Laman

Minggu, 28 Mei 2017

Relaksasi


Saat ini, Hamdun sedang duduk di hadapanmu. Bayangkanlah senyumannya. Sosok lelaki tua, berusia 72 tahun, bertubuh agak kurus dan tinggi sekitar 168 sentimeter, berkumis dan berjenggot yang semuanya telah beruban dan panjangnya hingga di atas dada, berjubah putih. Wajahnya bercahaya. Duduk di hadapanmu. Sambil tersenyum. Dia ingin berdialog denganmu. Dan, dia mulai berbicara kepadamu. Silakan kamu menjawab dengan jujur dan turutilah, atau abaikan saja dia.
Hamdun: “Sudahkah kamu berzikir hari ini?”
Pembaca: …
Hamdun: “Baiklah. Zikir apa yang paling kamu senangi?”
Pembaca: …
Hamdun: “Sebutkan kepadaku sekali lagi zikir pendek yang paling kamu senangi.”
Pembaca: …
Hamdun: “Cobalah tenangkan pikiranmu, lemaskan tubuhmu dan ucapkan kembali zikir itu dengan perlahan, dengan bersuara, jangan hanya di dalam hati, ucapkan dengan perlahan, dengan bersuara...”
Pembaca: …
Hamdun: “Apakah kamu tahu arti dari zikir yang kamu baca?”
Pembaca: …
Hamdun: “Cobalah kamu tenangkan lagi pikiranmu, semakin lemaslah tubuhmu dan ucapkan kembali zikir itu dengan perlahan, dengan perlahan, dengan perlahan, ulangi terus, ulangi terus, jangan berhenti…”
Pembaca: …
Hamdun: “Bayangkan saat ini kamu berada dalam sebuah lingkaran jamaah yang sedang berzikir seperti yang kamu zikirkan.”
Pembaca:
Hamdun: “Dengarkan jamaah yang berzikir bersama-sama denganmu, dengan perlahan, dengan perlahan, dan terus menerus, dengan bersuara.”
Pembaca:
Hamdun: “Dengarkan dengung suara-suara jamaah zikir itu dan dengarkan pula suara yang kamu zikirkan, semakin cepat, semakin cepat, berirama, berirama, semakin cepat...”
Pembaca:
Hamdun: “Ikuti irama zikir bersama jamaah zikir itu, bersama-sama, bersatu dalam irama, semakin cepat, rasakan detak jantungmu yang ikut berzikir, rasakan, rasakan, biarkan detak jantungmu ikut berzikir…”
Pembaca:
Hamdun: “Semakin cepat lagi, gerakkan tubuhmu ke kiri dan ke kanan, begitu juga dengan kepalamu, ke kiri dan ke kanan, mengikuti zikir dan dengung suara jamaah zikir, gerakkan perlahan, ikuti irama zikir.”
Pembaca:
Hamdun: “Rasakanlah bulu, kulit, urat, darah, daging, tulang dan sumsummu ikut berzikir, terus berzikir, terus berzikir, jangan berhenti, jika airmatamu mengalir, biarkanlah ia mengalir, karena kamu mencintai zikir itu, jamaah zikir juga mencintai zikir itu, dan Allah juga mencintai zikir itu, teruslah berzikir, gerakkan badanmu, dengarkan detak jantungmu yang ikut berzikir, rasakan bulu, kulit, urat, darah, daging, tulang dan sumsummu ikut berzikir, terus berzikir, terus berzikir…”
Pembaca:
Hamdun: “Rasakanlah cintamu kepada Allah itu sungguh-sungguh, lebih dari kamu mencintai yang lain, kamu lebih cinta kepada Allah, lebih daripada mencintai yang lain, rasakan perasaan cinta Allah pada dirimu, rasakan detak jantungmu menzikirkan asma-Nya, rasakan bulu, kulit, urat, darah, daging, tulang dan sumsum ikut berzikir, terus berzikir, terus berzikir, terus berzikir, …”
Pembaca:
Hamdun: “Rasakanlah bahwa Allah itu begitu dekat, sangat-sangat dekat, sangat-sangat dekat, mendengarkan asma-Nya dizikirkan, di tengah-tengah lingkaran jamaah zikir, terus berzikir, teruslah berzikir, jangan berhenti, dengarkan dengung-dengung suara itu melekat di pendengaranmu, dengarkan dan jangan sampai dengung itu menghilang, teruslah lekatkan zikir yang berdengung itu, rasakanlah kehadiran Allah, yang sangat-sangat dekat, yang sangat-sangat dekat, yang sangat-sangat dekat…”
Pembaca:
Hamdun: “Katakan dalam hatimu: Ya Allah Ya Hayyu Ya Qoyyum, tumbuhkanlah rasa cinta yang besar dalam hatiku, tumbuhkanlah rasa cinta yang besar kepada-Mu, hanya kepada-Mu, hanya kepada-Mu, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang ingat kepada-Mu, jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang sedikit di antara umat Muhammad saw, yang berjalan menuju cinta-Mu di dunia hingga di akhirat…”
Pembaca:
Hamdun: “Teruslah dengarkan dengung zikir itu dalam pendengaranmu, dengarkan dengung jamaah zikir, melekat dalam pendengaranmu, tidak akan pernah lenyap, tidak akan pernah lenyap, tidak akan pernah lenyap dengung zikir itu, teruslah berzikir, teruslah berirama, teruslah bersuara, teruskanlah…”
Pembaca:
Hamdun: “Sekarang zikirkan dengan perlahan, zikirkan dengan perlahan seperti dengung suara jamaah zikir itu, dengarkan dan lekatkan, ikuti irama zikir itu dengan perlahan, perlahan, perlahan…”
Pembaca:
Hamdun: “Sekarang, berhentilah berzikir dan diamlah sejenak, dengarkan dengung suara zikir itu yang melekat di pendengaranmu, dengarkan detak jantungmu yang masih berzikir, terus dengarkan dengung zikir itu, terus dengarkan, jangan berhenti mendengarkan, teruslah dengarkan dengung itu melekat dalam pendengaranmu,…”
Pembaca:
Hamdun: “Tariklah nafasmu perlahan, tahan nafasmu dalam tiga hitungan, telanlah sedikit nafasmu itu sampai terdengar bunyi di tenggorokanmu, kemudian bayangkan hembusan nafas yang putih itu masuk melalui ubun-ubunmu, menyelimuti kepalamu, badanmu, kedua tanganmu, sampai ujung kedua kakimu dan berakhir pula hembusan itu, bayangkan kau diselimuti cahaya yang benderang, bayangkan tubuhmu tak lagi kelihatan, hanya cahaya, hanya cahaya yang bersinar terang, tiada lagi dirimu, tiada lagi tubuhmu, tiada lagi kamu, hanya cahaya berkilauan, hanya cahaya berkilauan, hanya cahaya berkilauan, hanya cahaya berkilauan, tubuhmu sudah tiada lagi, jamaah zikir sudah tiada lagi, ruang sudah tiada lagi, hanya cahaya berkilauan, hanya cahaya, hanya cahaya, hanya cahaya, hanya cahaya, hanya cahaya, hanya cahaya berkilauan, hanya cahaya berkilauan, hanya cahaya, hanya cahaya, hanya cahaya, hanya cahaya yang bersinar benderang...”
Pembaca:
Hamdun: "Katakan: Laa maujuda illallaaahhhhhhhhh …. Laa maujuda illallaaahhhhhhhhh …. Laa maujuda illallaaahhhhhhhhh …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar