Laman

Jumat, 14 Juni 2013

:: MERAIH IHSAN DALAM DIRI ::




“’Wahai Rasulullah, apakah IHSAN itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Hendaklah kamu beribadah  (takut /khasyyah) kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (H.R. Muslim)


Muslim yang meyakini diawasi/dilihat oleh Allah -Maha Agung sifatNya atau mereka yang dapat melihat Rabb dengan hati (ain bashiroh) atau muslim yang Ihsan atau muslim yang bermakrifat maka ia mencegah dirinya dari melakukan sesuatu yang dibenciNya, mencegah dirinya dari perbuatan maksiat, mencegah dirinya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar. Sehingga terwujud dalam berakhlakul karimah. Inilah tujuan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam diutus oleh Allah Subhanahu wa ta’ala


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.” (HR Ahmad).


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia tidak bertambah dari Allah kecuali semakin jauh dariNya” ( Ath Thabarani)


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian, tetapi Allah melihat kepada hati kalian.” (HR Muslim)

Tidaklah mereka mencapai sholat yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahwa “Ash-shalatul Mi’rajul Mu’minin“, “sholat itu adalah mi’rajnya orang-orang mukmin“. yaitu naiknya jiwa meninggalkan ikatan nafsu yang terdapat dalam fisik manusia menuju ke hadirat Allah.


Dalam sebuah hadist Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kalian apabila sholat maka sesungguhnya ia sedang bermunajat (bertemu) dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerti bagaimana bermunajat dengan Tuhan”

Allah berfirman yang artinya, "Sesungguhnya sembahyang (Sholat) itu memang berat kecuali bagi mereka yang khusyu’ yaitu mereka yang yakin akan berjumpa dengan Tuhan mereka, dan sesungguhnya mereka akan kembali kepadaNya”. (QS. Al-Baqarah 2 : 45).


DERAJAT IHSAN merupakan tingkatan tertinggi keislaman seorang hamba, setelah Islam dan iman. Tidak semua orang bisa meraih derajat yang mulia ini. Hanya hamba-hamba الله yang Allah kehendaki saja yang bisa mencapai derajat mulia ini. Atas mujahadah dan kemauan yang keras untuk mendekat kepada Allah dan berjuang melawan hawa nafsunya.

Semoga الله ‘Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk di dalamnya.


Kata IHSAN (berbuat baik) merupakan kebalikan dari kata al isaa-ah (berbuat buruk), yakni perbuatan seseorang untuk melakukan perbuatan yang ma’ruf dan menahan diri dari dosa. Dia mendermakan kebaikan kepada hamba الله yang lainnya baik melalui hartanya, kehormatannya, ilmunya, maupun raganya.



Syaikh ‘Abdurrahman as Sa’di menjelaskan bahwa IHSAN mencakup dua macam, yakni IHSAN dalam beribadah kepada الله dan IHSAN dalam menunaikan hak sesama makhluk.

1. Ihsan dalam beribadah kepada الله maknanya beribadah kepada الله seolah-olah melihat-Nya atau merasa diawasi oleh-Nya.

2. Sedangkan IHSAN dalam hak makhluk adalah dengan menunaikan hak-hak mereka. Ihsan kepada makhluk ini terbagi dua, yaitu yang wajib dan sunnah. Yang hukumnya wajib misalnya berbakti kepada orang tua dan bersikap adil dalam bermuamalah. Sedangkan yang sunnah misalnya memberikan bantuan tenaga atau harta yang melebihi batas kadar kewajiban seseorang. Salah satu bentuk IHSAN yang paling utama adalah berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepada kita, baik dengan ucapan atau perbuatannya.


IHSAN adalah membaguskan amal. Batasan minimal seseorang dapat dikatakan telah melakukan IHSAN di dalam beribadah kepada الله yaitu apabila di dalam memperbagus amalannya niatnya ikhlas yaitu semata-mata mengharap pahala-Nya dan sesuai dengan sunnah Nabi صلی الله علیﻪ و سلم .


seseorang Ihsan adalah yang beramal senantiasa merasa diawasi dan diperhatikan oleh الله dalam setiap aktivitasnya. Ini berdasarkan sabda Nabi صلی الله علیﻪ و سلم

فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

(jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu)



وَمَاتَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَاتَتْلُوا مِنْهُ مِنْ قُرْءَانٍ وَلاَتَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلاَّ كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ …{61}

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya…” (Yunus: 61)



Pada tingkatan ini seseorang beribadah kepada الله, seakan-akan dia melihat-Nya.

“Sesungguhnya الله beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat IHSAN.” (An Nahl: 128)


Dalam ayat lain الله berfirman,

وَأَنفِقُوا فِي سَبِيلِ اللهِ وَلاَ تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ {195}


“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan الله, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya الله menyukai orang-orang yang berbuat IHSAN.” (Al Baqarah:195)


Allah Ta'ala berfirman :
“Bagi orang-orang yang berbuat IHSAN, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (melihat wajah الله سبحانا وتعاﱃ)” (QS Yunus: 26) الله akan bersamanya, memberinya petunjuk, membimbingnya, serta menolongnya dalam setiap urusannya.

الله سبحانا وتعاﱃ juga berfirman (artinya),

“Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) الله dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya الله menyediakan bagi siapa yang berbuat IHSAN (kebaikan) diantaramu pahala yang besar.” (Al Ahzab: 29)



Semoga Allah membukan mata hati, dan menyampaikan kita pada rahmat Ihsan dalam beribadah , mewujudkan Ihsan dalam diri kita, dan istiqomah sampai الله mengambil ruh ini dari jasad kita.. Aamiin Allahumma aamiin.




Wallahu a'lam bishawab,
Barakallahufikum ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar