Laman

Selasa, 01 September 2015

MATI SEBELUM MATI


Mengkaji Mati Sebelum Mati (Terlepasnya Ruh dari Jasad)
Mati Tabi’i
Mati tabi’I merupakan pintu pertama musyahadah dengan Allah. Mati ini berlangsung saat seseorang melakukan zikir Qalbi dalam zikir Lataif. Dengan karunia Allah, ia fana/lenyap pendengaran secara lahir, tapi secara bathin mendengar zikir Allah…Allah….
Pada tingkatan ini, mula-mula hati berzikir kemudian beralih ke mulut dan lidah, akhirnya berzikir dengan sendirinya. Dalam tahap ini perasaan mulai hilang/mati tabi’I, akal dan pikiran tak berfungsi lagi. Disini mulai masuknya ilham berupa Nur Ilahi dalam hati dan seolah-olah telah berhadapan dengan Allah. Telinga batin yang berfungsi disini dan hati mulai berbisik “ INNANII ANAA ALLAH”. Karena suara hati qalbi naik ke mulut, maka dengan sendirinya lidah bergerak mengucapkan ALLAH…ALLAH. Pada tanjakan-tanjakan batin seperti ini mulai memasuki pintu fana yang pertama yakni fana fil af’al dan tajali fil af’al. Hal ini disebabkan oleh tuntunan dari Allah, seperti dalam firmannya “Tiada perbuatan, gerak dan diam seseorang selain Allah”.
Mati Maknawi
Mati maknawi terjadi pada saat seseorang melakukan zikir Latifatul Roh dalam zikir Lataif. Dalam kondisi mati maknawi, penglihatan secara lahiriah hilang lenyap dan seolah-olah semua pendengaran telah di kuasai oleh mata hati. Maka zikir Allah pada tingkat ini semakin meresap ke seluruh tubuh hingga terasa panasnya di sekujur tubuh dan setiap bulu roma. Perasaan keinsanan mulai tercengang, persendian mulai bergetar yang dapat menyebabkan seseorang jatuh pingsan disebabkan oleh sifat keinsanannya telah lebur dan mulai di liputi oleh sifat kebaqa’an Allah. Pada tingkat ini menandakan seseorang telah memasuki fana fil sifat, sifat kebaharuan dan kekurangan serta perasaan telah lenyap yang ada hanyalah sifat ke Tuhanan yang sempurna dan Tajalli.
Mati Sirri
Mati ini terjadi saat seseorang melakukan zikir Latifatul Sirrih dalam zikir Lataif. Pada tahap ini seseorang akan memasuki yang di sebut dengan “MA’RIFATAN BIRABII”, yakni berhadapan langsung dengan Zat Yang Maha Pencipta. Rasa keinsanan telah lenyap dan dalam wujud yang gelap karena di telan oleh alam ghaib memasuki Nur Af-‘Allullah, Nur Sifatullah, Nur Asmaullah, Nur Zatullah, Nurul ‘Alaa Nurin..
Mati Hissi
Terjadi ketika melakukan zikir Latifatul Hafi dalam zikir Lataif. Pada zikir ini akan memasuki ke tingkat alam yang tertinggi yang di namakan “MA’ARIFA FII RABBI”, yang di sebabkan lenyapnya segala sifat-sifat ke insanan seseorang yang baharu dan tinggallah sifat-sifat Tuhan yang Qadim/Ajali, sehingga bersatulah antara “Abid dan Ma’bud, Khalik dan Makhluk, Jalal dan Jamal. Dalam keadaan ini akan mengalami keadaan yang tidak pernah di lihat oleh mata, tidak pernah terlintas dalam hati manusia.
Musyahadah dengan melalui mati, seperti Sabda Nabi SAW “Rasakanlah mati sebelum engkau mati”. Dalam kitab Hikam Abu Ma’jam berkata: “Barang siapa yang tidak merasakan mati, niscaya ia tidak dapat melihat Allah” Jadi maksud mati ialah hidupnya hati dan tiada saat kehidupan hati melainkan saat matinya nafsu. Selanjutnya dalam kitab Al-Hakim yang artinya: “Tiada jalan masuk/musyahadah dengan Allah kecuali dengan melalui pintu mati, salah satu dari pintu itu adalah Fanaul Akbar yaitu mati tabi”…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar