyyim al Jauziah murid dari tokoh Islam terkemuka Ibnu Taimiyah yang dalam kitabnya yang berbicara tentang Ar Ruh Ibnil Qoyyim yang dalam edisi bahasa indonesianya diterjemahkan dengan Roh. Menurut pendapat beliua antara ruh dan jiwa itu adalah sama. Ruh adalah bentuk lain dari jiwa dan sebaliknya.
Saya juga membaca kitab karangan Imam al Ghazali yang berjudul “KIMIYAA US SA’ADAH” yang dalam judul bahasa indonesianya di beri judul “Mencarai Jalan kebahagiaan”. Yang dalam pemahaman beliau juga masih berpendapat bahwa ruh itu adalah sama dengan hati. Atau ada juga kitab yang ditulis oleh Prof. Dr Ahmad syaauqi Ibrahim dengan judul “Ar Rus Wa an Nafs al Aql Wa al Qorin” yang dalam edisi bahasa Indonesia diberi judul “Misteri Potensi Gaib manusia”. .
Saya juga membaca buku karangan anak bangsa Adam Troy Efendi yang berjudul “Ilmu Sedikit Untuk Segala-galanya” yang pemaparanya sangat apik namun agak berat. Saya juga membaca buku Karya anak bangsa lainnya seorang insinyur Teknik Nuklir Agus Mustofa dengan judul “Menyelam Ke samudra Jiwa dan Ruh” yang sangat menarik karena pembahasannya di pandang dari segi ilmu sains modern terkini. Atau saya juga membaca buku karya ustad. Abu Sangkan yang berjudul “Berguru kepada Allah”. Dan masih banyak referensi buka yang lain yang tidak bisa saya tuliskan disini. Saya berdoa kepada Allah semoga mereka (guru-guru) saya yang hidup diberikan kukuatan untuk berkarya dalam kebaikan, dan bagi yang telah tiada semoga diberikan tempat yang nyaman, luas, terang benderang disisi-Nya
Itulah referensi saya selama bertahun-tahun menyelami pemahaman tentang jiwa dan ruh, yang semoga saya bisa berbagi dengan anda semua. Jika anda tidak paham dengan apa yang saya tuliskan silakan anda merujuk kepada kitab-kitab yang saya sebutkan sebelumnya. Anda boleh percaya atau tidak dengan apa yang akan saya utarakan dalam tulisan saya ini. Karena bagi saya sebagai pembelajar kita tidak boleh mengatakan “hanya saya yang benar dan yang lain salah”.
Kebanyakan dari kalangan islam masih banyak yang belum memahami perbedaan antara jiwa dan ruh ini, sehingga masih banyak yang berpendapat bahwa antara jiwa dan ruh adalah entinitas yang sama. Padahal keduanya adalah berbeda. Dalam Al quran kata jiwa yang menggunakan kata “nafs” dan ruh menggunakan “ruh”. Dalam Quran kata nafs yang bermakna “jiwa” disebut sebanyak 31 kali dan kata “nafs” yang mempunyai arti “diri” sebanyak 279 kali. Sedangkan kata “ruh” didalam Quran hanya disebut sebanyak 10 kali. Jauh lebih sedikit dari kata nafs.
Dari segi penyebutan saja kata Nafs mengandung dua arti yaitu “jiwa” dan “diri”. Yang penyebutanya hamper berbanding 30 kali lipat dengan penyebutan ruh yang hanya 10 kali. Ini memberikan “warning” kepada kita bahwa memang mempelajari ruh itu lebih rumit dari pada mempelajari jiwa. Namun kata Allah walaupu kita hanya diberi hanya “sedikit” tentang ruh itu sudah sangat baik untuk bekal kehidupan kita. Dan memang untuk saat ini belu ada alat yang bisa mendeteksi adanya ruh ini, sedangkan alat untuk mendeteksi jiwa sudah banyak dilakukan. Bailkah sampailah saatnya saya memberikan ulasan tentang jiwa dan ruh ini. Menurut saya perbedaan antara jiwa dan ruh adalah sebagai berikut:
Pertama, saya melihat dari bahan dasar penyusunnya. Jiwa terdiri atau terbuat dari bahan dasar “energi” sedangkan ruh bukan berasal dari bahan dasar materi maupun energi. Jadi mustahil mengukur ruh yang tidak terbuat dari materi dan energi, sedangkan alat pengukurnya adalah terbuat dari materi atau energi.
Yang ke dua, dari segi kualitas dzatnya. Ruh adalah subtanssi ketuhanan yang sifatnya transenden dan inamen. Trasenden artinya “melampaui segala sesuatu” dan inamen artinya “hadir saat ini”, ruh bersifat “mutlak baik” “bening”, “suci” dan “murni” serta berkualitas tinggi, sedangkan jiwa kualitasnya berpolaritas bisa berubah-ubah yaitu bisa baik dan bisa buruk, bersih-kotor, naik-turun. Itulah sebabnya pada saat penciptaan manusia, malaikat dan jin diminta bersujud kepada adam karena ketinggian kualitas “ruh” manusia. Maka salah satu cara untuk terhubung dengan ruh adalah “hadir di saat ini”.
Ke tiga, dilihat dari fungsinya. Ruh jika saya boleh mengibaratkan dalam komputer adalah listrik dan system operasi, sedangkan jiwa sebagai system aplikasi. Artinya jiwa(system aplikasi) bergantung kepada ruh (system operasi). Pada manusia ruh ini sebagai “fasilitas” bagi jasad dan “jiwa” tanpa ruh sehebat apapun badanya dan sisstem aplikasinya tidak akan berfungsi. Ibarat computer Pentium 100 jika tidak ada listrik dan system operasinya maka tidak akan berfungsi apapun.
Ke empat, dari segi tanggung jawabnya. Ruh selalu berkualitas baik dan suci, sedangkan jiwa bisa baik dan buruk. Tanggung jawab segala bentuk perbuatan di kenakan kepada jiwa bukan ruh. Yang terkena balasan perbuatan baik dan buruk adalah jiwa bukan ruh. Ruh ini ada kaitanya dengan malaikat yang terkadang disebut dengan bahasa “ruhul kuddus” sebagai agen kebaikan, sedangkan jiwa ada kaitanya dengan syetan dan nafsu kejelekan sebagai agen kejahatan. Makanya dalam islam orang yang terganggu jiwanya (maaf gila) dan orang yang belum dewasa (baligh) tidak dikenakan pahala dan dosa, walaupun ruh ada pada diri mereka.
Terkadang Al Qur’an itu disebut juga ruh yang (Qs.42:52-53) yang dihubungkan juga dengan cahaya(nur), dan manusia juga mengandung ruh sebagai penerang atau cahaya hidup. Itulah mengapa pada bulan puasa terdapat malam lailatul qodr atau malam 1000 bulan yang diturunkan di akhir bulan karena banyak manusia yang kualitas jiwanya mendekati kualitas ruh. Jadi kompakan yang membawa malaikat yang terbuat dari cahaya,Al Quran juga disebut cahaya, dan jiwa yang menerima juga mendekati kualitas cahaya. Jadi antara ruh dan cahaya sangat dekat kaitannya.
Yang ke lima, berdasarkan sifatnya. Ruh bersifat stabil tanpa mengenal perbandingan, mutlak baik. Sedangkan jiwa bersifat ‘labil”. Jiwa merasakan polaritas yaitu senang- sedih, bahagia-menderita, damai-kacau. Ruh digambarkan sosok yang membawa kepada “cahaya” terang benderang, sedangkan jiwa bergerak antara kutub kebaikan dan keburukan. Ruh tidak mengenal jenis kelamin, ruh semua manusia itu sama, antara laki-laki dan perempuan juga sama. Ibarat listrik pada computer yang menghidupi computer tersebut. Sedangkan jiwa setiap orang itu berbeda-beda, antara perempuan dan laki-laki tentunya berbeda.
Ke enam, dari segi kausalitas. Ruh adalah sebab, sedangkan jiwa adalah akibat. Penyebab utama adalah ruh kedalam badan, maka pada saat itu lahirlah jiwa yang berfungsi sebagai penghubung antara ruh dan badan. Untuk berkominikasi ke jasad maka ruh ini menggunakan jiwa sebagai alat komunikasi yang diwakili oleh hati dalam bentuk “rasa”. Karena kedekatannya dengan Tuhan ruh inilah yang dapat menghubungkan jiwa kita dengan Tuhan. Jadi mengenal dan memahami ruh akan mengarah ke pemahaman tentang Tuhan.
Ke tujuh, dari segi tempat. Ruh berlokasi atau bertempat di dalam sel di seluruh tubuh makluk hidup. Sedetik saja ruh meninggalkan sel, maka matilah sel itu. Selain di dalam sel ruh juga bertempat atau berlokasi di luar tubuh. Atau kata kiasannya “membungkus dari dalam-meliput dari luar” atau “tembus-menembus”. Karena itu ruh berada didalam atau diluar sekaligus atau dalam bahasa fisikanya bersifat kontinum atau ada disini sekaligus ada disana, ada dimana-mana.
Sedangkan jiwa pusatnya berada dibalik otak manusia yang termasuk didalamnya adalah pikiran sadar dan pikiran alam bawah sadar. Otak ini pusat jiwa yang terhubung dengan jantung pada manusia. Jadi pikiran dan perasaan itu tempatnya ada pada otak yang di teruskan(trasmisikan) ke dalam dada(jantung). Makanya jika sedih atau kecewa orang sering memegang dadanya bukan kepalanya. Jiwa sangat terkait atau tergantung kepada kualitas otak, jika otak terganggu, maka jiwapun terganggu.
Itulah tujuh perbedaan antara ruh dan jiwa yang saya bisa bagikan kepada anda. “Mengapa kok tujuh mas…..?”, “Saya hanya senang saja angka ganjil, hehehe…..”. Sebagai pelengkap gambaran antara jiwa dan ruh ini, saya akan menggunakan manusia atau diri kita sehingga mungkin anda bisa lebih paham karenanya.
Untuk mengetahui tentang hubungan antara jasad, jiwa, dan ruh dalam diri manusia silakan simak status atau tulisan selanjutnya setelah ini. Saya akan berusaha menganalogikan agar pemahaman kita menjadi lengkap dan komplit. Hanya Allah yang tau realitas dan kebenaran sejati. Bersambung ke bagian 2. Seoga bermanfaat.
~salam~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar