Hidup pastikan aman tenteram dunia wal akhirat kalau saja kita selalu bertafakur untuk mengingat Allah dan mengingat kehidupat akhirat, minimal 5 menit dalam sehari semalam
Selasa, 11 Oktober 2016
** NUR (CAHAYA) **
NUR ILAHI
Allah s.w.t hanya bisa dikenal jika DIA sendiri mau DIA dikenali
Jika Dia mau memperkenalkan Diri-Nya kepada seseorang, maka hati orang tersebut akan dipersiapkan dengan meng-karunia-kannya warid.
Hati orang tersebut akan diterangi dengan Nur-Nya
Tidak mungkin mencapai Allah s.w.t tanpa dorongan yang kuat dari Nur-Nya,
Karena Nur-Nya adalah kendaraan bagi hati untuk sampai ke Hadirat-Nya.
HATI adalah umpama BADAN
ROH adalah NYAWA.
Roh berkaitan dengan Allah s.w.t dan kaitan itu dinamakan As-Sir (Rahasia).
ROH menjadi nyawa kepada HATI
SIR menjadi nyawa kepada ROH
KARENA :
Hakekat HATI adalah ROH
Hakekat ROH adalah SIR
Sir atau Rahasia yang sampai kepada Allah s.w.t.
Sir-lah yang masuk ke Hadirat-Nya.
Sir-lah yang mengenal Allah s.w.t.
Sir adalah Hakekat dari sekalian yang maujud.
Nur Ilahi menerangi Hati, Roh dan Sir.
Nur Ilahi membuka bidang Hakekat-Hakekat.
Amal dan ilmu tidak mampu menyingkap Rahasia Hakekat-Hakekat
Nur Ilahi yang berperan menyingkap Tabir Hakekat itu.
Orang yang mengambil hakekat dari buku-buku atau dari ucapan orang lain bukanlah Hakekat sebenar-nya yang ditemuinya, tetapi hanyalah sangkaan, dugaan atau khayalan semata.
Jika mau mencapai Hakekat perlu-lah mengamalkan wirid sebagai pembersih hati. Kemudian bersabar menanti sambil terus juga berwirid. Sekiranya Allah s.w.t kehendaki warid akan di-datangkan-Nya kepada hati yang asyik dengan wirid itu.
Itulah ke-jaya-an yang besar yang bisa dicapai oleh seorang manusia semasa hidupnya di dunia ini.
Alam ini pada hakekatnya adalah gelap
Alam menjadi terang karena ada kenyataan Allah s.w.t.
Andaikan kita berdiri di atas puncak sebuah bukit pada waktu malam yang gelap gelita.
Apa yang terlihat hanyalah kegelapan.
Ketika siang tiba, matahari memancarkan sinarnya, terlihatlah tumbuh-tumbuhan dan hewan yang menghuni bukit itu.
Kewujudan di atas bukit itu menjadi nyata karena diterangi oleh cahaya matahari.
Cahaya menzahirkan kewujudan dan gelap yang membungkusnya.
Jika kegelapan hanya sedikit maka kewujudan kelihatan samar.
Sekiranya kegelapan itu tebal maka kewujudan tidak kelihatan lagi.
Hanya cahaya-lah yang dapat menzahirkan kewujudan, karena cahaya dapat menghalau kegelapan.
Jika cahaya matahari dapat menghalau kegelapan yang menutupi benda-benda alam yang nyata, maka cahaya Nur Ilahi pula dapat menghalau kegelapan yang menutup hakekat-hakekat yang gaib.
Mata di kepala melihat benda-benda alam,
Mata hati melihat pada hakekat-hakekat.
Banyak-nya benda alam yang di-lihat oleh mata karena banyaknya cermin yang membalikkan cahaya matahari, sedangkan cahaya hanya satu jenis saja dan datangnya dari matahari yang satu jua.
Begitu juga halnya pandangan mata hati. Mata hati melihat banyaknya hakekat karena banyaknya cermin hakekat yang membalikkan cahaya Nur Ilahi, sedangkan Nur Ilahi datangnya dari Nur yang satu yang bersumber dari Zat Yang Maha Esa.
Kegelapan yang menutupi mata hati menyebabkan hati terpisah dari kebenaran.
Hatilah yang tertutup sedangkan KEBENARAN TIDAK PERNAH TERTUTUP.
Dalil atau bukti yang dicari bukanlah untuk menyatakan kebenaran
tetapi untuk mengeluarkan hati dari lembah kegelapan ke cahaya yang terang benderang untuk melihat kebenaran yang memang selalu tersedia ada, bukan mencari kebenaran baru.
Cahaya-lah yang menerangi dan membuka penutup hati.
Nur Ilahi adalah cahaya yang menerangi hati dan mengeluarkannya dari kegelapan serta membawanya menyaksikan sesuatu dalam keadaannya yang asli.
Apabila Nur Ilahi sudah membuka penutup hati dan cahaya terang telah bersinar maka mata hati dapat memandang kebenaran dan KEASLIAN yang selama ini disembunyikan oleh alam nyata.
Bertambah terang cahaya Nur Ilahi yang diterima oleh hati bertambah jelas kebenaran yang dapat dilihatnya.
Pengetahuan yang diperolehi melalui pandangan mata hati yang bersuluhkan Nur Ilahi dinamakan ilmu LADUNI atau ilmu yang diterima dari Allah s.w.t secara langsung.
Kekuatan ilmu yang diperolehi bergantung kepada kekuatan hati menerima cahaya Nur Ilahi.
Murid yang masih pada peringkat permulaan hatinya belum cukup bersih, maka cahaya Nur Ilahi yang diperolehinya tidak begitu terang.
Oleh karena itu ilmu laduni yang diperolehinya masih belum mencapai peringkat yang halus-halus.
Pada tahap ini hati kadang mengalami kekeliruan.
Kadang-kadang hati menghadap kepada yang kurang benar dengan membelakangi yang lebih benar.
Orang-orang pada peringkat ini perlu mendapatkan penjelasan dari ahli-ahli makrifat yang lebih arif.
Apabila hatinya semakin bersih cahaya Nur Ilahi semakin bersinar meneranginya dan dia mendapat ilmu yang lebih jelas.
Lalu hatinya menghadap kepada yang lebih benar, sehingga dia menemui KEBENARAN YANG HAKIKI.
KISAH WALI YANG TERSEMBUNYI
Inilah Kisah Seorang Wali Yang Tersembunyi, tersembunyi karena masyarakat tidak mengetahui bahwa beliau adalah seorang Wali. Kejadian ini diambil dari Buku Harian Sultan Murad IV.
Di dalam buku hariannya itu, diceritakan bahwa suatu malam sang Sultan Murad merasa sangat gelisah dan galau, ia ingin tahu apa penyebabnya. Maka ia pun memanggil kepala pengawalnya dan mengatakan bahwa ia akan pergi keluar dari istana dengan menyamar sebagai rakyat biasa.
Wafatnya Imam Syafii, Wali yang tersembunyi
Sesuatu yang memang biasa beliau lakukan. Sultan murad berkata: “Mari kita keluar, kita blusukan melihat keadaan rakyatku”. Mereka pun pergi, udara saat itu sangat panas. Tiba-tiba, mereka menemukan seorang laki-laki tergeletak di atas tanah. Maka disentuhlah lelaki itu dan dibangunkan oleh Sultan Murad, ternyata lelaki itu telah wafat. Orang-orang yang lewat di sekitarnya tidak ada yang peduli dengan keadaan mayat lelaki tersebut. Maka Sultan Murad yang saat itu menyamar sebagai rakyat biasa, memanggil mereka yang saat itu lewat.
Kemudian mereka bertanya kepada Sultan: “Ada apa? Apa yang kau inginkan?”. Sultan menjawab: “Mengapa orang ini wafat tapi tidak ada satu pun di antara kalian yang ngurus dan membawa ke rumahnya? Siapa dia? Dan di mana keluarganya?” Mereka berkata: “Orang ini Zindiq, pelaku maksiat, dia selalu minum khamar (mabuk mabukan) dan selalu berzina dengan pelacur”.
Sultan menjawab: “Tapi . . bukankah ia juga Umat Rasulullah Muhammad SAW? Ayo angkat dia, kita bawa ke rumahnya”. Maka Mereka mereka pun membawa jenazah laki-laki itu ke rumahnya. Ketika sampai di rumahnya, saat istri lelaki tersebut mengetahui suaminya telah wafat, ia pun sedih dan menangis.
Tapi orang-orang langsung pergi semua, hanya Sang Sultan dan kepala pengawalnya yang masih tinggal dirumah lelaki itu. Kemudian Sang Sultan bertanya kepada istri laki-laki itu: “Aku mendengar dari orang-orang disini, mereka berkata bahwa suamimu itu dikenal suka melakukan kemaksiatan ini dan itu, hingga mereka tidak peduli akan kematiannya, benarkah kabar itu”.?
Maka Sang istri menjawab: “Awalnya aku menduga seperti itu tuan. Suamiku setiap malam keluar rumah pergi ke toko minuman keras (khamar), kemudian membeli sesuai kemampuannya. Ia bawa khamar itu ke rumah, kemudian membuangnya ke dalam toilet, sambil berkata: “Alhamdulillah Aku telah meringankan dosa kaum muslimin”.
Suamiku juga selalu pergi ke tempat pelacuran, memberi mereka uang dan berkata kepada si pelacur: “Malam ini merupakan jatah waktuku, jadi tutup pintumu sampai pagi, jangan kau terima tamu lain!”. Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku: “Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa pemuda-pemuda Islam”.
Tapi, orang-orang yang melihatnya mengira bahwa ia selalu minum minuman keras (khamar) dan melakukan perzinahan. Dan berita ini pun menyebar di masyarakat. Sampai akhirnya suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku: “Kalau nanti kamu mati, maka tidak akan ada kaum muslimin yang akan memandikan jenazahmu, dan tidak ada yang akan mensholatimu, tidak ada pula yang akan menguburkanmu”.
Ia hanya tertawa, dan menjawab: “Janganlah takut wahai istriku, jika aku mati, aku akan disholati oleh Sultannya kaum muslimin, oleh para Ulama dan para Auliya Allah”. Maka, Sultan Murad pun menangis, dan berkata: “Benar apa yang dikatakannya, Demi Allah, akulah Sultan Murad itu, dan besok pagi kita akan memandikan suamimu, mensholatinya dan menguburkannya bersama sama masyarakat dan Para Ulama”.
Hikmah Wali Yang Tersembunyi
Akhirnya jenazah laki-laki itu besoknya dihadiri oleh Sultan Murad, dan Para Ulama, Para Syeikh dan juga seluruh warga masyarakat….!! “Subhanallah” Terkadang kita suka menilai orang dari apa yang kita lihat dan kita dengar dari omongan orang orang. Andai saja kita mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati seseorang, niscaya pasti kita akan menjaga lisan kita dari membicarakan orang lain…
******* Sumber. buku harian Sultan Murad IV (Sultan Turki Utsmani, memerintah Sep 1623 – Feb 1640) yang berbahasa arab. Ibnu Marawis
Hikmah apa yang dapat kita ambil dari kisah ini? Seorang Wali yang tersembunyi, beliau melaksanakan tugasnya sebagai wali Allah, meski orang awam menilainya sangat hina. Allah tetap menjaganya menjadi wali yang tersembunyi sampai saatnya tiba.
MELIHAT ALLAH
Kata melihat disebut dengan berbagai versi dalam bahasa Arab, dan Al-Qur'an. Melihat berarti dengan mata kita. Sedangkan mata kita ada tiga. Mata kepala, mata analisa fikiran, mata hati.
Dalam konteks hubungan dengan "Melihat Allah" dan "Seakan-akan melihat Allah", maka ada sejumlah ayat, misalnya ketika Nabi Musa as, berhasrat ingin melihat Allah. "Musa as berkata: Ya Tuhan, tampakkan diriMu padaKu, aku ingin memandangMu." Allah menjawab, "Kamu tidak bisa melihatKu." (al-A'raf 143).
Ayat lain menyebutkan: "Sesungguhnya Akulah Tuhanmu, maka lepaskanlah sandalmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci." (Thaha 12)
Dan dia berkata, "Sesungguhnya aku akan menyaksikan Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya Aku bebas dari kemusyrikan kamu padaKu, melalui selain Dia."
Ayat lain menyebutkan, "Kemana pun engkau menghadap, disanalah Wajah Allah."(Al-Baqarah 115)
"Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepatuhan." (Al-An'aam 79)
Nabi Musa as, gagal ketika hasratnya menggebu ingin melihat Allah, lalu Allah menjawab, "Kamu tidak bisa melihatKu.". Dengan kata lain "Kamumu" atau "Akumu" tidak bisa melihatKu. Karena itu Abu Bakr ash-Shiddiq ra berkata, "Aku melihat Tuhanku dengan Mata Tuhanku." yang berarti bahwa hanya dengan Mata Ilahi saja kita bisa MelihatNya.
Dimaksud dengan "Mata Ilahi" adalah Mata Hati kita yang diberi hidayah dan 'inayah oleh Allah SWT untuk terbuka, dan senantiasa di sana hanya Wajah Allah yang tampak, sebagaimana dalam Al-Qur'an. Ibnu Athaillah menggambarkan secara bijak:
"Alam semesta ini gelap, dan sebenarnya menjadi terang karena dicahayai Allah di dalamnya. Karena itu siapa yang melihat semesta, namun tidak menyaksikan Allah di dalamnya, atau di sisinya, atau sebelum dan sesudahnya, benar-benar ia telah dikaburkan dari wujud Cahaya, dan tertutup dari matahari ma'rifat oleh mendung-mendung duniawi semesta."
Karena itu soal "Menyaksikan Allah" hubungannya erat dengan tersingkapnya tirai hijab, yang menghalangi diri hamba dengan Allah, walaupun Allah sesungguhnya tidak bisa dihijabi oleh apa pun. Karena jika ada hijab yang bisa menutupi Allah, berarti hijab itu lebih besar dan lebih hebat dibanding Allah.
Oleh sebab itu, dalam menggambarkan Musyahadah (penyaksian Ilahi) ini, Rasulullah menggunakan kata, "Seakan-akan", karena mata kepala kita dan mata nafsu kita, keakuan kita pasti tak mampu. Kata-kata "Seakan-akan" lebih dekat sebagai bentuk kata untuk sebuah kesadaran jiwa dan kedekatan hati.Tetapi ketika Rasulullah bersabda, "Jika kamu tidak melihatNya, kamu harus yakin bahwa Dia melihatmu.". Rasul SAW tidak menyabdakan, "Seakan-akan melihatmu.".
Hal ini menunjukkan bahwa sebuah kedekatan atau taqarrub sampai-sampai seakan-akan melihatNya, adalah akibat dari kesadaran kuat bahwa "Dialah yang melihat kita." Kesadaran jiwa bahwa Allah SWT melihat kita terus menerus, menimbulkan pantulan pada diri kita, yang membukakan matahati kita dan sirr kita untuk memandangNya.
Kesadaran Memandang Allah, kemudian mengekspresikan sebuah pengalaman demi pengalaman yang berbeda-beda antar para Sufi, sesuai dengan tingkat haliyah ruhaniyah (kondisi ruhani) masing-masing. Ada yang menyadari dalam pandangan tingkat Asma Allah, ada pula sampai ke Sifat Allah, bahkan ada yang sampai ke Dzat Allah. Lalu kemudian turun kembali melihat Sifat-sifatNya, kemudian Asma'-asmaNya, lalu melihat semesta makhlukNya.
Lalu kita perlu mengoreksi diri sendiri lewat perkataan Abu Yazid al-Bisthamy, "Apa pun yang engkau bayangkan tentang Allah, Dia bertempat, berwarna, berpenjuru, bertempat, bergerak, diam, itu semua pasti bukan Allah SWT. Karena sifat-sifat tersebut adalah sifat makhluk."
Kontemplasi demi kontemplasi tanpa bimbingan ruhani seorang Mursyid yang Kamil Mukammil hanya akan menggapai kebuntuan jalan dalam praktek Muroqobah, Musyahadah maupun Ma'rifah.
Bagi mereka yang dicahayai oleh Allah maka digambarkan oleh Ibnu Athaillah dalam al-Hikam:
"Telah terpancar cahayanya dan jelaslah kegembiraanya, lalu ia pejamkan matanya dari dunia dan berpaling darinya, sama sekali dunia bukan tempat tinggal dan bukan tempat
ketentraman. Namun ia jiwanya bangkit di dalam dunia itu, semata menuju Allah Ta'ala, berjalan di dalamnya sembari memohon pertolongan dari Allah untuk datang kepada Allah.
Hamparan tekadnya tak pernah terhenti, dan selamanya berjalan, sampai lunglai di hadapan Hadratul Quds dan hamparan kemeseraan denganNya, sebagai tempat Mufatahah, Muwajahah, Mujalasah, Muhadatsah, Musyahadah, dan Muthala'ah."
Ibnu Athaillah menyebutkan enam hal dalam soal hubungan hamba dengan Allah di hadapan Allah, yang harus dimaknai dengan rasa terdalam, untuk memahami dan membedakan satu dengan yang lain. Bukan dengan fikiran:
1) Mufatahah: artinya, permulaan hamba menghadapNya di hamparan remuk redam dirinya dan munajat, lalu Allah membukakan tirai hakikat Asma, Sifat dan keagungan DzatNya, agar hamba luruh di sana dan lupa dari segala yang ada bersamaNya.
2) Muwajahah, artinya saling berhadapan, adalah sikap menghadapnya hamba pada Tuhannya tanpa sedikit dan sejenak pun berpaling dariNya, tanpa alpa dari mengingatNya. Allah menemui dengan CahayaNya dan hamba menghadapnya dengan Sirrnya, hingga sama sekali tidak ada peluang untuk melihat selainNya, dan tidak menyaksikan kecuali hanya Dia.
3) Mujalasah, artinya menetap dalam majlisNya dengan tetap teguh terus berdzikir tanpa alpa, patuh tunduk tanpa lalai, beradab penuh tanpa tergoda, dan hamba memuliakanNya seperti penghormatan cinta dan kemesraan agung, lalu disanalah Allah
swt berfirman dalam hadits Qudsi, "Akulah berada dalam majlis yang berdzikir padaKu."
4) Muhadatsah, maknanya dialog, yaitu menempatkan sirr (rahasia batin) dengan mengingatNya dan menghadapNya dengan hal-hal yang ditampakkan Allah pada sirr itu, hingga cahayaNya meluas dan rahasia-rahasiaNya bertumpuan. Inilah yang
disabdakan Nabi saw, "Pada ummat-ummat terdahulu ada kalangan disebut sebagai kalangan yang berdialog dengan Allah, dan pada ummatku pun ada, maka Umar diantaranya."
5) Musyahadah, adalah ketersingkapan nyata, yang tidak lagi butuh bukti dan penjelasan, tak ada imajinasi maupun keraguan. Dikatakan, "Syuhud itu dari penyaksian yang disaksikan dan tersingkapnya Wujud."
6) Muthala'ah, adalah keselarasan dengan Tauhid dalam setiap kepatuhan, ketaatan dan batin, semuanya kembali pada hakikat tanpa adanya kontemplasi atau analisa, dan setiap yang tampak senantiasa muncul rahasiaNya karena keparipurnaanNya. Wallahu A'lam.
Maka Hadrat Ilahi, telah menjadi kehidupan hatinya, dimana mereka tenteram dan tinggal. Renungkan semua ini dengan hati yang suci.
Minggu, 09 Oktober 2016
Keutamaan Bershalawat
"BISMILLAHIRROHMANIRROHIM"
Keutamaan Bershalawat
Kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Dari ‘Abdullah bin ‘Amr,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, َﺔَﻠْﻴِﺳَﻮﻟﺍ ﻲِﻟ َﻝَﺄَﺳ ْﻭَﺃ َّﻲَﻠَﻋ ﻰَّﻠَﺻ ْﻦَﻣ ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘﻟﺍ َﻡْﻮَﻳ ﻲِﺘَﻋﺎَﻔَﺷ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ْﺖَّﻘَﺣ “Barangsiapa bershalawat
kepadaku atau meminta agar
aku mendapatkan wasilah,
maka dia berhak mendapatkan
syafa’atku pada hari kiamat
nanti.” (Hadits ini terdapat dalam Fadhlu Ash Sholah ‘alan
Nabiy no. 50, Isma’il bin Ishaq
Al Jahdiy. Dikatakan shohih
oleh Syaikh Al Albani) Dari Abu Hurairah, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ًﺓَﺪِﺣﺍَﻭ َّﻰَﻠَﻋ ﻰَّﻠَﺻ ْﻦَﻣ ﺍًﺮْﺸَﻋ “Barangsiapa yang
bershalawat kepadaku sekali,
maka Allah akan bershalawat
kepadanya sepuluh kali.” (HR.
Muslim no. 408) Keutamaan Bershalawat di
Hari Jum’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, ِﻡْﻮَﻳ ِّﻞُﻛ ﻰِﻓ ِﺓَﻼَّﺼﻟﺍ َﻦِﻣ َّﻰَﻠَﻋ ﺍﻭُﺮِﺜْﻛَﺃ َّﻰَﻠَﻋ ُﺽَﺮْﻌُﺗ ﻰِﺘَّﻣُﺃ َﺓَﻼَﺻ َّﻥِﺈَﻓ ٍﺔَﻌُﻤُﺟ َﻥﺎَﻛ ْﻦَﻤَﻓ ، ٍﺔَﻌُﻤُﺟ ِﻡْﻮَﻳ ِّﻞُﻛ ﻰِﻓ ﻰِّﻨِﻣ ْﻢُﻬَﺑَﺮْﻗَﺃ َﻥﺎَﻛ ًﺓَﻼَﺻ َّﻰَﻠَﻋ ْﻢُﻫَﺮَﺜْﻛَﺃ ًﺔَﻟِﺰْﻨَﻣ “Perbanyaklah shalawat
kepadaku pada setiap Jum’at.
Karena shalawat umatku akan
diperlihatkan padaku pada
setiap Jum’at. Barangsiapa
yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling
dekat denganku pada hari
kiamat nanti.” (HR. Baihaqi
dalam Sunan Al Kubro. Hadits
ini hasan ligoirihi –yaitu hasan
dilihat dari jalur lainnya-) Amalkanlah Shalawat Berikut Di antara shalawat yang
dianjurkan yang dapat kita
amalkan adalah: [1] Dari Zaid bin Abdullah
berkata bahwa sesungguhnya
mereka dianjurkan
mengucapkan, ِّﻲِّﻣُﻷﺍ ِّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ ٍﺪَّﻤَﺤُﻣ ﻰَﻠَﻋ ِّﻞَﺻ َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ “Allahumma sholli ‘ala
Muhammad an nabiyyil
ummiyyi. [Ya Allah, berilah
shalawat kepada Muhammad
Nabi yang Ummi]” (Fadhlu Ash
Sholah ‘alan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam no. 60.
Syaikh Al Albani
mengomentari bahwa hadits
ini shohih) [2] Dari Ka’ab bin ‘Ujroh, beliau
mengatakan, “Wahai Rasulullah, kami sudah
mengetahu bagaimana kami
mengucapkan salam padamu.
Lalu bagaimana kami
bershalawat padamu?” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ucapkanlah, ِﻝﺁ ﻰَﻠَﻋَﻭ ٍﺪَّﻤَﺤُﻣ ﻰَﻠَﻋ ِّﻞّﺻ َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ َﻚَّﻧِﺍ َﻢْﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ ِﻝﺁ ﻰَﻠَﻋ َﺖْﻴَّﻠَﺻ ﺎَﻤَﻛ ٍﺪَّﻤَﺤُﻣ ٌﺪْﻴِﺠَﻣ ٌﺪْﻴِﻤَﺣ “Allahumma sholli ‘ala
Muhammad wa ‘ala ali
Muhammad kama shollaita ‘ala
ali Ibrahim, innaka hamidun
majid” [Ya Allah, berilah
shalawat kepada Muhammad dan kerabatnya karena engkau
memberi shalawat kepada
kerabat Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji lagi Maha Mulia]
(Fadhlu Ash Sholah ‘alan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
no. 56. Syaikh Al Albani
mengomentari bahwa sanad
hadits ini shohih) [3] Dalam riwayat Bukhari no.
3370 terdapat lafazh shalawat
sebagai berikut, ِﻝﺁ ﻰَﻠَﻋَﻭ ، ٍﺪَّﻤَﺤُﻣ ﻰَﻠَﻋ ِّﻞَﺻ َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ َﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ ﻰَﻠَﻋ َﺖْﻴَّﻠَﺻ ﺎَﻤَﻛ ، ٍﺪَّﻤَﺤُﻣ ، ٌﺪﻴِﺠَﻣ ٌﺪﻴِﻤَﺣ َﻚَّﻧِﺇ ، َﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ ِﻝﺁ ﻰَﻠَﻋَﻭ ِﻝﺁ ﻰَﻠَﻋَﻭ ، ٍﺪَّﻤَﺤُﻣ ﻰَﻠَﻋ ْﻙِﺭﺎَﺑ َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ ، َﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ ﻰَﻠَﻋ َﺖْﻛَﺭﺎَﺑ ﺎَﻤَﻛ ، ٍﺪَّﻤَﺤُﻣ ٌﺪﻴِﺠَﻣ ٌﺪﻴِﻤَﺣ َﻚَّﻧِﺇ ، َﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ ِﻝﺁ ﻰَﻠَﻋَﻭ “Allahumma sholli ‘ala
Muhammad wa ‘ala ali
Muhammad kama shollaita ‘ala
Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim,
innaka hamidun majid.
Allahumma barik ‘ala Muhammad wa ‘ala ali
Muhammad kama barokta ‘ala
Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim,
innaka hamidun majid.” [Ya
Allah, berilah shalawat kepada
Muhammad dan kerabatnya karena engkau memberi
shalawat kepada Ibrahim dan
kerabatnya. Sesungguhnya
Engkau Maha Terpuji lagi Maha
Mulia. Ya Allah, berilah
keberkahan kepada Muhammad dan kerabatnya
karena engkau memberi
keberkahan kepada Ibrahim
dan kerabatnya. Sesungguhnya
Engkau Maha Terpuji lagi Maha
Mulia] Itulah bacaan shalawat yang
dapat kita amalkan dan
hendaknya kita mencukupkan
diri dengan shalawat yang
telah diajarkan oleh Nabi kita
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Janganlah kita mengamalkan
shalawat yang sebenarnya
tidak ada tuntunan dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
apalagi mengandung
kesyirikan semacam shalawat nariyah. Butuh pembahasan
tersendiri untuk membahas
shalawat nariyah ini. Penutup Saudaraku, perbanyaklah
shalawat di hari Jum’at.
Ingatlah, makna shalawat
adalah sebagaimana yang
dikatakan oleh Abul ‘Aliyah, ِﺔَﻜِﺋَﻼَﻤْﻟﺍ َﺪْﻨِﻋ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻩُﺅﺎَﻨَﺛ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﺓَﻼَﺻ “Shalawat Allah adalah pujian-
Nya kepada beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam di hadapan
para malaikat.” (HR. Bukhari
no. 10) Sebagian ulama mengatakan
bahwa makna shalawat dari
Allah adalah rahmat, dari
malaikat adalah istigfar
(mohon ampunan) dan dari
manusia adalah do’a. Namun makna shalawat dari Allah
yang lebih tepat adalah
sebagaimana perkataan Abul
‘Aliyah di atas sebagaimana
yang dikuatkan oleh Syaikh
Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin dalam Syarhul
Mumthi’ dan Syarh Bulughul
Marom. Semoga kita dimudahkan oleh
Allah untuk mengamalkannya.
Semoga Allah selalu memberi
kita ilmu yang bermanfaat.
Alhamdulillahilladzi bi
ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shollallahu ‘ala nabiyyiina
Muhammad wa ‘ala alihi wa
shohbihi wa sallam.
Keutamaan Bershalawat
Kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Dari ‘Abdullah bin ‘Amr,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, َﺔَﻠْﻴِﺳَﻮﻟﺍ ﻲِﻟ َﻝَﺄَﺳ ْﻭَﺃ َّﻲَﻠَﻋ ﻰَّﻠَﺻ ْﻦَﻣ ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘﻟﺍ َﻡْﻮَﻳ ﻲِﺘَﻋﺎَﻔَﺷ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ْﺖَّﻘَﺣ “Barangsiapa bershalawat
kepadaku atau meminta agar
aku mendapatkan wasilah,
maka dia berhak mendapatkan
syafa’atku pada hari kiamat
nanti.” (Hadits ini terdapat dalam Fadhlu Ash Sholah ‘alan
Nabiy no. 50, Isma’il bin Ishaq
Al Jahdiy. Dikatakan shohih
oleh Syaikh Al Albani) Dari Abu Hurairah, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ًﺓَﺪِﺣﺍَﻭ َّﻰَﻠَﻋ ﻰَّﻠَﺻ ْﻦَﻣ ﺍًﺮْﺸَﻋ “Barangsiapa yang
bershalawat kepadaku sekali,
maka Allah akan bershalawat
kepadanya sepuluh kali.” (HR.
Muslim no. 408) Keutamaan Bershalawat di
Hari Jum’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, ِﻡْﻮَﻳ ِّﻞُﻛ ﻰِﻓ ِﺓَﻼَّﺼﻟﺍ َﻦِﻣ َّﻰَﻠَﻋ ﺍﻭُﺮِﺜْﻛَﺃ َّﻰَﻠَﻋ ُﺽَﺮْﻌُﺗ ﻰِﺘَّﻣُﺃ َﺓَﻼَﺻ َّﻥِﺈَﻓ ٍﺔَﻌُﻤُﺟ َﻥﺎَﻛ ْﻦَﻤَﻓ ، ٍﺔَﻌُﻤُﺟ ِﻡْﻮَﻳ ِّﻞُﻛ ﻰِﻓ ﻰِّﻨِﻣ ْﻢُﻬَﺑَﺮْﻗَﺃ َﻥﺎَﻛ ًﺓَﻼَﺻ َّﻰَﻠَﻋ ْﻢُﻫَﺮَﺜْﻛَﺃ ًﺔَﻟِﺰْﻨَﻣ “Perbanyaklah shalawat
kepadaku pada setiap Jum’at.
Karena shalawat umatku akan
diperlihatkan padaku pada
setiap Jum’at. Barangsiapa
yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling
dekat denganku pada hari
kiamat nanti.” (HR. Baihaqi
dalam Sunan Al Kubro. Hadits
ini hasan ligoirihi –yaitu hasan
dilihat dari jalur lainnya-) Amalkanlah Shalawat Berikut Di antara shalawat yang
dianjurkan yang dapat kita
amalkan adalah: [1] Dari Zaid bin Abdullah
berkata bahwa sesungguhnya
mereka dianjurkan
mengucapkan, ِّﻲِّﻣُﻷﺍ ِّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ ٍﺪَّﻤَﺤُﻣ ﻰَﻠَﻋ ِّﻞَﺻ َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ “Allahumma sholli ‘ala
Muhammad an nabiyyil
ummiyyi. [Ya Allah, berilah
shalawat kepada Muhammad
Nabi yang Ummi]” (Fadhlu Ash
Sholah ‘alan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam no. 60.
Syaikh Al Albani
mengomentari bahwa hadits
ini shohih) [2] Dari Ka’ab bin ‘Ujroh, beliau
mengatakan, “Wahai Rasulullah, kami sudah
mengetahu bagaimana kami
mengucapkan salam padamu.
Lalu bagaimana kami
bershalawat padamu?” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ucapkanlah, ِﻝﺁ ﻰَﻠَﻋَﻭ ٍﺪَّﻤَﺤُﻣ ﻰَﻠَﻋ ِّﻞّﺻ َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ َﻚَّﻧِﺍ َﻢْﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ ِﻝﺁ ﻰَﻠَﻋ َﺖْﻴَّﻠَﺻ ﺎَﻤَﻛ ٍﺪَّﻤَﺤُﻣ ٌﺪْﻴِﺠَﻣ ٌﺪْﻴِﻤَﺣ “Allahumma sholli ‘ala
Muhammad wa ‘ala ali
Muhammad kama shollaita ‘ala
ali Ibrahim, innaka hamidun
majid” [Ya Allah, berilah
shalawat kepada Muhammad dan kerabatnya karena engkau
memberi shalawat kepada
kerabat Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji lagi Maha Mulia]
(Fadhlu Ash Sholah ‘alan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
no. 56. Syaikh Al Albani
mengomentari bahwa sanad
hadits ini shohih) [3] Dalam riwayat Bukhari no.
3370 terdapat lafazh shalawat
sebagai berikut, ِﻝﺁ ﻰَﻠَﻋَﻭ ، ٍﺪَّﻤَﺤُﻣ ﻰَﻠَﻋ ِّﻞَﺻ َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ َﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ ﻰَﻠَﻋ َﺖْﻴَّﻠَﺻ ﺎَﻤَﻛ ، ٍﺪَّﻤَﺤُﻣ ، ٌﺪﻴِﺠَﻣ ٌﺪﻴِﻤَﺣ َﻚَّﻧِﺇ ، َﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ ِﻝﺁ ﻰَﻠَﻋَﻭ ِﻝﺁ ﻰَﻠَﻋَﻭ ، ٍﺪَّﻤَﺤُﻣ ﻰَﻠَﻋ ْﻙِﺭﺎَﺑ َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ ، َﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ ﻰَﻠَﻋ َﺖْﻛَﺭﺎَﺑ ﺎَﻤَﻛ ، ٍﺪَّﻤَﺤُﻣ ٌﺪﻴِﺠَﻣ ٌﺪﻴِﻤَﺣ َﻚَّﻧِﺇ ، َﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ ِﻝﺁ ﻰَﻠَﻋَﻭ “Allahumma sholli ‘ala
Muhammad wa ‘ala ali
Muhammad kama shollaita ‘ala
Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim,
innaka hamidun majid.
Allahumma barik ‘ala Muhammad wa ‘ala ali
Muhammad kama barokta ‘ala
Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim,
innaka hamidun majid.” [Ya
Allah, berilah shalawat kepada
Muhammad dan kerabatnya karena engkau memberi
shalawat kepada Ibrahim dan
kerabatnya. Sesungguhnya
Engkau Maha Terpuji lagi Maha
Mulia. Ya Allah, berilah
keberkahan kepada Muhammad dan kerabatnya
karena engkau memberi
keberkahan kepada Ibrahim
dan kerabatnya. Sesungguhnya
Engkau Maha Terpuji lagi Maha
Mulia] Itulah bacaan shalawat yang
dapat kita amalkan dan
hendaknya kita mencukupkan
diri dengan shalawat yang
telah diajarkan oleh Nabi kita
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Janganlah kita mengamalkan
shalawat yang sebenarnya
tidak ada tuntunan dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
apalagi mengandung
kesyirikan semacam shalawat nariyah. Butuh pembahasan
tersendiri untuk membahas
shalawat nariyah ini. Penutup Saudaraku, perbanyaklah
shalawat di hari Jum’at.
Ingatlah, makna shalawat
adalah sebagaimana yang
dikatakan oleh Abul ‘Aliyah, ِﺔَﻜِﺋَﻼَﻤْﻟﺍ َﺪْﻨِﻋ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻩُﺅﺎَﻨَﺛ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﺓَﻼَﺻ “Shalawat Allah adalah pujian-
Nya kepada beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam di hadapan
para malaikat.” (HR. Bukhari
no. 10) Sebagian ulama mengatakan
bahwa makna shalawat dari
Allah adalah rahmat, dari
malaikat adalah istigfar
(mohon ampunan) dan dari
manusia adalah do’a. Namun makna shalawat dari Allah
yang lebih tepat adalah
sebagaimana perkataan Abul
‘Aliyah di atas sebagaimana
yang dikuatkan oleh Syaikh
Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin dalam Syarhul
Mumthi’ dan Syarh Bulughul
Marom. Semoga kita dimudahkan oleh
Allah untuk mengamalkannya.
Semoga Allah selalu memberi
kita ilmu yang bermanfaat.
Alhamdulillahilladzi bi
ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shollallahu ‘ala nabiyyiina
Muhammad wa ‘ala alihi wa
shohbihi wa sallam.
Sabtu, 08 Oktober 2016
KISAH SUFI HASAN AL BASRI
Kisah teladan seorang Wali Allah terkenal untuk dikongsi…. semoga dapat
menjadi iktibar, peringatan dan pengajaran kepada kita semua….
.
| SEBELUM Hasan menjadi seorang Sufi, beliau ialah seorang jauhari (peniaga intan berlian). Satu hari beliau pergi ke satu tempat bernama Rom (di Asia Minor) kerana berniaga, dan pergi berjumpa Menteri Sultan. Menteri itu berkata kepada beliau, “Anda hendaklah menunggu beberapa hari lagi kerana pada masa ini menemankan sultan dalam satu kerja pentingnya. Jika anda mahu, anda bolehlah bersama kami.”
Hasan pun berangkatlah bersama sultan, menteri dan lain-lain. Mereka masuk ke satu hutan yang luas. Di tengah hutan itu ada terdiri sebuah khemah yang hebat, yang di kawal oleh askar-askar. Pegawai-pegawai tentera masuk ke khemah itu dan kemudian keluar. Kemudian mereka berjalan mengelilingi khemah itu, dan kemudia pergi. Setelah itu tiba pula orang-orang tua yang kehormatan masuk ke khemah itu, berkata sesuatu, kemudian keluar, lalu mengelilingi khemah itu dan pergi. Kemudian datang pula golongan-golongan pakar-pakar perubatan dan berbuat demikian juga.
Kemudian giliran dua ratus orang gadis yang cantik-cantik pula berbuat demikian. Akhirnya datanglah Sultan dengan Menterinya; baginda masuk ke dalam khemah itu, berkata sesuatu, keluar dan mengelilingi khemah itu dan terus pergi.
Hasan hairan melihat peristiwa itu. Beliau bertanya kepada Menteri yang menemaninya itu. Kata Menteri tersebut, “Sultan itu mempunyai anak yang lawa dan berani telah meninggal dunia di sini. Anak itu di kuburkan di tempat khemah itu terdiri. Tiap-tiap tahun kami mengunjungi tempat ini dan melakukan upacara yang tuan baru saksikan tadi.
Mula-mulanya pihak tentera pergi ke kubur itu dan berkata kepada yang berkubur di situ iaitu anak raja itu, “Jikalah dengan senjata kami, dapat kami menyelamatkan kamu dari Tuhan Kematian, akan kami korbankan nyawa kami untuk menyempurnakan tujuan itu, tetapi apakah daya kami tidak berupaya.”
Kemudian datang pula pihak candakiawan yang berkata, “Jikalau ilmu dan pengalaman kami dapat menyelamatkan kamu dari mati, tetapi apakan daya kami tidak berupaya“. Kemudian datang pula, pihak tabib, berkata, “Jika ubat-ubat kami dapat menyelamatkan kamu dari mati, tentu kami akan berusaha menyelamatkan kamu, tetapi apakan daya, kami tidak berupaya”. Kemudian pihak gadis-gadis yang cantik itu pula berkata, “Jikalau kecantikan kami dapat menyelamatkan kamu dari mati, nescaya kami kurbankan apa sahaja untuk kamu, tetapi apakan daya, kami tidak berupaya”. Selepas itu, datang pula Sultan ditemani oleh Menteri-Menterinya dan berkata, ‘Anak ku ! kami berusaha sedaya-upaya dengan kekuatan tentera, tabib-tabib dan lain-lain untuk menyelamatkan kamu dari mati, namun takdir Tuhan tetap berlaku jua. Selamatlah kamu tinggal di sini dan kami akan datang lagi tahun depan, pada masa ini juga.”
Peristiwa ini sangat mengharukan fikiran Hasan dan mengubah sikapnya. Beliau menghabiskan hidupnya dengan beribadat kepada Allah dan bersedia untuk menghadapi mati. Beliau kembali ke Basrah. Perniagaannya di tinggalkan. Beliau pergi jauh dari manusia ramai dan bersumpah tidak akan senyum sepanjang hidupnya. Tujuh puluh tahun lamanya beliau tidak berhenti-henti beribadat kepada Allah. Dalam hidupnya hanya satu sahaja keperluan dan tujuannya iaitu Allah. Dia tidak peduli apa sahaja selain Allah.
.
| APABILA Rabi’atul-adawiyah Al-Basriyyah (803 Masehi) tidak datang menghadiri syarahan Hasan, ia tidak akan memberi syarahan hari itu. Orang bertanya kenapa beliau bersikap demikian. Jawabnya, “Serbat yang ada di dalam bekas untuk gajah tidak dapat dimuatkan dalam bekas untuk semut.”
Semasa beliau bersyarah dalam keadaan dzauk (mabuk terhadap Allah) beliau berterima kasih kepada Rabi’atul adawiyah dengan katanya, “Saya berterima kasih kerana berkat mu, membawa ku ke dalam mabuk cinta kepada Allah ( dzauk )”
Beliau pernah di tanya, “Apakah Islam dan siapakah orang Islam? “Hasan menjawab, “Islam itu dalam kitab-kitab dan orang Islam itu dalam kubur.”
.
| KATA KATA HASAN
1. Janganlah kamu tinggalkan amalan agama mu kerana takutkan musuh yang mengganggu kamu. Bahkan mereka itu mengganggu Allah.
2. Akhir dunia dan awal akhirat ialah dalam kubur.
.
| BIASANYA Hasan menulis dosa-dosa yang dilakukan pada pakaiannya semenjak dahulu lagi. Beliau selalu melihat tulisan tersebut. Kadang-kadang beliau akan menangis hinggakan jatuh pengsan apabila melihat dosa yang di lakukannya itu.
.
| SATU ketika, Hasan berserta dengan beberapa orang lain, sedang pergi ke Ka’abah, tengah jalan mereka sampai ke satu perigi, mereka semuanya dahaga tetapi mereka tidak ada tali timba untuk mengambil air telaga itu. Hasan pun berkata, “ Saya hendak sembahyang, semasa saya sembahyang tuan-tuan akan lihat air itu naik ke atas tuan-tuan bolehlah minum air itu untuk menghilangkan dahaga.” Perkara itu benar-benar berlaku. Tetapi ada seorang daripada mereka itu, setelah minum sepuas-puasnya, telah mengisi bekas airnya untuk kegunaan masa depan. Air itu pun tidak semena-mena turun ke bawah semula. Apabila beliau di tanya tentang peristiwa ganjil itu. Hasan menjawab, “Itu adalah kerana kurangnya iman mu untuk bertawakal bulat-bulat kepada Allah."
.
| HASAN sangat merendahkan dirinya hingga dianggap dirinya itu lebih hina dari segala yang lain. Satu hari, di tebing sungai Dajlah, beliau nampak seorang lelaki sedang duduk dengan seorang perempuan muda dan sebotol arak ada di hadapan orang itu. Terlintas dalam fikirannya, “Alangkah jahatnya orang itu! Alangkah baiknya jika ia seperti aku”. Tatkala itu datang sebuah perahu dan tidak jauh dari orang itu. Perahu itu beransur-ansur tenggelam. Ada tujuh orang dalam perahu itu pun hampir-hampir mati lemas. Orang itu pun segera melompat ke dalam sungai itu dan menyelamatkan enam orang dari tujuh orang itu dari mati lemas. Kemudian orang itu berpaling kepada Hasan dan berkata, “Jika kamu lebih mulia dari saya, maka dengan nama Allah, selamatkanlah orang yang seorang lagi itu. Kamu hanya selamatkan seorang, tetapi aku selamatkan enam orang.” Tetapi Hasan tidak dapat menyelamatkan orang yang seorang itu. Orang itu berkata kepada Hasan, “Tuan, orang perempuan di sisi saya itu ialah ibu ku, dan botol itu mengandungi air sahaja. Peristiawa ini adalah untuk menguji tuan.“
Mendengarkan itu, Hasan jatuh terduduk, lalu berkata, “Seperti tuan telah menyelamatkan enam orang, maka selamatkanlah saya dari tenggelam dalam air kebanggaan dan kesombongan”. Orang itu menjawab, “Moga-moga Allah kabulkan kehendak mu!”. Hasan terasa yang kehendaknya telah terkabul.
Semenjak itu, beliau sangat merendahkan diri. Apabila melihat seekor anjing, beliau berkata, “Ya Allah, demi anjing yang baik ini, terimalah aku sebagai hamba Mu”.
.
| HASAN berkata bahawa empat peristiwa yang memberinya pengajaran besar dalam hidup:
1) Satu ketika saya tarik pakaian seorang kasi (orang pontong) kerana berseloroh. Orang itu berkata, “Kembalikan pakaian itu, kerana ada orang yang tahu keadaan ku yang sebenarnya”. Tiba-tiba terlintas di fikiran ku: bagaimana pula kedudukan kita di akhirat kelak jika di telanjangkan dan semua dosa kita itu diperlihatkan?
2) Seorang mabuk sedang menggelupur dalam Lumpur. Saya katakan kepadanya supaya berhati-hati agar tidak tenggelam. Orang itu berkata, “Hasan, jika aku tenggelam, aku sediri yang menderita. Tuan jagalah diri tuan. Jika tuan jatuh, semua pengikut mu akan tenggelam sama.”
3) Suatu hari seorang budak (kanak-kanak) membawa lampu yang menyala. Saya tanya dia dari mana dia bawa api itu. Kanak-kanak itu pun memadamkan lampu itu dan berkata, “Beritahu pada ku ke mana perginya api yang bernyala pada lampu itu?”
4) Suatu hari seorang perempuan yang jelita berlari di jalan raya dengan kepalanya tanpa tudung sambil merungut tentang suaminya. Saya suruh dia menutup kepala dan mukanya. Perempuan itu berkata, “Cinta kepada suami telah menghilangkan fikiran ku hingga aku tidak sedarkan diri ku dan keliling ku. Jika tuan tidak memberitahu ku yang kepala dan muka ku tidak bertutup, maka tidaklah aku tahu. Aku akan berjalan seperti ini di jalan ini. Tetapi hairan juga aku, hai Hasan, tuan berpura-pura sebagai seorang pencinta Allah dan tuan sedar kepada apa sahaja yang terlintas di hadapan tuan, dan panca-indera tuan masih ada kesedaran kepada yang lain. Apakah cinta Allah yang ada pada tuan itu?
.
| PENDAPAT HASAN
Kambing itu lebih sedar dari manusia kerana menurut kata gembalanya. Tetapi manusia itu tidak taat kepada perintah Tuhannya dan menurut sahaja kehendak iblis.
Kawan-kawan yang jahat merosakan orang yang berjalan menuju Allah.
Mengumpulkan harta-benda lebih buruk daripada meminum arak yang mana adalah dilarang oleh Al–kitab.
Siapa yang memencilkan dirinya akan selamat. Siapa yang memisahkan dirinya dari nafsunya akan merasai kebebasan.
Orang yang menggali asas dasar dunia ini akan di situ membina bagunan akhirat adalah orang yang bijak.
Barang siapa yang kenal Allah menganggap dunia ini sebagai musuhnya, dan siapa yang kasih akan dunia akan menjadi musuh Allah.
Orang yang membuang amalan ruhaniah dan menggantikan nya dengan bermurah hati kepada dunia, cuba menegapkan cara-caranya yang jahat itu, adalah orang yang rosak.
Barangsiapa yang cinta kepada emas dan perak akan dihinakan oleh Allah. Siapa yang menganggap dirinya sebagai pemimpin masyarakat adalah sesat dan hina.
Allah berfirman dalam Al-Quran, “Aku akan ampunkan kamu dari segala dosa kamu jika kamu tidak memandang yang lain kecuali Aku.”
Hasan di tanya, “Bagaimanakah kamu?”
Beliau menjawab, “Saya adalah ibarat orang di tengah laut yang kehilangan perahu dan terapung-apung di dalam air.”
.
| SEBELUM Hasan menjadi seorang Sufi, beliau ialah seorang jauhari (peniaga intan berlian). Satu hari beliau pergi ke satu tempat bernama Rom (di Asia Minor) kerana berniaga, dan pergi berjumpa Menteri Sultan. Menteri itu berkata kepada beliau, “Anda hendaklah menunggu beberapa hari lagi kerana pada masa ini menemankan sultan dalam satu kerja pentingnya. Jika anda mahu, anda bolehlah bersama kami.”
Hasan pun berangkatlah bersama sultan, menteri dan lain-lain. Mereka masuk ke satu hutan yang luas. Di tengah hutan itu ada terdiri sebuah khemah yang hebat, yang di kawal oleh askar-askar. Pegawai-pegawai tentera masuk ke khemah itu dan kemudian keluar. Kemudian mereka berjalan mengelilingi khemah itu, dan kemudia pergi. Setelah itu tiba pula orang-orang tua yang kehormatan masuk ke khemah itu, berkata sesuatu, kemudian keluar, lalu mengelilingi khemah itu dan pergi. Kemudian datang pula golongan-golongan pakar-pakar perubatan dan berbuat demikian juga.
Kemudian giliran dua ratus orang gadis yang cantik-cantik pula berbuat demikian. Akhirnya datanglah Sultan dengan Menterinya; baginda masuk ke dalam khemah itu, berkata sesuatu, keluar dan mengelilingi khemah itu dan terus pergi.
Hasan hairan melihat peristiwa itu. Beliau bertanya kepada Menteri yang menemaninya itu. Kata Menteri tersebut, “Sultan itu mempunyai anak yang lawa dan berani telah meninggal dunia di sini. Anak itu di kuburkan di tempat khemah itu terdiri. Tiap-tiap tahun kami mengunjungi tempat ini dan melakukan upacara yang tuan baru saksikan tadi.
Mula-mulanya pihak tentera pergi ke kubur itu dan berkata kepada yang berkubur di situ iaitu anak raja itu, “Jikalah dengan senjata kami, dapat kami menyelamatkan kamu dari Tuhan Kematian, akan kami korbankan nyawa kami untuk menyempurnakan tujuan itu, tetapi apakah daya kami tidak berupaya.”
Kemudian datang pula pihak candakiawan yang berkata, “Jikalau ilmu dan pengalaman kami dapat menyelamatkan kamu dari mati, tetapi apakan daya kami tidak berupaya“. Kemudian datang pula, pihak tabib, berkata, “Jika ubat-ubat kami dapat menyelamatkan kamu dari mati, tentu kami akan berusaha menyelamatkan kamu, tetapi apakan daya, kami tidak berupaya”. Kemudian pihak gadis-gadis yang cantik itu pula berkata, “Jikalau kecantikan kami dapat menyelamatkan kamu dari mati, nescaya kami kurbankan apa sahaja untuk kamu, tetapi apakan daya, kami tidak berupaya”. Selepas itu, datang pula Sultan ditemani oleh Menteri-Menterinya dan berkata, ‘Anak ku ! kami berusaha sedaya-upaya dengan kekuatan tentera, tabib-tabib dan lain-lain untuk menyelamatkan kamu dari mati, namun takdir Tuhan tetap berlaku jua. Selamatlah kamu tinggal di sini dan kami akan datang lagi tahun depan, pada masa ini juga.”
Peristiwa ini sangat mengharukan fikiran Hasan dan mengubah sikapnya. Beliau menghabiskan hidupnya dengan beribadat kepada Allah dan bersedia untuk menghadapi mati. Beliau kembali ke Basrah. Perniagaannya di tinggalkan. Beliau pergi jauh dari manusia ramai dan bersumpah tidak akan senyum sepanjang hidupnya. Tujuh puluh tahun lamanya beliau tidak berhenti-henti beribadat kepada Allah. Dalam hidupnya hanya satu sahaja keperluan dan tujuannya iaitu Allah. Dia tidak peduli apa sahaja selain Allah.
.
| APABILA Rabi’atul-adawiyah Al-Basriyyah (803 Masehi) tidak datang menghadiri syarahan Hasan, ia tidak akan memberi syarahan hari itu. Orang bertanya kenapa beliau bersikap demikian. Jawabnya, “Serbat yang ada di dalam bekas untuk gajah tidak dapat dimuatkan dalam bekas untuk semut.”
Semasa beliau bersyarah dalam keadaan dzauk (mabuk terhadap Allah) beliau berterima kasih kepada Rabi’atul adawiyah dengan katanya, “Saya berterima kasih kerana berkat mu, membawa ku ke dalam mabuk cinta kepada Allah ( dzauk )”
Beliau pernah di tanya, “Apakah Islam dan siapakah orang Islam? “Hasan menjawab, “Islam itu dalam kitab-kitab dan orang Islam itu dalam kubur.”
.
| KATA KATA HASAN
1. Janganlah kamu tinggalkan amalan agama mu kerana takutkan musuh yang mengganggu kamu. Bahkan mereka itu mengganggu Allah.
2. Akhir dunia dan awal akhirat ialah dalam kubur.
.
| BIASANYA Hasan menulis dosa-dosa yang dilakukan pada pakaiannya semenjak dahulu lagi. Beliau selalu melihat tulisan tersebut. Kadang-kadang beliau akan menangis hinggakan jatuh pengsan apabila melihat dosa yang di lakukannya itu.
.
| SATU ketika, Hasan berserta dengan beberapa orang lain, sedang pergi ke Ka’abah, tengah jalan mereka sampai ke satu perigi, mereka semuanya dahaga tetapi mereka tidak ada tali timba untuk mengambil air telaga itu. Hasan pun berkata, “ Saya hendak sembahyang, semasa saya sembahyang tuan-tuan akan lihat air itu naik ke atas tuan-tuan bolehlah minum air itu untuk menghilangkan dahaga.” Perkara itu benar-benar berlaku. Tetapi ada seorang daripada mereka itu, setelah minum sepuas-puasnya, telah mengisi bekas airnya untuk kegunaan masa depan. Air itu pun tidak semena-mena turun ke bawah semula. Apabila beliau di tanya tentang peristiwa ganjil itu. Hasan menjawab, “Itu adalah kerana kurangnya iman mu untuk bertawakal bulat-bulat kepada Allah."
.
| HASAN sangat merendahkan dirinya hingga dianggap dirinya itu lebih hina dari segala yang lain. Satu hari, di tebing sungai Dajlah, beliau nampak seorang lelaki sedang duduk dengan seorang perempuan muda dan sebotol arak ada di hadapan orang itu. Terlintas dalam fikirannya, “Alangkah jahatnya orang itu! Alangkah baiknya jika ia seperti aku”. Tatkala itu datang sebuah perahu dan tidak jauh dari orang itu. Perahu itu beransur-ansur tenggelam. Ada tujuh orang dalam perahu itu pun hampir-hampir mati lemas. Orang itu pun segera melompat ke dalam sungai itu dan menyelamatkan enam orang dari tujuh orang itu dari mati lemas. Kemudian orang itu berpaling kepada Hasan dan berkata, “Jika kamu lebih mulia dari saya, maka dengan nama Allah, selamatkanlah orang yang seorang lagi itu. Kamu hanya selamatkan seorang, tetapi aku selamatkan enam orang.” Tetapi Hasan tidak dapat menyelamatkan orang yang seorang itu. Orang itu berkata kepada Hasan, “Tuan, orang perempuan di sisi saya itu ialah ibu ku, dan botol itu mengandungi air sahaja. Peristiawa ini adalah untuk menguji tuan.“
Mendengarkan itu, Hasan jatuh terduduk, lalu berkata, “Seperti tuan telah menyelamatkan enam orang, maka selamatkanlah saya dari tenggelam dalam air kebanggaan dan kesombongan”. Orang itu menjawab, “Moga-moga Allah kabulkan kehendak mu!”. Hasan terasa yang kehendaknya telah terkabul.
Semenjak itu, beliau sangat merendahkan diri. Apabila melihat seekor anjing, beliau berkata, “Ya Allah, demi anjing yang baik ini, terimalah aku sebagai hamba Mu”.
.
| HASAN berkata bahawa empat peristiwa yang memberinya pengajaran besar dalam hidup:
1) Satu ketika saya tarik pakaian seorang kasi (orang pontong) kerana berseloroh. Orang itu berkata, “Kembalikan pakaian itu, kerana ada orang yang tahu keadaan ku yang sebenarnya”. Tiba-tiba terlintas di fikiran ku: bagaimana pula kedudukan kita di akhirat kelak jika di telanjangkan dan semua dosa kita itu diperlihatkan?
2) Seorang mabuk sedang menggelupur dalam Lumpur. Saya katakan kepadanya supaya berhati-hati agar tidak tenggelam. Orang itu berkata, “Hasan, jika aku tenggelam, aku sediri yang menderita. Tuan jagalah diri tuan. Jika tuan jatuh, semua pengikut mu akan tenggelam sama.”
3) Suatu hari seorang budak (kanak-kanak) membawa lampu yang menyala. Saya tanya dia dari mana dia bawa api itu. Kanak-kanak itu pun memadamkan lampu itu dan berkata, “Beritahu pada ku ke mana perginya api yang bernyala pada lampu itu?”
4) Suatu hari seorang perempuan yang jelita berlari di jalan raya dengan kepalanya tanpa tudung sambil merungut tentang suaminya. Saya suruh dia menutup kepala dan mukanya. Perempuan itu berkata, “Cinta kepada suami telah menghilangkan fikiran ku hingga aku tidak sedarkan diri ku dan keliling ku. Jika tuan tidak memberitahu ku yang kepala dan muka ku tidak bertutup, maka tidaklah aku tahu. Aku akan berjalan seperti ini di jalan ini. Tetapi hairan juga aku, hai Hasan, tuan berpura-pura sebagai seorang pencinta Allah dan tuan sedar kepada apa sahaja yang terlintas di hadapan tuan, dan panca-indera tuan masih ada kesedaran kepada yang lain. Apakah cinta Allah yang ada pada tuan itu?
.
| PENDAPAT HASAN
Kambing itu lebih sedar dari manusia kerana menurut kata gembalanya. Tetapi manusia itu tidak taat kepada perintah Tuhannya dan menurut sahaja kehendak iblis.
Kawan-kawan yang jahat merosakan orang yang berjalan menuju Allah.
Mengumpulkan harta-benda lebih buruk daripada meminum arak yang mana adalah dilarang oleh Al–kitab.
Siapa yang memencilkan dirinya akan selamat. Siapa yang memisahkan dirinya dari nafsunya akan merasai kebebasan.
Orang yang menggali asas dasar dunia ini akan di situ membina bagunan akhirat adalah orang yang bijak.
Barang siapa yang kenal Allah menganggap dunia ini sebagai musuhnya, dan siapa yang kasih akan dunia akan menjadi musuh Allah.
Orang yang membuang amalan ruhaniah dan menggantikan nya dengan bermurah hati kepada dunia, cuba menegapkan cara-caranya yang jahat itu, adalah orang yang rosak.
Barangsiapa yang cinta kepada emas dan perak akan dihinakan oleh Allah. Siapa yang menganggap dirinya sebagai pemimpin masyarakat adalah sesat dan hina.
Allah berfirman dalam Al-Quran, “Aku akan ampunkan kamu dari segala dosa kamu jika kamu tidak memandang yang lain kecuali Aku.”
Hasan di tanya, “Bagaimanakah kamu?”
Beliau menjawab, “Saya adalah ibarat orang di tengah laut yang kehilangan perahu dan terapung-apung di dalam air.”
Jumat, 07 Oktober 2016
RAHASIA IMAM DAN MA!MUM.
RAHASIA IMAM DAN MA!MUM.
_______________________
.
ASSALAMU 'ALAIKUM YAA AKHWANII YAA AKHWATII WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH...
.
Segala puja dan puji hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian Alam.
Shalawat serta salam kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW, serta keluarga dan para Shahabatnya.
.
Aamiin...
.
Saudaraku...
.
Saya akan menerangkan prihal rahasia diri kita, agar kita semakin percaya bahwa zahir kita ini adalah zahir yang hanya dapat dikenali sesama. Bagaimana dengan diri yang didalam diri zahir?
.
Saudaraku...
.
Jika ada yang bertanya padamu, siapakah Imammu didalam Shalat? Maka jawablah :
Imamku ialah Al-Qur'an. Apakah arti Al-Qur'an itu?
.
Saudaraku...
.
AL-QUR-AN adalah KALAMULLAH ( Firman Allah ), sebab Allah itu bersifat Qadim.
Jadi Al-Qur'an itu juga Qadim. Maka hakikatnya Allah-lah Imamnya.
Jika tidak yakin, maka shalat bathal.
Sebab yang dimaksudkan shalat disini ialah zahir perbuatan kita.
.
Zahir artinya : Perbuatan Tuhan pada kita.
Jadi, Allah-lah pada hakikatnya. Sehingga kita bersatu kata, atau sekata dengan Imam ( Imam dengan Ma'mum ).
.
Yang dimaksudkan " IMAAMAN LILLAAHI TA'ALA ' ialah : Berimam kepada Allah jua.
Yang dikatakan " MA'MUUMAN LILLAAHI TA!ALA " Berma'mum karena Allah.
.
Nah Saudara...
.
Imam itulah yang menggerakkan ma'mumnya. Begitu pula dengan NYAWA, dialah yang menggerakkan tubuh. Maka Mustahil nyawa itu bergerak jika tidak karena Iradah Allah.
.
Masalah gerakan didalam shalat, bila kita Ruku' maka turunkanlah nafas dahulu. Barulah ruku'. Begitu juga dengan I'tidal, naikkanlah Nafasmu, lalu berdirilah. Begitu pula dengan sujudmu, turunkan dulu Nafasmu, kemudian sujudlah. Sebelum engkau bangkit, naikkan Nafasmu, lalu angkatlah kepalamu. Lalu duduklah.
.
Begitulah gerak nafasmu didalam praktek nafas didalam shalat, turun naik.
Begitulah Imam, para Nabi, termasuk Nabi kita Muhammad SAW, juga para Wali.
Inilah yang disebut " IMAM TANPA DI IMAMI.
.
Saudaraku...
.
Jika ada orang menggunakan perkenalan semacam ini, maka orang itu Sah dijadikan Imam.
Tetapi bila orang itu tiada mengetahui perkara ini, sedangkan Ma'mum ada yang mengetahuinya, maka dikatakan " IMAM YANG DI IMAMI OLEH MA'MUM...
.
Selanjutnya...
Setelah Takbir Ihram, tahanlah nafasmu sebentar.
Nah, menahan nafas sebentar inilah dinamakan " hilang kepada Nur Muhammad.
.
Berbicara tentang Nahwu dan Sharaf, huruf baris dan lagunya.Jadi ini masalah lafadz saja.
.
Jika ada yang mengatakan bahwa Kalam Allah itu bukanlah huruf, bukan suara, bunyi, tiada berawal dan akhir, juga tiada Tasdiqnya, maka bingunglah para Nahwu Sharaf itu sebab : memang bukan Huruf. Karena Alif yang ditulis dengan dawat, itu menunjukkan kepada Alif yang memang bukan Tinda. Sedangkan Alif yang bukan tinta, itu menunjukkan kepada kata Firman Allah.
.
Inilah rahasia antara Imam dan ma'mum didalam shalat, agar mengetahui tentang hakikat menjadi Imam. Jadi Imam memang tanggungannya berat daripada ma"mum, karena perbuatan didalam gerak shalatnya di ikuti ma'mumnya, mestinya harus faham dan mengerti siapa yang di imamkan daripada Imamnya, jika tidak maka shalatnya dalam gerakannya jika ma'mum mengetahuinya maka imam berimam kepada yang mengetahuinya yakni ma!mum yang mengerti Hakikat imam tersebut.
.
Jadi Imam mesti memahami dalam memimbing ma'mumnya agar ia imami benar-benar berimam kepada Allah semata-mata.
Inilah ilmu diri didalam diri agar mengenali siapa dirinya dan siapa yang di imaminya.
Dengan keterangan teks yang singkat ini, menambahkan keyakinan kita kepada Allah, bahwa pada hakikatnya Allah lah yang dituju dan dimaksud yakni imamnya segala Imam.
Allah lah pemimpin Imam sejati didalam tindakan kita didalam gerak shalat.
.
Saudaraku...
.
Jadikan illmu itu sebagai dinding tubuhmu, agar ilmu Allah menjadi terang dalam setiap gerakmu. Dimanapun engkau berada dalam beraktivitas...
.
Semoga Allah mencurahkan Rahmat-Nya kepada kita, agar kita tidak lupa pada diri kita yang selalu bersyukur nikmat kesempurnaan diri yang diberikan Allah. maka dari itu, setelah engkau mengetahui dirimu, jangan pula engkau lupa akan Tuhan mu, jika engkau lupa, berarti lupa pada diri sebenar diri, sudah tentu lupa juga pada Tuhan.inilah yang diberi gelaran " Manusia yang tidak tahu diri."
Maka dari itu, kenalilah dirimu, barulah mengenal pada Tuhan mu.
_______________________
.
ASSALAMU 'ALAIKUM YAA AKHWANII YAA AKHWATII WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH...
.
Segala puja dan puji hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian Alam.
Shalawat serta salam kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW, serta keluarga dan para Shahabatnya.
.
Aamiin...
.
Saudaraku...
.
Saya akan menerangkan prihal rahasia diri kita, agar kita semakin percaya bahwa zahir kita ini adalah zahir yang hanya dapat dikenali sesama. Bagaimana dengan diri yang didalam diri zahir?
.
Saudaraku...
.
Jika ada yang bertanya padamu, siapakah Imammu didalam Shalat? Maka jawablah :
Imamku ialah Al-Qur'an. Apakah arti Al-Qur'an itu?
.
Saudaraku...
.
AL-QUR-AN adalah KALAMULLAH ( Firman Allah ), sebab Allah itu bersifat Qadim.
Jadi Al-Qur'an itu juga Qadim. Maka hakikatnya Allah-lah Imamnya.
Jika tidak yakin, maka shalat bathal.
Sebab yang dimaksudkan shalat disini ialah zahir perbuatan kita.
.
Zahir artinya : Perbuatan Tuhan pada kita.
Jadi, Allah-lah pada hakikatnya. Sehingga kita bersatu kata, atau sekata dengan Imam ( Imam dengan Ma'mum ).
.
Yang dimaksudkan " IMAAMAN LILLAAHI TA'ALA ' ialah : Berimam kepada Allah jua.
Yang dikatakan " MA'MUUMAN LILLAAHI TA!ALA " Berma'mum karena Allah.
.
Nah Saudara...
.
Imam itulah yang menggerakkan ma'mumnya. Begitu pula dengan NYAWA, dialah yang menggerakkan tubuh. Maka Mustahil nyawa itu bergerak jika tidak karena Iradah Allah.
.
Masalah gerakan didalam shalat, bila kita Ruku' maka turunkanlah nafas dahulu. Barulah ruku'. Begitu juga dengan I'tidal, naikkanlah Nafasmu, lalu berdirilah. Begitu pula dengan sujudmu, turunkan dulu Nafasmu, kemudian sujudlah. Sebelum engkau bangkit, naikkan Nafasmu, lalu angkatlah kepalamu. Lalu duduklah.
.
Begitulah gerak nafasmu didalam praktek nafas didalam shalat, turun naik.
Begitulah Imam, para Nabi, termasuk Nabi kita Muhammad SAW, juga para Wali.
Inilah yang disebut " IMAM TANPA DI IMAMI.
.
Saudaraku...
.
Jika ada orang menggunakan perkenalan semacam ini, maka orang itu Sah dijadikan Imam.
Tetapi bila orang itu tiada mengetahui perkara ini, sedangkan Ma'mum ada yang mengetahuinya, maka dikatakan " IMAM YANG DI IMAMI OLEH MA'MUM...
.
Selanjutnya...
Setelah Takbir Ihram, tahanlah nafasmu sebentar.
Nah, menahan nafas sebentar inilah dinamakan " hilang kepada Nur Muhammad.
.
Berbicara tentang Nahwu dan Sharaf, huruf baris dan lagunya.Jadi ini masalah lafadz saja.
.
Jika ada yang mengatakan bahwa Kalam Allah itu bukanlah huruf, bukan suara, bunyi, tiada berawal dan akhir, juga tiada Tasdiqnya, maka bingunglah para Nahwu Sharaf itu sebab : memang bukan Huruf. Karena Alif yang ditulis dengan dawat, itu menunjukkan kepada Alif yang memang bukan Tinda. Sedangkan Alif yang bukan tinta, itu menunjukkan kepada kata Firman Allah.
.
Inilah rahasia antara Imam dan ma'mum didalam shalat, agar mengetahui tentang hakikat menjadi Imam. Jadi Imam memang tanggungannya berat daripada ma"mum, karena perbuatan didalam gerak shalatnya di ikuti ma'mumnya, mestinya harus faham dan mengerti siapa yang di imamkan daripada Imamnya, jika tidak maka shalatnya dalam gerakannya jika ma'mum mengetahuinya maka imam berimam kepada yang mengetahuinya yakni ma!mum yang mengerti Hakikat imam tersebut.
.
Jadi Imam mesti memahami dalam memimbing ma'mumnya agar ia imami benar-benar berimam kepada Allah semata-mata.
Inilah ilmu diri didalam diri agar mengenali siapa dirinya dan siapa yang di imaminya.
Dengan keterangan teks yang singkat ini, menambahkan keyakinan kita kepada Allah, bahwa pada hakikatnya Allah lah yang dituju dan dimaksud yakni imamnya segala Imam.
Allah lah pemimpin Imam sejati didalam tindakan kita didalam gerak shalat.
.
Saudaraku...
.
Jadikan illmu itu sebagai dinding tubuhmu, agar ilmu Allah menjadi terang dalam setiap gerakmu. Dimanapun engkau berada dalam beraktivitas...
.
Semoga Allah mencurahkan Rahmat-Nya kepada kita, agar kita tidak lupa pada diri kita yang selalu bersyukur nikmat kesempurnaan diri yang diberikan Allah. maka dari itu, setelah engkau mengetahui dirimu, jangan pula engkau lupa akan Tuhan mu, jika engkau lupa, berarti lupa pada diri sebenar diri, sudah tentu lupa juga pada Tuhan.inilah yang diberi gelaran " Manusia yang tidak tahu diri."
Maka dari itu, kenalilah dirimu, barulah mengenal pada Tuhan mu.
.
Nah Afwan dan Akhwan.....
.
Insya Allah dilain kesempatan kami akan membahas lagi.
Semoga para suadara saudariku diberi kesehatan dan rezeki yang banyak.
.
Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin...
Nah Afwan dan Akhwan.....
.
Insya Allah dilain kesempatan kami akan membahas lagi.
Semoga para suadara saudariku diberi kesehatan dan rezeki yang banyak.
.
Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin...
Kamis, 29 September 2016
" SHALAT MACAM APA...? "
Shalat macam apakah
yang bisa membuat kita memperoleh
ampunan dan ridha Allah ..?
Shalat yang tepat di awal waktu kah?
Yang thuma'ninah dan bagus gerakannya?
Yang tartil dan indah bacaannya?
Yang lurus dan rapi barisan shafnya?
Semua itu menjadi tidak berguna
ketika shalat tak mampu mengubah
dan memperbaiki akhlaq pelakunya
Menjadi shalat yang tidak
"tanha 'anil fakhsyai wal munkar"
Shalat yang tidak
"mencegah dari perbuatan keji dan munkar"
Ia adalah "shalat yang tidak shalat"
Shalat yang tidak "meruku'kan" keangkuhannya
Shalat yang tidak "mensujudkan" kesombongannya
Shalat yang tidak "mentakbirkan" Allah
Sang Kebenaran Sejati, Penguasa Jagat Semesta
Ia adalah shalat yang "fawailul lil mushallin"
Shalat yang tidak menghindarkan
pelakunya dari siksa api neraka
Shalat yang tidak menurunkan
ridha Allah kepadanya ...
Karena sesungguhnya
shalat yang "benar-benar shalat"
adalah yang merefleksikan kedekatan
seorang hamba kepada Tuhannya ...
Saat ia berbisik-bisik mesra dan penuh asa
dalam takbir, ruku' dan sujud yang menggetarkan
Yang mencahayai relung-relung jiwanya
Yang menghadirkan Allah Azza wajalla
di dalam seluruh penjuru kesadarannya...
~ salam ~
(Itulah tulisan Guru kami... Ust. AM)
__________*
Melalui inbox, sahabatku Hantuman Regret mendiskusikan 'tekhnik' Sholat yang Khusyu' yang seperti bagaimana ?
Maka sy menjelaskannya bahwa sholat yang khusyu' itu adalah sholat yang MEYAKINI PERTEMUAN DENGAN ALLAH "Langsung" dalam sholat itu, yakni menjalani RUKUN IHSAN.
Rukun ihsan adalah rukun makrifatnya syariat, yakni :
~ Menyembah Allah seolah-olah Melihat_Nya.
~ Jika belum, maka mesti MEYAKINI bahwasanya Dia_lah yang senantiasa mengawasi skaligus mendampingi segala gerak kita.
MELIHAT ALLAH, adalah menyaksikan_Nya.
Bisakah kita melihat_Nya ?
Ya, 'bisa' dan sekaligus 'tak bisa'.
*) Aspek 'kemungkinan' tersaksikannya Dia yang Maha Zahir adalah Keterbukaan Diri_Nya, yang menyata-zahirkan Diri_Nya untuk dikenali oleh siapapun yang dipilih_Nya menurut "KADAR PENGENALAN" yang Di Idzinkan_Nya.
Dia menghendaki hal itu ( "...AKU ingin dikenal..." ), maka dengan Cara_Nya yang sederhana, lembut, santun dan misterius, Dia akan terus mengundang pilihan_Nya agar menghampiri_Nya.
Kenyataan 'Wujud_Nya' itu adalah wujud yang BISA DIKENALI hamba, karena adanya ilmu dan 'kemiripan' (tasybih). Wajah bertemu wajah, berhadapan.
" hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah yang telah menciptakanmu 'Menurut FITRAH ALLAH', yang tiada perubahan (tubaddil) atas fitrah Allah itu..."
Nah, fitrah penciptaan manusia menurut fitrah Ketuhanan, merupakan konsepsi Rububiyah. Sebuah konsepsi yang menjelaskan tentang maksud Tuhan menciptakan makhluk terheboh_Nya di semesta berdasarkan tajalliyat di 7 martabat diri. Dari Nuraniyah hingga menyata di Insaniyah.
(Kembali ke persoalan awal, apakah Dia bisa disaksikan ?)
Ya, tentu. Jika DIA menghendaki Diri_Nya untuk terlihat oleh hamba.
".... Nurun 'ala Nurin, yahdillahi linuurihi mayyasyaa'...
- Cahaya yang berlapis-lapis, dan Dia membimbing kepada Cahaya_Nya siapa yang di Kehendaki_Nya...".
Dalam hal ini, PERANGKAT apa yang kita gunakan untuk melihat_Nya haruslah sesuai.
Dia tak bisa dicapai dengan fikir ( la tafakkaru fi dzaatillah)...
Dia tak bisa dicapai dengan penglihatan mata kepala ( laa tudrikuhul abshaar )...
Namun syahadat 'menuntut' tersaksikannya Dia dengan indera 'Penglihatan, Pendengaran dan Rasa'.
Dan indera itu memiliki fungsi semuanya. Itulah perangkat yang disebut HATI (FUAD - Tahta / singgasana hati). Sebuah lapisan lebih dalam dari hati (qalb).
Pertanyaannya, apakah HATI tersebut bersifat QADIM atau BAHARU ?
Hal tersebut mesti ter-itsbat-kan, dikarenakan penglihatan tersebut mengarah pada yang DZAT YANG QADIM.
Jika hati bersifat baharu, maka dipastikan hati akan BINASA di hadapan Dzat yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia.
__________**
Hati yang musyahadah (menyaksikan Tuhan) adalah NILAI seorang manusia. Jika baik hatinya, maka baik seluruh dirinya zahir wal bathin.
Dalam hubungannya dengan sholat, maka mendirikan sholat untuk mengingat Allah adalah sholat yang terus menghadirkan hati dari rukun niat hingga salam.
Paling tidak, PENYAKSIAN itu mesti terjadi saat TAKBIRATUL IHRAM, dengan demikian SAH lah sholat. Tersaksikannya NUR PENGENALAN_NYA. Nur Insaniyah hingga Nur Nuraniah.
Selanjutnya adalah upaya2 penetrasi, peningkatan kualitas penyaksian atas Nur_Nya yang berlapis-lapis itu....
Mengapa mesti "NUR - Cahaya_Nya" ?
Karena cahaya menampakkan segala sesuatu.
Wujud sesuatu benda ditampakkan oleh Nur kemudian cahaya itu mengenai mata, maka mata bisa melihatnya.
Demikian dengan hati, yang dicahayai maka akan nampak alam syahadah hingga malakut.
Hati yang Qadim, adalah perangkat Ruhani yang memiliki indera yang dipinjamkan_Nya. Makanya penglihatan dengan kualitas itulah yang bisa 'menangkap' Citra Diri_Nya..
Sehingga penyaksian itu berada di 'alam berdimensi tinggi, melakukannya dengan mi'raj menemui Tuhan yang Maha Tinggi.
( DIA yang MAHA TINGGI... adakah peluang mencapai_Nya ? )
Tabiratul ihram adalah GERBANG sholat....
Masukilah dan mari menjelajah samudera al Kautsar...
Langganan:
Postingan (Atom)