Berlari Menuju Allah Azza wa-Jalla
Wahai kaumku, larilah kalian menuju Allah Azza wa-Jalla, larilah dari
makhluk, dunia, dan segala selain Dia, secara total jadikan hatimu
bagiNya. Tidakkah kalian dengar firman Allah Azza wa-Jalla:
“Ingatlah, segala perkara kembali kepada Allah.” (Asy-Syuro 53)
Anak-anak sekalian, janganlah anda memandang makhluk dengan mata
keabadian, tapi pandanglah dengan mata kefanaan. Janganlah anda
memandang mereka dengan pandangan derita dan manfaat. Lihatlah mereka
dengan pandangan lemah dan hina. Satukan hatimu pada Allah Azza wa-Jalla
dan berserahlah padaNya.
Janganlah anda mengigau terhadap
sesuatu yang kosong. Dunia dan segala yang muncul di dalamnya adalah
kosong. Makhluk dengan segala masalahnya adalah kosong. Hati orang
beriman kosong dari segala hal selain Allah Azza wa-Jalla, apalagi bila
ia tidak terlibat dalam aktivitas dunia. Bila aktivitas dunia dan
keluarganya muncul, ia menolong mereka dan memberikan konsumsi menurut
kadar keperluannya, maka hatinya dalam segala situasi dan kondisi tetap
kosong dari segalanya selain Allah Azza wa-Jalla.
Ia sama
sekali tak terpengaruh oleh apa pun. Tidak pula menuntut perubahan dan
pergantian. Karena ia tahu apa yang sudah ditentukan oleh Allah Azza
wa-Jalla, tak akan berubah. Bagian baginya sudah selesai, tidak lebih
juga tidak kurang, tidak pula minta lebih dan minta kurang, tidak pula
minta disegerakan bagiannya atau ditunda bagiannya, tidak pula ingin
cepat-cepat datangnya. Sebab ia tahu bahwa waktu sudah ditentukan. Ia
dan hamba sepadannya adalah orang-orang yang sehat akalnya.
Sedangkan mereka yang mencari tambah dan minta dikurang, minta
dipercepat maupun minta ditunda adalah orang-orang gila. Padahal siapa
yang ridho terhadap yang datang dari Allah Azza wa-Jalla, ia mendapatkan
pertolongan dalam segala perilaku, stiuasi maupun kondisi, senantiasa
ia dicintaiNya dan dikenalNya, lalu sepanjang sisa usianya Allah Azza
wa-Jalla menyertainya, dalam menempuh hasrat untuk berserasi denganNya,
lalu Dia memberikan pertolongan dan mendekatkan padaNya, dan Dia
berfirman: “Akulah Tuhanmu.” (Qs. Thoha 12) di saat ia bimbang dan
terputus, sebagaimana firmanNya pada Nabi Musa as, “Akulah Tuhanmu.”
Allah Azza wa-Jalla berfirman kepada Nabi Musa as, secara dzahir, dan
berfirman kepada sang arif ini melalui qalbunya secara batin yang bisa
didengar sebagai bentuk rahmat dan kasih sayang, serta bentuk kemuliaan
bagi NabiNya as.
Mu’jizat para Nabi as, itu nyata secara
dzahir, sedangkan karomah para wali itu tersembunyi dalam batin.
Merekalah pewaris para Nabi yang terus menerus menegakkan agama Allah
Azza wa-Jalla, menjaganya dari syetan manusia dan jin.
Betapa
bodohnya kamu terhadap Allah Azza wa-Jalla, lewat para RasulNya anda pun
masih tidak mengerti. Hati orang munafik, para Sufi tidak seperti itu.
Anda membaca Al-Qur’an tapi tidak mengerti. Apa yang anda baca, amalkan,
apa yang anda mengerti amalkan. Jangan sampai di dunia ini anda tanpa
akhirat. Apalagi setelah itu anda kontra dengan mereka.
Pakailah akal sehat, beradablah, bertobatlah dan bertanamlah. Anda saat
ini tidak punya apa-apa di sisi Allah Azza wa-Jalla, begitu pula di
hadapan para RasulNya dan para WaliNya, di hadapan ilmu anda sendiri dan
di hadapan makhlukNya.
Disiplinlah dalam bertaubat, diam,
tafakkur tentang kematianmu dan situasimu dalam kubur, sampai anda
benar-benar mengenal pengetahuan. Amalkan ilmu itu bersama Allah Azza
wa-Jalla hingga cahayaNya menerangimu dunia dan akhirat. Terimalah apa
yang kukatakan dan seriuslah menjalaninya. Tinggalkan bergantung pada
hal-hal yang sudah ditentukan, karena bisa membuatmu bingung. Tinggalkan
argumen para pemalas.
Kita tak berdaya dengan ketentuan yang
sudah ada. Namun kita tidak lebih dari sekadarnya, berusaha dan beramal,
kita tidak mengatakan, Dia berkata dan kami mengatakan, kenapa dan
bagaimana. Sungguh kita tidak memasuki pengetahuan Allah Azza wa-Jalla,
kita berusaha dan Allah bertindak terhadap apa yang dikehendakiNya.
Allah Azza wa-Jalla berfirman:
“Dia tidak ditanya atas apa yang dilakukan, (namun) merekalah yang ditanya (apa yang mereka lakukan)” (Al-Ambiya’ 23)
Bila perkaramu sudah tuntas, dan Allah Azza wa-Jalla mendekatkan hatimu
padaNya, zuhudmu di dunia ini dan kecintaanmu pada akhirat benar, maka
anda akan menemukan namamu akan tertulis di pintu kedekatanmu pada
Tuhanmu Azza wa-Jalla, bahwa si Fulan bin Fulan adalah tergolong hamba
Allah yang dimerdekakan. Itu tidak akan berubah, berkurang dan
bertambah, hingga syukurmu semakin tambah pada Tuhanmu Azza wa-Jalla,
bertambah tindakanmu untuk kebajikan dan kepatuhan di hadapanNya, dan
pada saat yang sama anda tidak meninggalkan rasa takut dari hatimu dan
tidak pula melemahkan KuasaNya, dan bacalah firmanNya Azza wa-Jalla:
"Allah menghapus apa yang dikehendaki dan menetapkan. Dan di sisiNya
adalah Ummul Kitab” (Q.s. Ar-Ra’d: 39) dan “Dia tidak ditanya atas apa
yang dikakukan (namun) merekalah yang ditanya (apa yang mereka lakukan
)” (Al-Ambiya’: 23)
Janganlah anda terpaku pada yang termaktub,
karena Sang Maha Kuasa bisa menghapusnya, Dia juga Kuasa merusaknya.
Jadilah orang terus taat, takut, malu, waspada, sampai mati, dan anda
tergolong orang yang selamat dari dunia menuju akhirat. Maka disinilah
anda aman dari perubahan dan pergantian hai orang yang dipenuhi oleh
kebodohan, kemunjafikan, dan ambisi duniawi.
Hai pemakan barang
haram bagaimana anda ingin meraih cahaya qalbu dan kebeningan rahasia
qalbu, bicara dengan penuh hikmah? Kaum sufi itu berbicara karena harus
bicara, tidurnya karena ketiduran, makannya seperti makannya orang
sakit, hingga maut menjemputnya. Mereka ini menyerupai malaikat, seperti
yang difirmankan oleh Allah Azza wa-Jalla:
“Mereka tidak
pernah maksiat kepada Allah atas apa yang diperintahkan pada mereka, dan
mereka menjalankan apa yang diperintahkan itu.“ (Qs. At-Tahrim 6).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar