Laman

Jumat, 11 Oktober 2013

Rahasia Berkah Idul Adha


Berqurban merupakan hal yang selalu dilakukan oleh umat Islam di hari raya ’Idul Adha. Qurban dilaksanakan dengan hati yang penuh keikhlasan tanpa ada paksaan dan jauh dari sifat riya. Dalam hal berqurban sudah selayaknya mulai hari ini kita menyusun kiat-kiat terbaik dalam melaksanakan ibadah qurban.

Qurban adalah suatu amalan yang disyariatkan Islam pada tahun kedua hijriyah berdasarkan dalil al-Quran, hadits, dan ijma’. Al-Quran mensyari’atkannya melalui surat Al-Kautsar (QS. 108:1-2).
Adapun hukum berqurban sebagaimana jumhur (mayoritas ulama) selain Abu Hanifah adalah sunnah muakkadah artinya sunnah yang sangat dianjurkan. Dalil sunnahnya adalah hadits Nabi SAW. : “Tiga hal yang merupakan kewajiban atasku dan sunnah atas kalian adalah shalat witr, nahr (qurban) dan shala dhuha.” (HR. Ahmad, Hakim, dan Daruquthni)
Imam at-Turmudzi meriwayatkan sabda Nabi: “Saya diperintahkan untuk melakukan qurban dan ia merupakan sunnah bagi kalian.“
Dalil yang menegaskan anjuran sunnah ini sehingga menjadi muakkadah adalah hadits Nabi SAW: “Barangsiapa yang memiliki kelonggaran dan tidak mau berqurban maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah)

KETENTUAN-KETENTUAN DALAM QURBAN

istilah udlhiyyah adalah nama untuk hewan qurban yang disembelih pada hari raya qurban (10 dzulhijah) dan hari-hari tasyriq, dengan tujuan untuk tawarrub (mendekatkan diri kepada Allah). kata udlhiyyah juga terkadang digunakan untuk makna tadlhliyyah (berqurban atau melakukan qurban)
udlhiyyah dengan menggunakan makna tadlhiyyah (melakukan ibadah qurban) hukumnya adalah sunah muakkad bagi setiap orang islam, baligh, berakal, dan mampu. Yang dimaksud mampu disini adalah orang yang mampu melakukan ibadah qurban. dengan cara menyembelih hewan,bersamaan ia memiliki sesuatu kelebihan untuk memenuhi kebutuhan hidup untuk dirinya dan orang yang wajib dinafkahinya, pada saat hari raya qurban dan pada hari tasyriq, yaitu pada tanggal 11.12 dan 13 Dzulhijjah.
Namun berqurban hukumnya dapat wajib apabila dinadzari. Misalnya jika seorang berjanji akan berqurban jika ia berhasil mendapatkan prestasi tertentu.

Adapun hewan yang mencukupi dan sah digunakan berqurban adalah:
1.Domba (dlo'nu),apabila sudah berumur satu tahun sempurna dan memasuki tahun yang ke dua.

2. Kambing kacang/jenis kecil (ma'zu), apabila sudah berumur dua tahun sempurna dan memasuki tahun yang ke tiga

3.sapi, apabila sudah berumur dua tahun dan akan memasuki tahun yang ke tiga.

untuk satu ekor sapi dan unta itu mencukupi untuk qurbanya tujuh orang, sedangkan untuk satu ekor kambing itu hanya cukup untuk berqurbanya satu orang. Satu orang yang berqurban dengan satu ekor kambing itu hukumnya lebih utama dibanding oang yang berkurban dengan seekor unta atau sapi yang digunakan berqurban secara musyarakah (persekutuan)

Ada beberapa hal yang menyebabkan hewan tidak sah untuk berqurban, yaitu:
1. hewan yang buta salah satu matanya
2. hewan yang pincang salah satu kakinya, walaupunitu terjadi ketika akan disembelih, yaitu ketika dirubuhkan dan ia bergerak sangat kuat.
3. hewan yang sakit,seperti sakit yang menyebabkan hewan tampak kurus dan dagingnya rusak
4. hewan yang sangat kurus hingga menyebabkan hilang akalnya
5.hewan yang terputus sebagian/seluruh telinganya
6.hewan yang terputus sebagian/seluruh ekornya

sedangkan hewan yang pecah/patah tanduknya itu sah digunakan berqurban, begitu pula hewan yang tidak memiliki tanduk.
hewan qurban itu diperboleh disembelih mulai kira2 lewatnya waktu yang cukup untuk melakukan dua rakaat dan dua khutbah yang cepat terhitung dari terbitnya matahari pada saat hari idul adha sampai terbenamnyamatahari pada hari ahir hari tasyriq, yaitu tanggal 13 Dzulhijjah.
sedangkan waktu penyembelihan yang utama adala ketika matahari sudah ada satu tombak dalam pandangan mata pada saat hari raya idul adha.

Keutamaan berqurban
“Maka dirikanlah (kerjakan) shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah.” (QS Al-Kautsar: 1-2)
Berqurban merupakan amalan yang paling dicintai ALLAH SWT pada saat Idul Adha. Sabda Nabi SAW:
“Tidak ada suatu amal anak Adam pada hari raya qurban yang lebih dicintai ALLAH selain menyembelih qurban.” (HR. Tirmidzi)
Berdasarkan hadits itu Imam Ahmad bin Hambal, Abu Zanad, dan Ibnu Taimiyah berpendapat, “Menyembelih hewan pada hari raya qurban, aqiqah (setelah mendapat anak), dan hadyu (ketika haji), lebih utama daripada shadaqah yang nilainya sama.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi)

diperbolehkan bagi orang yang berqurban untuk menyerahkan niatnya pada orang islam yang telah terkategori tamyiz, baik ia statusnya sebagai wakil atau bukan.
1. Bagi orang laki-laki hewan qurban sunnah disembelih sendiri, karena itba' (mengikuti para nabi).
2. bagi orang perempuan sunnah untuk diwakilkan,dan sunnah baginya untuk melihat penyembelihan yang dilakukan oleh wakilnya.

Proses penyembelihan hewan qurban didahului dengan:
1.Membaca basmalah
2.membaca shalawat kepada NAbi
3.menghadap kearah kiblat (bagi hewan yang disembelih dan orang yang menyembelih)
4. membaca takbir 3 kali bersama-sama
5. berdoa agar qurbanya diterima oleh Allah

Rukun penyembelihan itu ada 4, yaitu:
1.Dzabhu (pekerjaan menyembelih)
2.Dzabih (orang yang menyembelih)
3.hewan yang disembelih
4.alat menyembelih

Mau Berqurban Tapi Pakai Utang, Bolehkah?

Pertama. Berqurban dengan biaya dari utang.
Tidak ada larangan dalam nash, tentang melakukan amal shalih yang sifatnya maaliyah (harta) seperti qurban, aqiqah, dan haji[1], yang pembiayaannya berasal dari utang. Maka, dia kembali pada bab utang piutang yang memang dibolehkan syariat. Dengan catatan:
1.Ketika dia berutang mesti dalam keadaan yakin mampu membayarnya

2.Utang tersebut tidak menambah beban berat utang lama yang masih banyak dan belum dilunaskan, sebab, semua ibadah qurban ini memang dianjurkan bagi mereka yang sedang dalam keadaan lapang rezeki dan istitha’ah (mampu).

Para ulama salaf pun melakukannya, dan mereka tidak memandang masalah dengan berutang untuk berqurban (atau juga aqiqah). Dalam Tafsir-nya, Imam Ibnu Katsir menceritakan dari Imam Sufyan Ats Tsauri tentang Imam Abu Hatim (riwayat lain menyebut Imam Abu Hazim) yang berutang untuk membeli Unta buat qurban.
وقال سفيان الثوري: كان أبو حاتم يستدين ويسوق البُدْن، فقيل له: تستدين وتسوق البدن؟ فقال: إني سمعت الله يقول: { لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ }
Berkata Sufyan Ats Tsauri: Dahulu Abu Hatim berutang untuk membeli Unta qurban, lalu ada yang bertanya kepadanya: “Anda berutang untuk membeli unta? Beliau menjawab: Saya mendengar Allah Ta’ala berfirman: Kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya (unta-unta kurban tersebut).” (Q.s. Al Hajj: 36). (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 5/426)

Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah menceritakan dari Al Haarits tentang dialog antara Imam Ahmad bin Hambal dan Shalih (anaknya), katanya:
وقال له صالح ابنه الرجل يولد له وليس عنده ما يعق أحب إليك أن يستقرض ويعق عنه أم يؤخر ذلك حتى يوسر قال أشد ما سمعنا في العقيقة حديث الحسن عن سمرة عن النبي كل غلام رهينة بعقيقته وإني لأرجو إن استقرض أن يعجل الله الخلف لأنه أحيا سنة من سنن رسول الله واتبع ما جاء عنه انتهى
Shalih –anak laki-laki Imam Ahmad- berkata kepadanya bahwa dia kelahiran seorang anak tetapi tidak memiliki sesuatu buat aqiqah, mana yang engkau sukai berutang untuk aqiqah ataukah menundanya sampai lapang keadaan finansialnya. Imam Ahmad menjawab: “Sejauh yang aku dengar, hadits yang paling kuat anjurannya tentang aqiqah adalah hadits Al Hasan dari Samurah, dari Nabi bahwa, “Semua bayi tergadaikan oleh aqiqahnya,” aku berharap jika berutang untuk aqiqah semoga Allah segera menggantinya karena dia telah menghidupkan sunah di antara sunah-sunah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan telah mengikuti apa-apa yang Beliau bawa. Selesai. (Tuhfatul Maudud fi Ahkamil Maulud, Hal. 64. Cet. 1, 1971M-1391H. Maktabah Darul Bayan)
Demikianlah kebolehan berutang untuk berqurban, namun “boleh” bukan berarti lebih utama, sebab lebih utamanya adalah justru membayar utang dahulu, bukan menambah dengan utang baru. Membayar utang adalah wajib, dan tidak ada khilafiyah atas kewajibannya, sedangkan berqurban adalah sunah muakadah bagi yang sedang lapang rezeki menurut jumhur ulama, kecuali Imam Abu Hanifah yang mengatakan wajib. Maka, wajar jika sebagian ulama justru menganjurkan untuk melunaskan utang dulu barulah dia berqurban jika sudah lunas utangnya.
Bagaimana dengan utang yang jangka waktunya panjang, seperti cicilan mobil atau rumah yang mencapai belasan tahun? Apakah orang seperti ini harus menunggu belasan tahun dulu untuk berqurban?
Tidak juga demikian, dia bisa dan boleh saja berutang untuk qurban selama memang dia mampu untuk melunasinya dan tidak mengganggu cicilan lainnya. Tetapi, bukan pilihan yang bijak jika dia tetap ngotot berutang tetapi keluarganya sendiri sangat merana hidupnya, atau ada kebutuhan mendesak seperti biaya sekolah yang besar, rumah sakit, dan semisalnya.
Wallahu A’lam.

syarat dalam menyembelih adalah memotong hulqum (jalan nafas) dan mari' (jalan makanan). hal ini apabila hewanya maqdur (mampu disembelih dan dikendalikan)

Kesunahanya :
a.memotong wadajain (dua otot yng berada disamping kanan &kiri)
b.menggunakan alat penyembelih yang tajam
c.membaca basmallah
d.membaca shalawat dan salam pada nabi Muhammad SAW

Syarat orang yang menyembelih :
1.Islam / orang yang halal dinikahi orang islam
2.bila hewanya ghairu maqdur, maka disyariatkan orang yag menyembelih adalah orang yang bisa melihat. dimakhrukhan sembelihanya orang yang buta, anak yang belum tamyiz dan orang yang mabuk

Syarat hewan yang disembelih :
a.hewanya termasuk hewan yang halal dimakan
b.masih memiliki hayatun mustaqirrah (kehidupan yang masih tetap)

Syarat alat penyembelih:
YAitu berupa sesuatu yang tajam yang bisa melukai, selain tulang belulang

CATATAN:
1.Daging qurban tidak boleh dibagikan kepada non muslim meski dijual
2.disunahkan pengkorban melihat proses kuscuran darah hewan kurban
3.disunahkan pengorban tidak memotong kuku,rambut dari Id sampai hewan dipotong.

PAHALA BERKURBAN

mungkin banyak yang bertanya apa pahala dari berkurban? apa manfaat berkurban.
saat ini kita telah masuk idul adha (hari raya kurban),sangat tepat dan pas membahas kurban.

mengenai besarnya pahala berqurban,sahabat Ali r.a mengatakan :"barangsiapa berangkat dari rumah hendak membeli hewan qurban,maka setiap langkahnya memperoleh 10 kebaikan dan dihilangkannya 10 keburukan,serta dinaikan 10 derajat..."(jawahir zadah)

Nabi SAW bersabda kepada Aisyah :hai aisyah,majukanlah hewan kurbanmu dan saksikanlah,sebab sejak tetes pertama darah hewan kurban itu jatuh ke bumi,Alloh mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu.jawab Aisyah :"apakah hal itu khusus bagi kami ataukah bagi umumnya orang mukmin,ya rosul? beliau menjawab : ya berlaku bagi kami dan umumnya kaum mukmin".
wahab bin munabbih berkata: nabi daud as,berkata"Ya Alloh,sebesar apakah pahala orang yang berkurban dari umat nabi muhammad saw?

jawabNya :"aku memberi pahala kepadanya,setiap bulu dari badan hewan kurbannya 10 kebaikan,aku hapus 10 keburukan,serta kunaikan 10 derajat,baginya setiap rambut menjadi gedung di surga,seorang bidadari yang ayu dan kendaraan bersayap berkecepatan tinggi,ia kendaraan ahli surga..."(zahratul riyadl)

NabSAW : siapa shalat seperti yang kulakukan,dan beribadah jahi seperti yang kulakukan,berarti ia termasuk golonganku.dan siapa tidak shalat sebagaimana yang aku lakukan,dan enggan berqurban,berarti ia bukan jama'ahku,jika ia termasuk orang kaya
diriwayat lain beliau juga bersabda :ingatlah bahwa kurban itu termasuk amal-amal penyelamat,yang menyelamatkan pemiliknya dari kejelekan dunia dan bahaya di akherat"(zubdatul wa'idhin)
mengingat begitu besarnya pahala berkurban,hendaknya kita segera berkurban jika sudah punya kelebihan rizki.selain sebagai kendaraan kita di hari akherat nanti,berkurban juga sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap orang-orang yang tak mampu,terutama bagi mereka yang tak mampu membeli daging.

Manfaat berqurban

1. Menghidupkan sunnah Nabi ALLAH, Ibrahim a.s.,
2. Mendidik jiwa ke arah taqwa dan mendekatkan diri kepada ALLAH.
3. Mengikis sifat tamak dan mewujudkan sifat murah hatu dan berjihad di jalan ALLAH.
4. Menghapuskan dosa dan mengharap keridhaan ALLAH.
5. Menjalinkan hubungan kasih sayang sesama manusia.

Mohon maaf apabila ada salah dalam penulisan.

Semoga Bermanfaat

HIASAN HATI................ IKHLAS



Bismillahirrahmanirrahim..
Ikhlas berasal dari kata dasar kha-la-so yang membawa maksud bersih atau suci. Menurut Ibnu al-Qayyim ikhlas ialah "mengesakan Allah yang Haq bertujuan hanya kepadaNya tanpa mempersekutukannya dengan sesuatu pun."
        
Seseorang yang ikhlas tidak akan menghiraukan pujian, sanjungan maupun penghargaan dari manusia karena kebergantungan dan kecintaanNya hanya semata-mata karena Allah SWT. Nilai hatinya hanya untuk Allah tanpa mengambil bicara kata manusia. Hal ini bertujuan untuk meraih hubungan hatinya dengan Allah. Bahkan, dalam masa yang sama dia tidak mau orang lain mengetahui  amal kebaikannya walaupun sebesar zahrah pun.  
         
Seseorang yang ikhlas diumpakan sebagai seekor semut yang berwarna hitam yang berjalan diatas waktu hitam diwaktu malam. sudah pasti kita tidak nampak bukan? begitulah sikap orang yang ikhlas ketika melakukan sesuatu amal ibadat kepada Allah.
Dan keikhlasan itu juga dapat dirasakan dari segumpal daging didalam tubuh jasad anak Adam dan itu adalah qalbu (hati).
”Sesungguhnya dalam tubuh jasad anak Adam itu ada segumpal daging bila baik nescaya baiklah seluruh anggota tubuhnya dan bila jahat ia nescaya jahatlah seluruh anggota tubuhnya. Ketahuilah! iaitulah Qalbu (hati).” maksud Hadis.
Ingatlah!amat perlu bagi kita untuk menanamkan sifat ikhlas kerana ia dapat menghindari diri daripada segala penyakit yang mengotorkan hati. Selain itu, ibadat kepada Allah juga perlu diiringi dengan  rasa cinta dengan mengharapkan pertemuan dgnNya di hari akhirat kelak. Perasaan cinta itu perlu dipupuk agar terus kekal.
Firman Allah didalam Surah Al-Bayyinah, ayat 5 maksudhya: 
“Dan tiadalah mereka disuruh melainkan supaya menyembah Allah serta mengikhlaskan agama kepadanya.”
Firman Allah didalam hadis Qudsi yg bermaksud: 
“Bermula ikhlas itu satu rahsia daripada rahsia aku, aku taruhkan ia dihati hamba yang aku kasihi daripada hamba-hamba ku.”
Untuk mendapat ikhlas amat susah. Tetapi bila tidak ada ikhlas, artinya tidak ada roh amal. Tidak ada nyawa ibadah. Walaupun manusia itu nampaknya hebat, di sisi Allah, tidak ada apa-apa nilai. Kosong. Ibarat habaan mansura yakni debu-debu yang berterbangan, hilang begitu sahaja. 
Oleh itu marilah kita sama-sama berdoa kepada Allah SWT: “Ya Allah jadikan kami orang yang ikhlas. Jadikan usaha kami karena-Mu. Jangan ada yg lain di hati kami selain-Mu. Pimpinlah kami wahai Tuhan. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Agar usaha-usaha kami tidak sia-sia. Amin. Ya Rabbal’alamin. Ya Mujibassailin, Wahai Tuhan yang menunaikan segala permintaan orang yang meminta.”

Sesungguhnya orang-orang yang ikhlas itu balasannya ialah syurga seperti sabda Rasulullah SAW: Allah SWT berfirman, “Aku menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang soleh (ikhlas), apa yang belum terlihat oleh mata dan belum terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam hati.” (Muttafaqun ‘Alaih)-
Waullahu 'Alam

Kamis, 10 Oktober 2013

cinta Ali & Fatimah Az-zahra

Cinta adalah hal fitrah yang tentu saja dimiliki oleh setiap orang,
namun bagaimanakah membingkai perasaan tersebut
agar bukan Cinta yang mengendalikan Diri kita
Tetapi Diri kita yang mengendalikan Cinta

Mungkin cukup sulit menemukan teladan dalam hal tersebut
disekitar kita saat ini
Walaupun bukan tidak ada..
barangkali, kita saja yang tidak mengetahui saking rapatnya dikendalikan

Tapi,
kebanyakan justru yang tampak ke permukaan adalah yang justru seharusnya tidak kita contoh
Kekurangan teladan?
Mungkin..

Dan inilah fragmen dari Khalifah ke-4, Suami dari Putri kesayangan Rasulullah
tentang membingkai perasaan dan
Bertanggung jawab akan perasaan tersebut
“Bukan janj-janji”



Kisah ini diambil dari buku Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah
chapter aslinya berjudul “Mencintai sejantan ‘Ali”

Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah.
Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya.
Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya.

Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta.
Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta.
Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.
Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya!
Maka gadis cilik itu bangkit.
Gagah ia berjalan menuju Ka’bah.
Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam.
Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali.
Mengagumkan!
‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta.

Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan.
Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi.
Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah.
Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.
Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr.
Kedudukan di sisi Nabi?
Abu Bakr lebih utama,
mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali,
namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi.
Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah
sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya..
Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah.
Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab..
Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.
Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud..
Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali?
Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah.
’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.

”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.
”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”

Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan.
Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.
Lamaran Abu Bakr ditolak.
Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri.
Ah, ujian itu rupanya belum berakhir.
Setelah Abu Bakr mundur,
datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa,
seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka,
seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut.
’Umar ibn Al Khaththab.
Ya, Al Faruq,
sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah.
’Umar memang masuk Islam belakangan,
sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr.
Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya?
Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman?
Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin?
Dan lebih dari itu,
’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata,
”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”
Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.

Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya.
’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam.
Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam.
Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir.
Menanti dan bersembunyi.
’Umar telah berangkat sebelumnya.
Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah.
”Wahai Quraisy”, katanya.
”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah.
Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!”
’Umar adalah lelaki pemberani.
’Ali, sekali lagi sadar.
Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah.
Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak.
’Umar jauh lebih layak.
Dan ’Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan.
Itulah keberanian.
Atau mempersilakan.
Yang ini pengorbanan.

Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak.
Lamaran ’Umar juga ditolak.
Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi?
Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah?
Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah?
Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.
Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka.
Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka?
Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu?
Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan.
”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..”
”Aku?”, tanyanya tak yakin.
”Ya. Engkau wahai saudaraku!”
”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”

’Ali pun menghadap Sang Nabi.
Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah.
Ya, menikahi.
Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya.
Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya.
Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap?
Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap?
Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.
”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan.
Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya.
Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya.
Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.

Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!”
Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.
Dan ia pun bingung.
Apa maksudnya?
Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan.
Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab.
Mungkin tidak sekarang.
Tapi ia siap ditolak.
Itu resiko.
Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab.
Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan.
Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”
”Entahlah..”
”Apa maksudmu?”
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,
”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua!
Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!”

Dan ’Ali pun menikahi Fathimah.
Dengan menggadaikan baju besinya.
Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya.
Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah.
Dengan keberanian untuk menikah.
Sekarang.
Bukan janji-janji dan nanti-nanti.
’Ali adalah gentleman sejati.
Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel,
“Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”

Inilah jalan cinta para pejuang.
Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab.
Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Seperti ’Ali.
Ia mempersilakan.
Atau mengambil kesempatan.
Yang pertama adalah pengorbanan.
Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi,

dalam suatu riwayat dikisahkan

bahwa suatu hari (setelah mereka menikah)

Fathimah berkata kepada ‘Ali,

“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda”

‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu”

Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”

Kisah ini disampaikan disini,

bukan untuk membuat kita menjadi mendayu-dayu atau romantis-romantis-an

Kisah ini disampaikan

agar kita bisa belajar lebih jauh dari ‘Ali dan Fathimah

bahwa ternyata keduanya telah memiliki perasaan yang sama semenjak mereka belum menikah tetapi

dengan rapat keduanya menjaga perasaan itu

Perasaan yang insyaAllah akan indah ketika waktunya tiba.

Proses Penciptaan wanita

Tentang Penciptaan Wanita


Ketika Tuhan menciptakan wanita, Malaikat datang dan bertanya, “Mengapa begitu lama Tuhan?”
Tuhan menjawab, “ Sudahkah engkau lihat semua detail yang Aku buat untuk menciptakan mereka? Dua tangan ini harus bisa membersihkan, tetapi bahannya bukan dari plastic. Setidaknya terdiri dari 200 bagian, yang bisa digerakkan dan berfungsi baik untuk segala jenis makanan. Mampu menjaga banyak anak saat bersamaan, punya pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan keterpurukan…dan semua dilakukannya dengan dua tangan ini”.

Malaikat itu takjub, “ Hanya dengan 2 tangan?...Impossible!”
“ Oh tidak!!Aku akan menyelesaikan ciptaan hari ini, karena ini adalah ciptaan favoritku, oh iya dia juga akan mampu menyembuhkan dirinya sendiri dan bisa bekerja selama 18 jam sehari”.

Malaikat mendekat dan mengamati bentuk wanita ciptaan Tuhan itu, “ Tapi Engkau membuatnya begitu lembut Tuhan?”
“ Yah, Aku membuatnya begitu lembut, tapi engkau belum bisa bayangkan kekuatan yang Aku berikan agar mereka dapat mengatasi banyak hal yang luar biasa”.

“ Dia bisa berpikir?” Tanya Malaikat
Tuhan menjawab, “ Tak hanya berpikir, dia mampu bernegosiasi. Manusia akan menyebutnya PEREMPUAN, dia akan menjadi ciptaanKu yang paling dihormati karena darinya akan lahir pembesar dan penguasa bumi”.

Malaikat itu menyentuh dagunya..
“ Tuhan, Engkau buat ciptaan ini kelihatan lelah dan rapuh! Seolah terlalu banyak beban baginya”.
“ Itu bukan lelah atau rapuh…itu Air Mata”, jawab Tuhan.
“ Untuk apa?” Tanya Malaikat.
Tuhan melanjutkan, “Air mata adalah salah satu cara dia mengekspresikan kegembiraan, kegalauan, cinta, kesepian, penderitaan dan kebahagiaan”.
“Engkau memikirkan segala sesuatunya. Wanita ciptaanMu ini akan sungguh menakjubkan!” seru Malaikat.

Tuhan tersenyum, kataNya, “Wanita ini akan mempuyai kekuatan mempesona bagi laki-laki. Dia dapat mengatasi beban bahkan laki-laki. Dia mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri. Dia mampu tersenyum bahkan saat hatinya menjerit. Mampu menyanyi saat menangis, menangis saat terharu, terharu saat tertawa, bahkan tertawa saat ketakutan. Dia berkorban demi orang yang dicintainya. Dia tidak menolak kalo melihat yang lebih baik. Dia menerjunkan dirinya untuk keluarganya. Dia membawa temannya yang sakit untuk berobat”.

CINTANYA TANPA SYARAT
“ Dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang. Dia girang dan bersorak saat melihat temannya tertawa. Dia begitu bahagia mendengar kelahiran. Hatinya begitu sedih saat mendengar berita sakit dan kematian. Tetapi dia selalu punya kekuatan untuk mengatasi hidup, dia tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka”.

Tuhan terdiam sejenak, lalu Dia berkata “Hanya 1 kekurangan dari Wanita.
“DIA LUPA BETAPA BERHARGANYA DIA..”

Karena tugasnya itulah perempuan diberi kekuatan oleh Allah..
Allah telah memberikan kekuatan pada perempuan, karena ditangannya akan terlahir penerus keturunan.

Anak yang baik terlahir dari kehebatan seorang ibu yang mengasuh dan membesarkannya.
Di balik kesuksesan suami, ada istri yang hebat yang mendampinginya.

Sejatinya wanita harus di perlakukan dengan baik, agar jiwanya terbangun dengankasih sayang dan kesabaran. Kasih dan sayang sepanjang waktu dalammendampingi anak-nak dan keluarganya tanpa perasaan tersakiti.

Sehingga di harapkan perempuan dapat menjalankan fungsinya dengan baik di dalam keluarga maupun masyarakat..

Minggu, 06 Oktober 2013

Mereka Sepasang, Jiwa dan Ruh: Jiwa yang Melakukan Perjanjian dan Disaksikan oleh Ruh

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allâh mengambil kesaksian terhadap "jiwa mereka” (anfusihim) (seraya berfirman) “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (ke-Esa-an Tuhan)”. (QS. Al A’râf [7]:172).

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan (nafakha) ke dalam (tubuh) nya (manusia) ruh (ciptaan)-Nya, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan fu’ad/hati (af’idah); (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS. As-Sajdah [32]:9).

Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Dari ubay bin Ka’ab ra, ia mengatakan, “Mereka (jiwa dan ruh tersebut) dikumpulkan, lalu dijadikan berpasang-pasangan, baru kemudian mereka dibentuk. Setelah itu mereka pun diajak berbicara, lalu diambil dari mereka janji dan kesaksian, “Bukankah Aku Tuhan mu?”, mereka menjawab “Benar”. Sesungguhnya Aku akan mempersaksikan langit tujuh tingkat dan bumi tujuh tingkat untuk menjadi saksi terhadap kalian, serta menjadikan nenek moyang kalian Adam sebagai saksi, agar kalian tidak mengatakan pada hari kiamat kelak, “Kami tidak pernah berjanji mengenai hal itu”.


Dengan demikian mereka telah mengakui hal tersebut. Kemudian Adam diangkat dihadapan mereka dan ia (Adam) pun melihat kepada mereka, lalu ia melihat orang yang kaya dan orang yang miskin, ada yang bagus dan ada juga yang sebaliknya. Lalu Adam berkata, “Ya Tuhanku, seandainya Engkau menyamakan di antara hamba-hamba-Mu itu”. Allâh menjawab, “Sesungguhnya Aku sangat suka untuk Aku disyukuri”. Dan Adam melihat para nabi di antara mereka seperti pelita yang memancarkan cahaya pada mereka”. (HR. Ahmad)

yaa Salam @msa


Ujian Hidup




Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, manusia selalu berhadapan dengan dua keadaan silih berganti. Suatu saat merasakan suka, saat lain merasakan duka. Pada saat bahagia, terkadang manusia menjadi lupa. Sebaliknya, saat duka mendera, seringkali manusia berkeluh kesah.

Bagi hamba Allah SWT yang beriman, hidup adalah ujian. Selama hidup, selama itulah kita diuji Allah SWT. ''Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.'' (QS Al-Mulk [67]: 2).

Minimal ada tujuh ujian hidup yang wajib kita ketahui. Insya Allah, Allah SWT luruskan dari ujian-ujian-Nya, sehingga meraih gelar shobirin dan mujahidin. ''Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu, dan akan Kami uji perihal kamu.'' (QS Muhammad [47]: 31).

Pertama, ujian berupa perintah Allah, seperti Nabi Ibrahim diperintahkan Allah SWT menyembelih putra tercintanya bernama Ismail.

Kedua, ujian larangan Allah SWT, seperti larangan berzina, korupsi, membunuh, merampok, mencuri, sogok-menyogok, dan segala kemaksiatan serta kezaliman.

Ketiga, ujian berupa musibah. ''Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.'' (QS Al-Baqarah [2]: 155).

Keempat, ujian nikmat, sebagaimana Allah SWT jelaskan dalam surat Al-Kahfi ayat 7. ''Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami uji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.''

Kelima, ujian dari orang zalim buat kita, baik kafirun (orang yang tidak beragama Islam), musyrikun (menyekutukan Allah SWT), munafiqun, jahilun (bodoh), fasiqun (menentang syariat Allah), maupun hasidun (dengki, iri hati).

Keenam, ujian keluarga, suami, istri, dan anak. Keluarga yang kita cintai bisa menjadi musuh kita karena kedurhakaanya kepada Allah SWT.

Ketujuh, ujian lingkungan, tetangga, pergaulan, tempat dan suasana kerja, termasuk sistem pemerintahan/negara.

Subhanallah, Allah SWT amat sayang kepada kita. Allah SWT tunjukkan cara menjawab ujian itu semua. ''Dan minta pertolonganlah kamu dengan kesabaran dan dengan sholat, dan sesungguhnya sholat sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusuk tunduk jiwanya.'' (QS Al-Baqarah [2]: 48). Semoga kita dijadikan Allah SWT, hamba-Nya yang lulus dari ujian. Amin ya mujibas sailin.

 Yaa Salam @msa

Kamis, 03 Oktober 2013


Ilmu hakekat dimaksud adalah ilmu laduni yaitu ilmu yang dialirkan secara cepat oleh Allah swt.kepada orang-orang arif secara rahasia,setelah MEREKA TERBEBAS DARI KETERIKATAN DENGAN KEBENDAAN,kedatangannnya sangat cepat dan global,setelah mereke benar2 memposisikan sebagai HAMBA YANG FAKIR yang hanya butuh kepada Allah,setelah ia terus mendekat dan merapat sehingga dalam pandangan nya tidak ada suatu pun SELAIN ALLAH swt,dan atas perkenan dan anugrah Allah semata,Allah membukakan KTAN ALIRAN ILMU ITU.allah memuliakannya ,dengan mengalirkan ilmu tanpa melalui proses belajar,sebagaimana lazimnya ilmu lahir.kedatangannya sangat cepat dan MUJMAL ,sehingga membuatnya tidak tahu kapan dan dari arah mana datangnya ,barulah kemudian,tiba-tiba kesadarannya menjadi penuh,dapat memahami dan mengerti semuanya,atas izin Allah swt sendiri.

SYEHC IBNU ATHAILLAH "ILMU HAKEKAT YANG DITURUNKAN ALLAH KPD ORANG-ORANG ARIFIN KETIKA TAJALI ITU BERSIFAT GLOBAL(MUJMAL) DAN SETELAH TERTANGKAP TERJADINYA PENERANGAN (KETERANGAN)NYA MAKA APABILA KAMI BACAKAN,IKUTILAH BACAANNYA,KEMUDIAN MENGENAI PENJELASANNYA SESUNGGUHNYA KAMI SENDIRI YANG AKAN MENERANGKANNYA"

ILMU HAKEKAT merupakan anugrah dari Allah semata melalui ILHAM langsung masuk dalam hati tanpa perantara,ABU BAKAR AL-WARAQ berkata"Ketika saya sedang berada di hutan bai isrooil tibaitiba bergerak dalam hatiku bahwa ilmu hakekat itu berlawanan dengan ilmu syariat,mendadak terlihat padaku seorang dibawah pohon menjerit sambil memanggil"HAI ABUBAKAR tiap_tiap yang bertentangan dengan syreat ,maka itu kekufuran,"ILMU HAKEKAT TIDAK BERTENTANGAN DENGAN ILMU SYAREAT,TIDAK BERTENTANGAN DENGAN RASA DAN RASIO,MEMANG BAGI ORANG KEBANYAKAN,SULIT UTK MENCERNANYA,TETAPI SETELAH MELALUI PROSES PERENUNGAN SEIRING PERJALANAN WAKTU KEBENARANNYA MENJADI TERBUKTI"

ILMU HAKEKAT inni bersifat ilham dari ALLAH yang tidak bertentangan dengan syareat islam,bukan ramalan dan bukan wangsit,sebagaimana yang diperoleh sebagian orang melelui semedi dalam tradisi jawa yang bercampur baur dengan upacara tradisi kejawen,oleh sebabitu ,apabila ada seseorang mendapatkan wangsit dari persemediannya semacam itu,berupa ilmu yang bertentangan dengan akidah dan syreat islam,maka itu bukan dinamakan ILMU HAKEKAT atau ILMU LADUNI

Ibnu atahilan Berkataj
"KETUKA ANUGRAH ILAHI DATANG MERASUK KE DALAN HATI ANDA,MAKA AKAN MELENYAPKAN SEGALA KEBIASAAN-KEBIASAAN ANDA.FIRMAN ALLAH"SESUNGGUHNYA RAJA-RAJA APABILA MEMASUKI SUATU NEGERI NISCAYA MEREKA MEMBINASAKANNYA,"

JADI jika karunia ILAHI telah masuk ke dalam hati seseorang hamba,maka sanggup merubah dan merombak segala adat kebiasaa yang telah menjadi tabiat manusia itu.kebiasaan dan adat istiadat yang jahat dan tidak baik akan lenyap terusir oleh anugrah iman yang datang mengusai hatu si hamba.ketika hati telah menjadi baik,maka baiklah seluruh tubuh nya,perilaku dan amal perbuatannya menjadi terpuji dan diridhoi,Al-WARIDAT AL-ILLAHIYAH(ANUGRAH IMAN DAN KEMAKRIFATAN YANG DATANG)kedalam hati itu,laksana RAJA dann pasukannya yang datang menghancurkan dan mengusir kejahatan dan kegelapan yang bersarang didalam hati.

IBNU ATHAILLAH BERKATA
"KARUNNIA BESAR(AL-WARID) itu,datangnya dari TUHAN YANG PERKASA DAN PEMAKSA"karena itu bila warid tiba ,maka tiada sesuatu yang berhadapan padanya ,melainkan lenyap karenanya.Firma Allah"SEBENARNYA KAMI MELONTARKAN YANG HAK KEPADA YANG BATIL LALU YANG HAK ITU MENGHANCURKANNYA ,MAKA DENGAN SERTA MERTA YANG BATIL ITU LENYAP"

AL-WARID ,sebagaimana anugrah dari ALLAH yang diberika kepada hamba-Nya memiliki kekuatan yang luar biasa yang dapat menghancurkan dan melenyapkan kebatilan,KEKUATAN YANG DATANG DARI ALLAH yang Maha Perkasa Laghi dapat mengalahkan segalai/alanyantidak dapat dikalahkan oleh kekuatan apapun

Allah berfirman"DAN KATAKANLAH;YANG BENAR TELAH DATANG DAN YANG BATIL TELAH LENYAP"SESUNGGUHNYA YANG BATIL ITU ADALAH SESUATU YANG PASTI LENYAP"QS.AL-ISRA:81
ALLAH BERFIRMAN"SEBENARNYA KAMI MELONTARKAN YANG HAK KEPADA YANG BATIL LALU YANG HAK ITU MENGHANCURKANNYANMAKA DENGAN SERTA MERTA YANG BATIL ITU LENYAP"QS AL-AMBIYA :18

SYEKH IBNU ATHAILLAH berkata:
"BAGAIMANA ALLAH AKAN TERHALANG (TERHIJAB) DENGAN SESUATU PADAHAL YANG DIGUNAKAN HIJAB ITU TAMPAK JELAS ,DAN KEHADIRAN MAUJUDNYA PUN SANGAT TERANG"

Pernyataan ibnu athaillah ini ,sebagai penegasan dari apa yang telah dikemukakan diawal pembahasan,bagaimana mungkin ALLAH AKAN TERTUTUP HIJAB(TERHIJAB) DENGAN SESUATU,PADAHAL SESUATU TLYANG TERLIHAT ITU SEMATA-MATA NUR ILAHI,dan pada segala yang wujud,kekuasaan Allah selalu ada dan hadir,tidak pernah gaib,karena itu disebut dalam hadist qudsi"SESUNGGUHNYA HIJAB ALLAH IALAH NUR YANG APABILA DIBUKA NISCAYA DAPAT MEMBAKAR APA SAJA YANG DIPERLIHATKANNYA,JANGANKAN MANUSIA AKAN DAPAT BERTAHAN SEDANG BUKIT SAJAHC HANCUR,DAN NABI MUSA PINGSAN SEBELUM MELIHAT LANGSUNG.

MAHA SUCI ALLAH DAN TIDAK ADA SATUPUN YANG MENYERUPAI-NYA"