Laman

Senin, 01 Januari 2018

ANA KHOIRU MINHU (saya lebih baik daripada dia/ gue lebih baik dari elo,ente, semuanye deh)

"Ana khoiru minhu" adalah yang diucapkan oleh pemimpin besarku ketika Allah
s.w.t. memerintahkannya menghormat kepada manusia pertama, Adam a.s.
Pemimpinku itu menolak perintahNYA, dan ketika ditanya olehNYA alasan dia
menolak perintah maka dikatakanlah kalimat itu "aku lebih baik daripadanya,
Engkau ciptakan aku dari api sedang dia (Adam) Engkau ciptakan dari tanah"
(QS.Al A'Raaf:12). Kalimat sepotong itu rupanya dahsyat akibatnya, sejak
itulah ia keluar dari nikmat syurgawi, bahkan siksa yang abadi kelak telah dipastikanbaginya.

Dan kami, anak keturunannya, masuk dalam barisannya yang rapih, teratur dan
cerdik penuh tipu-daya, melaksanakan tugas menggelincirkan anak keturunan
manusia. Allah telah mengijinkan kami memperosokkan mereka ke dalam
kehancuran, di dunia dan di akhirat. Jika kalimat itu mengakibatkan raja
kami tak berhak tinggal dalam kenikmatan surga, maka kalimat itu pun akan
dahsyat pula akibatnya ketika kami bisikkan ke dalam hawa nafsu manusia.
Mereka akan meluncur jatuh dari kedudukannya yang paling mulia dibandingkan segala makhluk, menjadi yang bahkan lebih buruk dari hewan.

Aku tiupkan 'ana khoiru minhu' kepada orang-orang tua, sehingga mereka
merasa lebih berharga daripada yang muda-muda.
Seolah dengan menjadi tua
umurnya, maka mereka pasti menguasai kebijaksanaan. Kubantu mereka lupa,
bahwa hikmah datang dengan ilmu, yang mereka usahakan dengan belajar dan
membaca, baik ayat kauniyah ataupun ayat kauliyah. Dan menuntut ilmu agama
tidaklah mudah, kecuali bagi mereka yang sabar dalam kepayahan belajar.

Maka mereka akan lalai, berpuas-diri merasa mulia, menuntut perhormatan dan ketaatan yang berlebihan dari orang-orang muda. Pada puncaknya, mereka tidak merelakan penghormatan itu meninggalkan mereka, maka mereka bunuh potensi orang-orang muda.
Bukankah Fir'aun menjadi contoh yang hebat, dalam membunuh
manusia berpotensi, karena tak rela kedudukannya lepas dari tangannya?

Aku bisikkan 'ana khoiru minhu' kepada orang-orang muda. Tubuh yang kuat dan indah dari orang-orang muda, pikiran yang kuat akan kujadikan awal mereka merasa lebih baik daripada orang-orang tua yang mulai kelihatan lemah.
Aku buat mereka lupa bahwa, di antara orang tua, banyak yang telah melalui
berbagai peristiwa yang menambah hikmah dalam jiwa mereka.
Hikmah yang
menjadi penting bagi keselamatan dan keberhasilan hidup seseorang. Tidak
akan aku biarkan orang muda memetik hikmah itu dari orang-orang tua.
Kutampakkan para orang tua menjadi makhluk lemah tak berguna bagi mereka.
Kupalingkan muka mereka kepada hal-hal yang lebih menarik hawa nafsu.

Bagiku, sangat mudah menipu orang yang diberi banyak harta, agar mereka
memiliki semangat 'ana khoiru minhu'. Menjadi sifat! sebagian manusia,
mereka merasa sedang dimuliakan Allah ketika diberi banyak harta benda (QS.
Al Fajr:15). Tak hentinya kubisikkan dalam kalbu mereka, bahwa mereka lebih
baik daripada yang kurang berharta. Maka hilanglah rasa belas kasih.
Sedangkan tanpa belas kasih, tak akan ada belas kasih yang datang baginya
dari makhluk di bumi dan langit. Maka berkembanglah sifat rakus tak pernah
puas dengan harta, sehingga tidak waspada terhadap cara mencari dan
membelanjakannya. Kubantu mereka lupa bahwa harta adalah cobaan menyenangkan yang dapat dengan sangat gampang mengakibatkan manusia terjatuhkemuliaannya.

Orang miskin dan kurang pun tak kulepaskan dari hawa 'ana khoiru minhu'.
Maka tidak dapatlah ia menerima keputusan Tuhannya, akan pembagian rezki
atau nasib di dunia. Sedangkan perhitungan Allah adalah sangat teliti. Lalu
ia menginginkan kenikmatan hilang dari orang yang dipandangnya lebih bahagia
karena berharta banyak, berkekuasaan, berparas lebih baik atau keadaan yang lebih baik lainnya.
 Ia terkena sifat dengki, menginginkan hilangnya nikmat orang lain, dan juga sifat tidak sabar, serta kufur nikmat.

Ketika semangat 'ana khoiru minhu' ada pada orang yang diberi kekuasaan di
antara umat manusia, maka mereka akan mengambil hak-hak orang lain dengan
tanpa sadar. Seolah hanya orang yang berkuasalah yang berhak hidup senang,
sedang manusia tanpa kekuasaan tidak berhak mendapat kelapangan hidup.
Disingkirkan oleh mereka orang yang tidak sepaham, sedangkan mereka belum
tentubenar.

Tentu aku tak lupa menziarahi orang-orang yang dianggap alim ulama di antara
manusia, dengan membawa 'ana khoiru minhu'.
Maka ia merasa lebih mulia.
Jadilah ia membenci orang yang lebih alim darinya. Kadang jadi lengah pula
ia, karena penghormatan manusia yang berlebihan kepadanya, menjadikannya
merasa bahwa tanpa usaha mendekatkan diri padaNYA pun, Allah telah
membebaskannya dari dosa. Bisa pula dengan ilmu dan kedudukan serta
kepercayaan manusia kepadanya, ia mempermainkan agamaNYA, untuk
kepentingannya. Begitu beraninya ia, karena kubantu ia dengan hembusan "aku
lebih baik dari dia".

Demikianlah, takkan kubiarkan manusia mensyukuri nikmat. Aku selipkan
semangat 'ana khoiru minhu' di setiap nikmat yang diberikan Allah kepada
manusia. Nikmat kesehatan, kepandaian, kekayaan, kecantikan, kekuasaan,
kekuatan.
Maka bukanlah mereka mensyukuri dengan segenap jiwa dan dengan
tindakan mereka, melainkan malah memperbesar semangat 'aku lebih baik dari dia' dalam hati mereka. Demikianlah, setiap nikmat lalu menjadi niqmat
(bencana).

Aku hembuskan 'ana khoiru minhu' di mana-mana. Di antara para ibu yang
sedang berkumpul, sehingga sibuklah mereka mengumpulkan cela orang lain.
Begitu pula di antara perempuan muda, laki-laki muda dan tua, orang pandai,
orang kaya, orang kuat, orang berpengaruh, semua.....

Jika kutelah berhasil menjadikan mereka memandang rendah manusia lain, maka akan lebih mudah jalanku membimbing mereka kepada puncaknya: menolak  kebenaran. Bukankah kaum Yahudi dan Nasrani sulit menerima kebenaran  agamaNYA, hanya karena Nabi yang membawa petunjuk itu berasal dari garis  keturunan Hajar, sang bekas budak. Sedangkan mereka berasal dari garis keturunan yang dipandangnya lebih terhormat: Sarah.

Dan dengan tipuan kami pula maka orang tua, orang muda, orang cantik dan
tampan, orang kaya, orang berkuasa, orang yang dimuliakan, orang yang
dianggap pandai tidak dapat menerima kebenaran yang dibawa oleh orang yang mereka anggap lebih rendah. Pada puncak ini, lengkaplah sudah penyakit utama dalam hati manusia: sifat kibir. Yaitu sifat merendahkan orang lain dan
menolak kebenaran.

Memang, kami tidak cuma cerdik dan pintar merencanakan seribu kelicikan,
tapi kami juga gigih. Ingatkah cerita tentang pendeta Barshisha? Ia yang
selama hidupnya beribadat kepada Allah, di akhir hayatnya menjadi kufur!
sujud di kaki Iblis, setelah menzinai gadis sakit dalam asuhannya, lalu
membunuhnya.

Tapi sayang, usaha kami akan sia-sia belaka terhadap orang-orang yang
mengikatkan seluruh aktifitas kehidupannya hanya untuk mendapat pengakuan
dan keridlaaNYA (QS. Al Hijr:40). Terhadap mereka, tak ada yang dapat kami lakukan. Mereka adalah orang-orang yang di tengah semangat dan kerja-keras selama hidupnya, dalam jiwa mereka hanya 'sepi' berdua: diri mereka dan Allah s.w.t. Jalan mereka kepada kenikmatan hakiki adalah luas dan lapang tanpa penghalang. Di dunia mereka memperoleh ketenangan batin bebas dari ketakutan betapa pun besar kesulitan menghadang (QS.AtTaubah:18), dan di akhirat nikmat abadi telah disediakan (QS. At-Taubah:21-22).

Bagaimana kami bisa menipu orang-orang seperti! ini? Sedangkan malaikat tak
putus berdoa untuk mereka? Sedangkan cinta Allah yang berlebih dilimpahkan
kepada mereka? Mendekatkan pun kami tak mampu. Allah telah bersumpah
menjamin keamanan mereka dari gangguan kamu. Sesungguhnya hamba-hamba-KU tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka kecuali, orang-orang yang mengikutimu yaitu orang-orang yang sesat. (QS. Al Hijr:42)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar