Laman

Selasa, 05 Januari 2016

JALAN KEWALIAN

Bahwa tugas manusia adalah menanggung rahasia Allah dan memulangkan rahasia tersebut di dalam keadaan yang bersih, suci seperti asalnya tatkala awal di terimanya dahulu.
Setelah dilahirkan ke muka bumi ini mulai dari kecil hingga besar manusia telah menjalani dinamika dalam kehidupannya hingga sampailah dia meninggal dunia, mulai saat itulah maka dia harus mempertanggung jawabkan amanah yang telah diberikan yaitu sumpah janji kita dengan Allah Ta’ala.
Manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan bersih disisi Allah, tetapi kemudian menjadi kotor dan terhijab hubungannya dengan Allah s.w.t., oleh karena itu maka terputuslah hubungan diri batin rahasia Tuhannya dengan diri Empunya Diri.
Keadaan seperti ini bisa diibaratkan seperti orang yang hidup sebatang kara dan berada di dalam gua yang tertutup, gelap gulita, tidak ada cahaya serta tidak ada juga jalan untuk keluar dari gua tersebut.
Hidupnya merana, resah, gelisah dan sebagainya sebelum dia dapat menemukan kembali jalan untuk keluar dari gua tersebut.
Begitu juga hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia memerlukan sinar hidayah untuk mengeluarkan dirinya dari hijab kegelapan, agar bisa kembali membuat hubungan dengan diri Empunya Diri.
Perlu diketahui bahwa hubungan antara diri Rahasia dengan diri Empunya diri harus berhubungan terus tanpa terputus dalam hidupnya selama 24 jam setiap hari dan setiap detik.
Seandainya diri kasar ( jasmani ) dapat dibikin menjadi gemuk dan sehat dengan memberi makan-makanan yang lezat seperti : daging, buah-buahan dan lain sebagainya, maka begitu juga dengan diri halus ( rohani ), dia juga membutuhkan makanan yang bisa membuat dirinya menjadi segar, gemuk dan bersih. Makanan yang dimaksudkan itu adalah zikir. Dengan makanan zikirlah maka dia dapat berhubungan dengan diri Empunya Diri dikala nafas masih dikandung badan atau jasad dan roh belum berpisah.
Oleh karena itu jika badan kasar manusia memerlukan minuman dan makanan agar bisa sehat, senang dan gembira, maka badan Rohani kita juga tidak terlepas daripada hal yang sama, semua itu tidak lain dan tidak bukan adalah zikrillah.
Oleh sebab itu makanan zikir ini harus kita sediakan supaya badan Rohani kita ini akan menjadi sehat, segar, suci, seimbang dengan kesehatan tubuh kasar kita.
Kebanyakan orang hanya bisa menjaga tubuh kasar ini dengan baik, kebersihan di jaga, makan minum di jaga, pakaian di jaga, pendek kata semuanya di jaga dengan baik. Tetapi mereka lupa menjaga dirinya yang satu lagi, yaitu Rohani. Mereka membiarkan badan rohani itu tersiksa, kurus kering yang akhirnya menyebabkan jiwanya, matanya, pendengarannya tertutup oleh hijab-hijab yang tebal yang mengakibatkan terputusnya hubungan dirinya dengan Empunya Diri.
Akibat terputusnya hubungan manusia dengan Tuhannya itu, maka muncullah sifat-sifat yang tidak baik pada diri manusia tersebut yang pada akhirnya menjauhkan dirinya dengan Empunya Diri, di samping itu timbul juga perangai-perangai yang dibenci oleh syariat dan hakikat Allah s.w.t.
Manusia seperti ini akan hilang perasaannya, hilang pertimbangannya. hilang fikiran baiknya, dan juga akan hilang akal sehatnya sehingga menyebabkan benih-benih iman pada dirinya menjadi kotor dan mati. Bila saja benih-benih imannya mati maka manusia tersebut akan menjadi sesat dan lupa akan tugas utamanya dengan Allah s.w.t. dan manusia itu diibaratkan seperti seekor bangkai yang bernyawa ataupun binatang berupa manusia.
Menyadari hal ini maka manusia harus kembali ke jalan Tuhannya dengan cara mengenal Tuhannya yang menjadi tuan Empunya Diri.
Seperti sabda Rasulullah s.a.w.
Awalludin Makrifatullah
Artinya :
Bahwa awal-awal hidup (agama) itu adalah mengenai Allah.
Oleh karena Allah Ta’ala mempunyai sifat yang tidak dapat dikenal oleh panca indra, maka diberikanlah jalan untuk mengenalinya dengan cara mengenal Rahasia diri sendiri.
Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah s.w.t. di dalam Hadist Qudsi :
Man Arafa nafsahu fakad arafa Rabbahu
Artinya :
Barang siapa yang mengenal dirinya, maka kenallah Tuhannya.
Dalam proses pengenalan dirinya ini maka beberapa jalan harus ditempuh dan dilalui yaitu jalan tarikat, jalan hakikat dan jalan makrifat.
Jalan-jalan ini adalah merupakan jalan-jalan yang pernah ditempuh dan dilalui oleh para Rasul, Nabi-Nabi, Aulia-aulia, para Ariffin-Biilah, para Siddiqin, para Salehin dan Wali-Wali Allah yang agung.
Mereka yang hendak menuju ke jalan ini haruslah membersihkan diri, hati, jiwa dan raga mereka yaitu, bersih dari sifat iri, dengki, khianat, syirik dan lain sebagainya yang mana semua sifat-sifat itu tidak disukai oleh Syari’at dan Hakikatnya Allah s.w.t.
Mereka hendaklah mendapatkan latihan untuk membersihkan dirinya dan jiwanya melalui seorang guru Hakiki dan Makrifat lagi Mursyid, yang bisa memberikan petuah dan petunjuk agar mengikuti pengalamannya untuk menuju ke martabat Hakiki dan Makrifat.
Seseorang itu hendaklah mencari seorang guru yang Mursyid, yang mempunyai ciri-ciri sebagaimana yang akan diterangkan di dalam bab mengenai “ GURU MURSYID “
Setelah menemui guru-guru yang Mursyid mereka haruslah berguru dengan guru yang dijumpainva itu serta meminta izin dari guru tersebut untuk disambung saluran Jalan Hakiki dan Makrifat dari padanya.
Bila saja tersambung saluran jalan Tarikat, Hakikat, Makrifat, maka sudah tentu gurunya akan mengarahkannya untuk berbuat sesuatu seperti disuruh berzikir, dengan zikir-zikir tertentu atau dengan cara-cara yang diatur oleh guru tersebut mengikuti tata caranya, tentunya setelah diangkat menjadi muridnya.
Maka hendaklah muridnya tersebut beramal dengan petuah-petuah yang diberikan oleh gurunya dari satu peringkat keperingkat berikutnya, dari satu zikir ke satu zikir berikutnya.
Seperti sabda Rasulullah s.a.w.
Artinya :
Barang siapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui (yang dipetuakan) niscaya akan diwariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.
Syarat-syarat anak murid yang ingin mempelajari ilmu Hakikat ketuhanan, hendaklah mempunyai sifat ketabahan dan memenuhi 4 syarat penting :
1. Berani . ‘
2. Ikhlas
3. . Fikirannya tajam
4. Akal yang waras.
Bila seseorang mempunyai sifat-sifat ini maka bolehlah dia mempelajari ilmu hakikat dan Makrifat.
Adapun syarat-syarat seseorang yang hendak menuntut ilmu Hakikat, maka hendaklah mereka mengetahui dan mengikuti syarat menuntut ilmu seperti di bawah ini agar dia bisa memperoleh berkahnya di dunia dan akhirat.
1. Jangan mendurhakai guru dan anak cucunya sampai tujuh keturunan
2. Hendaklah taat kepada perintah guru.
3. Hendaklah seorang murid senantiasa berkhidmat kepada gurunya.
4. Bersedekah kepada gurunya dengan ikhlas.
5. Mengunjungi rumah guru minimal 2 hari raya setiap tahunnya.
6. Mencium tangan gurunya ketika bersalam dengan gurunya.
7. Senantiasa merendahkan dirinya kepada gurunya.
Di dalam menuntut ilmu Hakikat dan Makrifat ada 4 hal yang tidak boleh dilanggar secara sengaja atau tidak sengaja dan ini menjadi pantangan atau larangan besar dalam menuntut Ilmu Hakiki dan Makrifat.
Pertama : Durhaka kepada gurunya.
Kedua : Tidak beriman terhadap sesuatu yang ghaib yang berkaitan dengan ilmunya.
Ketiga : Tidak meyakini atau ragu terhadap kebenaran ilmunya.
Keempat : Tidak tauhid dengan ilmunya yaitu tidak mempunyai keteguhan keyakinan terhadap keberkatan dan kesaktian ilmunya.
Adapun syarat-syarat murid dengan murid seperguruannya adalah :
1. Jangan iri hati diantara satu dengan yang lainnya.
2. Senantiasa mengamalkan dan menelaah ilmunya sesama murid.
3. Jangan bertengkar atau berkelahi sesama murid yang lain.
4. Senantiasa tolong menolong antara satu dengan lain.
5. Hendaklah menganggap sesama murid itu bersaudara.
6. Senantiasa memberi ingatan kepada yang lalai.
7. Membela gurunya dan kawan seperguruan-nya.
Pada peringkat awal penerimaan ilmu Hakiki dan Makrifat maka murid tersebut hendaklah mengamalkan petuah-petuah yang diberikan oleh gurunya. sehingga murid tersebut dia akan mendapatkan NUR dalam bentuk mimpi di dalam tidurnya. Mimpi-mimpi ini adalah merupakan sebagian daripada ilmu ghaib melalui penyampaian LADUNI dan bila hal ini dialami oleh murid tersebut, maka hal ini harus diingat baik-baik, tentang apa-apa yang dilihatnya dalam mimpinya tersebut. Misalnya keadaan tempat, suasana tempat, orang-orang yang dijumpainya, bentuk rupa dan wajah orang-orang di dalam mimpinya tersebut dan sebagainya tentang apa-apa yang digambarkan di dalam mimpinya itu. Setelah itu murid tersebut sebaiknya membuat catatan untuk dipersembahkan kepada pengetahuan gurunya agar mendapat tabir penafsiran terhadap makna dan maksud mimpi tersebut di dalam konteks ilmu Hakiki dan Makrifat.
Murid ini hendaklah terus menerus dan tekun mengamalkan petuah-petuah dari gurunya hingga dia bisa membersihkan gumpalan darah kotor yang berada di Jantungnya shingga terpancarlah nur dari hatinya dan sesungguhnya nur itulah yang dinamakan hati nurani
Setelah berhasil mendapatkan hati nurani maka murid tersebut dalam menjalani latihan hakikat dan makrifat ini akan dikaruniakan satu mata yang dapat melihat dan menembus 7 lapis langit 7 lapis bumi, mata tersebut dinamakan mata bashir. Sesungguhnya melalui mata bashir dan telinga batin inilah seseorang murid tadi akan dapat menerima ilmu dari guru-guru ghaib yang akan mengajar ilmu hakiki dan makrifat melalui satu lagi cabang atau cara penyampaian LADUNl yaitu SIRUSIR.
Keadaan tingkah-laku murid pada peringkat ini sudah mulai berhasil membentuk jiwanya tenang, lapang, tidak ada lagi perasaan resah gelisah di dalam hidupnya. sedangkan hatinya terus berada bersama Allah pada setiap detik dan setiap saat.
sebagaimana firman Allah Ta’ala :
Surah Al Fajr ayat : 27 – 30
Artinya :
Wahai orang-orang yang bernafsu pulanglah kepada pangkuan Tuhanmu dengan perasaan lapang dan kesenangan dan jadilah kamu hambaKu dan kekallah dirimu didalam Syurga.
Pada peringkat ini murid tersebut bisa disifatkan telah mencapai makam wali kecil yaitu pada martabat nafsu mutmainnah dan Syurga dijamin sudah oleh Allah di Akhirat nanti.
Pada martabat ini mereka telah dapat meningkatkan pendengaran dan penglihatan mereka melalui telinga batin dan mata bashir mereka ke alam Barzah ( alam kubur ). Mereka juga dapat melihat bagaimana alam Barzakh. Mereka bisa melihat dan mendengar dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana nasib atau suka-duka seseorang itu yang telah berada di alam Barzakh. Di samping itu juga mereka diberi kemampuan untuk menjelajahi ke alam lain. Oleh sebab itu bila telah sampai ke martabat ini seseorang murid itu tidaklah boleh memberhentikan latihan dan amalannya mengikuti petuah gurunya. Dia harus bekerja lebih keras dan lebih tabah untuk menjangkau martabat yang lebih tinggi lagi.
Dia harus berusaha membersihkan dirinya untuk mencapai tingkatan yang lebih luhur lagi, pada tingkatan ini hatinya sering fana bersama dengan Allah s.w.t. zikirnya pada tingkatan ini telah melekat dihatinya pada setiap saat dan tidak terpisah dari menilik rahasia dirinya serta dia dapat memecah diri batinnya dari satu wajah ke wajah yang lain sampailah ke wajah yang tertinggi pada martabat 9.
Bagi mereka yang telah berhasil mendapat wajah, mereka ini akan berpeluang menelusuri alam yang lebih jauh. Mereka dapat menembus 7 lapis langit, 7 lapis bumi. Mereka menjelajah sambil melawat dengan penuh kenikmatan, kebahagiaan dan kegembiraan yang tidak mungkin dapat di ungkapkan dengan kata-kata. Hal ini hanya bisa dirasakan sendiri oleh orang-orang yang mendalaminya dan yang telah sampai pada martabatnya.
Jiwa mereka saat ini sering fana bersama dengan Allah s.w.t. serta jiwanya tidak pernah terpisah pada ingatanya kepada Allah s.w.t. pada kondisi ini hatinya mulai bersih, suci dan luhur pada Allah s.w.t. mereka sering lupa diri zahirnya karena terlampau asyik menilik ke dalam rahasianya sendiri karena mereka menikmati suatu kelezatan yang ter-amat sangat.
Dalam keadaan fana beginilah maka seorang murid tersebut sering terucap dari mulutnya yang menimbulkan fitnah pada orang-orang syariat.
Misalnya terucaplah dari mulutnya dengan kata “aku makan semeja dengan Tuhanku” ataupun sambil mengangkat tangannya kepada orang “Ini tangan Tuhan”, kadang-kadang keluar ucapan secara fasih dan nyaring dengan kata-kata “Akulah Tuhan sebenarnya” dan lain sebagainya yang membuat bingung orang-orang syariat. Keadaan ini timbul karena begitu kuatnya gelora fana yang bergelombang didalam lamunan cintanya terhadap diri rahasianya.
Dalam kondisi murid yang keadaannya seperti ini maka dia harus mendapat perhatian khusus dari gurunya agar dia tidak menimbulkan suatu fitnah dari orang-orang syariat yang bisa jadi membahayakan keselamatan dirinya sendiri.
Bila seseorang murid itu telah berhasil mencapai tahapan ini, maka bolehlah disifatkan murid tersebut telah sampai ke martabat Wali Besar ( Wali Akbar ) pada peringkat nafsu …………… ataupun …………..
Kalau sudah mencapai ke tahapan ini maka seorang murid tersebut akan menerima tamu-tamu agung yang terdiri dari para Rasul, para Nabi, para Aulia, dan Wali-wali Allah yang datang mengunjungi mereka dan mengajarkan ilmu-ilmu yang lebih dalam dan memberi peluang kepada mereka menjelajahi alam yang lebih jauh termasuk Syurga, Neraka, Arash dan Qudsi Allah s.w.t.
Kehadiran para pelawat agung tersebut adalah secara hidup-hidup bukan dalam suatu mimpi. Penerimaan tetamu semacam ini disebut oleh para ahli Tasawuf sebagai cara penerimaan Laduni di peringkat Tasawuf.
Jiwa murid yang telah Berhasil menerima – Tasawuf ini sangat tenang, hatinya tetap terus bersama Tuhannya pada setiap saat dan terhadap diri rahasianya adalah tetap. Pada situasi seperti ini bisa juga disifatkan murid tersebut telah dapat sampai ke makom Fana Bakabillah dan duduklah ia di dalam kelezatan bersama dengan Allah s.w.t.
Setelah menerima Tawassul, maka seseorang murid tersebut hendaklah berusaha terus untuk menjangkau satu lagi martabat ……… ( Insan Kamil ) pada martabat nafsu……… ataupun ……….
Dimana bila saja tercapai pada martabat ini murid tersebut akan menjadi orang yang tertinggi di sisi Allah s.w.t. dan di pandang mulia oleh setiap makhluk di muka bumi ini.
Murid ini dalam kehidupannya seperti orang biasa pada umumnya yaitu : berniaga, bertani, berpolitik, dan sebagainya sehingga susah bagi orang lain untuk menerka kedudukan ilmunya dan mertabatnya di sisi Allah s.w.t.
Pendek kata kehidupan mereka seperti orang biasa pada umumnya, tidak menampakan ilmunya dan lain-lain perangai yang susah untuk ditebak oleh manusia biasa tentang kealimannya, ketinggian derajatnya, keberkatan dirinya dan sebagainya.
Dalam kehidupnya mereka membaur dalam masyarakat dengan menyembunyikan ilmunya, sementara hatinya tidak sekali-kali pernah melupai Allah s.w.t. walau sedetikpun.
Ingatan dan tilikan terhadap diri rahasinya tidak pernah lepas atau lalai, malah dia tetap tinggal dan beristana didalamnya pada setiap saat sepanjang hayatnya.
Inilah suatu martabat yang paling tinggi yang dapat dicapai oleh manusia di dalam memakrifatkan dirinya dengan Allah s.w.t. mereka sangat mengenal akan dirinya dengan arti kata yang sebenar-benarnya.
Dialah seorang manusia yang tetap berada di sisi Allah di dunia dan akhirat, dan di akhirat nanti mereka akan ditempatkan bersama para Rasul, Aulia, Nabi-nabi di dalam menikmati bakti yang tertinggi.
Seperti firman Allah s.w.t. di dalam Al-Qur’an :
Surah : An Nisaa’ Ayat 69
Artinya :
Dan barang siapa yang mentaati Allah da rasulnya. Mereka itu akan bersama orang-orang yang dianugerahi nikmat yaitu para Nabi, para Shidiqqin, para Syuhadah dan orang-orang Shalleh dan mereka itulah sebaik-baiknya umat.
Ingatlah bahwa permulaan pada saat tercapainya seorang murid pada Martabat Wali Kecil yaitu pada nafsu …… maka timbullah sifat-sifat agung yang di miliki oleh seorang Wali seperti : berkat, keramat, mustajab dan sifat-sifat lainnya yang tidak ada pada manusia biasa, pendek kata apa yang adalah apa yang diminta akan dikabulkan, apa yang dikehendaki akan terjadi.
Manakala telah tercapai peringkat atau martabat Wali Besar yaitu pada nafsu …. atau ….. maka muncul juga sifat-sifat kesaktian atas dirinya.
Disini semua kelakuan yang diperbuatnya akan diredhoi oleh Allah Ta’ala secara spontan.
Pada hak tertinggi para Tasawuf mensifatkan kelakuan begini sebagai :
KUN FAYAKUN
Artinya :
Jadi maka jadilah
Pada martabat ini mereka mempunyai kesaktian yang amat tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar