Laman

Senin, 14 Juli 2014

Zikir Lisan, Hati Dan Ruh


Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang berzikir dengan firman-Nya:
“Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana Allah telah memberikan petunjuk
kepadamu” (Surah Al-Baqarah: 194).
Yakni memberi petunjuk pada martabat zikirmu. Rasul bersabda:
“Kalimat yang terunggul yang aku ucapkan dan oleh para nabi sebelumku adalah Laa Ilaha
Illallah”.
Setiap maqam memiliki martabat masing-masing, jahar maupun khafi. Orang yang zikirnya
zikir lisan, berarti diberi petunjuknya hanya smapai kepada zikir lisan. Orang yang berzikir
dengan zikir hati, berarti diberi petunjuknya sampai kepada zikir hati. Dan orang yang
zikirnya sampai kepada zikir ruh, berarti diberi petunjuk sampai kepada zikir ruh. Selanjutnya
kepada zikir khafi dan akhfal khafi (zikir maha samar). Adapun zikir lisan berfungsi sebagai
pemberi peringatan kepada hati, terhadap zikir yang dilupakannya.
Zikir nafsi ialah zikir yang tidak terdengar, zikir tanpa huruf tanpa suara, hanya didengar
dengan indera dan gerakan dalam batin. Adapun zikir hati adalah terus-menerus pada hati ke
dalam hati dengan Jalaliyah dan Jamaliyah. Hasil daripada zikir ruh adalah menyaksikan
cahaya Tajalli Sifat. Adapun zikir sirri ialah mengintai terbukanya rahasia Ilahiyah. Adapun
zikir khafi ialah terarah pada cahaya keindahan Zat Yang Maha Tunggal di Maq’adi Sidqin
‘Inda Malikin Muqtadir.
Adapun zikir Akhfal Khafi ialah telah mampu melihat hakikat Haqqul Yaqin dan tidak ada
satu pun yang dapat mengetahuinya, kecuali Allah s.w.t. Firman Allah dalam Surah Thaha
ayat 7:
“Allah mengetahui sirri (rahasia) dan akhfa (yang lebih samar)”.
Inilah ilmu yang tertinggi dan tujuan yang terakhir.
Ketahuilah, bahaw di sana ada Ruh yang lain yang lebih halus daripada ruh-ruh lainnya, yaitu
Tiflul Ma’ani. Ia adalah latifah yang selalu mengajak kembali kepada Allah. Sebahagian sufi
besar mengatakan bahwa ruh yang ini tidak dimiliki oleh sembarang orang, hanya orangorang
yang khawaslah yang memilikinya. Berdasarkan firman Allah dalam Surah Al-Mu’min
ayat 15:
“Allah menetapkan ruh atas perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara
hamba-hamba-Nya”.
Ruh yang ini selalu bersanding di alam Qudrat dan alam Musyahadah pada alam hakikat. Ia
tidak akan berpaling pada selain Allah s.w.t. Rasul bersabda:
“Dunia haram bagi ahli akhirat. Akhirat haam bagi ahli dunia. Dunia dan akhirat haram bagi
Allah”.
Itulah Tiflul Ma’ani. (Yang dimaksudkan haram adalah jangan menjadi penghalang untuk
selalu mengingat Allah).
Jalan untuk wusul (sampai kepada Allah ta’ala) ialah selalu menjaga badan pada jalan yang
benar, selalu melakukan segala hukum syariat siang dan malam dan mudawamah zikrullah
dengan sirri (hati) maupun jahar (bersuara). Mudawamah zikir hukumnya fardu yang harus
dilakukan oleh semua manusia yang ingin dekat dengan Allah. Allah berfirman dalam Surah
Ali-Imran ayat 191:
“Ingatlah Allah dalam keadaan berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar