Laman

Jumat, 14 Juni 2013

:: KEUTAMAAN SHALAWAT NABI ::




بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepada-nya." (Al-Ahzab: 56)



Imam Al-Bukhari meriwayatkan, Abu 'Aliyah berkata, "Shalawat Allah adalah berupa pujianNya untuk nabi di hadapan para malaikat. Adapun shalawat para malaikat adalah do'a (untuk beliau)."



Ibnu Abbas berkata, "Bershalawat artinya mendo'akan supaya diberkati."


Maksud dari ayat di atas, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya yaitu, "Sesungguhnya Allah Subhannahu wa Ta'ala menggambarkan kepada segenap hambaNya tentang kedudukan seorang hamba-Nya, nabi dan kekasihNya di sisiNya di alam arwah, bahwa sesung-guhnya Dia memujinya di hadapan para malaikat. Dan sesungguhnya para malaikat bershalawat untuknya. Kemudian Allah memerintahkan kepada penghuni alam dunia agar bershalawat untuknya, sehingga berkumpullah pujian baginya dari segenap penghuni alam semesta."



1. Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan kita agar mendo'akan dan bershalawat untuk Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam. Bukan sebaliknya, memohon kepada beliau, sebagai sesembahan selain Allah.


2. Banyak bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan tanda cinta seorang muslim kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam [Lihat kitab “Mahabbatur Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bainal ittibaa’ walibtidaa’” (hal. 77).], karena para ulama mengatakan: “Barangsiapa yang mencintai sesuatu maka dia akan sering menyebutnya” [Lihat kitab “Minhaajus sunnatin nabawiyyah” (5/393) dan “Raudhatul muhibbiin” (hal. 264).].


3. Bacaan shalawat untuk Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam yang paling utama adalah apa yang beliau ajarkan kepada para sahabat, ketika beliau bersabda,

"Katakanlah, Ya Allah limpahkanlah rahmat untuk Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat untuk Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, limpahkanlah berkah untuk Muhammad dan keluarga Muhammad sebagai-mana Engkau telah melimpahkan berkah untuk Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia." (HR Al-Bukhari dan Muslim)



4. Makna shalawat dari Allah Ta’ala kepada hamba-Nya adalah limpahan rahmat, pengampunan, pujian, kemualian dan keberkahan dari-Nya [Lihat kitab “Zaadul masiir” (6/398).]. Ada juga yang mengartikannya dengan taufik dari Allah Ta’ala untuk mengeluarkan hamba-Nya dari kegelapan (kesesatan) menuju cahaya (petunjuk-Nya), sebagaimana dalam firman-Nya:




{هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا}

“Dialah yang bershalawat kepadamu (wahai manusia) dan malaikat-Nya (dengan memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman” (QS al-Ahzaab:43).



5. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam bersabda,

"Jika kalian mendengar muadzin maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan, kemudian bershalawatlah untukku. Karena sesungguhnya barangsiapa yang bershalawat untukku satu kali, Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali. Kemudian mohonkanlah kepada Allah wasilah untukku. Sesungguhnya ia adalah suatu tempat (derajat) di Surga. Ia tidak pantas kecuali untuk seorang hamba dari hamba-hamba Allah. Aku berharap bahwa hamba itu adalah aku. Barangsiapa memintakan wasilah untukku, maka ia berhak menerima syafa'atku." (HR. Muslim)


Do'a yang diajarkan Rasulullah dibaca dengan suara pelan. Ia dibaca seusai adzan dan setelah membacakan shalawat untuk nabi. Do'a yang diajarkan beliau yaitu:

"Ya Allah, Tuhan yang memiliki seruan yang sempurna ini. Dan shalat yang akan didirikan. Berikanlah untuk Muhammad wasilah (derajat) dan keutamaan. Dan tempatkanlah ia di tempat terpuji sebagaimana yang telah Engkau janjikan." (HR. Al-Bukhari)



6. Membaca shalawat atas Nabi ketika berdo'a, sangat dianjukan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah :

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam bersabda,
"Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang berpetualang di bumi, mereka menyampaikan kepadaku salam dari umatku." (HR Ahmad, hadits shahih)



Bershalawat untuk Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam sangat dianjurkan, terutama pada hari Jum'at. Dan ia termasuk amalan yang utama untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bertawassul dengan shalawat ketika berdo'a adalah dianjurkan. Sebab ia termasuk amal shalih.



Ya Allah, limpahkan salam serta rahmat bagi Nabi Muhammad SAW beserta keluarga , Nabi Ibrahim beserta keluarga, para sahabat Nabi serta seluruh kaum muslimin dimanapun berada ,
Allahumma shalli 'ala Muhammad , wa'ala ali Muhammad ...





Mualaf center Indonesia ,
Wallahu a'lam
Barakallahufikum

LEZATNYA BERDZIKIR


... Ingatlah Allah, niscaya Rabb pun akan Mengingatmu ...


Dzikir itu tak hanya terbatas kepada tasbih (ucapan Subhanallah), tahlil (ucapan la ilaha illallah), tahmid (ucapan alhamdulillah) dan takbir (ucapan Allahu akbar) saja..

Sebagaimana dipaparkan oleh Imam an-Nawawi rahimahullah di kitabnya al-Adzkar, bahwa pengertian dzikir itu luas, mencakup berbagai bentuk ketaatan kepada Allah. Bukan hanya bacaan dzikir atau wirid yang biasa kita kenal… Membaca al-Qur’an, menunaikan sholat, menunaikan perintah dan menjauhi larangan Allah, itu semua tercakup dalam pengertian dzikir…

 

Di dalam Syarah Riyadhus Shalihin Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjelaskan, dzikir itu terbagi menjadi 3; 
1. dzikir dengan hati, 
2. dzikir dengan lisan, dan 
3. dzikir dengan anggota badan. 

Yang termasuk dalam dzikir dengan hati seperti dengan merenungkan keagungan nama-nama dan sifat-sifat Allah, menyelami kesempurnaan hukum-hukum dan kebesaran ayat-ayat-Nya. Adapun dzikir dengan lisan sudah sangat kita kenal; semisal membaca tasbih, tahlil, takbir, adzan, membaca al-Qur’an, amar ma’ruf nahi mungkar, membaca hadits, membaca kitab para ulama dan lain-lain.

Lalu, apa yang dimaksud dengan dzikir menggunakan anggota badan? Syaikh Utsaimin menerangkan, maksudnya adalah segala perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah; seperti mendirikan sholat, ruku’, sujud, dan lain sebagainya. Walaupun, memang kebiasaan orang kalau mendengar istilah dzikir maka yang tergambar di benak mereka adalah ucapan tasbih, tahmid, tahlil, takbir, dan yang semacamnya (silahkan buka Syarh Riyadhus Shalihin [3/444])








 

... Ingatlah Allah, niscaya Rabb pun akan Mengingatmu ...


Di antara buah dzikir yang sangat menyenangkan adalah tatkala seorang hamba senantiasa mengingat Allah, maka Allah pun memberikan balasan serupa. Yaitu Allah akan senantiasa mengingat dirinya, membantunya di kala dia membutuhkan bantuan. Allah akan mengampuni dan merahmatinya.


Adakah sesuatu yang lebih menyenangkan dan membahagiakan seorang hamba melebihi curahan ampunan, rahmat, dan pertolongan Allah ta’ala kepada dirinya? Bukankah setiap kali sholat kita terus mengikrarkan, “Hanya kepada-Mu -ya Allah- kami beribadah, dan hanya kepada-Mu, kami meminta pertolongan…”


Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka ingatlah kepada-Ku niscaya Aku pun akan mengingatmu.” (QS. al-Baqarah: 152)


Di dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, dari Said bin Jubair, beliau menafsirkan bahwa maksud ayat ini adalah, “Ingatlah kepada-Ku dengan taat kepada-Ku niscaya Aku akan mengingat kalian dengan ampunan-Ku.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Dengan rahmat-Ku.”



Muadz bin Jabal pun menandaskan, “Tidaklah anak Adam mengerjakan suatu amalan yang lebih menyelamatkan dirinya dari siksa Allah daripada dzikir kepada Allah.” (lihat: islamweb.net).


Oleh sebab itu dzikir kepada Allah dan menjalani ketaatan merupakan sumber kebahagiaan hakiki. Sebagaimana perkataan Syaikh Abdurrazzaq al-Badr yang masih terngiang-ngiang di telinga kita, bahwa as-sa’aadah bi yadillaah, wa laa tunaalu illa bi thaa’atillah… “Kebahagiaan itu di tangan Allah, dan tak akan bisa diraih kecuali dengan taat kepada Allah.” Betapa indahnya hidup seorang hamba jika hati, lisan dan anggota badannya senantiasa dihiasi dengan dzikir kepada Allah ta’ala…



Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Barangsiapa yang berpaling dari mengingat-Ku, maka dia akan mendapatkan penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkan dia kelak di hari kiamat dalam kondisi buta. Dia berkata, ‘Wahai Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku bisa melihat.’ Allah menjawab, ‘Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami akan tetapi kamu justru melupakannya, maka pada hari ini kamu pula dilupakan.”
(QS. Thaha: 124-126)


‘Balasan serupa dengan amalan‘, itu kata para ulama… Kalau kita ingat Allah, Allah pun akan mengingat kita. Akan tetapi kalau kita justru melupakan-Nya, jangan kaget kalau ternyata di saat-saat kita membutuhkan-Nya –padahal setiap detik kita sangat membutuhkan-Nya– maka Allah pun melupakan kita… Inilah bencana dan musibah terbesar yang akan menghancurkan dunia dan akhirat kita.. (semoga Allah melindungi kita dari segala keburukan .. aamin.)


Betapa ulama bijak berkata, “Dzikir bagi hati, laksana air bagi ikan. Lantas, bagaimana yang terjadi seandainya ikan dikeluarkan dari air?”
 
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan telah bersabda,
“Perumpamaan orang yang mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak pernah mengingat Rabbnya adalah seperti perbandingan antara orang yang hidup dengan orang yang sudah mati.” (HR. Bukhari)


___________

Pada hari kiamat nanti, tatkala matahari didekatkan sejarak 1 mil, dan manusia bersimbah peluh, ada di antara mereka yang ditenggelamkan oleh keringatnya sampai lututnya, ada yang sampai pinggangnya, ada yang sampai lehernya, bahkan ada pula yang seluruh tubuhnya ditenggelamkan oleh keringat… karena saking panasnya hari itu… kira-kira siapakah yang bisa memayungi kita selain Allah ta’ala?



Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada saat tiada naungan kecuali naungan-Nya…” Di antaranya, “Seorang hamba yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian, lantas berlinanglah kedua matanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Dzikir merupakan bagian pokok dari syukur. Dzikir yang paling utama adalah yang bersesuaian antara yang diucapkan oleh lisan dengan apa yang ada di dalam hati. Itulah jenis dzikir yang menumbuhkan ma’rifatullah, mahabbah/cinta kepada-Nya dan curahan pahala yang melimpah ruah dari-Nya (lihat Tafsir as-Sa’di, hal. 74)



Ya Allah, wahai Dzat yang menggenggam jiwa kami
Teguhkanlah keimanan kami,
Bantulah kami dalam mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan membaguskan ibadah untuk-Mu … Aamiin Allahu ya Mujib ..


Laa haula wa laa quwwata illa billaah…





Alhamdulillah ala ni'matil islam wal iman
Wallahu a'lam ,

KUNCI- KUNCI PEMBUKA PINTU REZEKI



Bismillahirrahmannirrahim ..

Mencari karunia & barakah dari Allah. Barakah ada pada waktu pagi (albarakatu fi bukuriha), begitu ungkapan orang Arab. Benar, pagi memang memiliki banyak berkah. Keberkatan Subuh juga membuka pintu-pintu rezeki-Nya yang telah dihamparkan di hari itu. Kerana itu Allah menyerukan kaum Muslim untuk menyambut rezeki-Nya dengan bersegera bangun pagi.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ahmad dan al-Baihaqi, diceritakan bahawa ketika Rasulullah pulang dari solat Subuh di Masjid Nabawi, beliau mendapati puterinya, Fatimah, masih tidur.

Dengan penuh kasih sayang lantas beliau menggerakkan badan puterinya itu lalu berkata, ”Wahai anakku, bangunlah, saksikan rezeki Tuhanmu dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai kerana Allah memberi rezeki kepada hamba-Nya, antara terbit fajar dengan terbit matahari.”



Ada beberapa kunci pembuka pintu-pintu rezeki.


1. Kunci Istighfar dan Bertaubat

“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Nuh:10-12)


Taubat hendaknya dilakukan dengan penuh kesungguhan.
Di antara kita melakukan pertaubatan adalah:
- Menahan diri dari perbuatan maksiat (tidak lagi mengulanginya).
- Menyesali perbuatan yang terlanjur dilakukannya.
- Bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.
- Bila terkait dengan hak sesama, hendaklah meminta kerelaan orang yang dirugikannya, baik dengan mengembalikan barangnya atau meminta maafnya.



2. Kunci Takwa


Di antara definisi takwa adalah merasa takut kepada Allah, beramal dengan wahyu yang diturunkan, ridha dengan rezeki yang cukup (tidak berlebihan/qona'ah), Secara amaliah ketakwaan akan membawa seseorang bersikap hati-hati karena merasa Allah selalu mengawasi apa yang dilakukan, tengah melanggar larangan-Nya atau mengabaikan perintah-Nya.


“…Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah nescaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (Al-Thalaq:2-3)



3. Kunci Sedekah

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Di tiap-tiap bulir ada seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah:261)


Katakanlah, “Sesungguhnya Rabbku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hambaNya dan menyempitkan (siapa yang dikehendaki Nya).”Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Saba’:39)



4. Kunci Silaturrahim

Menyambung tali kekeluargaan mempunyai dua faedah. Pertama meluaskan rezeki dan kedua memanjangkan umur. Siapa yang mengkehendaki kedua-duanya hendaklah banyak menyambung silaturrahim, meskipun terdapat perselisihan di antaranya dengan keluarganya.

Rasulullah bersabda,“Barangsiapa yang ingin agar Allah melapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah menyambung silaturrahim.” (Shåĥiĥ al-Bukhåri)



5. Kunci Berhijrah di Jalan Allah

“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, nescaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian kematian menimpannya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya disisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Nisa’:100)



6. Kunci Haji dan Umrah

Yakni melakukan haji dan umrah. Sesiapa yang ada kemampuan hendaklah tidak khuatir menjadi berkurang hartanya dengan melakukkan keduanya. Rasulullah bersabda, “Lakukanlah haji dan umrah, karena kedua-duanya akan menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana api membersihkan besi, emas, dan perak. Tiada balasan bagi haji yang mabrur kecuali syurga.” (al-Tirmidzi)



7. Kunci Tawakal Kepada Allah

Rasulullah bersabda, “Jika kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan kepada kamu rezeki sebagaimana Dia berikan kepada burung, ia keluar pada waktu pagi dalam keadaan perut yang kosong pulang pada petangnya dengan perut kenyang.” (Musnad Aĥmad)



8. Kunci Ibadah Kepada Allah

Allah berfirman di dalam sebuah hadis qudsi :
“Wahai anak Adam! Beribadatlah kepadaKu sepenuh masa, niscaya aku akan memenuhkan dada engkau dengan kekayaan dan Aku akan menghilangkan kefakiran daripada engkau. Jika engkau tidak melakukannya, niscaya aku akan menyibukkan tangan engkau dengan pelbagai pekerjaan namun kefakiranmu tetap tidak hilang.”


Allah juga berfirman :
.... Pakailah pakaianmu yang bagus saat memasuki masjid, makan dan minumlah , tetapi jangan berlebihan , Sungguh Allah tidak menyukai orang yg berlebih-lebihan (Al A'raf : 31)



Dalam Surah An Nuur : 37-38), Allah menerangkan karunia Nya bagi :
(yaitu) laiki-laki yang tidak dilalaikan perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Mereka takut akan hari yang berguncang padanya hati dan penglihatan.

Supaya Allah membalas mereka dengan lebih baik dari apa yang mereka kerjakan dan menambah (lagi) dari karunianya. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa-siapa yang Dia kehendaki dengan tiada terbatas.



9. Kunci Kasih sayang kepada yang Lemah dan Miskin

Rasulullah bersabda, “Bukankah kamu diberikan pertolongan dan rezeki karena (ada hak didalam rezeki tsb) atas orang-orang yang lemah di kalangan kamu?” (Shaĥiĥ al-Bukhari)



Semoga Allah sennatiasa memberikan karunia , kemudahan dan keberkahan atas setiap langkah dalam mencari karunia Allah ..
Aamiin ya Rabbal alamin .





Wallahu a'lam
Barakallahufikum ..

HATI , IBARAT MATAHARI DALAM KEHIDUPAN


Rasulullah bersabda :

“Sesungguhnya di dalam diri manusia ada segumpal darah (hati), apabila hati itu baik maka baik pula seluruh diri dan amal perbutan manusia dan apabila hati itu rusak maka rusaklah seluruh diri (amal perbuatan manusia tersebut). Ingatlah,ia adalah hati”.

(Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Nu’man IbnBasyir ra).


Hati adalah ibarat cermin, setitik embun pun bisa membuatnya kusam, apalagi debu, kotoran dan air bernoda hitam. Hati yang kotor tidak mampu menangkap cahaya kebenaran. Namun cermin yang jernih, tak hanya berfungsi untuk mengenali diri sendiri, namun juga membimbing pada ruh-ruh kebaikan .


”Hati adalah sumber kedamaian. Hati adalah nikmat Ilahi yang harus dirawat tak ubahnya bayi dalam buaian.


Hati adalah karunia yang harus kita pupuk menjadi sejumput bibit kemenangan. Hati adalah anugerah. Gunjingan, hasad, dendam, kebencian dan permusuhan, seluruhnya adalah menjadikan kotoran.


Hati nan jernih adalah hati yang teduh dan pasrah, hati yang selalu basah oleh dzikir dan kalimat-kalimat pengagungan nan indah.


Hati adalah matahari kehidupan. Mungkin bukan sekedar lentera yang hanya menerangi ruang terbatas, bukan sekedar lilin yang menebar cahaya sementara, untuk kemudian cahaya itu padam tak berbekas.”


Hati ini tak ubahnya istana halimun; sebuah keindahan yang tak tampak, sebuah keagungan yang tak terlihat, namun bisa dirasakan.
Akan tetapi bila hati sudah ternoda dosa, gelembung pahitnya tercicipi setiap kalangan, ibarat santapan di sebuah pesta hidangan.



Hati adalah tempat persinggahan petunjuk Allah yang dipahami melalui ajaran Al-Qur’an.

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (QS 91 : 9-10)


“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya”. (QS Az Zumar : 22-23)



Dengan hati yang bersih , niscaya Hidayah akan semakin bertambah ..

“Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu mereka berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): "Apakah yang dikatakannya tadi?" Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan orang-orang yang mendapat petunjuk Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya”. (QS Muhammad : 16-17)



Dan Allah mencintai mereka yang bertakwa dan berhati bersih yaitu hati yang selamat (qalbun salim)... seperti di firmankan Allah dalam Al Qur'an surat Al-Fajr 27-30, yang artinya :

"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku".




Semoga kita tetap istiqomah dan dalam menjaga kebeningan hati .

DENGARKANLAH SUARA HATI






Bismillahirahmannirahim,

Dengarkanlah suara hati ...
ADAKAH yang lebih bening dari SUARA HATI, kala ia menegur kita tanpa suara? Adakah yang lebih jujur dari nurani, saat ia menyadarkan kita tanpa kata-kata? Adakah yang lebih tajam dari MATA HATI, ketika ia menghentak kita dari beragam kesalahan dan alpa? Ya, sebenarnya saat yang paling indah dari seluruh putaran kehidupan ini adalah saat kita mampu secara jujur dan tulus mendengar SUARA HATI.

Sebab, dari sanalah banyak tindakan dan perilaku kita menemukan arahnya yang benar. Dari sana amal-amal dan segala proses kehidupan kita memiliki pijakannya yang kokoh: niat dan orientasi yang lurus. Begitulah Rasulullah menggambarkan, bahwa HATI ADALAH PANGLIMA. Bila ia benar dan sehat, sehat pula seluruh aktifitas fisik pemiliknya. Sebaliknya, bila ia rusak, rusak pula segala tingkah laku fisiknya.

Di dalam HATI kita, di dasar sanubari kita yang paling dalam, ada kekuatan yang sangat perkasa, sekaligus sumber kedamaian yang tiada tara. Di sanalah bersemayam FITRAH dan JATI DIRI ketundukan kita – juga setiap manusia – kepada Allah سبحانه وتعالى. Setiap manusia sejak kali pertama ditakdirkan ada, telah diikat dengan kepatuhan kepada tauhid, mengesakan Allah yang Maha Esa. Allah سبحانه وتعالى berfirman,

♥ ♥ ♥ ♥ “Dan (ingat-lah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Al-A’raf: 172)


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦

MINTALAH PENDAPAT KEPADA HATIMU

Fitrah kemusliman atau ketundukan itu merupakan warna asli dari keseluruhan tabiat fisik dan psikis kita. Fitrah, yang dengannya manusia dititahkan, memberi kita sensor diri dan pelita penerang jalan. Dalam batasan kemanusiaan, petunjuk itu diberikan oleh suara HATI nurani yang jujur. Dalam suatu kesempatan, Rasulullah pernah mengajarkan kepada seorang sahabat bagaimana cara sederhana menentukan sesuatu itu baik atau buruk; “istafti qalbaka”, mintalah fatwa kepada hatimu. Atau dalam kesempatan yang lain ia mengatakan, bahwa barangsiapa yang amal baiknya membuat hatinya suka, dan amal buruknya membuat ia gelisah maka dia itu muslim.

Artinya, dalam banyak hal, semestinya orang bisa bertanya kepada HATI nuraninya apakah sesuatu itu baik atau buruk. Manusia diberi kemampuan untuk mengetahui secara standar apa saja yang layak atau tidak untuk dijalani. Manusia punya ukuran kepatutan kemanusiaan-nya.

♥ ♥ ♥ ♥ "Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (Asy-Syams: 91, 7-8)

Karenanya, manusia bila pun tidak mengerti banyak tentang ajaran wahyu Allah, semestinya ia masih bisa mendengar secara tulus apa SUARA HATI nuraninya.

Tetapi kebesaran dan sekaligus kesulitan manusia terletak pada haknya untuk memilih antara benar dan salah, berdasarkan ilham itu. Maka Allah tidak saja mencukupkan kita dengan HATI nurani. Pada saat yang sama Ia menurunkan WAHYU serta mengutus para Rasul untuk mengajari manusia bagaimana mengelola insting-insting dasarnya, sekaligus mempertajam HATI nuraninya. Di sanalah berpadu antara kelurusan tujuan, dengan dasar-dasar tabiat kemanusiaan.

Melalui Al-Qur’an, Islam membimbing manusia bagaimana menitik-beratkan pada hasrat hidup bermakna sebagai motif asasi. Dengan kata lain, kita harus menjalani hidup ini dengan makna yang jelas, dengan rasa berarti yang sebenar-benarnya.

Konsistensi, stabilitas, ketenangan, kedamaian, juga kebahagiaan manusia, berbanding lurus dengan sejauh mana ia menyelaraskan diri dengan fitrahnya serta menghadapkan wajahnya ke jalan Islam. Bila manusia menyalahinya, akan menjadikan banyak unsur dalam kehidupan ini tidak bisa berfungsi dengan baik. Akan ada banyak ketimpangan dan kejanggalan. Kehidupan tidak berjalan di atas rel yang semestinya. Allah سبحانه وتعالى berfirman,

♥ ♥ ♥ ♥ “Dan barang-siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan." (Luqman: 22)

Fitrah yang telah ditetapkan atas diri manusia itu tidak akan berubah. Apapun peradaban dan kemajuan yang telah dicapai manusia.

♥ ♥ ♥ ♥ "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah Allah itu. Tidak ada penambahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (Ar-Ruum; 30)


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦

SERINGKALI SUARA HATI NYARIS TAK TERDENGAR

Seringkali suara HATI nyaris tak terdengar, lantaran tersumbat oleh daki-daki hawa nafsu. Atau terselimuti dosa-dosa dan kemaksiatan. Mungkin, di antara kita pernah menjumpai hari-hari yang terasa gersang, kering, dan tak ada setetes pun kesegaran. Hidup seperti tak berdenyut dan nyaris tanpa gairah. Begitulah HATI menjadi air muka kita, pahit atau manisnya. Ia juga menjadi ruh kehidupan kita, redup atau terangnya. Dalam makna ini, barangkali, kita menghayati penjelasan Rasulullah, bahwa Allah tidak melihat kepada tampilan lahiriah manusia, tetapi melihat kepada isi HATI mereka.

Maka, mengotori HATI dengan dosa, sama artinya dengan memadamkan cahayanya, mengacaukan jernih suaranya, dan memandulkan ketajamannya. Seperti ditegaskan Rasulullah صلى الله عليه وسلم,

♥ ♥ ♥ ♥ “Sesungguhnya, dosa-dosa itu bila terus menerus menimpa HATI, maka ia akan menutupinya. Dan bila HATI telah tertutup, akan datang kunci dan cap dari Allah سبحانه وتعالى. Bila sudah demikian, tak ada lagi baginya jalan, tidak ada jalan keimanan untuk masuk ke dalamnya, tidak juga jalan kekafiran untuk keluar darinya."



Ketahuilah, kebenaran itu, bersumber dari Allah, sedangkan pembenaran itu bersumber dari manusia. Perhatikan firman Allah Swt berikut ini : ”Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu” (QS. Al Baqarah [2] : 147).

Sebenarnya kalau kita mau jujur dengan hati kita sendiri, maka kita akan menemukan bahwa kebenaran itu membawa pada ketenangan tapi sebaliknya pembenaran yang kita lakukan, akan membawa kita pada kegelisahan. Perhatikan hadits shahih berikut ini : ”Seorang sahabat Nabi Saw yang bernama Wabishah ra datang dengan menyimpan pertanyaan di dalam hatinya tentang bagaimanakah cara membedakan antara kebajikan dan dosa. Sebelum Wabishah bertanya, cermin hati Nabi Saw telah menangkap isi hatinya. ” Wahai Wabishah, mau aku jawab langsung atau engkau utarakan pertanyaanmu terlebih dahulu?” Wabishah menjawab,” Jawab langsung saja, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda,” Engkau datang untuk bertanya bagaimana membedakan antara kebajikan dan dosa.” Wabishah berkata, “Benar.” Beliau Saw merapatkan jari-jarinya dan menempelkannya pada dada Wabishah, seraya bersabda “Mintalah pendapat pada hatimu dan mintalah pendapat pada jiwamu, wahai Wabishah. Sesuatu itu adalah kebaikan bila ia membuat hati tenteram, membuat jiwa tenteram, sedangkan dosa membuat kegelisah dalam hati dan kegoncangan dalam dada.(Mintalah pendapat pada hatimu dan mintalah pendapat pada jiwamu), meskipun orang-orang telah memberikan pendapat mereka kepadamu tentang hal itu.” ( HR.al-Darimi dari Wabishah ra dan HR. Ahmad).
Tidak semua orang bisa mendengar SUARA HATI-nya. Banyak orang silau dengan kehidupan yang kian berwarna. Padahal, kebersihan HATI tidak saja pelita di dunia, tapi juga bekal menghadap Allah سبحانه وتعالى. Kelak, ketika manusia diadili di hadapan Allah سبحانه وتعالى, pada hari ketika anak dan harta tidak berguna, hanya HATI yang bersihlah yang bisa mengantarkan manusia menghadap Allah,

♥ ♥ ♥ ♥ “Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan HATI yang bersih." (Asy-Syu’ara: 89)


 


Saatnya kita sesering mungkin mendengarkan suara HATI, dengan tulus, jujur dan penuh kelapangan. Suara HATI kita, nurani kita, kata HATI kita, adalah jati diri keaslian kita. Akankah kita mengkhianatinya? 



Wallahu a'lam bishawab,

::: MENGGAPAI HIDAYAH ALLAH ... :::



Bismillahirahmannirahim,

Sesungguhnya , bila Allah Subhana wa Ta'ala mencintai seorang hamba, maka Allah akan membukakan dan rahmat dan kefahaman dalam agamanya, sehingga petunjuk Allah senantiasa mengalir dan menyelimuti setiap langkahnya.

Lalu akan muncul pertanyaan , bagaimana agar mampu meraih hidayah Allah yang indah tersebut.


1. Bertaubat dengan kesungguhan hati

Rasullullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda, :

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bila melakukan sesuatu dosa terjadilah bintik hitam dalam hatinya. Bila dia bertaubat dan menghentikan dosanya dan mencela perbuatannya, hatinya akan bersinar kembali, dan apabila dosanya bertambah, akan bertambah pula bintik hitam itu hingga hatinya akan tertutup…”
(HR Nasa’i dan Tarmizi, hadis hasan sahih)

Demikianlah dosa yang makin banyak, akan makin membuat hati semakin berdebu, kotor dan dalam tingkat yang parah adalah keras. Hati yang keras akan semakin jauh dari cahaya dan petunjuk Allah .. Dosa-dosa itulah yang menghijab (menghalangi) dekatnya seorang hamba kepada Rabb nya. .... qalbunya juga semakin tidak mampu merasakan getaran Keagungan Allah dan merasakan firman -firman Nya .


Allah Ta'ala berfirman,

"Hai orang-orang yang beriman,
bertaubatlah kepada Allah, dengan taubat yang seikhlas-ikhlasnya,
mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu , dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai… (Surah at-Tahrim: ayat [8)]

Dengan taubat nasuha , mengakui segala dosa-dosa , datang kepada Allah dengan merendahkan diri, dan berusaha untuk memperbaiki diri dalam ketataan, niscaya Allahpun akan menghapuskan dosa-dosanya, memberi petunjuk kepadanya.


2. Memohon diberi karunia nikmat / kelezatan Iman dan Istiqomah

Memohon dan berdoa kepada Allah agar Allah senantiasa memberi kemampuan dalam ketaatan, dan memberi kemampuan untuk istiqomah.

Sesungguhnya nikmat iman dan lezatnya ibadah adalah murni rahmat Allah. Karena itu bermohonlah , sehingga diri akan senang (betah) berlama-lama dalam kebaikan, ibadah (shalat & berdzikir) serta memperoleh nikmat manisnya bermunajat kepada Nya .


3. Berhijrah / Mendekat kepada Lingkungan yang Shalih

Sungguh, mendekat kepada teman-teman shalih adalah obat bagi hati, karena mereka adalah ruh-ruh penuh kebaikan yang selalu mengingatkan dalam keimanan dan kesabaran.

Memakmurkan masjid juga salah satu satu meraih hidayah Allah. Masjid adalah pancaran nur Ilahi. Bukan hanya sekadar menghadiri shalat, tetapi bagaimana ia mampu menangkap cahaya hidayah yang terpancar dari masjid.

“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS At-Taubah [9]: 18).


4. Berdakwah / Menegakkan Syiar Allah

Allah Ta'ala berfirman :
Barangsiapa menolong agama Allah, maka Allah akan meneguhkan kedudukannya (disisi Rabb)

Banyak hadist dan firman Nya yang menguraikan tentang Kecintaan dan pertolongan Allah Ta'ala menyertai mereka (hamba-hamba Nya) yang berjuang dengan ikhlas menegakkan syiar-syiar Rabb , baik dengan ilmu, harta dan jiwanya.


Sahabat yang dirahmati Allah,

Allah adalah sumber dan pemberi cahaya. Hidayah juga demikian. Cahaya hanya menembus benda yang transparan melalui kaca. Cahaya tidak dapat menembus tembok, demikian juga cahaya spiritual.


Allah Subhana Wa Ta'ala berfirman :

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu....” (QS An Nuur [24]: 35)


"Beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. [Surah Asy-Syam: 9-10]

"Dan siapakah yang lebih baik agamanya, daripada orang yang ikhlas dan menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan ... (Surah an-Nisa': ayat 125)


Semoga Allah membukakan rahmat Nya bagi kita bersama .. Aamiin ya Robal alamin.

::: SEBUAH MUHASABAH DIRI ... :::




Ilahi ,
Aku hanyalah sebutir pasir di gurun-MU yang luas
Aku hanyalah setetes embun di lautanMU yang meluap hingga ke seluruh samudra
Aku hanya sepotong rumput di padangMU yang memenuhi bumi
Aku hanya sebutir kerikil di gunung MU yang menjulang menyapa langit
Aku hanya seonggok bintang kecil yang reduo di samudra langit Mu yang tanpa batas

Ilahi,
Hamba yang hina ini menyadari tiada artinya diri ini di hadapanMU
Tiada Engkau sedikitpun memerlukan akan tetapi …
hamba terus menggantungkan segunung harapan pada MU

Ya Rabb ku…………..baktiku tiada arti, ibadahku hanya sepercik air
Bagaimana mungkin sepercik air itu dapat memadamkan api neraka MU
Betapa sadar diri begitu hina dihadapanMU
Jangan jadikan hamba hina dihadapan makhlukMU
Diri yang tangannya banyak maksiat ini,
Mulut yang banyak maksiat ini,
Mata yang banyak maksiat ini…
Hati yang telah terkotori oleh noda ini…memiliki keninginana setinggi langit
Mungkinkah hamba yang hina ini menatap wajahMu yang mulia???

Ilahi, ...

Kami semua fakir di hadapan MU tapi juga kikir dalam mengabdi kepada MU
Semua makhlukMU meminta kepada MU dan pintaku….
Ampunilah aku dan sudara-saudaraku yang telah memberi arti dalam hidupku
Sukseskanlah mereka mudahkanlah urusannya

Mungkin tanpa kami sadari , kamu pernah melanggar aturanMU
Melanggar aturtan qiyadah kami,bahkan terlena dan tak mau tahu akan amanah
Yang telah Tuhan percayakan kepada kami…Ampunilah kami

Pertemukan kami dalam syurga MU dalam bingkai kecintaan kepadaMU
Tuhanku….Siangku tak selalu dalam iman yang teguh
Malamku tak senantiasa dibasahi airmata taubat,
Pagiku tak selalu terhias oleh dzikir pada MU
Begitulah si lemah ini dalam upayanya yang sedikit
Janganlah kau cabut nyawaku dalam keadaan lupa pada Mu
Atau….dalam maksiat kepadaMU 

“Ya Tuhanku Tutuplah untuk ku dengan sebaik-baiknya penutupan ...”
Aamiin yaa Muhaimin ..yaa Azis .. yaa Jabbar ..