Laman

Senin, 10 Februari 2014

Orang Asing & Miskin


Setelah menguburkan jenazah ayah mereka (Imam Ali bin Abi Thalib sa.) Imam Hasan dan Imam Husein sa, berserta orang-orang yang menyertainya kembali ke Kuffah. Ditengah perjalanan, mereka melihat pengemis tua dan buta sedang duduk ditengah bangunan yang hancur, ia terlihat dalam keadaan gelisah. Dia meletakkan batu bata dibawah kepalanya dan menangis. Lalu Imam Hasan dan Imam Husein bertanya, “ Siapa engkau dan mengapa gelisah dan merintih ? “

Si pengemis itu menjawab, “ Aku adalah orang asing dan miskin. Ditempat ini aku tak punya kawan dan tempat mencurahkan isi hati. Sudah setahun aku berada di kota ini. Dan setiap hari ada seorang yang baik hati kepadaku dan selalu menanyakan keadaanku, dia juga selalu membawakan makanan untukku. Sungguh…dia orang yang sangat baik hati. Tapi sudah tiga hari ini dia tidak datang padaku dan menanyakan keadaanku.”

Lalu Imam bertanya, “ Apakah engkau mengetahui namanya ?”

Pengemis : “ Tidak !”

Imam : “Apakah engkau tidak menanyakan namanya ?”

Pengemis : “ Aku sudah menanyakannya, tapi dia malah berkata, ‘Apa urusanmu dengan namaku. Aku mengurusmu hanya karena Allah semata.”

Imam berkata , “ Wahai Bapak(pengemis) Bagaimanakah rupa orang itu ?”

Pengemis : “ Aku orang buta, jadi aku tak tahu bagaimana rupanya..”

Imam bertanya, “ Apakah engkau punya petunjuk dari perkataan dan prilakunya ?”

Pengemis : “ Lisannya selalu berzikir kepada Allah. Ketika bertasbih dan bertahlil(membaca Laila haillah..) bumi dan zaman, pintu dan dinding, seirama dengan suaranya. Ketika duduk disampingku, dia selalu berkata, ‘orang miskin duduk dengan orang miskin, orang asing duduk bersama orang asing.”

Imam Hasan dan Imam Husein, Muhammad bin Hanafiah, dan Abdullah bin Ja’far mengenali orang baik hati itu. Mereka saling beratatapan dan berkata : “ Wahai Bapak(pengemis), semua tanda-tanda yang engkau sebutkan itu adalah tanda-tanda ayah kami, Amiril Mukminin Ali bin Abi Thalib”

Si pengemis itu berkata : “ Kalau begitu, mengapa sudah tiga hari ini dia tidak dating padaku ?”

Imam menjawab : “ Wahai bapak…seorang celaka telah memukul kepala beliau dengan pedang, dan beliaupun kini tengah bergegas menuju tempat abadi dan kami baru saja kembali dari penguburannya.”

Sesaat mengetahui kejadiannya, pengemis itu langsung berteriak dan merintih. Dia menjatuhkan dirinya ketanah dan menaburkan tanah keatas kepalanya. Lalu ia berkata , “ Apa kelayakan yang kumiliki sampai-sampai Amiril Mukminin Ali bin Abi Thalib sudi mengurusku ? mengapa beliau dibunuh ? Imam Hasan dan Imam Husein berusaha menenangkannya.

Lelaki (pengemis itu) merapatkan tubuhnya ketubuh Imam Hasan dan Imam Husein sambil berkata dan berharap “ Aku bersumpah demi kakek kalian dan ruh suci ayahanda kalian, bawalah aku kepusaranya “

Imam Hasan memegang tangan kanannya sementara Imam Husein tangan kirinya. Lalu keduanya membawanya kedekat kubur Imam Ali. Lelaki tua itu menjatuhkan tubuhnya diatas pusara Imam. Dalam keadaan menangis dan merintih ia berkata, “ Ya Allah ….. aku tak tahan berpisah dengan ayah yang berbaik hati ini, Dengan kebenaran penghuni liang kubur ini, cabutlah nyawaku.”.

Selang beberapa lama kemudian sipengemis menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dimandikan, dikafani dan disalati oleh Imam Hasan dan Imam Husein, Dan dikuburkan disekitar taman suci itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar